Anda di halaman 1dari 5

Epidermis

Pada semua mamalia epidermis mengalami diferensiasi yanng khas selama hidup
embrionik. Satu lapisan ektoderm berkembang menjadi struktur epidermal berlapis dan yang
berupa lapisan sel parenkim pipih di permukaan tubuh. Periderm ditemukan pada semua
embrio amniota, termasuk reptilia sebagai sarana adaptasi embrio. Sel-sel periderm juga aktif
berperan dalam pertukaran air, Na+ dan glukosa antara kulit dan cairan amnion. Tahap
selanjutnya adalah epidermis berlapis tiga. Bakal lapisan basal, yang sedang aktif
berpoliferasi, membentu lapisan intermediet. Istilah intermedier bukan hanya karena
tempatnya di tengah, namun juga karena merupakan tahap intermedier dalam diferensiasi sel-
sel epidermal dengan terjadinya proses keratinasi. Dimulai pada bukan ke lima sel-sel di
bagian bawah lapisan intermedier mulai membuat granul-granul keratohialin yang dikenali
pada stratum granoulosum. Gelembung-gelembung berisi glikogen yang terentuk di
permukaan sel-sel peridermal kemudian akan pecah dan akhirnya lapisan periderm akan
terkelupas, peristiwa terkelupasnya periderm terjadi secara bersamaan dengan diferensiasi
stratum korneum (Lestari, 2013).

Gambar Tahapan histogenesis kulit. (Sumber: Lufkin, 2003)

Terdapat tiga jenis sel yang berinvasi masuk ke dalam epidermis embrio dan tetap terdapat
selama hidup individu dewasa. Yang pertama adalah melanoblast yang bermigrasi dari pial
neural, mencapai dermis embrio manusia selama bulan kedua dan masuk ke dalam epidermis
di awal bulan ketiga. Diferensiasi melanoblast menjadi melanosit berhubungan dengan
pembentukan granul-granul pigmen atau melanosom dari premelanosom. Terdapat perbedaan
rasial yang besar dalam pigmentasi kulit, disebabkan perbedanya jumlah melanosit dalam
kulit antara satu ras dengan ras yang lainnya. Pada kulit albino terdapat melanosit dengan
jumlah normal, tetapi gagal mengakumulasi pigmen karena kekurangan enzim tirosinase
yang mengubah asam amio tirosin menjadi melanin (Lestari, 2013).

Di akhir trisemester pertama kehamilan, epidermis fetal dimasuki oleh suatu populasi sel-sel
Langerhans. Sel-sel Langerhans tidak terlalu berbeda dengan sel epidermal tetapi
mengandung granul sitoplamntik yang berbeda dan dapat diidentifikaisi secara histokimia
dengan ATP ase terikat membran atau dengan antigen permukaan tertentu. Sel-sel ini berasal
dari prekusor sumsum tulang dan terdapat pada bagian perifer sistem imun. Sel-sel ini
memproses antigen yang mempenetrasi epidermis dan bergabung dengan limfosit T untuk
memulai respons yang diperantarai sel melawan antigen. Tipe sel ketiga yaitu sel merkel
yang terdapat dalam epidermis fetal yang berasal dari pial neural, sel-sel merkel berhubungan
dengan ujung saraf bebas dan berperan sebagai mekanoreseptor adaptasi lambat pada kulit
(Lufkin, 2003).

Pada epidermis dewasa yang normal berupa struktur sel berlapis, yang ketebalannya
berbeda pada tempat yang berlainan di permukaan tubuh. Lapisan basal melekat pada lamina
basal yang memisahkan epidermis dari dermis. Sel-sel pada lapisan ini aktif bermitosis. Sel-
sel hasil pembelahan sel-sel dari lapisan basal akan menggeser lapisan-lapisan sel ke arah
permukaan. Dalam sel-sel epidermal memproduksi protein keratin yang merupakan suatu
kelompok besar protein yang dibagi menjadi tipe A dan B dan berupa suatu agregasi dari
unit-unit polipeptida. Sel-sel di lapisan basal mengandung organel-organel sitoplasmik yang
berhuungan dengan aktifitas sintesis protein. Sel-sel tersebut mengandung filamen-filamen
intermedier dengan ketebalan 6-8 mm yang mengikat subunit-subunit keratin dan khas
terdapat pada sel-sel epidermal yang sedang berdiferensiasi. Saat sel-sel epidermal
(keratinosit) tergeser ke lapisan stranum spinosum sel-sel tersebut mengembangkan jaringan
hubungan filamen keratin yang terkumpul di desmosom, suatu struktur yang mengikat satu
sel apidermal dengan sel tetangganya. Sel-sel bagian luar stranum spinosum mulai
mengakumulasi ciri lain diferensiasi epidermal yaitu granula keratobialin yang merupakan
komponen yang terlihat jelas pada stratum granulosum epidermis. Kemudian keratinosit
bergeser melalui suatu lapisan transisional yang pada saat itu inti hilang dan sel menjadi pipih
dan menjadi komponen penyusun tratum korneum. Sel-sel pada stratum korneum terikat
bersama-sama oleh protein yang kaya akan histidin, filaggrin, yang berasal dari suatu
komponen granula keratohialin yang diekskresiakan ke ruang antar sel. Sel-sel di stratum
korneum umumnya terdiri atas 15-20 lapisan tetapi ketebalannya bervariasi (Lestari, 2013).

Pada epidermis normal terdapat keseimbangan antara produksi dan terkelupasnya sel-
sel epidermis dan telah diketahui bahwa epidermis mamalia tertentu terdiri atas suatu area
seluler yang kecil disebut unit proliferasi epidermal. Secara normal, waktu hidup sel
epidermal manusia dari mulai terbentuknya sampai terkelupas dari permukaan kulit adalah
sekitar empat minggu (Lestari, 2013).

