Anda di halaman 1dari 11

BAHAN BAKU

Bahan baku pembuatan polipropilen di PT. POLYTAMA PROPINDO adalah polipropilen


sebagai bahan baku utama dengan bahan baku penunjang berupa katalis, kokatalis, hydrogen, serta zat
aditif, nitrogen dan IDO juga diperlukan untuk membantu jalannya proses selain bahan kimia yang
digunakan untuk pengolahan air.
1. Propilen
Propilen yang digunakan sebagai bahan baku utama adalah propilen cair yang didapatkan dari
pertamina UP VI Balongan yang telah melalui proses catalytic cracking. Sifat sifat fisik propilen
meliputi :
a. Berat Molekul : 42,078
b. Titik Didih Normal :-47,7
c. Titik Beku Normal ;-185,8
d. Temperature kritis : 365 K
e. Tekanan kritis : 46,6 bar
f. Volume kritis : 0,1831 m3
g. Densitas Kritis ; 0,233 g/ml
h. Warna : tidak berwarna
i. Indeks bias ; 1,3567
j. Tekanan uap : 7840 mmHg pada 21
4837 mmHg pada 0
k. Flash point : 107
l. Self ignitation temperature ; 224 C
m. Explotion limit (%by vol in air) : lower 2,4
Upper 11,1
n. Densitas cairan (70C) : 408 kg/m3
o. Kelarutan dalam air (20C,1 atm) ; 44,6 ml gas/100ml
Pada proses polimerisasi dengan Spheripol proses diperlukan propilen dengan kemurnian tinggi.
Oleh karena itu propilen yang digunakan mempunyai kemurnian sekitar 99,975%. Propilen
dialirkan melalui pipa dan ditampung pada 2 tangki penyimpanan dengan kapasitas 2100m3.
Tangki didesain pada suhu 31C dengan tekanan 18 bar.
Kemurnian propilen sangat penting untuk diperhatikan sebab impuritas yang sangat besar dapat
meracuni katalis, mengurangi stereospecific dan menurunkan mileage (ton propilen perkilogram
katalis). Impuritas pada propilen dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu :
a. Inert
Semakin banyak inert maka konsentrasi monomer semakin kecil sehingga jumlah monomer yang
bereaksi semakin sedikit. Setiap kenaikan 1% propane akan mengurangi milgae sebesar 0,33kg/gr
katalis.
Table 1.1 Daftar Komponen Inert

Komponen Kadar maksimum (ppm-weight)


Metana 20
Etana 200
Propane 10
Nitrogen 100
b. Kopolimer
Yang termasuk kopolimer adalah oleifin (ikatan rangkap dua) seperti etilen, butilen dan
pentena.
Tabel 1.2 Kadar Maksimum Kopolimer Impurities
Komponen Kadar maksimum (ppm-weight)
Etilen 25
Butilen 2
Pentena 10
c. Racun Katalis
Racun katalis dapat mempengaruhi kinerja katalis, stereospecificity, dan morfologi polimer.
Contoh racun katalis adalah CO, CO2, H2O, COS, H2S,PH3, AsH3, alcohol, asetilen, diena,
dan sulfur. Kadar CO harus dijaga dibawah 5 ppm karena CO dapat menyerang pusat aktif
katalis sehingga terjadi deaktivasi katalis. CO,o2, dan CO2 merupakan racun katalis sehingga
kokatalis tidak bias bergabung dengan katalis.
Table 1.3 Kadar Maksimal racun katalis dalam propilen
Komponen Vol ppm maksimal
Butadiene 10
Metilasetilen 5
O2 2
CO2 0,3
CO 5
H2O 5
COS 0,03
Sulfur 1
Methanol 5

2. Katalis
Katalis yang digunakan di PT. POLYTAMA PROPINDO adalah TiCl4 dengan penyangga MgCl,
katalis yang digunakan dalam proses polimerisasi propilen ini dibeli dari Xiang Yang, Cina. Dalam
proses spheripol katalis tidak dipisahkan dari produk sehingga tidak diperoleh kembali pada akhir
reaksi.
