Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan menigkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh

masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia

(SDM) rumah sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar

rumah sakit ingin mendapatkan perlidungan dari gangguan kesehatan dan

kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan

maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak

memenuhi standar.

Di Dunia Internasional, program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di

sektor kesehatan. Pekembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah

Sakit (K3RS) tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan

preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masih terbatas, organisasi kesehatan

yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja.

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

1
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain

dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah

sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program Kesehatan

dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam

buku standar pelayanan rumah sakit dan terdapat dalam instrument akreditasi

rumah sakit. Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

khususnya pasal 165 : “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk

upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan

pemulihan bagi tenaga kerja”.

Berdasarkan pasal di atas pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai

kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satu nya adalah

melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah sakit harus

menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedian pelayanan

atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah

sakit. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk melaksnakan upaya Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan

menyeluruh sehingga resiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) merupakan salah

satu upaya untuk menigkatkan mutu pelayanan rumah sakit, khususnya dalam hal

kesehatan dan keselamatan baik Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit,

2
pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit. Hal ini

secara tegas dinyatakan di dalam Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit, pasal 40 ayat 1 yakni “dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

rumah sakit wajib dilakukan akreditas secara berkala minimal 3 (tiga) tahun

sekali”. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) termasuk sebagai salah satu

standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi rumah sakit, di samping

standar pelayanan lainnya

Selain itu, seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang

No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, bahwa “ rumah sakit harus memenuhi

persyaratan lokasi bangunan, prasarana Sumber Daya Manusia (SDM),

kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah

satunya harus memenuhi unsur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

didalamnya. Dan bagi rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan

tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang izin

oprasional rumah sakit (pasal 17).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana lingkungan kerja di Rumah Sakit TK. II Pelamonia ?

2. Bagaimana kesehatan kerja di Rumah Sakit TK. II Pelamonia ?

3. Bagaimana keselamatan kerja di Rumah Sakit TK. II Pelamonia ?

4. Bagaimana pengelolaan limbah di Rumah Sakit TK. II Pelamonia ?

3
C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di

Rumah Sakit TK. II Pelamonia.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui lingkungan kerja di Rumah Sakit TK. II Pelamonia.

b. Mengetahui kesehatan kerja di Rumah Sakit TK. II Pelamonia.

c. Mengetahui keselamatan kerja di Rumah Sakit TK. II Pelamonia.

d. Mengetahui pengelolaan limbah di Rumah Sakit TK. II Pelamonia.

4
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. SEJARAH SINGKAT RUMAH SAKIT TK.II PELAMONIA

Rumah Sakit TK.II Pelamonia dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda

pada tahun 1917 dan disebut Militaire Hospital. Pada waktu penyerahan

kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1950 Militaire Hospital diserahkan

pada TNI-AD dan diubah namanya menjadi Rumah Sakit Tentara Teritorium

VII.

Pada tanggal 1 Juni 1957 dengan berubahnya Tentara Teritorium (TT) VII

menjadi Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST)

yang kemudian berubah nama menjadi Kodam XIV Hasanuddin, maka Rumah

Sakit pun berubah nama dari RST TT. VII menjadi Rumkit KDMSST kemudian

menjadi Rumah Sakit Kodam XIV/Hn “Pelamonia”. Dan kini dikenal dengan

nama Rumkit TK.II Pelamonia

Secara teknis medis Rumkit TK.II Pelamonia dibawah pembinaan Kesehatan

Daerah Militer (KESDAM). Kesdam dan Rumah Sakit sesuai DSPP berdasarkan

Surat Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat nomor

KEP / 76 / X / 1985 tanggal 28 Oktober 1985.

5
Pada tahun 2004 mengalami perubahan (validasi) organisasi berdasarkan

Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat nomor: Kep /

69 / XII / 2004 tanggal 24 Desember 2004 tentang Organisasi dan Tugas

Kesehatan Komando Daerah Militer (Orgas Kesdam).

1. Profil Rumah Sakit

Rumah Sakit TK.II Pelamonia merupakan Rumah Sakit TNI-AD yang

merupakan unsur pelaksana Kesehatan Angkatan Darat, dengan tipe / tingkat II

di lingkungan TNI-AD.

Rumah Sakit TK.II Pelamonia sebagai badan pelaksana di bidang kesehatan

di lingkungan Kodam VII/Wrb mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI, PNS beserta keluarganya yang berhak di

jajaran Kodam VII/Wrb. Selain itu Rumkit TK.II Pelamonia juga

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap penderita umum dengan

memanfaatkan kapasitas lebih yang dimiliki untuk memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat umum yang ada di sekitar Makassar dan Sulawesi

Selatan pada umumnya. Selain Rumah Sakit Pelamonia juga sebagai pusat

rujukan bagi penderita dari Kawasan Timur Indonesia, diharapkan memiliki

kemampuan pelayanan teknis lengkap dan memadai.

Untuk perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih baik, perlu dilakukan

kegiatan yang terarah sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan Kesehatan Kodam

VII/Wrb baik menyangkut pembinaan fungsi organik maupun fungsi teknis.

6
2. Lokasi Rumah Sakit

Rumah Sakit TK.II Pelamonia terletak di tempat yang strategis di Pusat Kota

Makassar dalam Wilayah Koordinasi Kodim 1408/BS menjadikan Rumah Sakit

Pelamonia bukan hanya kebanggaan bagi prajurit TNI-AD juga menjadi

kebanggaan bagi seluruh masyarakat kota Makassar pada khususnya dan

Sulawesi Selatan pada umumnya.

Nama Pelaksana : Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar

Sulawesi Selatan

Jenis Badan Hukum : Kodam VII/Wrb

Alamat : Jl. Jend. Sudirman No. 27 Makassar

Telp/Fax : (0411) 3622536 /(0411) 36233434

e-mail : rsadpelamonia@gmail.com

Bidang Usaha : Rumah Sakit

Mulai Beroperasi : Tahun 1986

Luas Tanah : 28.544 m²

Luas Bangunan : 20.955 m²

Status Tanah dan Banguna : Okupasi

Meliputi bangunan ruang perawatan, perkantoran dan penunjang umum, dan

terdapat beberapa perumahan staf/anggota yang dihuni 12 KK, untuk pelayanan

7
rawat jalan, Poliklinik, Laboratorium dan Apotik masih menggunakan bangunan

lama.

3. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit

a. Visi :

menjadi Rumah Sakit kebanggaan TNI dan masyarakat di wilayah

Indonesia Timur Tahun 2020

b. Misi :

1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Spesialistik dan

Subspesialistik terbaik bagi anggota prajurit, aparat sipil negara,

keluarga dan masyarakat umum.

2) Meningkatkan SDM yang kompetitif.

3) Menyediakan pelayanan unggulan traumatologi, jantung dan stroke.

4) Menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan visi rumah sakit.

5) Melaksanakan pelayanan terbaik berdasarkan nilai disiplin, jiwa

karsa, loyalitas, akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efesiensi.

6) Menyelenggarakan standarisasi pelayanan untuk mencapai akreditas

secara paripurna.

c. Motto :

Peduli, ramah, jujur, ikhlas, terampil (prajurit).

8
4. Peran Rumah Sakit

Rumah Sakit TK.II Pelamonia adalah fasilitas kesehatan TNI-AD yang

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mendukung tugas pokok TNI-AD

dengan berperan sebagai berikut:

a. Membina kesehatan prajurit dan PNS serta membina aspek kesehatan satuan-

satuan TNI di wilayahnya sehingga selalu siap tugas.

b. Membina kesehatan keluarga Prajurit dan PNS sehingga mencapai derajat

kesehatan yang optimal.

c. Memberikan pelayanan kesehatan bagi prajurit, PNS dan keluarganya dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan personel.

d. Melaksanakan fungsi sosial dengan mengadakan penyelenggaraan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat umum, dalam rangka pemanfaatan kapasitas lebih

Rumkit, tanpa mengabaikan pelayanan kesehatan bagi pasien yang berhak.

