Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk

mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di

Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya

praktis, harganya murah dan aman. (Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH. hal 255

:277)

Selain karena metode kontrasepsi suntikan dapat membantu mengurangi

masalah-masalah kewanitaan yang paling dasar dan utama bagi kesehatan

reproduksi, pemakaian suntikan KB aman, sederhana dan efektif, namun akseptor

harus menggunakan suntikan KB secara periodik atau setiap 1 atau 3 bulan sekali

harus melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan baik bidan, puskesmas

ataupun ke dokter.Kontrasepsi suntik tidak menimbulkan gangguan namun tetap

mempunyai kekurangan dan efek samping. Seorang akseptor KB suntik beberapa

waktu setelah penggunaan kontrasepsi tersebut terkadang mengalami beberapa

gangguan seperti sakit kepala, gangguan haid dan peningkatan atau penurunan

berat badan. Namun efek samping ini dapat segera hilang baik dilakukan

pengobatan ataupun tidak dilakukan pengobatan. Akseptor yang tidak siap

menghadapi perubahan ataupun gejala yang ditimbulkan oleh penggunaan

konstrasepsi suntik seringkali menimbulkan kecemasan pada diri akseptor.

Kecemasan yang terjadi pada diri akseptor KB suntik 3 bulan dapat menjadikan

akseptor tersebut beralih menggunakan metode kontrasepsi lainnya. Hal ini

dikarenakan sebagian besar pengguna metode kontrasepsi suntik tidak

1
mengetahui tentang efek samping penggunaan metode kontrasepsi suntik

(Mirudin, 2008).

Menurut WHO Pada tahun 2007, Kontrasepsi hormon berada pada posisi

ketiga di seluruh dunia, dari 25 juta pasangan usia subur, 37,53% yang memakai

kontrasepsi suntik.

Indonesia, pada tahun 2012 tercatat jumlah peserta KB aktif dari 64.133.347

juta jiwa, dengan jumlah PUS 161.750.743 juta jiwa dan WUS 51.472.069 juta

jiwa (Kemenkes RI, 2010). Dari 64.133.347 peserta KB aktif, pengguna KB

suntik (54,35%). Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan terhadap akseptor

KB suntik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan

penggunaan KB suntik adalah terjadinya gangguan menstruasi 51,25%, kenaikan

berat badan 36,25% dan peningkatan tekanan darah 3,75% (Eiska, 2007). Metode

KB suntik menggunakan medroksiprogesteron (sejenis progestin) yang

disuntikkan 1 atau 3 bulan sekali ke dalam otot bokong atau lengan atas. Suntikan

ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga pemakai

KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan pertama dan

sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting (bercak

perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin lama suntikan KB

dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami menstruasi tetapi lebih

sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2 tahun memakai

suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak mengalami perdarahan. Jika

pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali

terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Dalam prakteknya seringkali seorang

akseptor KB suntik 3 bulan mengalami gangguan seperti sakit kepala, gangguan

2
haid dan peningkatan berat badan. Efek samping yang ditimbulkan dari

penggunaan metode kontrasepsi KB suntik seringkali menimbulkan kecemasan

dalam diri akseptor. Sebagian besar akseptor tidak siap menghadapi perubahan

atau efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan kontrasepsi KB suntik 3

bulan. Efeknya berlangsung lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1

tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi medroksiprogesteron tidak menyebabkan

kemandulan permanen. Keuntungan pemakaian KB suntik 3 bulan diantaranya

adalah cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam

jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali, tidak terpengaruh "faktor

lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB), tidak mengganggu hubungan

suami istri dan lainnya. Sementara untuk kekurangan metode KB suntik

menimbulkan efek samping terhadap siklus haid (menstruasi) seperti perdarahan

kenaikan berat badan dan beberapa efek lainnya. Seringkali akseptor KB suntik 3

bulan tidak mengetahui tentang efek samping penggunaan metode kontrasepsi ini

sehingga menimbulkan kecemasan. Terkadang kecemasan yang timbul bisa

sampai dengan tingkat kecemasan yang berlebihan (healthsolution.com).

