Anda di halaman 1dari 9

Bersinar Dalam Keterbatasan

Karya : Choirul Anam Syach/XI MIPA 5/12

Kehidupan memang seperti roda yang terus


berputar. Seiring berjalannya waktu akan ada
masanya untuk perubahan datang. Perubahan pasti
terjadi tanpa memandang setiap individu. Yang
semula baik bisa menjadi buruk ataupun yang semula
buruk menjadi lebih baik. Semua bergantung pada
keteguhan hati setiap orang. Bagaiman cara mereka
untuk membawa perubahan yang lebih baik dalam
kehidupan mereka. Tekad yang kuat membuat hidup
menjadi lebih baik. Siapa yang memiliki tekad untuk
berubah menjadi lebih baik maka ia akan
menemukan kekuatan yang besar dalam hidupnya.

Perjalanan hidup yang begitu sulit dialami oleh


Rony. Seorang pemuda dari keluarga yang kurang
mampu harus merasakan pahitnya kehidupan selama
bertahun-tahun. Hal tak terduga datang ditengah-
tengah karirnya yang membaik. Semua kebahagiaan
sekejap berubah menjadi masa-masa penderitaan.

Rony merupakan salah satu mahasiswa


berprestasi di Universitas Negeri Jakarta, baik
dibidang akademik maupun non akademik khusunya
di cabang olahraga sepak bola. Disamping itu,
kepribadiannya yang baik membuat dia disegani
teman-temannya. Meskipun berasal dari keluarga
kurang mampu, ia sama sekali tidak merasa malu
justru ia menjadi mahasiswa kebanggan di
kampusnya.

Malam itu Rony begadang untuk menonton


tim sepak bola favoritnya di televisi. Tanpa disadari
sebelum pertandingan selesai Rony tertidur. Pagi itu
sinar matahari menerobos masuk ke kamar,
membangunkan Rony dari tidur nyenyaknya. Rony
terbangun dan segera melirik jam di meja dekat
ranjangnya. Ia terkejut, ia bangun kesiangan. Dari
balik pintu kamarnya, terdengar suara ibunya yang
sedang marah.

“Rony bangun! Ini sudah siang apa kamu tidak


mau berangkat ke kampus? Makanya jangan
begadang hanya untuk nonton bola!” Perintah Ibunya

“Iya Bu, ini Rony sudah bangun.” Jawa Rony


dari dalam kamar.
“Ya sudah cepat mandi setelah itu pergi makan.
Mama sudah menyiapkan sarapan di meja.” Sahut
Ibunya.

“Iya Bu...”

Rony bergegas mandi dan bersiap untuk


berangkat ke kampus. Setelah semua siap, ia pergi ke
ruang makan untuk sarapan bersama kedua orang
tuanya. Selesai makan Rony berpamitan kepada
orang tuanya untuk berangkat ke kampus.

"Bu, Rony nanti pulang lebih sore karena ada


latihan sepak bola."

"Iya nak, hati-hati nanti pulangya." Jawab


ibunya

Setelah berpamitan, Rony bergegas berangkat


ke kampusnya mengendarai sepeda motor buntutnya.
Sesampainya di kampus, ia segera pergi menuju ke
kelas. Di tengah langkah kakinya, ia terkejut ada
seseorang yang menepuk bahunya dari belakang.

"Woy Ron buru-buru amat kenapa lu?" Tanya


Bima.
"Ah lu Bim ngagetin gue aja. Maaf Bim gue
udah telat ini, duluan ya."

Rony kemudian bergegas menuju ke kelasnya.


Sesampainya di kelas, Bu Maya menyuruhnya untuk
langsung duduk. Ia kemudian pergi menuju tempat
duduk yang kosong.

"Lu pasti tadi malem begadang nonton sepak


bola kan?" Tanya Dea.

"Iya Dea, tadi malem Barcelona main." Jawab


Rony.

Pembelajaran hari itu berlangsung normal


hingga waktu pulang. Jam menunjukan pukul 15.30
sore. Pembelajaran hari ini telah berakhir. Rony
mengemasi bukunya dan pergi meninggalkan kelas. Ia
kemudian pergi menuju lapangan sepak bola di dekat
kampusnya untuk menjalani seleksi tahap terakhir
Persija U-19. Sesampainya dilapangan, ia melihat
banyak temannya sudah berkumpul untuk menjalani
sesi latihan.

Beberapa saat kemudian pak Rian datang dan


menyuruh semua pemain untuk bersiap-siap. Pak
Rian merupakan pelatih sepak bola di Persija U-19.
Setelah semua siap, sesi latihan dimulai. 30 menit
telah berlalu, sesi latihan fisik telah dijalani oleh
semua pemain.

"Baik sekarang kita akan fun game. Saya akan


membagi kalian menjadi dua tim." Ungkap pak Rian.

Setelah dibagi, semua pemain bergegas ke


lapangan menempati posisi masing-masing. Rony
selalu mendapat posisi gelandang tengah.
Sebelumnya ia juga merupakan jenderal lapangan
tengah di klub Universitas Negeri Jakarta.

