Anda di halaman 1dari 8

HARI/TANGGAL: DOSEN PRAKTIKUM :

Jumat, 22 November 2019 Ir.Dudi S.Hermawan,M.M.


ASISTEN DOSEN :
Bapak Sugma & Setiawan
KELAS/RUANG: WAKTU :
GG Kandang 07.00 – 11.00

PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNIK BUDIDAYA PETERNAKAN

“PENGUKURAN PARAMETER TUBUH DOMBA DI LUAR KANDANG”

Oleh :

Kelompok 4

1. Nabila Nisa (J3J118097)


2. Syifa Aulia Ulzanna (J3J118181)
3. Yusuf Rahman (J3J118116)
4. Rezky Delsa K (J3J118314)
5. Siska Oktaviani (J3J218417)
6. Meidiena Khoirunnisa (J3J218492)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Domba sebagai hewan berdarah panas yang mempertahankan suhu tubuhnya pada
kisaran tertentu. Domba banyak dijumpai di daerah tropis karena mempunyai daya adaptasi
tinggi. Respon fisiologis domba merupakan respon domba terhadap berbagai macam faktor
baik itu fisik, kimia, maupun lingkungan sekitar. Respon fisiologis pada domba dapat
diketahui diantaranya dengan melihat suhu tubuh, laju respirasi, denyut jantung, nilai
hematrokit, dan rasio heterofil/limfosit (Yousef, 1985). Hewan membutuhkan lingkungan
yang cocok untuk kebutuhan fisiologisnya, jika tidak sesuai dengan lingkungannya, misalnya
dengan kondisi terlalu panas atau terlalu dingin maka akan menyebabkan stres dan berakibat
pada produktivitasnya, sehingga pertumbuhan, perkembangan atau produksi ternak akan
menurun (Johnston, 1983). Secara fisiologis tubuh ternak akan bereaksi terhadap rangsangan
yang mengganggu fisiologis normal. Sebagai ilustrasi ternak akan mengalami cekaman panas
jika jumlah rataan produksi panas tubuh dan penyerapan radiasi panas dari sekelilingnya
lebih besar daripada rataan panas yang hilang dari tubuh (Devendra dan Burns, 1994).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum adalah :

1. Mengetahui perbandingan detak jantung, laju respirasi, dan suhu rektal pada domba di
luar kandang
BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Teknis Pengamatan

1. Domba dikeluarkan dari kandang agar terjadi adaptasi dengan suhu lingkungan di luar
kandang
2. Dilakukan handling agar parameter dapat diamati dan diukur
3. Parameter yang diamati diantaranya :
A. Detak Jantung
B. Laju Respirasi
C. Suhu Raktal
4. Pengamatan dilakukan selama 20 detik untuk parameter detak jantung dan laju
respirasi sedangkan parameter suhu rectal dilakukan selama 3 menit
5. Parameter detak jantung diukur menggunakan stetoskop,parameter laju respirasi
diukur menggunakan punggung tangan,dan parameter suhu rectal diukur
menggunakan termometer konvensional.
6. Dilakukan pencatatan atas hasil pengamatan ketiga parameter.
2.2 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam mengukur ketiga parameter kali ini adalah,

1. Stetoskop

2. Termometer konvensional

2.3 Bahan

Adapun yang dijadikan bahan pengamatan adalah seekor domba jantan


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Parameter Tubuh Domba di Luar Kandang

PARAMETER
DETAK LAJU RESPIRASI
SUHU REKTAL
KELOMPOK PERLAKUAN JANTUNG (hembusan/20
(OC/3 menit)
(detak/20 detik) detik)
1 2 1 2 1 2
Domba Diluar
4 32 42 40 42 39 39
Kandang
Domba Diluar
3 46 48 57 60 39,3 39,4
Kandang
Domba Diluar
2 28 45 50 47 39,2 39
Kandang
PARAMETER
DETAK
LAJU RESPIRASI SUHU REKTAL
KELOMPOK PERLAKUAN JANTUNG
(hembusan/menit) (OC/3 menit)
(detak/menit)
1 2 1 2 1 2
Domba Diluar
4 96 126 120 126 39 39
Kandang
Domba Diluar
3 138 144 171 180 39,3 39,4
Kandang
Domba Diluar
2 84 135 150 141 39,2 39
Kandang