(http://erna-lusiana.blogspot.com)

Hasil pelayanan Peserta KB Baru di Sumatera Utara sampai dengan bulan Agustus

2008 mencapai 180.014 peserta atau 66,11% dari perkiraan permintaan masyarakat

sebagai peserta (PPM) KB Baru tahun 2008 sebanyak 272.300 peserta. Berarti

pencapaian rata-rata perbulan diatas 8% dan apabila persentase pencapaian rata-rata ini

dapat dipertahankan, maka sasaran pencapaian peserta KB Baru tahun 2008 akan

tercapai. Dari pencapaian sebanyak 180.014 peserta KB Baru tersebut , peserta KB IUD

mencapai 10.773 peserta atau 5,98%, peserta KB dengan metode Medis Operasi Pria

(MOP) mencapai 351 peserta atau 0,19% dan Medis Operasi wanita (MOW) mencapai

3
4.560 peserta atau 2,53% , peserta KB Kondom mencapai 13.545 peserta atau 7,52%,

peserta KB Implant mencapai 12.109 peserta atau 6,73% , peserta KB Suntik mencapai

72.090 peserta atau 40,05% dan peserta KB PIL mencapai 66.586 peserta atau 36,99%

(http://sumut.bkkbn.go.id/Lists/Berita/DispForm.)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengangkat suatu masalah

sebagai karya tulis ilmiah dengan judul ”Hubungan Pemakaian Alat kontrasepsi

Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Di Klinik Harapan

Keluarga Medan tahun 2013 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah:

Apakah ada hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan

Menstruasi Pada Akseptor KB Di Klinik Harapan Keluarga, Medan tahun 2012?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemakaian alat kontrasepsi suntik dengan

gangguan menstruasi pada akseptor KB di Klinik Harapan Keluarga, Medan tahun

2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengindentifikasi hubungan alat kontrasepsi suntik dengan

gangguaan menstruasi pada akseptor KB di Klinik Harapan keluarga , Medan

tahun 2012.

4
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan,

pengalamandan wawasan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian

serta dapat menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah

1.4.2 Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan tentang pengunaan dan efek samping dari

pemakaian alat kontrasepsi suntik kepada akseptor KB di Klinik Harapan

Keluarga, Medan.

1.4.3 Bagi Tempat Peneliti

Sebagai bahan informasi dan masukan dalam upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan alat kontrasepsi bagi masyarakat.

1.4.4 Bagi Institusi

Sebagai tambahan dalam memvariasikan hasil penelitian dan dapat

menambah sumber bacaan di Perpustakaan sehingga nantinya hasil

penelitian ini dapat dimengerti.

1.4.5 Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi salah satu bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti lain

dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.4. Bagi Institusi Dapat

digunakan oleh institusi pendidikan sebagai bahan pustaka.

5
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontrasepsi Suntik

2.1.1 Definisi

Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikan

hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur.

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksipro gestron acetat dan

5 mg estrogen sipioral yang di berikan injeksi 1.m. sebulan sekali (cyclofem) dan

50 mg moretindron enantat dan 5 mg estradiol volerot yang diberikan injeksi ksi

1.m. sebulan sekali.

Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada2 macam yati DMPA

(depo medro xyproyestr\erol acetat) yang disebut deprovera dan neten

(nerotisterin enanynaye) yang disebut noristerat.

2.1.2 Mekanisme Kerja Suntikan KB.

Mekanisme kerja komponen progesteron / derivat testosteron yaitu :

1) Mengurangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.

2) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa.

3) Perubahan peristaltik tuba fallupi, sehingga konsepsi dihambat.

7
4) Mengubah suasana enolemetrium, sehingga tidak sempurna untuk hasil

implantasi konsepsi. (Maruaba, 1998).

Adapun mekanisme suntikan KB dapat di bedakan menjadi dua yaitu :

1) Primer : Mencegah Ovulasi

Kadar FSHdan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH serge) respon

kelenjar Hypophyse tergadap goradotropin releasing hormon ensogenous tidak

berubah sehingga membri kesan proses terjadi di hipotelamus dari pada di

kelenjar hypophyse.

2) Sekunder

a) Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap

spermatozoa.

b) Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari

ovum yang telah dibuahi.

c) Mungkin mempengaruhi kecepatan tranpor ovum di dalam tuba fallupi

(hartanto, 2004).

Dari mekanisme suntikan KB di atas dapat disimpulkan oleh Hartanto dkk

(2004) bahwa progesteron / devirat testosteron dapat mengahalangi pengeluarah

FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum dan lendir servik menjadi

kental sehingga sulit ditembus spermatozoa.