Kandungan katalis terdiri atas ;
1. MgCl2 sebagai penyangga TiCl4
2. TiCl4 dengan kandungan 6 -12%
3. DBP ( Diisobutil flafat) sebagai internal donor
4. N-heksana dengan kandungan 7-15%.
Sifat fisika dari katalis :
a. Wujud : serbuk
b. Warna ; putih
c. Sifat fisik pada suhu kamar : powder
d. Titik lebur : 700C
e. Titik nyala : <20C
f. Densitas : 1,8 – 2,1 gr/cm3
Katalis akan membentuk HCL bila bereaksi dengan air dan menghasilkan panas. Oleh karena itu
katalis harus disimpan pada kondisi inert dan atmosferik, container tertutup, temperature 10-30C.
3. Kokatalis
Kokatalis berfungsi untuk mengaktifkan katalis. Kokatalis yang digunakan adalah TEAL (tri
etil alumina). TEAL bersifat eksplosif, oleh karena itu dalam penanganan TEAL selalu
digunakan blanket gas nitrogen. Apabila terjadi kebakaran pemadaman yang digunakan adalah
nitrogen dengan cara dry chemical. Pemadaman yang tidak disarankan adalah foam,
air,CCL4,atau CH2BFCL.
Sifat sifat fisika TEAL antara lain :
a. Wujud pada suhu kamar : cairan
b. Warna : tidak berwarna
c. Berat molekul : 114,17
d. Titik lebur : -58 C pada 1atm
e. Titik Didih : 186 C pada 1atm
f. Tekanan Uap : 1mmHg pada 62C
g. Densitas : 0,835 gr/cm3 pada 25C
h. Larut dalam pelarut hidrokarbon seperti heptan
i. Spontan menyala bila kontak dengan udara
j. Spontan meledak bila kontak dengan air
4. Donor
Donor berfungsi sebagai stereoregulator, yaitu mengarahkan stereospesifitas produk
polipropilen supaya kadar polimer isotaktik yang diperoleh tinggi. Donor yang didapatkan ada
2 jenis yaitu CHMMS (cyclohexyl methyl di-methoxylane) dan DPMS (diphenyl
dimethoxysilane).
Karakteristik donor :
a. Wujud pada suhu kamar : cairan
b. Bau : ringan / slight
c. Boiling point : 196C
d. Flash point : 70C
5. Hidrogen
Hydrogen yang dipakai di PT. POLYTAMA PROPINDO diperoleh dari PT. Samator Gas.
Hidrogen berfungsi sebagai terminator dalam tahap terminasi pada proses polimerisasi. Panjang
rantai polimer yang terbentuk ditentukan oleh jumlah hydrogen yang dialirkan ke reactor
polimerisasi, oleh karena itu jenis produk diatur dengan mengatur jumlah hydrogen. Hydrogen
mengandung impuritas berupa CO dan H2O. Kandungan Co maksimal sebesar 1 ppm- weight,
sedangkan kandungan H2O maksimal sebesar 10 ppm-weight.
6. Aditif
PT. Polytama Propindo menggunakan beberapa aditif diantaranya :
a. Atntioksidan untuk mencegah polipropilen teroksidasi
b. UV Stabvilizer, untuk melindungi polipropilen dari radiasi ultraviolet
c. Nucleating agent, untuk memperbaiki sifat optic polipropilen sehingga lebih jernih,
densitas lebih seragam dan warnanya lebih seragam
d. MFI modifier, untuk memperbesar Melt Flow Indeks polimer atau memperkecil viskositas
e. Slip agent untuk memperkecil gaya gesek antar polimer
f. Pelumas untuk memperbaikik sifat alir dan gaya gesek antara polimer
g. Anti blocking berfungsi untuk mencegah penempelan antare film pada aplikasi film
h. Antistatic untuk menurunkan muatan elektrostatik pada permukaan polipropilen
7. Bahan Penunjang
1. Nitrogen
Nitrogen berfungsi sebagai pneumatic transfer medium yang membawa polimer ke silo,
drying agent, dan sebagai blanket agent untuk donor dan TEAL.