A. Detak Jantung

Detak Jantung pada Domba Di Luar


Kandang
160 141
140
Detak per Menit

120 111 110


100
80
60
40
20
0
Kelompok 4 Kelompok 3 kelompok 2
Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai
kerucut. Jantung terbagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri, masing-masing bagian
terdiri atas atrium, yang berfungsi menerima curahan darah dan pembuluh vena, dan
ventrikel, yang berfungsi memompakan darah dari jantung ke seluruh tubuh melalui
pembuluh arteri (Frandson, 1992). Satu denyut terdiri dari satu sistol dan satu
diastole. Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastole, yaitu
periode pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang
disebut sistol (Guyton, 1997). Kisaran denyut jantung domba normal menurut
Smith dan Mangkoewidjojo (1988) adalah 70-80 kali tiap menit. Peningkatan
laju denyut jantung yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan,
gerakan dan aktivitas otot (Edey, 1983). Secara umum, kecepatan denyut jantung
yang normal cenderung lebih besar pada hewan-hewan kecil dan semakin lambat
dengan semakin besarnya ukuran hewan (Frandson, 1992). Al-Haidary (2004)
menyatakan bahwa tantangan stres panas mengurangi denyut jantung pada ternak
yang diam, dan pengurangan tanda denyut jantung menurun karena upaya umum
untuk binatang penurunan produksi panas.
Menurut Adisuwirdjo (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung yaitu:
(1) aktivitas, aktivitas yang tinggi dapat menigkatkan frekuensi kerja jantung.
(2) ion kalsium, ion kalsium memicu sistol yaitu kontraksi salah satu ruangan jantung
pada proses pengosongan ruangan tersebut. Diastol adalah reaksi dari satu ruang
jantung sesaat sebelum dan selama pengisian ruangan tersebut.
(3) kadar CO2, dapat menaikkan frekuensi maupun kekuatan kontraksi jantung.
(4) adrenalin, dapat menaikkan 6 frekuensi jantung.
(5) suhu tubuh, semakin tinggi suhu maka frekuensi jantung juga semakin besar.
(6) usia, usia muda memiliki frekuensi jantung yang lebih cepat.

Pada data diatas terjadi perbedaan detak jantung per menit pada setiap
kelompok,kelompok 4 dengan hasil 111 detak/menit, kelompok 3 dengan 141
detak/menit, sedangkan kelompok 2 dengan 110 detak/menit sedangkan detak jantung
normal pada domba tropis adalah 70-80 kali per menit.Beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya perbedaan detak jantung yang kami amati dengan detak
jantung normal adalah :
1. Aktivitas domba yang tinggi sehingga meningkatkan frekuensi detak jantung
2. Suhu tubuh,semakin tinggi suhu lingkungan maka frekuensi jantung juga semakin
besar
3. Domba mengalami stress karena handling yang dilakukan terlalu lama.
B. Laju Respirasi

Laju Respirasi pada Domba Di Luar Kandang


200
176
180
160 146
Hembusan per Menit

140 123
120
100
80
60
40
20
0
Kelompok 4 Kelompok 3 kelompok 2

Respirasi meliputi semua proses baik fisik maupun kimia, dimana hewan
mengadakan pertukaran gas-gas dengan lingkungan sekelilingnya, khususnya gas O2
dan CO2 (Widjajakusuma dan Sikar, 1986). Pernafasan pada hewan terdiri dari tiga
fase yaitu respirasi external, pertukaran gas, dan respirasi internal. Respirasi external
yaitu mekanisme saat hewan mengambil oksigen dari lingkungan dan melepaskan
karbondioksida ke lingkungan. Pertukaran gas yaitu mekanisme pendistribusian
oksigen ke seluruh sel-sel tubuh hewan dan mekanisme perpindahan karbondioksida
dari sel tubuh ke lingkungan. Respirasi internal merupakan reaksi metabolik saat
oksigen dalam sel memproduksi energi dan reaksi untuk memproduksi
karbondioksida dalam sel (Wilson, 1979). Frekuensi respirasi bervariasi tergantung
dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh tidaknya rumen. Domba
tropis mempunyai frekuensi laju respirasi berkisar 15-25 hembusan per menit.
Bersamaan dengan peningkatan suhu lingkungan, reaksi pertama ternak dalam
menghadapi keadaan ini adalah dengan 5 panting (terengah-engah) dan
sweating (berkeringat berlebihan) (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pada sapi,
kerbau, kambing dan domba peningkatan frekuensi respirasi merupakan salah satu
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Kecepatan respirasi meningkat sebanding
dengan meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi
menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan
fisiologik dalam tubuh hewan (McDowell, 1972).