8
2.1.3 Keuntungan dan kerugian Suntikan KB

1) Keuntungan suntikan KB

a) Resiko terhadap kesehatan kecil

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

d) Jangka panjang

Dari uaraian diatas maka keuntungan suntikan KB dapat disimpulkan

Sebagai berikut :

a) Pemberiannya sederhana setiap 4 sammpai 12 minggu

b) Tingkat efektifitasnya tinggi

c) Hubungan seks dengan suntikan bebas

d) Pengawasan medis yang ringan

e) Dapat di pakai atau diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca

menstruasi.

f) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dalam tubuh.

2) Kerugian suntikan KB

9
a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendaahan

bercak/spotng/ perdarahan selama 10 hari

b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang

setelah suntikan ke-2 atau ke-3

c) Penambahan berat badan

d) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis dan virus atau infeksi Virus HIV. (Noviawati,, Sujiyatini, 2009)

Dari uraian tentang kerugian suntikan KB diatas maka dapat disimpulajn sebagai

berikut :

a) Prndarahan yang tidak menentu

b) Terjadi omerorea (tidak datang bulan) berkepanjangan

c) Masih terjadi kemungkinan hamil (Meruaba, 1998).

2.1.4 Cara Pemberian Suntikan KB.

Pada waktu pasca persalinan (postpartum) dapat diberikan suntikan KB

pada hari ke 3 – 5 postpartum; atau sesudah air susu ibu berproduksi setelah ibu

pulang dari rumah sakit atau 6 – 8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa

ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus.

10
Pada pasca keguguran (postabortus), dapat diberikan segera setalah selesai

kuretuse atausewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit, atau 30 hari pasca

abortus ; asal ibu belum hamil lagi.

Norigest berupa arral berisi 200 mg zat aktif, yang disuntikan 1 m agak

dalam pada otot gluteus untuk 6 bulan pertama suntikan diberikan setiap 8 minggu

dan setelah itu setiap 12 minggu. (Sinopsis Obstetri, Jilid 1)

Cara Kerja :

1) Mencegah ovulasi

2) Mengentalkan lendr servik sehingga menolak kemampuan penetrasi sperma

3) Menjadikan selapu lendir rahim tipis dan strofi

4) Mengahmbat transpormasi gumet oleh tuba (Dyah Noviawati, Sujiyatini, 2009)

2.2.5 Efek Samping Dan Penatalaksanaan Kontrasepsi suntik

Pada pemakaian alat kontrasepsi sering didapatkan efek samping,

penatalaksanaan efek samping disesuaikan dengan jenis dan penyebabnya :

a) Amenorea

Penyebab, karena kontrasepsi progestin menimbulkan perubahan histologi

pada endoretrium sapai pada atrofi endometrium.

Penanggulangan :

(i) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun ukup konseling saja

11
(ii) Bila klien, tidak dapat menerima kelainan tersebut, sebutkan jangan

dilanjutkan, anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.

b) Pendarahan

Gangguan ini sering terjadi ditanggulangi dengan pemberian preparat

estrogen/ progesteron / pil kombinasi, diberikan juga roborandia dan motivasi

untuk perbaikan gizi, bila tidak berhenti juga setelah pengobatan sebaiknya

akseptor di anjurkan untuk ganti cara.

c) Berat Badan Yang Bertambah.

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara

kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, penyebab berat

pertambahan badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya

lemak tubuh dan bula karena retensi cairan tubuh. DMPA merangsang pusat

pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan

lebih banyak dari pada biasanya.

Penanggulangan : junlah porsi makan dikurangi dengan diet bila cara tidak

menolong dan badan terus bertambah akseptor dianjurkan untuk ganti

kontrasepsi.

d) Sakit Kepala, mual muntah, gelisah dan pusing.

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NETEN dan

terjadinya pada

Penyebab : karena reaksi tubuh terhadap progesteron

Penanggulangan : dijelaskan bahwa keluhan tersebut bersifat sementara dan akan

hilang dalam 3 bulanan setelah penyuntikan

12
e) Acne dan jerawat.

Jerawat yang paling sering muncul didaerah wajah.

Penyebab : prgestin terutama 19 morprogestin menyebabkan peningkatan

kadar lemak.