2. Mineral oil
Mineral oil berfungsi sebagai pelarut. Karakteristik mineral oil :
a. Swenyawa ; additive free highly refind paraffinic mineral oil.
b. Sifat fisik : cairan
c. Bau : tidak berbau
d. Penampakan ; jernih
e. Kadar air : maksimal 50ppm
f. Densitas : 0,861/0,865 kg/l pada 20C
3. Atmer
Atmer berfungsi untuk mematikan reaksi antara TEAL dan katalis dan diinjeksikan pada
T-302. Karakteristik atmer :
a. Senyawa : n-n-bis(2-hydroxyethyl) alkil amine
b. Sifat fisik : cairan
c. Penampakan : transparan
d. Warna : kuning muda
e. pH : basa kuat
f. Titik nyala : 127C
g. Tititk didih : -
URAIAN PROSES

1. Uraian Proses Secara Umum

Proses pembuatan polipropilen di PT. POLYTAMA PROPINDO menggunakan proses


spheripol lisensi dan Himont (sekarang montell), italia. Proses ini dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan diantaranya :
a. Proses persiapan katalis (unit 100)
b. Proses persiapan propilen (unit 700)
c. Proses polimerisasi (unit 200)
d. Proses pemisahan (unit 300)
e. Proses streaming dan drying (unit 500)
f. Blow Down system (unit 600)
g. Proses pellezing (unit 800)
h. Proses bagging (unit 900)
i. Utility (unit 1000 – 2000)
2. Uraian Proses
2.1 proses persiapan katalis TEAL dan Donor (unit 100)
2.1.1 Persiapan katalis
Katalis yang digunakan dalam proses polymerisasi di PT. Polytama Propindo adalah
TiCl4 dengan penyangga MgCl2. Katalis ini berbentuk serbuk dan hanya diperlukan dalam
jumlah yang sedikit dalam proses sehingga transfer katalis ke reactor secara kontinyu akan
cukup sulit oleh karena itu sebelum di transfer ke reactor katalis dibuat dalam bentuk pasta
terlebih dahulu dengan ditambahkan zat inert yaitu oil dan grease.
Oil dan grease dicampurdidalam D-105 (oil-grease mixing drum ) dengan perbandingan
7 : 3, setelah tercampur sempurna kemudian dialirkan ke D-106 (catalyst dispertion drum)
dengan pompa P-105. Sebelumnya campuran oil grease dicampur dengan katalis dengan
perbandingan 2:1, pada temperature 70C dan tekanan 0,01 bar. Pendispersian katalis dalam oil
ini terjadi secara batc dengan waktu keseluruhan proses sekitar 16 jam.
Setelah waktu pendispersian dianggap sempurna kemudian D-106 didinginkan sampai
temperature 10C dengan chilled water sehingga terbentuk pasta katalis. Setelah siap pasta
katalis (mud catalyst) dialirkan ke D-108A/B (drum syringer), yang bekerja secara bergantian.
Piston dalam syringe digerakkan oleh minyak dari tangki D-107 (Hydraulic oil surge drum)
yang digerakkan oleh pompa P-108. Gerakan ini akan mendorong pasta katalis dari D-108A/B
masuk secara injeksi ke precontacting pot (D-201).
2.1.2 Persiapan TEAL
TEAL yang digunakan di PT. Polytama Propindo diimpor dari jerman dan dikemas
dalam tabung. TEAL dari tabung dikosongkan dengan gas N2 menuju D-111 (TEAL storage
drum) yang diblanket dengan gas N2 untuk mencegah kontak dengan udara dan air. TEAL
merupakan senyawa yang akan terbakar bila kontak dengan udara dan akan meledak bila
kontak dengan air, sehingga penyimpanan dalam ruang tertutup berdinding beton dan relative
jauh dengan area produksi lainnya.
TEAL dari D-111 dipompa ke D-101 (TEAL Metering Drum) yang dapat menghitung
konsumsi TEAL untuk proses. Sebelum dipompakan ke D-210 (precontacting pot), TEAL
disaring di F-101 untuk menghilangkan padatan pengotor.
2.1.3 Persiapan Donor
Persiapan donor dimulai dari wearhouse raw material kemudian dibawa ke unit
persiapan donor (unit 100). Disini donor disaring dengan filter F-103 lalu disimpan dalam
tangki D-110A/B (donor metering storage drum). Di D-110 donor dicampur oil agar
konsentrasinya tidak terlalu pekat, yaitu sekitar 6%. Donor disaring dengan filter F-104
sebelum dialirkan ke D-201 (precontacting pot)menggunakan pompa P-104A/B (donor
metering pump).
