Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana skrining fitokimia senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan
Poliketida?
2. Bagaimana jalur biosintesis senyawa Flavonoid, Fenilpropanoi dan Poliketida?
3. Bagaimana tatanama senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan Poliketida?
4. Bagaimana reaksi-reaksi dalam senyawa Flavonoid. Fenilpropanoid dan
Poliketida?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui skrining fitokimia senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan
Poliketida.
2. Mengetahui jalur biosentesis senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan Poliketida.
3. Mengetahui tatanama senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan Poliketida.
4. Mengetahui reaksi-reaksi dalam senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan
Poliketida.
1.4 Manfaat
Makalah senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid dan Poliketida ini diharapkan
dapat member imanfaat bagi pembaca tentang cara skrining fitokimia, jalur
biosintesis, tatanama dan reaksi-reaksi dalam senyawa Flavonoid, Fenilpropanoid
dan Poliketida. Ketiga senyawa ini merupakan senyawa metabolit sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skrining Fitokimia
a) Senyawa flavonoid
Uji skrining senyawa ini dilakukan dengan cara menggunakan pereaksi
Wilstater/ Sianidin. Bahan sampel tanaman sebanyak 5 gram diekstraksi dengan
pelarut n-heksana atau petroleum eter sebanyak 15 ml kemudian disaring. Ekstrak
yang diperoleh selanjutnya diekstraksi lebih lanjut menggunakan metanol atau etanol
sebanyak 30 ml. Selanjutnya, 2 ml ekstrak metanol atau etanol yang diperoleh
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 0,5 ml asam
klorida pekat (HCl pekat) dan 3-4 pita logam Mg. Adanya flavonoid ditandai dengan
warna merah, oranye dan hijau tergantung struktur flavonoid yang terkandung dalam
sampel tersebut(Cahyono, 2017).
b) Senyawa Fenilpropanoid
Ekstrak diuapkan sampai kering, kemudian ditambahkan air panas dan
dinginkan. Setelah dingin, bagi menjadi dua tabung. Tabung I diberi ammonia 10%
dan tabung II sebagai pembanding. Dilihat di bawah lampu UV, jika terdapat
fluoresensi kuning kehijauan atau kebiruan berarti sampel tersebut positif
mengandung kumarin(Isnawati, 2008).
c) Senyawa Poliketida
Pengujian terhadap sampel tumbuhan yang mengandung kuinon contohya
adalah kunyit, cara-caranya yaitu: kunyit dipotong-potong, kemudian ditambah
dengan dietil eter dan NaOH serta HCl(p). Dalam uji ini apabila sampel kunyit saat
ditambah NaOH akan memudarka warna dari sampel namun apabila ditambahkan
HCl(p) warna semula muncul kembali, hal ini menunjukkan bahwa pada kunyit
terdapat kandungan senyawa kuinon (zat warna kuinon).
2.2 Jalur Biosintesis
a) Senyawa Flavonoid
Spekulasi mengenai biosintesa flavonoid bermula dari analisa berbagai
struktur senyawa yang termasuk golongan ini. Pada tahun 1936 Robinson
mengajukan pendapat bahwa kerangka C6-C3 dari fenilpropanoid yang mempunyai
gugus fungsi oksigen pada posisi para, para dan meta atau dua meta dan satu para
dari cincin aromatik. Akan tetapi senyawa-senyawa fenilpropanoid, seperti asam-
asam amino fenilalanin dan tirosin, bukannya dianggap sebagai senyawa yang
menurunkan flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang bertalian belakang.
Pola biosintesis flavonoi pertama kali disarankan oleh Brich. Menurut Brich,
pada tahp-tahap pertama dari biosintesa flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi
dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang
dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada
posisi-posisi yang diperlukan.
Adapun cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur shikimat). Dengan
demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoid dihasilkan dari kombinasi anatara
dua jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatic, yakni jalur shikimat dan jalur
asetat-malonat. Selanjutnya, sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan
oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propan dapat menghasilkan berbagai
gugus fungsi seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil, dan
sebagainya. Berikut merupakan pokok-poko biosintesis flavonoid:
Menurut biosintesa ini, pembentukan flavonoid dimulai dengan
memperpanjang unit fenilpropanoid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat
seperti asam p-kumarat, kadang-kadang asam kafeat, asam ferulat atau asam sinapat.
Percobaan-percobaan ini juga menunjukan bahwa calkon dan isomer flavanon yang
sebanding juga berperan sebagai senyawa antara dalam biosintesis berbagai jenis
flavonoid, sebagaimana disarankan oleh Grisebach. Berikut biosintesis berbagai jenis
flavonoid yang disarankan oleh Grisebach:
b) Senyawa Fenilpropanoid
Jalur shikimat untuk biosintesa fenilpropanoid ditemukan untuk pertama
kalinya dalam mikroorganisme, seperti bakteri, kapang dan ragi sebagai hasil karya
dari Davis. Sedangkan asam shikimat sendiri pertama kali ditemukan pada tahun
1885 dari tumbuhan Illicium religiosum, yang dalam bahasa Jepang disebut shikimi-
no-ki, dan kemudian ditemukan pula dalam banyak tumbuhan.
Pembentukan asam shikimat dimulai dengan kondensasi aldol antara tetrosa,
yakni eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini. Gugus metilen C-CH2
dari asam fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan beradisi dengan gugus
karbonil dari eritrosa. Menghasilkan suatu gula yang terdiri dari 7 atom karbon.
Selanjutnya, reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat
yang mempunyai lingkar siklohesan, yang kemudian diubah menjadi asam shikimat.
Asam prefenat terbentuk oleh adisi asam fosfoenolpiruvat kepada asam shikimat.
Berikutnya, aromatisasi dari asam prefenat menghasilkan asam fenilpiruvat, darimana
dihasilkan fenilalanin melalui reaksi reduktif aminasi. Akhirnya deaminasi dari
fenilalanin menghasilkan asam sinamat. Reaksi parallel yang sejenis terhadap tirosin
yang mempunyai tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilkan asam p-kumarat,
dan selanjutnya asam-asam kafeat, ferulat dan sinapat. Adapun pokok-pokok reaksi
biosintesis dari jalur shikimat adalah sebagai berikut:
c) Senyawa Poliketida
Suatu asam asetat (suatu C2) adalah unit struktur yang paling umum
digunakan oleh organisme untuk menghasilkan senyawa-senyawa bahan alam,
kadang kala dengan struktur yang agak rumit. Asam asetat adalah sumber utama bagi
atom karbon untuk pembentukan poliketida.
Biosintesa poliketida sangat menonjol dalam mikroorganisme, seperti bakteri,
kapang, dan lumut, tetapi tidak begitu berarti dalam tumbuhan tinggi. Pada tahun
1893, Collie untuk pertama kalinya telah menyarankan bahwa senyawa-senyawa
fenol bahan alam berasal dari poliasetil. Hal ini didasarkan pada penemuannya
mengenai sifat-sifat dari poliasetil. Collie menenmukan bahwa senyawa-senyawa
poliasetil tertentu bereaksi dengan basa menghasilkan senyawa-senyawa identik atau
menyerupai senyawa-senyawa fenol yang ditemukan dialam, pada tahun 1953, birch
meneliti lebih lanjut hasil-hasil penemuan Collie terebut diatas dan berdasarkan
percobaan-percobaan dengan senyawa bertanda telah menyarankan suatu hipotesis
biogenetic bagi poliketida.
Rantai poliasetil yang menurunkan senyawa-senyawa poliketida berasal dari
penggabungan unit-unit asam asetat melalui kondensasi aldol. Untuk dapat
melakukan kondensasi ini, asam asetat pertama-tama diubah menjadi bentuk yang
lebih reaktif, yang ditempuh dengan dua cara. Pertama, gugus karboksil dari asam
asetat diaktifkan dengan cara mengubahnya menjadi ester tiol dari asetil koenzim-A,
dan dalam bentuk ester tiol ini gugus karbonil mudah diserang oleh nukleofil. Kedua,
gugus metal dari asetil koenzim-A diaktifkan pula melalui reaksi karboksilasi
sehingga mengubahnya menjadi ester tiol dari asetat dan malonat. Kedua unit yang
reaktif ini, yakni ester tiol dari asetat dan malonat, mudah berkondensasi aldol
menghasilkan rantai poliasetil dari asam poli-β-ketokarboksilat. Berikut biosintesis
dari asam poli-β-ketokarboksilat:
Asam poli-β-ketokarboksilat