5. Tugas Pokok Rumah Sakit

Tugas pokok Rumkit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan,

dukungan kesehatan dan kesehatan matra dengan memberikan pelayanan medis

umum, gigi, dan spesialis kepada prajurit TNI di wilayah dimana Rumah Sakit

itu berada, sesuai dengan tingkatan Rumah Sakit masing-masing.

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia memberikan pelayanan kesehatan kepada

personel Militer, Pns beserta keluarganya yang berhak, baik personel Satpur,

Banpur dan Banmin di jajaran Kodam VII/Wrb.

9
Rumah Sakit Tk.II Pelamonia sebagai Badan pelaksana Kesdam VII/Wrb

mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi Prajurit

TNI dan Pns beserta keluarganya di jajajaran Kodam VII/Wrb. Selain itu Rumah

Sakit Tk.II Pelamonia juga melayani penderita rujukan dari Kodam XVII/Trikora

dan Kodam XVI Pattimura, serta pelayanan kesehatan masyarakat umum bagi

masyarakat Makassar.

6. Fungsi Rumah Sakit

Guna mencapai tugas pokok kesehatan, Rumah Sakit TNI-AD melaksanakan

fungsi-fungsi:

a. Fungsi pelayanan Unit Gawat Darurat.

b. Fungsi pelayanan Medis/spesialistik.

c. Fungsi pelayanan Penunjang Medik.

d. Fungsi pelayanan Rahab Medik.

e. Fungsi pelayanan Rawat Inap.

f. Fungsi pelayanan Rawat Jalan.

g. Fungsi pelayanan Kefarmasian.

7. Kebijakan Rumah Sakit

Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi dan Motto rumah sakit guna

terselenggaranya pelayanan kesehatan yang prima dilakukan beberapa kegiatan

dan program kerja yang telah dirancangkan dalam kurun waktu satu tahun,

termasuk kebijakan pimpinan baik dalam jangka panjang maupun pendek, yang

10
bertujuan untuk memajukan dan mengedepankan pelayanan kesehatan di Rumkit

TK.II Pelamonia.

Dengan pencapaian beberapa hasil yang membanggakan dari program kerja

yang telah direncanakan diantaranya :

a. Akreditasi penuh tingkat dasar 5 Pelayanan Rumah Sakit TK.II Pelamonia

sesuai Keputusan Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan

Republik Indonesia dengan Nomor Keputusan : YM.01.10/III/3138/09 tangal

13 Agustus 2009.

b. Akreditasi tingkat lengkap 16 Pelayanan sesuai Keputusan Komite Akreditasi

Rumah Sakit (KARS) Nomor : KARS-SERTA/42/VIII/2011 tanggal 15

Agustus 2011.

Dengan pengakuan tersebut Rumkit TK.II Pelamonia semakin dituntut untuk

dapat memberikan pelayanan yang profesional dan optimal.

8. Sarana dan Fasilitas Rumah Sakit

a. Sarana

Jumlah tempat tidur secara keseluruhan sebanyak 409 buah dengan

rincian sebagai berikut :

1) Ruang perawatan VIP : 37 TT

2) Ruang perawatan Kelas 1 : 52 TT

3) Ruang perawatan Kelas 2 : 116 TT

4) Ruang perawatan Kelas 3 : 147 TT

11
5) Ruang perawatan Isolasi :6 TT

6) Ruang perawatan ICU/ICCU : 19 TT

7) Ruang perawatan Bayi : 30 TT

Jumlah : 407 TT

Rumah Sakit Pelamonia mampu memberikan pelayanan kesehatan

yang terbaik dan terjangkau bagi seluruh pasien. Bagi pasien umum ruang

perawatan dapat dipilih sesuai dengan kemampuan financial dari masing-

masing pasien.