2.2. Proses Pemurnian Propilen (Unit 700)
Propilen yang digunakan oleh PT. Polytama Propindo diperoleh dari UP VI Balongan
dan disimpan dalam 2 buah tangki bola D-2102A/B yang bekerja secara bergantian. Bila salah
satu tangki menerima loading dari pertamina tangki yang lain mensuplai propilen untuk proses
polimerisasi. Masing masing tangki bola tersebut berkapasitas 2000 m3 dengan tekanan 28bar
pada temperature ruang.
Sebelum digunakan untuk proses polimerisasi, propilen dimurnikan terlebih dahulu dari
pengotor pengotor, antara lain senyawa karbon ringan, air,COS (Carbon Air Sulfat), CO,CO2,
dan H2S.
Dari D-2101A/B propilen dialirkan dengan pompa P-2101A/B ke T-701 (light end
stripper) untuk menghilangkan senyawa senyawa ringan yang terkandung dalam propilen.
Senyawa ringan tersebut adalah senyawa inert (propane, metana, etana, N2 etilen dan 1,3-
butadiena) dan racun katalis (H2S, CO, CO2, O2, alcohol,asetilen, diena, AsH3,PH3,dan
Sulfur). Sebelum masuk ke T-701, propilen dipanaskan terlebih dahulu dengan menggunakan
produk bawah T-701 berupa propilen panas pada E-703(feed bottom exchanger), sehingga
disebut Economizer.
Senyawa ringan yang bertitik didih lebih rendah dari propilen akan menguap menjadi
produk atas T-701 yang akan dialirkan ke flare atau menjadi bahan bakar boiler, sedangkan
propilen akan menjadi produk bawah dari T-701. T-701 beroperasi pada temperature 59C dan
tekanan 22 bar. Diharapkan setelah melewati T-701 propilen memiliki batas maksimum CO
0,03ppm.
Selanjutnya propilen dialirkan ke T-702A/B untuk menghilangkan COS, Arsine dan
Phospor. T-702A/B berisi katalis CuO dan ZnO yang tidak dapat di regenerasi karena yang
terjadi adalah proses adsorbs biasa. Adsorbsi COS dilaksanakan dalam kolom T-702 A(COS
removal tank), sedangkan adsorbsi AsH3 dan PH3 dilaksanakan di T-702 B( AsH3/PH3
removal tower). Setelah itu propilen dilewatkan ke T-703A/B yang berisi molecular sieve
untuk menghilangkan air. T-703 A/B bekerja secara bergantian. Jika T-703A telah jenuh maka
beban pengeringan akan dialihkan ke T-703B. T-703A tersebut akan diregenerasi dengan gas
N2 panas. Setelah selesai diregenerasi T-703A akan berfungsi sebagai colom cadangan jika T-
703B telah jenuh.
Propilen bersih kemudian ditampung dalam D-302 (propylene feed tank) untuk
didistribusikan ke R-200, seal pompa dan reactor surge drum. Level di D-302 dijaga dengan
menguapkan sebagian propilen dengan E-302 (feed pump cooler) bila tekanannya naik.
Sebelum masuk reactor propilen disaring di F-201A/B yang bekerja bergantian untuk
menghilangkan padatan padatan pengotor.
2.3 Proses Polimerisasi (unit 200)
2.3.1 Precontacting Pot dan Inline Mixer
Proses pencampuran awal pasta katalis, donor, TEAL terjadi di D-201 (precontacting pot).
Pencampuran ini bertujuan untuk mengaktifkan pasta katalis agar menghasilkan kontak yang
baik dengan propilen di dalam reactor. Precontacting pot merupakan vessel kecil dengan
volume 3 liter yang dilengkapi pengaduk magnetic berkecepatan 360rpm untuk menghasilkan
pencampuran yang sempurna. Temperature di D-201 dijaga tetap rendah yaitu 15C agar
pembentukan kompleks katalis tetap berjalan maksimal, sedangkan tekanannya menyesuaikan
tekanan reactor yaitu 36bar. Waktu tinggal katalis TEAL dan donor di D-201 sekitar 30 menit.
Volume didalam D-201 harus selalu penuh untuk mencegah timbulnya kantung udara yang
dapat mengganggu mekanisme pengumpanan campuran katalis. Oleh karena itu campuran
katalis, TEAL, dan donor yang diumpankan ke R-200 merupakan overflow dari D-201.
Campuran antara katalis,TEAL dan donor mulai bertemu dengan propilen di Z-203(inline
mixer). Temperature di Z-203 dijaga pada 5C dan rasio laju alir propilen terhadap laju alir
kompleks katalis dijaga tinggi sehingga diharapkan propilen belum bereaksi menghasilkan
propilen. Pertemuan di inline mixer bertujuan agar pendispersian katalis lebih homogen dan
agar tidak terjadi penyumbatan pada reactor.
Sebelum masuk ke Z-203 propilen terlebih dahulu disaring di F-201 untuk menghilangkan
pengotor pengotornya dan didinginkan sampai temperaturnya 5C. setelah bercampur dengan
katalis,TEAL, dan donor, propilen dimasukkan ke R-200 (baby loop reactor).
2.3.2 Prepolimerisasi
Baby loop rector (R-200) merupakan reactor yang berukuran kecil dengan temperature
20C. fungsi R-200 adalah supaya reaksi berjalan lambat agar proses proses polimerisasi
selanjutnya berjalan lebih sempurna.
Propilen disirkulasikan oleh pompa P-200. Baby loop reactor dilengkapi dengan jaket
pendingin untuk mengambil panas yang terjadi selama proses reaksi dan menjaga agar
temperaturenya tetap 20C.
Dalam R-200 ini terjadi proses pembungkusan awal (encapsule) katalis oleh propilen
untuk mencegah pecahnya katalis saat reaksi, dan mengurangi timbulnya fine polimer.
2.3.3Polimerisasi
Dari baby loop reactor, kompleks katalis dan propilen dialirkan ke R-201 yang
mempunyai tekanan operasi 36bar dan temperature 72C R-201 dipasang seri dengan R-202
yang dihubumgkan dengan belt conection untuk memperbesar waktu tinggal, sehingga kontak
katalis dengan propilen lebih lama dan reaksi yang terjadi lebih sempurna. Dua reactor
polimerisasi ini merupakan reactor tubular yang memiliki keunggulan bila dibanding dengan
reactor jenis lain yaitu rasio luas permukaan terhadap volume reactor besar.
Konversi di R-201 sekitar 65% dari total propilen yang terbentuk, sisanya berlangsung
di R-202. Slurry di R-201 disirkulasi oleh P-201 dan di R-202 disirkulasikan oleh P-202.
Tujuan dilakukan sirkulasi slurry dalam reactor adalah utuk menjaga temperature sistem
reactor dalam keadaan tunak. Fresh propilen ditambahkan ke R-201 dan R-202 sebagai reaktan
dan untuk menjaga agar densitas slurry tidak terlalu besar. Fresh propilen juga dialirkan
kedalam dua reactor melalui mechanical seal pompa untuk menjaga pompa tetap bekerja
dengan baik.
R-201 dan R-202 dilengkapi dengan reactor surge drum (D-202) untuk menjaga
tekanan dalam reactor. Tangka D-202 berisi propilen yang berada dalam keadaan setimbang
uap-cair dan berhubungan langsung dengan kedua reactor. Jika tekanan dalam reactor terlalu
kecil maka laju alir propilen yang diuapkan di E-203 dan laju alir propilen yang dialirkan ke
reactor dari D-202 diperbesar sehingga tekanan dalam reactor naik. Jika tekanan dalam reactor
terlalu besar maka jumlah propilen yang diuapkan dalam E-203 dan yang dialirkan ke reactor
dari D-202 diperkecil sehingga tekanan dalam reactor turun
Polimerisasi merupakan reaksi eksotermis sehingga untuk menjaga temperature dalam
reactor tetap konstan diperlukan jaket pendingin yang dialiri air demineralisasi .
Temperature mempengaruhi konversi jika diinginkan konversi yang tinggi maka panas
yang dibuang diperkecil dengan memperkecil aliran air pendingin. Jika diinginkan konversi
lebih rendah maka aliran air pendingin diperbesar.
Polimerisasi dikendalikan dengan penambahan hydrogen dengan cara diinjeksikan di
aliran propilen sebelum masuk ke ketiga reactor tersebut. Hydrogen ini berfungsi sebagai
terminator reaksi. Semakin banyak hydrogen yang ditambahkan maka propilen yang terbentuk
akan memiliki berat molekul yang semakin kecil.
