Kelas/kelompok : MAB A / 2
Hari/Tanggal : Jumat, 22 November 2019
Pengamatan Detak Jantung, Laju Respirasi, dan Suhu Rektal Hewan Ternak
Kelompok 5
Afdol Amrino J3J118059
Risma Farlis Pradita J3J118071
Nur Anita Amalia J3J118127
Alma Shopia Yulianti J3J118184
Jan Raditya Pradipta J3J118209
Salsabilla Begum Inaara J3J218432
Daffa Putra Ardiansah J3J218428
Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah,
frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran
ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat
penting maka disebut tnda vital. Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek
sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal. Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme
umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Pada hewan pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
Poikiloterm dan Homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut
hewan berdarah dingin. Yang termasuk dalam poikiloterm adalah bangsa Ikan, Reptil, dan Amfibi.
Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas karena dapat menjaga suhu tubuhnya.
Hewan yang termasuk dalam homoiterm adalah bangsa Aves dan Mamalia.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau
diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi,
konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak
memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer
panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas
molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.
Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi
tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair
menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui termoregulasi pada ternak,.
2. Untuk mengetahui penyebab naik atau turunnya termoregulasi (detak jantung, laju repirasi,
dan suhu rectal).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode dan Alat
2.1.1 Alat yang digunakan
1. Thermometer digital
2. Stetoskop
3. Alat tulis
2.1.2 Metode
Mengukur denyut jantung
1. Menenangkan terlebih dahulu hewan percobaan tersebut.
2. Menggunakan stestoskop dan mengarahkannya pada bagian dada hewan.
3. Mendengarkan dengan cermat dan menghitung banyaknya detakan
jantung pada sapi dalam 20 detik.
4. Penghitungan dilakukan 2 kali pada setiap sapi.
Menghitung frekuensi nafas
1. Menenangkan terlebih dahulu sapi tersebut
2. Meletakan telapak tangan/punggung tangan didepan muzzle sapi
3. Menghitung berapa banyak hembusan nafas sapi selama 20 detik.
Suhu rectal
1. Mencelupkan ujung termometer kedalam air agar mempermudah pada saat
memasukan termometer ke rectum sapi.
2. Menggunakan skala termometer
3. Masukan termometer ke rectum sapi sampai termometer berbunyi
otomatis yang memberi tanda selesainya pengukuran suhu rectal
Parameter
Nomor Perlakuan Detak Jantung Laju respirasi Suhu
Kelompok Rektal
5 Sapi Pedet di 45 60 21 24 38,8 39
Kandang
4 Sapi Pedet di 48 54 63 66 39 39,1
Kandang
3 Sapi Pedet di 60 66 48 60 39 38,9
Kandang
Detak Jantung
70
60
50
40
30 Detak Jantung
20
10
0
Kelompok 5 Kelompok 4 Kelompok 3
Pada grafik di atas menunjukkan perbedaan detak jantung sapi pedet per menit pada setiap
kelompok, kelompok 5 dengan hasil 52,5/menit , kelompok 4 51/menit, dan kelompok 3
63/menit. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan detak jantung ternak yang kami
amati dengan detak jantung normal sapi pedet yaitu 50-70 kali per menit adalah :
1. Handling yang dilakukan terlalu lama
2. Banyaknya gerakan yang dilakukan oleh ternak
3. Suhu lingkungan yang tidak stabil
2.3.2 Grafik Laju Respirasi
Laju Respirasi
70
60
50
40
Laju Respirasi
30
20
10
0
Kelompok 5 Kelompok 4 Kelompok 3
Pada grafik di atas menunjukkan perbedaan laju respirasi sapi pedet per menit pada setiap
kelompok, kelompok 5 dengan hasil 22,5/menit , kelompok 4 64,5/menit, dan kelompok 3
54/menit. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju respirasi ternak yang kami
amati dengan laju respirasi normal sapi pedet yaitu 27-37 kali per menit adalah :
1. Kelembaban dan suhu lingkungan di dalam kandang tidak stabil.
2. Keadaan sapi yang tenang saat dilakukan pengamatan atau keadaan sapi yang panic saat
dilakukan pengamatan.
39.05
39
38.95
Suhu Rektal
38.9
38.85
38.8
Kelompok 5 Kelompok 4 3
Pada grafik di atas menunjukkan perbedaan suhu rektal sapi pedet pada setiap kelompok,
kelompok 5 dengan hasil 38,9 , kelompok 4 39,05, dan kelompok 38,95. Suhu rektal normal
pada sapi pedet yaitu 37,8 – 39,2 °C, dengan suhu kritis 40°C. Pengamatan dilakukan selama 3
menit atau jika menggunakan termometer digital dilakukan sampai termometer berbunyi. Dari
ketiga data tersebut menunjukkan bahwa suhu rektal pada sapi pedet normal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dicantumkan sebelumnya, pengamatan pertama detak jantung
sapi pedet dalam kandang yaitu detak jantung rendah, namun pada pengamatan kedua detak
jantung sapi dinyatakan normal. Kondisi laju respirasi rendah disebabkan oleh kelembaban dan
suhu lingkungan yang rendah juga keadaan sapi yang tenang saat dilakukan
pengamatan.Pengamatan suhu rektal pada sapi pedet dinyatakan normal.