Sebagai wujud kepedulian kami terhadap pasien Askes Rumkit TK.II

Pelamonia juga menyiapkan ruangan khusus bagi peserta Askes dan

Petugas Pengendalian Administrasi Askes (PPATRS) Askes untuk dapat

melayani keperluan registrasi administrasi pasien Askes Rawat Inap dan

Rawat Jalan dengan sistem komputerisasi.

b. Fasilitas Penunjang

Adapun fasilitas penunjang yang dimiliki di Rumah Sakit TK.II

Pelamonian antara lain :

Rawat jalan :

1) Kamar operasi yang berjumlah 7 buah

2) Ruang pemulihan pasca operasi

3) Ruang ICU/ICCU

4) Ruang ICU yang nyaman

12
5) Sistem informasi Audio

6) Pengamanan Provos 24 jam

7) Keamanan dan kenyamanan pasien dengan pembatasan jam besuk

8) Apotik umum bagi pasien umum

9) Apotik Askes bagi pasien Askes

10) Apoti Dinas bagi pasien aktif TNI, PNS dan keluarganya

11) Area parkir yang luas

12) Kamar jenazah

13) Rumah Duka/persemayaman Jenazah

14) Laundry

15) Ambulance Pasien dan Jenazah

16) Pelayanan Gizi

17) Kasir terpadu/Billing sistem

18) Loket ATM

19) Kantin

Saat ini Rumah Sakit Pelamonia masih terus menjalin kerjasama

dengan beberapa instansi, BUMN dan perusahaan swasta lainnya yang

ada di Kota Makassar dalam hal pelayanan kesehatan diantaranya PLN,

PERTAMINA, PT. TELKOM, Bank Mandiri, Bank BNI, BRI, PT.

ASKES, PT. JAMSOSTEK dan beberapa mitra mitra kerja yang lain.

Sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Pelamonia

13
terus menerus berusaha untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

terbaik bagi seluruh pasien melalui peningkatan SDM personel, peralatan

Kesehatan (Alkes) dan Renovasi/perbaikan beberapa ruangan ,

diantaranya dengan adanya ruangan Hemodialisasi lengkap dengan

peralatan HD untuk keperluan penderita CKD.

9. Personel

Jumlah personel Rumkit TK.II Pelamonia sebagai berikut :

a. Personel Militer : 134 orang (Dokter, Paramedis dan SMF)

b. Personel ANS : 359 orang (Dokter, Paramedis dan Non

Medis)

c. Personel BP : 1 orang (Non Medis/BP Kodam VII/Wrb)

Jumlah : 494 Orang

Daftar Dokter Spesialis Organik :

a. Ahli Kandungan : 2 orang

b. Ahli Anestesi : 4 orang

c. Ahli Bedah Orthopedi : 1 orang

d. Ahli Bedah Saraf : 1 orang

e. Ahli Saraf : 2 orang

f. Ahli Bedah Urologi : 1 orang

g. Ahli Jiwa : 2 orang

14
h. Ahli Gizi Konservatif : 1 orang

i. Ahli Mata : 2 orang

j. Ahli Jantung : 1 orang

k. Ahli Interna : 2 orang

l. Ahli Paru : 1 orang

Jumlah : 20 orang

Daftar Dokter Spesialis Tamu :

a. Bedah Umum : 2 orang

b. THT : 2 orang

c. Penyakit Dalam : 1 orang

d. Kandungan : 1 orang

e. Kulkel : 3 orang

f. Radiologi : 2 orang

g. Patologi klinik : 1 orang

h. Mata : 2 orang

i. Saraf : 1 orang

j. Anak : 3 orang

k. Endoktrin : 1 orang

l. Bedah Urologi : 1 orang

m. Paru : 1 orang

Jumlah : 21 orang

15
Kualifikasi Tenaga Medis :

a. Dokter Ahli Organik : 20 orang

b. Dokter Ahli Tamu : 21 orang

c. Dokter Ahli Umum Organik : 11 orang

d. Dokter Gigi Organik : 2 orang

e. Dokter Gigi Tamu : 3 orang

f. Dokter Umum Tamu : 11 orang

Jumlah : 68 orang

10. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan poliklinik yang dilaksanakan Rumkit Tk.II

Pelamonia meliputi poliklinik gigi dan poliklinik spesialis yang masing-

masing dikoordinir oleh Para Kainstalasi dan Kasubdep sesuai keahliannya.