Penanggulangan :

(i) Memberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek samping suntikan

(ii) Anjurkan untuk mengurangi makana-makanan yang berlemak

(iii) Anjurkan untk menjaga keberihan wajah

(iv) Bila tidak hilang juga dan makin bertambah banyak dianjurkan untuk ganti

pemakaian kontrasepsi.

f) Merorargia (Pendarahan lebih banyak/ lebih sedikit)

Gangguan ini ditanggulangai dengan pemberian tablet sulfas ferogus, 3 x 1

tablet (5-7 hari) sampai keadaan membaik.

g) Rambut rontok

Gejala ini bisa didaptkan sesudah pemakian / setelah pemakaian.

Penanggulanagn diberikan penjelasan bahwa hal itu merupakan efek sampng

dari kontrasepsi suntik dan gejalaitu akan hilang dan kembali normal tanpa

pengobatan setelah pengehentian suntikan. (Hartanto, 2004, Dyah Noviawati &

sujiyatini, 2009).

Efek pada sistem reproduksi

1). Kembalinya kesuburan / fertilitas

Lamanya masa tidak subur / infertil mungkin tergantung pada kesehatan

metabolisme DMPA dan juga pada berat badan Akseptor.Lebih dari 50% rartor

13
akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan dan kira-kira 85%

setelah 1 tahun.

Akseptor yang memakai kontrasepsi suntikan untuk waktu yang lama, dapat

menjadi hail sura cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberaa kali

suntikan, yang menunjukkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya.pada

NETEN, kembalinya kesuburan dapat lebih cepat di bandingkan dengan DMPA,

Korera NETEN di metabolisme lebih cepat ovulasi sering terjadi 3 bulan setelah

penyuntikan, kadang-kadang dapat terlambat sampai 5 bulan.

2) Efek pada fetus / janin

Tidak ditemukan bertambahnya kelainan korgenital atau prematuritas pada

wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun pada wanita yang

hamil setelah efek aseptif DMPA berakhir.

3) Laktasi

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat

memperbaiki kualitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA tidak

merubah komposisi dariASI.

Dari pengelolaan efek samping di atas dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa

yang sering terjadi pada suntikan KB 3 bulanan salah satunya yaitu berat badan

bertambah tetapi belum jelas diketahui apa penyebabnya.

14
2.2 Menstruasi

2.2.1 Definisi

Haid atau menstruasi merupakan proses alami yang dialami setiap

perempuan. Haid merupakan indikasi dari seorang perempuan siap bereproduksi

atau menghasilkan keturunan. Proses ini umumnya terjadi pada saat perempuan

memasuki usia 10-12 tahun. Lalu kemudiannya proses haid akan berhenti sama

sekali pada saat perempuan memasuki usia 40-50 tahun. Proses berhentinya haid

pada usia tersebut dikenal sebagai istilah menopause.

Proses menstruasi adalah terjadinya proses pendarahan yang disebabkan

luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Kondisi sakit

atau tidaknya maupun status kelancaran tidaknya menstruasi seseorang

dipengaruhi oleh hormon. Namun demikian masih juga ada faktor lainnya, yakni

pengaruh faktor psikis.

Proses haid diiringi dengan keadaan keluarnya darah dari kelamin

kewanitaan. Dimana proses alamiah ini terjadi rata-rata sekitar selama 2 hari

sampai 8 hari. Darah yang keluar rata-rata sebanyak antara kisaran 10ml hingga

80ml per hari. Adapun siklus terjadi menstruasi yang normal adalah rata-rata

selama 21-35 hari.

2.2.2 Jenis Gangguan Menstruasi

1.Oligomenorrhea (jangka waktu haid terlalu lama)

15
Oligomenorrhea tidak berbahaya, namun perempuan dapat memiliki potensi

sulit hamil, karena tidak terjadi ovulasi. Oligomenorrhea biasanya berhubungan

dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan,

gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti

kehilangan berat badan berlebih.

Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada

wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan

androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenorrhea

dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang

mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan

ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas.

Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium

folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium

tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh

psikis atau pengaruh penyakit.

2.Polimenorrhea (terlalu sering haid)

Polimenorrhea adalah gangguan menstruasi yang berbahaya. Terlalu sering

haid, misalnya 2 minggu sekali, dapat menyebabkan anemia.

Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek

atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering

dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21

16
hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan

infertilitas.

Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan

stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada

disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.

3.Menorrhagia (darah haid terlalu banyak)

Menorrhagia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang

berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan

sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari

atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menorrhagia.

Penyebab utama menorrhagia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan

progesteron dalam tubuh. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan

endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui

menstruasi, perdarahan menjadi parah.

Menorrhagia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan

peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.

Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu keadaan

dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana wanita harus

mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga berhubungan dengan

kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga

sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

17
4. Hipomenorea (darah haid terlalu sedikit)

Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit

(<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting. Dapat disebabkan oleh stenosis

pada himen, servik atau uterus. Pasien dengan obat kontrasepsi kadang

memberikan keluhan ini. Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana

jaringan endometrium sedikit.

5. Amenore (tidak haid sama sekali).

Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan

yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang

berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi

(amenore sekunder).

Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah

pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon

pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat

badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.

2.3 Akseptor KB

2.3.1 Definisi

18
Akseptor Keluarga Berencana adalah pasangan usia subur yang telah

memilih dan menggunakan suatu metode kontrasepsi tertentu. Akseptor KB

merupakan pasangan usia subur karena mempunyai kesempatan lebih banyak

untuk reproduksi (Hartanto, 2004).

Dari pendapat (Hartanto, 2004) di atas dapat disimpulkan bahwa Akseptor

suntik KB baik dgunakan untuk pasangan usia subur yang mempunyai kesemptan

lebih banyak untuk reproduksi dalam mendapatkan kelahiran yang diinginkan

dengan cara suntikan kombinasi DMPA dan NENTEN yang diberikan.

Adapun pengertian tentang Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun

1992 (Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga

Sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawianan (PUP) pengetahuan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan

sejahtera (Dyah Noviawati dan Sugiyatini, 2009).

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation), expert

committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau asangan suami

istri untuk :

a. Mendapatkan obyektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

19
c. Mendapatkan kehahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kehamilan

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Dari kedua pendapat tentang pengertian Keluarga Berencana diatas dapat

disimpulkan bahwa KB dimaskudkan untuk menciptakan keluarga kecil bahagia

sejahtera dengan perencanaan melalaui metode tertentu dalam kehidupan suami

istri.

2.3.2 Jenis Akseptor KB

Akseptor Keluarag Berenca yang diikuti oleh pasangan usia subur di bagi

menjadi 3 macam :

a. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu Pasangan Usia Subur yang pertama kali

menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan

keguguran atau persalinan.

b. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan

kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.

c. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang berganti pemakaian

dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.

20
2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian

mengenai Hubungan Alat Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Pada

Akseptor KB di Klinik Harapan Keluarga Tahun 2013.

Variabel Variabel

Independent Dependent

Kontrasepsi Suntik GangguanMenstruasi

Gambar 1.

Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Di Klinik Harapan

Keluarga Tahun 2013.

Dari kerangka di atas, dimana variabel independent atau variabel bebas

yaitu kontrasepsi suntik dan variabel dependent atau variabel terkait yaitu

gangguan menstruasi.

2.5 Hipotesa

21
Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernytaan), yaitu suatu

pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegskan

apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak, berdasarkan fakta atau data

empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, hal 45:2011)

Setelah dilakukan uji statistic dengan uji chi square didapatkan jawaban

hipotesa adalah X2 hitung = 6,831 dan nilai signifikan p value = 0,033 (p<0,05)

sehingga Hipotesis Alternatif (HA) di terima dan Hipotesis nol (HO) di tolak. Hal

ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan dan

sikap ibu tentang pencegahan infeksi tali pusat pada bayi.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yang bertujuan

untuk menggambarkan Hubungan Pemakaian Alat kontrasepsi Suntik Dengan

Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Di Klinik Harapan Keluarga Tahun

2012.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal

3.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Madina dengan pertimbangan adanya

permasalah yaitu terjadi gangguan pola haid pada akseptor KB suntik di Klinik

Madina tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoadmojo, 2010 ; 115).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

memakai kontrasepsi suntik di Klinik Madina Tahun 2013

23
3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

(Notoadmojo, 2010 ; 115) .Dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental

Sampling dimana pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian (Notoadmojo, 2010 ; 115). Yaitu ibu yang kebetulan bertemu

dengan penulis saat melakukan penelitian.

