9.1.1.1.2 PEDOMAN-KESELAMATAN-PASIEN (BLM Fix)
9.1.1.1.2 PEDOMAN-KESELAMATAN-PASIEN (BLM Fix)
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Pelayanan kesehatan pada dasarnya
adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates
kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun
diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, pelayanan kesehatan
khususnya di Puskesmas menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan
hati-hati. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan
hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra Puskesmas.
Di Puskesmas sendiri terdapat beragam macam obat, tes-tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
yang siap memberikan pelayanan kepada pasien. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD. Di
Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) masih
langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum
tentu sesuai dengan pembuktian akhir.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien Puskesmas perlu dilakukan. Karena itu
diperlukan pedoman yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
Pedoman Keselamatan Pasien Puskesmas ini berisi Standar Keselamatan Pasien
dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang diharapkan
dapat membantu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatannya dengan tetap
mengemukakan keselamatan pasien.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum :
a. Memberikan informasi dan acuan Puskesmas dalam melaksanakan program
keselamatan pasien Puskesmas.
Tujuan Khusus :
a. Terlaksananya program keselamatan pasien Puskesmas secara sistematis
dan terarah.
b. Terlaksananya pencatatan insiden di Puskesmas dan pelaporannya.
D. Batasan Operasional
a. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
b. KTD (Kejadian Tidak Diinginkan) adalah kejadian yang mengakibatkan cedera
yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
c. KNC (Kejadian Nyaris Cedera) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
d. Will be added later depends on the contents
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah minimal
1 orang Apoteker dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian.
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
A C
B
D
Keterangan : A = Gudang Obat
B = Lemari Khusus Psikotropik dan Narkotik
C = Ruang Pelayanan Resep
D = Pintu Pembatas Gudang dan Ruang Pelayanan
B. Standar Fasilitas
Terdapat lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika yang
dilengkapi kunci ganda dan kunci hanya dikendalikan oleh Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian. Lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika
dipersyaratkan agar tidak dapat dipindahkan.
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
1. PENGADAAN
Narkotika dan psikotropik untuk kebutuhan Puskesmas diperoleh dari
permintaan melalui LPLPO kepada Dinas Kesehatan. Bukti pengadaan
ditelusuri melalui SBBK Obat Psikotropik dan Narkotik.
3. PENYERAHAN
4. PEMANTAUAN
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai
2. Memberikan label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja atau kurang hati-hati (restricted)
4. Obat narkotika dan psikotropika tidak boleh dletakkan didalam ruangan
pelayanan
5. Tempat pelayanan obatobat yang terlihat mirip dan kedengaran mirip tidak
boleh diletakkan dalam satu rak atau disandingkan
BAB VII KESELAMATAN KERJA
1. Identifikasi, pengukuran dan analisis terhadap kondisi fisik petugas, sifat dan
beban kerja, kondisi lingkungan kerja, dan kecelakaan kerja di lingkungan
apotek.
2. Pengendalian meliputi : legislatif kontrol, administratif kontrol, dan medical
kontrol.
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU