Anda di halaman 1dari 4

Skripsi Berujung Depresi

Oleh: Rizki Bagus Saputra


Pagi itu, matahari sudah menampakkan cahayanya dari ufuk barat. Iyan mahasiswa yang dapat
dikatakan hanya tinggal selangkah kaki lagi untuk lulus menempuh kuliahnya. Namun itu semua
tiddak sesuai dengan apa yang ia harapkan, sebab ia sudah mengirim laporan skripsi namun
ditolak begitu saja oleh dosennya. Iyan mempunyai dua sahabat dari SMA yang selalu
mendukung dalam hal apapun, Affan dan Arul. Tetapi semenjak lulus SMA mereka bertiga
berpisah dalam memilih tempat Kuliah.

Iyan biasa berangkat kuliah menggunakan motor antik kesayangan warisan dari bapaknya, Iyan
tinggal sendiri di Jakarta. Hari itu Iyan nampak tidak begitu bersemangat pergi ke kampus, yang
ia pikirkan hanyalah skripsi, skripsi dan skripsi. Telpon Iyan berdering, ternayata dari Affan,
teman SMA nya.
“Halo, assalamualaikum yan” Roy menyapa.
“Walaikumsallam, eh elo fan” Iyan menjawab.
“Nanti kita kumpul-kumpul yuk, udah lebih dari empat tahun nih, semenjak kita lulus SMA
sampai mau lulus kuliah gak pernah kumpul lagi, nanti gue ajak Arul juga”. Affan to the point.
“Boleh juga tuh, gue juga kangen nih sama kalian, kumpulnya kapan dan dimana nih?”
“Kumpul dirumah gue aja, nanti malem jam 7 ya”.
“Oke deh fan” Iyan mengiyakan.
“Udah dulu ya telponnya fan, sampai ketemu nanti, Assalamualaikum”
Iyan pun tak sempat menjawab salam karena sudah terburu-buru berangkat kuliah.

Sepulang kuliah Iyan bergegas menuju rumahnya hingga tiba dirumah jam 5 sore. Ia istirahat
sebentar kemudian mandi.
“Oh iya gue ada janji sama Roy jam 7 malam nanti” Iyan berucap dalam hati. Setelah maghrib
tepatnya pukul 18.30 Iyan bergegas menuju rumah Roy ditemani motor antiknya itu. Saat
dijalan tiba-tiba ia melihat anak kecil dipinggir jalan yang terlihat sangat lemas. Ia pun
mematikan motornya. “Adik kenapa sendirian disini?” Tanya Iyan penasaran.
“Aku lapar kak, belum makan” Jawab si Adik memelas.
“Kamu tinggal dimana, orang tuamu kemana?” Tanya Iyan lagi.
“Aku tinggal dengan adikku berumur 3 tahun, kalau orang tuaku sudah meninggal” Jawab si
Adik sedih.
Iyan merasa bahwa nasib si Adik sama dengannya yang sudah ditinggal kedua orang tuanya
maka ia memberinya uang untuk membeli makanan juga buat adik yang berumur 3 tahun itu.
Iyanpun melanjutkan perjalanan menuju rumah Roy, sepuluh menit perjalanan sampailah
dirumah Roy.
“Assalamualaikum, Roy..Roy” Teriak Iyan memanggil dari luar pagar.
“Walaikumsallam, eh nak Iyan, ayo silahkan masuk, Roy ada didalam sudah dengan Arul” Ibu
Roy membukakan pagar. Kemudian Iyan bersalaman dengan Ibu Roy tadi.
Iyan pun masuk langsung menemui Roy dan Arul.
“Lama banget lo yan, telat sepuluh menit nih dari perjanjian”. Arul bicara sedikit kesal
“Iya tadi gue dijalan ngeliat anak kecil Rul, Roy, kasian dia kelaparan, yaudah gue ngobrol dulu
dan sebentar” Iyan menjelaskan. Roy dan Arul pun menganggukan kepala tanda mereka berdua
memaklumi. Sedang asik mengobrol Ibu Roy datang dengan membawa tiga gelas minuman dan
beberapa cemilan.
“Ayo diminum dulu”. Ibu Roy mengalihkan suasana.
“Iya bu makasih gak usah repot-repot” Iyan berterimakasih.
“Iya bu makasih" Arul menyahut. Mereka bertiga pun minum.

“Yan, gimana kuliah lo?” Tanya Roy.


“Nah ini masalahnya Roy, Rul gue mau cerita sama kalian. Jawab Iyan.
“Masalah gimana maksudnya?” Tanya Arul penasaran.
“Iya cerita aja sama kita” Roy menyahut.
“Jadi gini Roy, Rul gua sebenernya lagi depresi banget nih, kenapa gak depresi coba? Kalian
bayangin gue udah bikin skripsi pagi siang malem, tapi pas gue kirim ke dosen tau-tau ditolak
gitu aja” Iyan bercerita.
“Yaampun, gimana kalo lo bikin ulang skripnya nanti gue sama Arul bantuin lu ngebuat
skripsinya” Roy memberi solusi.
“Kalian serius mau bantuin gue?” Tanya Roy.
“Iya serius, gue juga mau ko kita sahabatan dari SMA masa iya gak mau ngebantu temen yang
lagi kesusahan” Arul meyakinkan.
“Makasih banyak ya buat kalian berdua”.
“Iya yan sama-sama” Roy berkata.
“Berarti kita satu mingu depan kumpul terus buat bantuin Iyan” Jelas Arul.
Jam sudah menujukkan pukul 21.30. Iyan dan Arul mengakhiri peretmuan mereka dan
berpamitan pulang dengan Ibunya Roy.

Sampai dirumah Iyan mandi dan langsung ke kamar tidurnya untuk bersiap tidur karena besok
ia masih harus ke kampus karena ada mata kuliah yang diganti ke hari sabtu. Iyan pun bangun
jam 05.30 ia melaksanakan sholat shubuh dan itu masih terlalu pagi kemudian diputuskan
untuk tidur lagi sampai ia bangun jam 06.45. Kemudian ia mandi dan bersiap-siap berangkat
berangkat kuliah, setelah semuanya siap. Jam 07.30 Iyan bergegas ke kampusnya.
Setelah mata kuliah selesai Iyan langsung bergeas menuju rumah tanpa main-main dahulu
dikampusnya. Sesampai dirumah Iyan merasa lapar kemudian Ia membeli nasi di warteg dekat
rumahnya. Sembari makan Iyan memikirkan tentang skripsi yang akan dibuat lagi esok dengan
bantuan dari kedua sahabatnya itu, Iyan mempersiapkan laptop, buku-buku catatan dan
lainnya.

Di hari senin sampai minggu Iyan, Roy dan Arul selalu ngumpul jam 7 malam untuk membantu
Iyan membuat skripsinya, kadang dirumah Roy, Arul dan juga rumah Iyan bergantian.
Hingga akhirnya skripsi selesai hanya perlu sedikit merapihkan.
Dua minggu kemudian skripsi sudah siap diberikan kepada dosen Iyan itu. Keesoann hari Iyan
pun berangkat kuliah dan berniat mendatangi ruangan dosennya untuk memberi laporan
skripsinya.
“Tok..tok..tok” Iyan mengetuk pintu ruangan dosen.
“Iya silahkan masuk” Dosen menyahut dari dalam.
“Permisi bu, Saya ingin memberi hasil laporan skripsi yang kedua kalinya” Iyan menjelaskan.
“Oh yausudah taro saja dimeja Ibu”.
“Baik bu terimakasih”.
Iyan pun keluar dari ruangan dosen itu dan sangat berharap skripsinya itu diterima sehingga
Iyan bisa lulus.
Tiga hari setelah itu Iyan dipanggil ke ruanganan dosen kemarin.
“Tok..tok..tok” Iyan mengetuk pintu ruangan dosen.
“Iya silahkan masuk” Dosen menyahut dari dalam.
“Permisi bu, ada apa memanggil Saya? Skripsi Saya diterima kan bu? Iya kan bu?” Tanya Iyan
bersemangat.
“Maaf Iyan, skripsi kamu masih belum bisa diterima karena masih banyak kesalahan, kesalahan
penulisan, pembahasannya dan lain lain” Ibu disen menjelaskan.
“Oh jadi skripsi saya belum diterima bu? Iyasudah bu kalo begitu terima kasih, saya permisi
keluar” Iyan terlihat kecewa sekali.

Setelah kedua kalinya membuat skripsi dan hasilnya ditolak, Iyan pun putus asa dan juga
depresi. Dibenaknya terlintas fikiran ingin bunuh diri karena sudah terlalu depresi. Iyan pun
menlpon Roy.
Tak lama kemudian diangkat oleh Roy
“Halo Roy, Roy gue capek, skripsi yang kemarin gue buat ulang dan dibantuin sama lo dan juga
Arul gak diterima juga” Iyan menjelaskan kecewa.
“Ha? Serius lo yan, perasaan kemarin kayaknya udah bener”. Roy kaget.
“Iya, katanya masih banyak kesalahan. Roy gua depresi banget,rasanyabgue pengen bunuh diri
aja roy, gua capek” Jelas Iyan.
“Jangan ngomong gitu yan, jalan kita masih panjang”. Roy mencoba menbasehati Iyan “Gak tau
lah Roy, pokoknya gue capek bikin skripsi, gue mau bunuh diri aja”. Tuuut… Setelah itu telpon
dimatikan oleh Iyan.
Roy pun segera menelpon Arul sahabatnya satu lagi, dan Arul berkata bahwa kita berdua, Roy
dan Arul harus segera ke rmah Iyan, kemudian Roy kerumah Arul untuk menjemputnya lalu
mereka berdua bergegas ke rumah IYan, mereka sangat panic takut ada apa-apa dengan Iyan.

Sesampainya dirumah Iyan, ia mengendap-endap mendekati ruamhnya, tetapi tidak masuk


agartidak ketahuan oelh Iyan, setelah lima menit kemudian Roy dan Arul melihat Iyan keluar
rumah, lalu Roy dan Arul mengikutinya pelan sambil mengumpat. Setelah diikuti ternyata Iyan
pergi ke jembatan yang dibawahnya sungai

Anda mungkin juga menyukai