3.4 Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas maka definisi operasional

yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Penelitian

1. Kontrasepsi Kontrasepsi Kuisioner Menggunakan: Ordinal

suntik suntikan adalah sebanyak 5

carauntuk pertanyaan Tidak

mencegah dengan menggukan :

terjadinya pilihan

kehamilan jawaban :

melalui suntikan

24
hormonal

2. Gangguan Gangguan siklus Kuisioner Ya : Ordinal

menstruasi haid yang tidak sebanyak 5 Tidak :

teratur pertanyaan

dengan

pilihan

jawaban :

3.5 Instrumen Penelitianan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang berjumlah

10 soal yang disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada

tinjauan teoritis. Kuisioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan

permintaan pengguna (Riduan, 2010; 71).

3.6 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti lebih dahulu mengajukan

permohonan izin penelitian kepada Intitusi Pendidikan. Setelah mendapat balasan

dari pendidikan, peneliti kembali ke lokasi penelitian untuk melakukan studi

pendahuluan dan mendapatkan data untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah.

Kemudian dengan surat pengantar dari instansi pendidikan, peneliti kembali ke

25
Klinik Harapan keluarga untuk membagikan kuisioner kepada responden yang

akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi :

3.6.1 Informed Concent (Lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang

mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia dijadikan

responden maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

tersebut. Jika mereka menolak menjadi responden, maka peneliti tidak

memaksa dan akan menghormati hak-haknya.

3.6.2 Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan memberikan

nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.6.3 Confidentiallity (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya

sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian (Hidayat, 2007; 93)

3.7 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan meggunakan data primer yaitu data yang

pertama yang langsung dikumpul oleh peneliti dan data ini didapat dari jawaban

koesioner tentang pemakaian kontrasepsi suntik dengan gangguan menstruasi

yang dijawab dengan waktu maksimal 15 menit.

26
Kuesioner pemakain kontrasepsi suntik dengan gangguan mestruasi akan

diujikan pada ibu-ibu yang menjadi responden, dimana kuesioner pengetahuan

sebanyak 10 item. Kuesioner ini disusun dengan menggunakan pertanyaan data

bentuk option a, b dan c yang aka dijawab responden.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner

No Indikator Nomor Item Jumlah Item

1 Alat Kontrasepsi 1,2,3,4,5, 5 soal

2 Gangguan 6,7,8,9,10 5 soal

menstruasi

3.8 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan

kuisioner akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut (Hidayat, 2007;

121) :

3.8.1 Editing (Edit)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

3.8.2 Coding (Kode)

27
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis dan menggunakan komputer.

3.8.2 tabulating

Untuk mempermudah analisa data serta mengambil kesimpulan, data

dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan dihitung

persentasenya untuk setiap variabel yang diteliti. (Hidayat, 2007, hal 135)

3.8.4 Scoring (Skor)

Memberika skor terhadap jawaban-jawaban responden. Pada kisioner

sebelum menentukan kategori , memakai, tidak memakai,mengalami

gangguan menstruasi,tidak mengalami gangguan menstruasi sebagai tolak

ukur yang akan dijadikan pemantauan pengukuran. Jadi, untuk

mengetahuinya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Untuk skor benar diberi nilai 2

- Untuk skor salah diberi nilai 1

Kuesioner kontrsepsi suntik dan gangguan menstruasi terdiri dari 10 pertanyaan :

a. Skor jawaban tertinggi, yaitu 2 x 10 = 20

b. Skor jawaban terendah, yaitu 1 x 10 = 10

Untuk menentukan panjang kelas interval, yaitu :

28
R = Xmax- Xmin

=20 – 10

= 10
R
P=

Kategori

= 10

= 3,3

Keterangan :

R = Rentang

P = Interval

Xmax = Skor tertinggi

Xmin = Skor terendah

Maka dari data tersebut dapat disimpulkan :

3.8.5 Tehnik analisa

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan rumus statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan

29
statistik deskriptif. Sedangkan analisa analitik akan menggunakan statistika

inferensial.

3.9 Uji Validitas dan Rehabilitas

Setelah data penelitian terkumpul, maka data dianalisis dengan

menggunakan statistik deskritif. Data yang terkumpul diorganisasikan dan

dideskripsikan menurut masing-masing variable.

3.9.1 Validitas instrument koesioner pemakaian alat kontrasepsi suntik terdapat

gangguan menstruasi Menurut Arikunto (2006) uji validitas koesioner

adalah kesahihan suatu kuesioner yang hasilnya memiliki kesejajaran

antara hasil kuesioner dan kriteria.