2.3.4-Proses Pemisahan (Unit 300)
Polipropilen dan propilen keluaran dari reactor R-202 dipisahkan dalam flash drum (D-301)
dengan menurunkan tekanan dari 36 bar menjadi 18bar. Dalam perjalanan ke D-301
polipropilen dan propilen melalui pipa yang dilengkapi dengan steam jaket (flash line)
sehingga suhu campuran menjadi 80C. flash drum (D-301) dilengkapi dengan A-301 (dynamic
separator) untuk menyempurnakan pemisahan flake dari propilen yang berbentuk gas dan
mencegah padatan – padatan yang terikut kedalam aliran gas propilen yang ingin di daur ulang
Hasil atas dari D-301 berupa gas propilen yang membawa sedikit fine polymer dialirkan
ke T-301 (recycle propylene scrubber) untuk memisahkan propilen dan fine polymer. Produk
atas T-301 yang berupa propilen sebagian dialirkan ke D-303 untuk pulsator filter, sebagian
lagi menuju E-301. Propilen yang terkondensasi di E-301 dialirkan ke T-301 sebagai refluks,
dan adapula yang dialirkan pada D-302 untuk digunakan kembali sebagai umpan reactor.
Sedangkan gas gas yang tidak terkondensasi di E-301 dibuang sebagai off gas melalui flare.
Hasil bawah T-301 yang berupa fine polymer akan masuk ke F-301.
Hasil bawah D-301 yang berupa polipropilen yang masih mengandung sedikit propilen
juga masuk ke F-301. Tekanan di F-301 sangat rendah sehingga propilen yang masih terdapat
dalam polipropilen berubah menjadi gas dan keluar sebagai hasil atas. Hasil atas ini kemudian
masuk ke T-302 (low pressure scrubber) untuk mendeaktivasi TEAL menggunakan atmer dan
mineral oil. Propilen keluar T-302 dialirkan ke D-304 (knock out drum) untuk memisahkan
sisa sisa oil-atmer yang masih terbawa polipropilen. Kemudian gas propilen dikompresi
terlebih dahulu hingga tekanannya naik menjadi 18bar sebelumdimasukkan ke T-301. Hasil
bawah F-301 yang berupa polipropilen yang relative murni selanjutnya dibawa ke unit
steaming dan drying (unit 500).
2.3.3 Proses Steaming dan Drying
2.3.3.1 Proses Steaming
Steaming berfungsi untuk mematikan katalis dan TEAL yang masih ada dalam polimer
serta merupakan hidrokarbon yang masih tersisa. Proses ini terjadi di D-501 (steamer). Di D-
501 polimer dikontakkan dengan steam yang terbagi menjadi dua yaitu lower steam dan upper
steam agar kontak antara steam dan polimer lebih maksimal. Di D-501 beroperasi pada suhu
108C dan tekanan 0,2barg. Di D-501 dilengkapi dengan steam jaket untuk menjaga suhu dan
mencegah steam terkondensasi karena steam yang terkondensasi akan bereaksi dengan TiCl4
membentuk HCL yang korosif dan dapat merusak peralatan.
Hasil bawah D-501 yang berupa polimer basah dialirkan ke D-502 (dryer) sedangkan
hasil atas yang berupa hidrokarbon basah dibawa ke siklon S-501. Siklon ini memisahkan fine
polimer dan hidrokarbon. Fine polimer sebagai hasil bawah dikembalikan ke D-501 dan
hidrokarbon sebagai hasil atas dibawa ke T-501 (Steamer scrubber). Di T-501 hidrokarbon
dicuci dengan air demin untuk menghilangkan fine polimer dan padatan lain. Hasil atas T-501
berupa hidrokarbon dialirkan ke D-503 untuk memisahkan gas sebagai hasil atas dengan air
dan oligomer sebagai hasil bawah. Gas yang keluar dari D-503 didinginkan di D-506 untuk
menghilangkan airnya. Selanjutnya gas gas ini diteruskan ke PK-502 (streamer off gas drying
uniy package) untuk mengeringkan uap air yang masih terbawa. Gas propilen dan propane dari
PK-502 sebagian dikembalikan ke F-301 dan sebagian dibuang sebagai off gas untuk
menghindari akumulasi propane.
Oligomer dan air yang merupakan hasil bawah D-503 dipisahkan di S-503. Air akan
turun dan dipompakan kembali ke T-501. Campuran oligomer dan air yang keluar dari T-501
dipisahkan di D-505. Selanjutnya hasil bawah yang berupa air dikembalikan ke T-501 melalui
pompa P-501A/B. hasil atas yang berupa oligomer kemudian ditampung di D-504 bersama
oligomer hasil atas S-503.