Pada data diatas terjadi perbedaan laju respirasi per menit pada setiap
kelompok,kelompok 4 dengan hasil 123 hembusan/menit, kelompok 3 dengan 176
hembusan/menit, sedangkan kelompok 2 dengan 146 hembusan/menit sedangkan
detak laju respirasi dalam kondisi normal pada domba tropis adalah berkisar antara
15-25 hembusan per menit.Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju
respirasi yang kami amati dengan laju respirasi dalam kondisi normal adalah :
1. Aktivitas domba yang tinggi sehingga meningkatkan frekuensi respirasi.Semakin
tinggi aktivitas domba maka semakin cepat frekuensi detak jantung yang juga
menyebabkan peningkatan pada laju respirasi.
2. Peningkatan suhu lingkungan yang menyebabkan domba mengalami panting
(terengah engah) dan sweating (berkeringat berlebihan).Laju respirasi meningkat
sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan.

C. Suhu Rektal

Suhu Rektal pada Domba Di Luar Kandang


39.5
39.4
39.4
Celcius per 3 Menit

39.3

39.2
39.1
39.1
39
39
o

38.9

38.8
Kelompok 4 Kelompok 3 kelompok 2

Suhu tubuh hewan homeotermi merupakan hasil keseimbangan dari panas


yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Suhu tubuh dapat diamati melalui suhu
rektal, karena suhu rektal merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan suhu
internal tubuh ternak. Suhu rektal juga sebagai parameter yang dapat menunjukkan
efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Suhu rektal harian, pada pagi hari
rendah sedangkan pada siang hari tinggi (Edey, 1983). Suhu rektal domba di daerah
tropis berada pada kisaran 39,2-40 0 C (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Kelembaban dapat pula mempengaruhi mekanisme temperature tubuh, pengeluaran
panas dengan cara berkeringat ataupun melalui respirasi akan lebih cepat (Parakkasi,
1999).

Pada data diatas suhu rectal dari ketiga kelompok relative sama,kelompok 4
dengan hasil 39oC, kelompok 3 dengan 39,4oC, sedangkan kelompok 2 dengan 39,1o
C, sedangkan suhu rektal dalam kondisi normal pada domba tropis adalah berkisar
antara 39,2-40oC.Hal ini diduga karena domba berhasil melakukan proses
Termoregulasi melalui proses homeostatis di dalam tubuh.Tingginya panas dalam
tubuh menyebabkan ternak melakukan upaya menstabilkan temperature tubuhnya
agar tetap berada pada kondisi yang normal,dengan cara melakukan termoregulasi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dan referensi yang kami peroleh dapat
disimpulkan bahwa,detak jantung pada domba di luar ruangan akan meningkat sebanding
dengan peningkatan aktivitas dan suhu lingkungan sekitar.Selain itu laju respirasi akan
meningkat seiring dengan peningkatan detak jantung,peningkatan suhu lingkungan,dan
peningkatan aktivitas.Sedangkan suhu rectal relative sama karena domba berhasil melakukan
termoregulasi melalui proses homeostatis.

DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/41942208-Tinjauan-pustaka-domba-garut-suhu-dan-kelembaban.html

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/p
ublications/183336-ID
none.pdf&ved=2ahUKEwic6JWfqvvlAhUUOisKHWITCs04ChAWMAR6BAgGEAE&usg=
AOvVaw0nR_lBYmmYesbr_yOtCxKu

Anda mungkin juga menyukai