Untuk mengetahui validitas butir soal kuesioner yang diuji dengan

menggunakan rumus:”korelasi product moment”

Perhitungan Validitas kuesioner digunakan rumus Korelasi Product

Moment di kutip dari Arikunto (2005) sebagai berikut :

N . xy   x  y 
rxy 
N . x    x  N . y    y  
2 2 2 2

Keterangan :

X : Skor pengukuran

Y : Skor total dari butir instrumen

∑X : Jumlah skor dari butir instrumen

∑Y : Jumlah skor dari total butir instrumen

∑XY : Jumlah produk dari skor butir dan skor total butir instrumen

30
∑X² : Jumlah dari kuadrat skor butir instrumen

∑Y² : Jumlah dari kuadrat skor total butir instrumen

Kriteria validitas instrumen penelitian yaitu jika r hitung > r tabel maka

butir instrumen dinyatakan valid, jika r hitung < dari r tabel maka butir instrumen

dinyatakan tidak valid.

3.9.2 Reliabilitas Instrumen kuesioner pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin

A pada balita.

Reliabilitas kuesioner dapat dihitung dengan menggunakan rumus

koefisien alpha, sebagai berikut :

 k    b 
2

r11   1  
 k  1   t2 

Keterangan :

r 11 : Reliabilitas Instrumen

k : Banyaknya Butir Pertanyaan atau banyaknya soal

 2
b : Jumlah varians butir

 t2 : Varians total

Hasil yang diterapkan dalam penentuan keterandalan instrument dalam

penelitian adalah, apabila r hitung > r tabel batas signifikan 5 %.

3.9.3 Uji Korelasi

Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi product moment (berhubungan)

N . xy   x  y 
yaitu: rxy 
N . x    x  N . y    y  
2 2 2 2

31
Keterangan :

X : Skor pengukuran

Y : Skor total dari butir instrumen

∑X : Jumlah skor dari butir instrumen

∑Y : Jumlah skor dari total butir instrumen

∑XY : Jumlah produk dari skor butir dan skor total butir instrumen

∑X² : Jumlah dari kuadrat skor butir instrumen

∑Y² : Jumlah dari kuadrat skor total butir instrumen

Menurut colton, kekuatan berhubungan dengan variabel secara kualitatif dapat

dibagi dalam 4

area, yaitu:

r = 0,00 – 0,25 tidak ada hubungan/ hubungan lemah

r = 0,26 – 0,50 hubungan sedang

r = 0.51 – 0,75 hubungan kuat

r = 0,76 – 1,00 hubungan sangat kuat

Kriteria pengujian : diterima Ha jika ± hitung > tabel dengan taraf nyata a = 0,05

dan

dk = n-2, maka koefisien korelasi berarti dalam hal lain Ho ditolak maka hipotesis

statistik yang akan diuji:

H0 : Pxx = 0

Ha : Pxx = 0

32
3.10 Tehnik Analisa Data

Tekhnik analisis data adalah cara untuk memudahkan atau

menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

dimengerti. Untuk menguji dan menganalisis data agar di pertanggung

jawabkan secara ilmiah, maka data tersebut perlu diuji dan dianalisis secara

sistematis.

3.10.1 Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masig-

masing variabel, kemudian didistribusikan dalam tabel distribusi frekuensi

(Notoatmodjo, 2010 ; 182)

Pada penelitian ini analisa data dengan statistik univariat akan digunakan

untuk menganalisa :

a. Karakteristik responden (memakai KB suntik dan tidak memakai KB

suntik)

b. Angka terjadinya gangguan Menstruasi akibat pemakai KB suntik

3.10.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing-

masing variael independen dan dependen. (Notoatodjo, 2010 ; 182)

Untuk mengetahui bagaimana kuat/eratnya hubungan antara

pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan infeksi tali pusat pada bayi,

maka analisis square/khi kuadrat,yaitu :

 fo  fe ²
X²  
fe

33
Dimana : X² = Nilai Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang di amati tiap-tiap kotak

fe = Frekuensi harapan tiap-tiap kotak

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan dua variable yaitu

variable independent dan dependent dengan menggunakan tes kemaknaan X²

(chi square). Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang terdiri dari

variable independent dan dependent dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil

perhitungan statistic dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan yang

signifikan antara variable yang diteliti dengan melihat nilai P. Bila dari hasil

perhitungan statistik nilai P < 0,05 maka hasil perhitungan statistic bermakna

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variable dengan variable

lainnya.

3.11 Penyajian Data

Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan cara

penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

34

Anda mungkin juga menyukai