2.3.3.2 Proses Drying
Polipropilen basah dari D-501 masuk ke D-502 (dryer) untuk dikeringkan. D-502
beroperasi pada suhu 91C dan tekanan 0,1barg. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan
gas nitrogen yang disirkulasi secara kontinyu pada temperature 120C. hasil bawah D-502 yang
berupa polipropilen kering dimasukkan ke silo D-802A/B sebelum diproses di area Palletzing.
Hasil atas D-502 berupa nitrogen basah yang mengandung fine polimer masuk ke siklon S-
502 untuk dipisahkan. Hasil bawah siklon kemudian dialirkan ke tangki D-508 (fines hopper)
menggunakan rotary feeder RF-501A. Flake dari D-508 selanjutnya dialirkan ke D-802A/B
menggunakan RF-501B. gas nitrogen yang keluar dari siklon S-502 kemudian dialirkan ke T-
502 (dryer scrubber). Di T-502 ini nitrogen basah akan dikontakkan dengan air sehingga terjadi
pertukaran panas antara nitrogen panas dan air. Hal ini menyebabkan air yang ada dalam
nitrogen terkondensasi bercampur dengan air yang berasal dari siklus.
Air tersebut sebagian akan dibuang dan sebagian lagi didinginkan di E-502 (recycle cooler)
Bersama sama dengan air make up kemudian dikembalikan di T-502. Hasil atas T-502 yang
berupa gas nitrogen kemudian dikembalikan ke D-502 menggunakan blower C-502.
Sebelumnya gas nitrogen melewati E-503 untuk dipanaskan terlebih dahulu. Transfer flake
polimer dari area drying ke unit palletzing dilakukan dengan gas nitrogen. Gas nitrogen
digunakan karena nitrogen bersifat inert dan tidak akan menyebabkan terjadinya reaksi
oksidasi. Reaksi oksidasi akan menyebabkan kualitas propilen menurun karena berwarna
kuning.
2.3.4 Proses Palletzing (unit 800)
2.3.6.1. Solid transfer
Polipropilen kering dari D-502 dialirkan ke D-801 A/B secara gravitasi D-801A/B
merupakan tangka penyimpanan sementara flake dari proses polimerisasi untuk kemudian
dialirkan ke D-802A/B.
Tekanan di D-801A/B sekitar 0,1barg sedangkan tekanan pada pipa yang akan
membawa flake menuju D-802A/B sekitar 0,4barg, maka untuk mengatur aliran yang keluar
dari D-801A/B diguanakan rotary feeder (RF-801A/B).
Transfer flake dari D-801 A/B ke D-802A/B dan dari D-802A/B ke D-803 digunakan
pneumatic transfer dengan menggunakan nitrogen. Penggunaan nitrogen ini karena gas
nitrogen bersifat inert sehingga tidak mengoksidasi polipropilen.jika digunakan udara luar
sebagai media transfer, oksigen yang terdapat dalam udara akan mengoksidasi polipropilen dan
menyebabkan polipropilen berwarna kekuningan.
Dalam D-802A/B flake polipropilen akan terpisah secara gravity dari nitrogen
pembawanya. Nitrogen akan naik ke bagian atas D-802A/B untuk kemudian direcovery dan
digunakan kembali. Nitrogen yang akan meningalkan D-802A/B disaring terlebih dahulu dari
F-801A/B untuk memisahkan fine polimer yang mungkin terbawa dari D-802 nitrogen disaring
kembali ke F-802 A/B. selanjutnya gas nitrogen didinginkan di E-800 sebelum masuk C-801
A/B/C, agar suhunya turun dari 83C ke 31C. C-801 A/B berfungsi sebagai kompresor untuk
mensirkulasi gas nitrogen dalam transfer secara pneumatic dari D-801 A/B menuju D-802A/B.
sedangkan C-801 C berfungsi untuk mensirkulasi gas nitrogen dari D-802A/B menuju D-803.
2.3.6.2. Additivation dan Palletzing
Dari D-803, flake dialirkan ke M-801 A/B dan unit penimbang W-802 secara gravitasi.