Interaksi jaringan dalam perkembangan integumen

Untuk mengetahi pentingnya interaksi jaringan dalam perkembangan kulit cara


termudah adalah dengan memisahkan komponen ektodermal dan mesenkim dan
menumbuhkannya secara terpisah. Saat ditumbuhkan secara terpisah, ektoderm tetap
memiliki sifat ektodermal dan tidak berdiferensiasi menjadi epidermis atau membentuk
turunan epidermis. Begitu pula dengan mesenkim dermal yang gagal berkembang menjadi
dermis yang normal.

Eksperimen rekomendasi awal adalah dengan mengkombinasikan dermis dari suatu


bagian embrio ayam dengan epidermis dari bagian yang lain yang disebut dengan
rekombinasi heterotropik. Kesimpulan hasilnya yaitu bahwa lokasi tempat diambilnya
potongan dermis menentukan sifat turunan integumen yang akan dihasilkan. Misalnya,
epidermis dari berbagai lokasi tubuh akan membentuk bulu punggung jika dikombinasikan
dengan dermis punggung. Yang berarti bahwa bila ektoderm pembentuk bulu
dikombinasikan dengan potongan dermis dari berbagai lokasi akan berdiferensiasi sesuai
tempat asal dermis. Berbeda dengan eksperimen kombinasi heterospesifik yang menghasilkan
kesimpulan bahwa lokasi asal potongan dermis menentukan turunan integumen yang sesuai
dengan lokasi asal tersebut, sedangkan sifat turunannya pesifik-spesies ditentukan dari asal
ektodermnya. Misalnya, potongan ektoderm punggung embrio ayam dikombinasikan dengan
mesoderm punggung embrio mencit akan menghasilkan turunan punggung berupa bulu
punggung dan bulu rambut, karena ektoderm ayam hanya dapat membuat turunan integumen
punggung dengan sifat genetiknya yaitu bulu punggung dan begitu juga sebalinya.

a. Rambut
Rambut merupakan adneksa kulit (kelenjar kulit atau lapisan dermis) yang tumbuh
pada hampir seluruh permukaan kulit mamalia kecuali telapak tangan dan telapak kaki
(Wasitaatmadja, 1997). Rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata
pada tubuh. Komponen rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohidrat, sistin, sistein,
lemak, arginin, sistrulin, dan enzim (Rook dan Dawber, 1991). Rambut terdiri dari 2 bagian
yaitu batang rambut dan akar rambut.
Pembentukan rambut pertama kali tampak dari suatu kelompok sel-sel epidermal
basal yang mulai menonjol membentuk tunas dibawah dermis. Saat tunas epidermal mulai
membesar, papila dermal mulai menyelubungi ujung tunas. Bulbus rabut epidermal yang
menyelubungi sebagian papila dermal merupakan inti rambut itu sendiri. Pada tahap
perkembangan berikutnya, primordium rambut dan struktur pelengkapnya mulai terbentuk.
Bakal rambut mula-mula berbentuk kerucut yang dengan cepat melakukan proliferasi sel-sel
epidermal dari dinding dalam bulbus rambut epidermal. Rambut yang tumbuh terus
mendorong melalui pusat folikel rambut hingga mencapai permukaan epidermis fetal. Saat
mulai muncul di permukaan epidermis, kadang-kadang membawa suatu tudung kecil sel-sel
peridermal dan terus tumbuh melalui saluran peridermal tersebut (Lestari, 2013).
Diferensiasi rambut embrionik merupakan proses yang relatif lambat dan
memerlukan waktu beberapa bulan pada manusia. Saat bulbus rambut mulai dewasa bulbus
tersebut diisi oleh melanosit yang memberikan pigmen warna gelap pada rambut. Melanosit
kemudian lebih terlokalisasi di bagian akar dari bulbus rambut. Sel-sel epidermal yang akan
membentuk helai rambut mulai mengalami keratinasi selama bulan ke 5 denganmembentuk
trikohialin yang memperkeras rambut. Terdapat dua struktur lain yang dibentuk oleh folikel
rambut yaitu kelenjar minyak dan otot polos. Kelenjar minyak yang mulai dibentuk sebagai
gelembung sel-sel epidermal di pertengahan folikel rambut. Sel kelenjar minyak menghasilkan
sekret berupa minyak ke permukan kulit melalui lapisan folikel rambut. Sedangkan otot polos
yang dibentuk dari mesenkim dermal yang salah satu ujung melekat pada gelembung sel-sel
epidermal sepanjang folikel dan ujung yang lain tertanamdi dalam dermis (Lestari, 2013).
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa masa hidup atau daur tiap helai rambut
berbeda dengan helai rambut lainnya, oleh karena itu secara berulang mengalami
pertumbuhan, kerontokan, dan pertumbuhan kembali. Daur ini dibagi menjadi tiga bagian:
anagen (pertumbuhan), katagen (terhentinya pertumbuhan), dan telogen (periode istirahat)
mekanismenya dijelaskan dalam Gambar 2 (Mitsui, 1992).

Gambar 2. Siklus Pertumbuhan Rambut (Sumber: Mitsui, 1992)

Orang dewasa rata-rata mempunyai 90 ribu sampai 150 ribu helai rambut di kepala.
Walaupun ada rambut yang rontok setiap harinya namun masih dianggap normal bila
banyaknya rambut yang rontok kurang dari 50-100 helai rambut per hari.

Anda mungkin juga menyukai