Guna mewujudkan pelayanan yang cepat, baik, lancar beberapa kegiatan

dilaksanakan meliputi:

a. Tetap mengoptimalkan poliklinik spesialis.

b. Terus-menerus tetap mengoptimalkan pemanfaatan obat-obatan produksi

Lafiad untuk pengobatan pasien aktif anggota TNI, PNS dan keluarganya

yang berhak.

c. Mengoptimalisasikan peralatan-peralatan yang sudah ada untuk

mendukung kelancaran pelayanan rawat jalan / poliklinik.

16
d. Tetap memberikan perhatian untuk pemeliharaan terhadap peralatan yang

baru.

Adapun jenis pelayanan rawat jalan yang ada di Rumkit Tk.II Pelamonia sbb:

a. UGD 24 jam.

b. Poliklinik Gigi dan Mulut.

c. Poliklinik Kesehatan Anak.

d. Poliklinik Kandungan dan Kebidanan.

e. Poliklinik Penyakit Dalam.

f. Poliklinik Jantung

g. Poliklinik Paru

h. Poliklinik THT

i. Poliklinik Bedah

j. Poliklinik Mata

k. Poliklinik Saraf

l. Poliklinik Jiwa/Psikiatri

m. Poliklinik Kulit Kelamin

n. Poliklinik B.K.I.A

o. Poliklinik Keluarga Berencana

p. Poliklinik Bedah Saraf

q. Poliklinik Orthopedi

r. Poliklinik Urologi

17
s. Poliklinik VCT/CST (HIV/AIDS)

t. Poliklinik Fisioterapi

u. Klinik Orthesa Prothesa

v. Klinik Gizi

w. Klinik VCT HIV/AIDS

x. Klinik SUSI

y. Bank Darah

Semua jenis tindakan perawatan dilaksanakan oleh Dokter Spesialis dan

Dokter Tamu Spesialis yang ada di Rumkit Tk.II Pelamonia. Setiap anggota

TNI/PNS yang dirawat akan ditempatkan sesuai dengan kepangkatannya, dan

bagi masyarakat disesuaikan dengan kemampuan/permintaan dari pasien

yang bersangkutan.

11. Pelayanan Penunjang

Pelayanan penunjang yang tersedia guna membantu dalam pemeriksaan,

penegakan diagnostik serta terapi, antara lain :

a. Radiologi : dengan jenis pemeriksaan yang dapat dilayani sbb:

1) Foto Thorax

2) CT Scan 3 Dimensi

3) ESWL

4) EEG/EKG

5) Treadmill

18
6) Rontgen

7) C Arm (Surgical X Ray)

8) Digital Colour USG

9) Endoscopy

10) Arthroscoy

11) Echo Cardiography

12) Lab DOTS

19
B. STRUKTUR ORGANISASI

Rumah Sakit TK.II Pelamonia merupakan Rumah Sakit TNI-AD yang

memiliki tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI,

PNS beserta keluarganya yang berhak di jajaran Kodam VII/Wrb dengan

susunan Organisasi sebagai berikut :

KEPALA RUMAH SAKIT

WAKIL KEPALA

KABINAYANMASUM

STAF MEDIK FUNGSIONAL KOMITE MEDIK

SI YANMED SI JANGMED SI JANGUM

UR INFOKES KASI TUUD

DEP. DEP. DEP. DEP. DEP. DEP.


BEDAH OBSGYN PENY. MATA GILUT PENY.
& & DLM THT SYARAF
ANASTESI JANTUNG
IKA & &
&
PARU KULKEL JIWA

INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL INSTAL


K. REHAB WATLAN WANTAP JANGDI FARMA JANGW DIK
BEDAH MED ANG SI AT

UNIT
RIKKES

20
BAB III
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam

perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melakukan tugasnya.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya,

antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal

ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan

lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan,

karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar

tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan,

setiap pegawai akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam

lingkungan kerja.

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan

(Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan

kerja merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan

sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya

baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Kondisi lingkungan kerja

dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara

optimal, sehat, aman dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat

21
akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan

kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih

banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien

(Sedarmayanti, 2001:12).

Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang

bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal

akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika seorang pegawai bekerja

dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk bekerja

secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat

lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.

1. Faktor Fisika (physic)

Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan

yang terdapat disekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban

udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan,

warna dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja

manusia tersebut.

22
Faktor-faktor lingkungan kerja fisika (physic) meliputi:

a. Pencahayaan

Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau penerangan sangat besar

manfaatnya bagi para karyawan guna mendapatkan keselamatan dan

kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu: cahaya yang berasal dari matahari dan cahaya buatan berupa

lampu. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang

terang tetapi tidak menyilaukan. Dengan penerangan yang baik para

karyawan akan dapat bekerja dengan cermat dan teliti ssehingga hasil

kerjanya mempunyai kualitas yang memuaskan. Cahaya yang kurag jelas

(kurang cukup) mengakibatkan penglihatan kurang jelas, sehingga

pekerjaan menjadi lambat, banyak mengalami kesalahan dan pada akhirnya

menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga

tujuan dari badan usaha sulit tercapai.

Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik

akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama bekerja.

Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat akan

mengakibatkan:

1) Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efesiensi kerja.

2) Kelelahan mental.

23
3) Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata.

4) Kerusakan indra mata dan lain-lain.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada

penurunan Performansi kerja, termasuk:

1) Kehilangan produktivitas.

2) Kualitas kerja rendah.

3) Banyak terjadi kesalahan.

4) Kecelakaan kerja meningkat.

Pengendalian:

a. Pengendalian Teknis

1) Perbesar ukuran obyek (kaca pembesar, monitor).

2) Perbesar intensitas penerangan (buatan atau alami).

3) Reflektor.

4) Menambah lampu lokal.

5) Mencegah kesilauan (memperbesar kontras, jauhkan permukaan

mengkilat).

6) Penataan warna dinding, langit-langit.

b. Pengendalian Administrative

1) Seleksi pekerja.

2) Jaga kebersihan dinding, langit-langit dan lampu.

24
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang: Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja.

Intensitas Pencahayaan di ruangan sebagai berikut:

b. Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber


dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Menurut Newstrom (1996:469-478), bising dapat didefinisikan sebagai


bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan suara. Bising adalah suatu hal yang dihindari oleh
siapapun,lebih-lebih dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena
konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu. Dengan terganggunya

25
konsentrasi ini maka pekerjaan yang dilakukan akan banyak timbul
kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan menimbulkan kerugian.

Nilai ambang batas kebisingan Menurut Permenaker No. 13/Men/X/2011

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dB (A)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

26
Catatan :

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat

Efek Kebisingan:

a. Pada Indera Pendengaran

1) Trauma akustik  paparan tunggal dengan intensitas tinggi atau tiba-

tiba.

2) Ketulian sementara (temporary threshold shift).

3) Ketulian menetap (permanen threshold shift).

b. Bukan pada indera pendengaran

1) Gangguan komunikasi.

2) Gangguan tidur.

3) Gangguan pelaksanaan tugas.

4) Perasaan tidak senang/mudah marah.

5) Gangguan faal tubuh.

Pengendalian Kebisingan:

1) Enginering control

Pengendalian secara teknis terutama ditujukan pada sumber suara dan

transmisi suara sebelum mengenai tenaga kerja.

2) Andmistrative contol.

Pengendalian secara admistrative adalah setiap prosedur yang bertujuan

untuk membatasi pemaparan bising melalui pengendalian rencana kerja.

27
3) Alat pelindung diri di bedakan menjadi dua macam :

a. Sumbat telinga (ear plug).

b. Tutup telinga (ear muff).

Kepmen LH No. 48 1996

tentang Baku Tingkat Kebisingan

Peruntukan kawasan/lingkungan Tingkat kebisingan dB (A)


kesehatan
1. Peruntukan kawasan:
a. Perumahan dan pemukiman 55
b. Perdagangan dan jasa 70
c. Perkantoran dan perdagangan 65
d. Ruang terbuka hijau 50
e. Industri 70
f. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
g. Rekreasi 70
h. Khusus:
1) Bandar udara
2) Stasiun kereta api 60
3) Pelabuhan laut 70

2. Lingkungan kegiatan:
a. Rumah sakit atau sejenisnya 55
b. Sekolah atau sejenisnya 55
c. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

28
B. Kesehatan Kerja

Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat melakukan

pekerjaan. Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk

peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang

setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap

gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;

perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya risiko akibat faktor yang

merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu

lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya.