Dalam M-801 A/B flake dicampur dengan aditif padat membentuk masterbatch kemudian
dialirkan ke unit penimbang W-801. Keluaran dari W-801 kemudian dicampur dengan flake
dari W-802 dalam M-802. Selanjutnya campuran dari M-801 dicampur dengan aditif cair
sebelum masuk ke extruder EX-801.
Dalam EX-801 polimer mengalami proses ekstruksi, yaitu polimer dilelehkan,
dihomogenkan dengan aditif, dibentuk menjadi pallet, dan didinginkan secara mendadak
dengan menggunakan air. Proses ini disebut underwater palletezing, karena proses pemotongan
pallet tersebut dilakukan didalam air yang sekaligus sebagai media pembawa pellet menuju ke
S-802.
Di S-802 pellet dipisahkan dari air pembawanya. Air dialirkan kembali ke bagian akhir
dari ekstruder sedangkan pellet dikeringkan dari uap dalam S-803 (pellet centrifugal dryer).
Selanjutnya pellet dialirkan ke S-804 untuk dipisahkan dari pellet yang oversize maupun
undersize. Kemudian produk dibawa ke D-809 yang merupakan silo penampung.
2.3.6.3. Bagging
Pellet kering dari D-809 masuk ke D-901 A/B/C/D (blending silo) dengan media pembawa
udara yang telah di proses di D-901 A/B/C/D pellet mengalami pencampuran atau
homogenisasi dengan menggunakan kompresor C-901A/B/C agar distribusi ukuran dan MFI
pellet lebih seragam, di D-901 A/B/C/D bekerja secara bergantian, waktu yang diperlukan
untuk proses bleanding adalah 8 jam. Setelah proses homogenisasi telah selesai pellet akan
dialirkn ke D-905 A/B (bagging line feed hopper) lalu dialirkan secara gravitasi ke D-903 A/B
(automatic bagging mechine) untuk dikemas.
Pellet ditimbang sebanyak 25kg. kemudian dikemas dalam kantong
kemasan. Kemasan pellet kemudian diangkut dengan belt conveyor melewati detector logam
agar tidak terdapat kandungan logam dalam pellet yang akan dipasarkan. Setelah itu pellet akan
mengalami penimbangan kembali, jika beratnya tidak sesuai dengan range 24,98 – 25,60 maka
alarm akan berbunyi. Setelah melewati timbangan, kode produk dicetak dalam kantong
kemasan dan kemasan pellet kemudian disimpan dalam Gudang.
2.3.5 Blowdown System
PT. Polytama Propindo dilengkapi dengan sistem blowdown yang merupakan sistem
penunjang keamanan dan keselamatan proses produksi. Sistem blowdown digunakan pada saat
darurat dan pada kondisi operasi normal tidak digunakan. Sistem Blowdown di PT.Polytama
Propindo dibagi menjadi 2 jenis yaitu blowdown tekanan rendah dan blowdown tekanan tinggi.
 Blowdown tekanan tinggi
Blowdown tekanan tinggi menggunakan tangki D-601, didesain untuk mampu menahan
tekanan sampai 16bar dan temperature 200C. pada kondisi darurat D-601 menerima semua
buangan dari reactor dan dari kran pengaman utama (main reactor safety valve). Hasil atas
D-601 akan menuju siklon S-601. Di S-601 gas propilen dipisahkan dari padatannya
kemudian dibuang menuju flare, sedangkan polipropilen yang berbentuk padatan
dimasukkan dalam D-603 kemudian distripping dengan steam dan nitrogen untuk
menghilangkan polipropilen yang tertinggal serta untuk mendeaktivasi katalis dan TEAL.
 Blowdown tekanan rendah
Blowdown tekanan rendah menggunakan tangki D-602 yang di desain pada temperature
120C dan tekanan 3,5bar. Di D-602 menampung semua buangan dari flashline dan dari
alat alat sesudah reactor. Polimer yang terakumulasi pada D-601 juga dialirkan menuju D-
602. Gas propilen dari D-602 dialirkan kedalam siklon S-601 untuk mencegah padatan
yang terbawa dalam gas yang menuju flare. Polimer dari D-602 sebelumnys di stripping
dengan steam dan nitrogen untuk menghilangkan propilen yang tertinggal serta untuk
mendeaktivasi katalis dan TEAL kemudian ditampung dalam drum.

Anda mungkin juga menyukai