Prittt..... ( peluit kick of )

Semua pemain bermain dengan baik, khusunya


Rony. Dia bermain begitu indah. Ketika mendapatkan
bola ia selalu menari-nari dengan tekukan-tekukan
indahnya ia berhasil mengelabuhi lawannya.
Beberapa saat kemudian hal tak terduga terjadi. Rony
yang sedang menggiring bola disliding tackle yang
sangat keras oleh lawannya.

"Aduh..Aduh......" Rony meringis kesakitan


sambil memegangi kakinya yang terkena sliding
tackel.
Semua pemain bergegas menuju Rony
termasuk pak Rian. Setelah melihat kondisi yang
dialami Rony, pak Rian dan beberapa anak bergegas
membawa Rony ke rumah sakit. Beliau mengerti
bahwa kaki Rony mengalami patah tulang sehingga
perlu perawatan khusus.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka


semua sampai di rumah sakit. Rony segera
mendapatkan penanganan oleh dokter. Dan benar
saja, Rony mengalami patah tulang dan harus dirawat
di rumah sakit. Setelah mendapat informasi tersebut,
pak Rian segera menelepon keluarga Rony untuk
memberitahukan kejadian ini.

Keluarga Rony bergegas ke rumah sakit setelah


mendapat berita bahwa anaknya mengalami patah
tulang dan harus dirawat di rumah sakit.
Sesampainya di sakit mereka bergegas menuju kamar
Rony. Disitu ibunya menangis karena kasihan melihat
anaknya, sedangkan ayahnya bertanya kepada pak
Rian tentang apa yang terjadi.

Semua hal yang tidak diinginkan telah terjadi.


Rony harus dirawat di rumah sakit. Setelah beberapa
hari dirawat, Rony dan keluarganya memutuskan
untuk pulang karena keterbatasan biaya. Dokter tidak
bisa melarang mereka karena semua itu adalah hak
mereka.

Selama 2 bulan lebih Rony hanya bisa rebahan


di kamarnya dan menahan sakit yang begitu
menyiksa. Berbagai pengobatan alternatif telah
dilakukan namun semua sia-sia. Hingga akhirnya
Rony memutuskan untuk pergi kedokter lagi. Tak
disangka dokter Rony harus mengambil keputusan
yang begitu berat yaitu dia harus mengamputasi
kakinya agar organ tubuh lainnya tidak ikut rusak.
Semua merasa sangat sedih dengan kondisi tersebut.
Rony terus memikirkan tentang nasib hobinya yang
pada saat itu sedang membaik. Sedangkan kedua
orang tuanya memikirkan biaya yang harus
dibayarkan.

"Assalamualaikum" ( terdengar suara dari luar


kamar )

"Waalaikimsalam, siapa ?" Tanya Ibu Rony.

"Saya Erlang temannya Rony. Saya


mendapatkan informasi bahwa Rony harus
diamputasi kakinya. Apakah itu benar ?" Tanya Erlang.
"Iya nak, itu semua benar. Rony sekarang harus
menghadapai ujian yang begitu besar dari Allah."
Jawab Ibunya

"Kami turut prihatin Bu. Ini sedikit bantuan


yang tak seberapa Bu. Ini bantuan dari kami semua,
teman-temannya Rony. Kami semua menginginkan
yang terbaik untuk Rony." Ungkap Erlang

"Terima kasih banyak nak ini sangat membantu


bagi kami." Jawab Ibu Rony.

Beberapa saat kemudian Rony menuju ruangan


operasi untuk menjalani proses amputasi. Setelah
lama menunggu akhirnya dokter keluar ruangan dan
memberitahu bahwa proses amputasi berjalan lancar.
Semua orang yang berada diluar kamar tersebut
merasa senang karena proses berjalan lancar.

Beberapa hari kemudian Rony diperbolehkan


untuk pulang. Rony masih bersedih tentang apa yang
menimpanya. Ia tak percaya akan itu semua. Namun
dukungan dari keluarga dan teman-temannya
membuat dia mampu bertahan. Rony seakan-akan
kembali hidup dan sangat bersemangat menjalani
hidupnya.
Pagi itu ada seseorang berpakain rapi
mendatangi rumahnya

"Apakah benar ini rumah Rony?" Tanya orang


tersebut.

"Iya benar, saya sendiri Rony. Bapak siapa?."


Tanya Rony.

"Saya manager Indonesia Amputee Football


(INAF). Tujuan saya kemari adalah ingin mengajak
anda bermain di INAF. Saya telah mendapat banyak
informasi mengenai Anda. Ini kesempatan kamu
untuk tetap melanjutkan hobimu meskipun dalam
keterbatasan." Ungkap orang tersebut.

Roni sangat bahagia dan menerima tawaran


tersebut. Ia memberitahu kedua orang tuanya
tentang hal tersebut. Semua tidak percaya dengan
hal tersebut seakan-akan semua ini mimpi. Dari
sinilah kehidupan Rony semakin membaik. Ia terus
bersinar di INAF. Tekad dan semangatnya untuk tidak
menyerah membuahkan hasil. Sekarang
kehidupannya semakin membaik dan mampu
membanggakan orang disekitarnya meski dalam
keterbatasan.

Anda mungkin juga menyukai