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap

manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Notoatmodjo menyatakan bahwa

kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu

tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan yang menjadi

pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar

perusahaan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif (pencegahan penyakit) dan

promotif (peningkatan kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja

pedomannya ialah: “ penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapatdicegah”. Dari

aspek ekonomi, penyelenggaraan kesehatan kerja bagi suatu perusahaan adalah

sangat menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja ialah

meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin.

Secara eksplisit rumusan atau batasannya adalah bahwa hakikat kesehatan kerja

mencakup dua hal, yakni:

29
1) Pertama: sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

2) Kedua: sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada

meningkatnya efisiensi dan produktifitas.

Apabila kedua prinsip tersebut dijabarkan ke dalam bentuk operasional, maka

tujuan utama kesehatan kerja adalah:

1) pen

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

c. Perawatan mempertinggi efisiensi dan produktifitas tenaga kerja.

d. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta

kenikmatan kerja.

e. Perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya-bahaya pencemaran

yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

f. Perlindungan bagi masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin

ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.

Macam-macam kesehatan kerja :

C. Keselamatan Kerja

D. Pengelolaan Limbah

30
1. Limbah cair

Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:

KEP-58/MENLH/12/1995, Tanggal 21 Desember 1995, menyatakan bahwa

limbah cair adalah semua bahan buangan berbentuk cair yang berasal dari rumah

sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia

beracun dan radioaktivitas.

Pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit TK. II Pelamonia menggunakan sistem

extended aeration. Pada awalnya air limbah dialirkan ke dalam influent chamber.

Dalam proses penyaluran ke influent chamber ini padat dapat masuk ke sistem

penyaluran. Jika bahan padat masuk ke sistem penyaluran dan mencapai unit

pengelolaan maka proses pengelolaan limbah cair dapat terganggu. Oleh karena

itu, pada fluent chamber dilakukan pengelolaan pendahuluan yaitu melalui proses

penyaringan dengan bar screen. Air limbah dialirkan melalui saringan besi untuk

menyaring sampah yag berukuran besar. Sempah yang tertahan oleh saringan besi

secara rutin diangkut untuk menghindari terjadinya penyumbatan. Selanjutnya air

limbah diolah dalam equalizing tank.

Didalam equalizing tank, air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur

dengan flow regulation. Flow regulation yang terdapat pada bak ekualisasi ini dan

dapat mengendalikan fluktuasi jumlah air limbah yang tidak merata,yaitu selama

jam kerja air diperlukan dalam jumlah banyak dan sedikit pada malam hari.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

1. Pihan Rumah Sakit TK. II Pelamonia harus meningkat Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) agar lebih

diketahui petugas-petugas yang berada di rumah sakit seperti dokter,

perawat dan lain-lain. Salah satu cara dengan memperbanyak sosialisasi

pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

2. Bagi petugas yang tidak menaati aturan sebaiknya diberikan sanksi agar

petugas lebih menaati aturan yang ada di Rumah Sakit TK. II

Pelamonia.

3. Rumah Sakit secara rutin mengevaluasi penyelenggaraan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) untuk menilai apakah

kinerjanya sudah maksimal ataukah masih memerlukan perbaikan

Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit yang

selanjutnya. Selain itu, rumah sakit harus selalu mengidentifikasi

sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko yang selalu ada

di rumah sakit.

32
.

33
Ruang Boiler
Lingkungan Kerja Pengendalian
1. Faktor fisik
a. Kebisingan
Dari hasil pengukuran
kebisingan yang kami
lakukan di ruang boiler
Kesehatan Kerja
Keselamatan Kerja
Pengelolaan Limbah

34

Anda mungkin juga menyukai