2.3 Tatanama
a) Senyawa Flavonoid
Flavonoid mempunyai kerangka dasar dengan 15 atom karbon, dimana dua
cincin benzen (C6) terikat pada satu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu
susunan (C6-C3-C6) dengan struktur 1,3-diarilpropan. Senyawa-senyawa flavonoid
terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi rantai propan dari sistem
1,3-diarilpropan [Achmad, 1985]. Agar mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C,atom
karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk
cincin A dan C, serta angka “beraksen” untuk cincin B.

Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari 2
cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin
ketiga. Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut
flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen
(turunan tanin).
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini
disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang
paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini
disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai
pewarna alami
b) Senyawa Fenilpropanoid
Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol
utama yang berasal dari jalur shikimat. Senyawa senyawa fenol ini mempunyai
kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzen (C6) yang terikat pada ujung
rantai karbon propana (C3).
Kerangka dasar Fenilpropanoid
Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoid adalah:
1. Turunan sinamat

2. Turunan kumarin

3. Turunan Alilfenol
4. Turunan porpenil fenol

Struktur beberapa jenis senyawa fenilpropanoida tersebut diatas menunjukkan


kerangka dasar fenilpropanoida yang nyata dan kerangka karbon ini mempunyai
oksidasi maksimal trihidroksida. Kemungkinan lain dari pola oksidasi adalah 3,4-
dihidroksi atau 4-hidroksi atau tidak teroksidasi sama sekali.
c) Senyawa poliketida
Secara umum senyawa poliketida memiliki struktur CH3[CH2CO]nCOOH
yang disebut ketida atau poli-β-keto. Berdasarkan struktur poliketida tersebut, secara
trivial poliketida memiliki nama poliketida atau alkan poli-on. Sedangkan secara
IUPAC diberi nama polialkanon.
Beberapa jenis senyawa yang termasuk poliketida ialah:
1. Turunan floroglusinol

2. Turunan Bengokuinon
3. Turunan kromon

4. Turunan Naftakuinon

5. Turunan Antrakuinon

2.3 Reaksi Kimia


a) Senayawa Flavonoid
Flavon yang mengandung gugus metoksi (atau hidroksi) pada posisi 5, bila
dipanaskan dengan asam yodida akan mengalami demetilasi, diikuti oleh penataan
ulang sebagai akibat terbukanya cincin flavon dan resiklisasi. Proses ini disebut
penataan ulang Wessley-Moser. Selanjutnya, bila cincin B dari flavon mengandung
gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 2’, maka penataan ulang Wessley-Moser
dari senyawa flavon ini akan menghasilkan suatu flavon, dimana cincin B dari flavon
semula berubah menjadi cincin A dari flavon yang baru terbentuk.
Reaksi penataan ulang ini, secara umum sebagai berikut:
Reaksi dari flavon dan flavonol berkaitan dengan sifat aromatik dari cincin A
dan B atau berhubungan dengan subtituen cincin tersebut. Sifat aromatik dari cincin
A dan B akan jelas terlihat pada senyawa-senyawa flavon yang mengandung gugus
hidroksil, yang berlaku sebagai fenol terhadap reaksi substitusi elektrofilik. Bila
cincin A mengandung gugus hidroksil maka substitusi pertama akan terjadi pada
cincin ini. Gugus hidroksil pada posisi 5 atau 7 akan mengarahkan substitusi pada
posisi 8, dan substitusi selanjutnya akan mengahasilkan flavon dengan substituen
ganda pada posisi 6 dan 8. Sedangkan 5,7-dihidroksiflavon mengalami subtitusi
ganda pada posisi 6 dan 8.
Gugus hidroksil dari suatu hidroksiflavon, seperti lazimnya gugus fenol, dapat
dimetilasi menggunakan dimetil sulfat dan alkali menghasilkan metil eter. Gugus
hidroksil pada posisi 5, karena membentuk ikatan hidrogen dengan gugus karbonil
pada posisi 4, agak sukar dimetilasi. Akan tetapi, metilasi lengkap dari suatu
polihidroksiflavon dapat dilakukan menggunakan dimetil sulfat yang berlebih.
Metilasi dari gugus hidroksil, kecuali gugus hidroksil pada posisi 5, dapat pula
dilakukan menggunakan diazometan (CH2N2).
Sebaliknya, gugus metoksil dalam molekul metosilflavon oleh asam yodida
diubah menjadi gugus hidroksil. Namun demikian pada kondisi reaksi demetilasi ini,
flavon yang mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 5 atau 2’ dapat
mengalami penataan ulang Wessley-Moser, seperti telah diuraikan sebelumnya.
b) Senyawa Fenilpropanoid

- Ditemukan secara luas di alam, terutama sekali turunan hidroksisinamat, seperti


p-kumarat, kafeat, ferulat dan sinapat, senyawa-senyawa ini bisa ditemukan
dalam bentuk ester
- Mudah dideteksi dengan kromatografi kertas, noda-nodanya memberikan
fluororesensi berwarna biru atau hijau di bawah sinar ultra violet. Intensitas
warna dapat ditingkatkan bila diperlakukan dengan uap amoniak.
- Ditemukan di alam, ikatan rangkap olefin pada umumnya mempunyai
konfigurasi trans yang lebih stabil daripada cis. Akan tetapi, konfigurasi ini dapat
diubah dari yang satu menjadi yang lain, isomerasi dapat terjadi selama proses
pemisahan. Oleh karena itu, turunan sinamat yang dipisahkan dari jaringan
tumbuhan lazimnya adalah campuran keseimbangan dari kedua isomer tersebut.
- Dapat diidentifikasi dari spectrum ultra violet, yang mempunyai serapan
maksimum pada panjang gelombang sekitar 245nm dan 320nm. Senyawa-
senyawa ini dalam suasana basa, memperlihatkan perpindahan serapan
maksimum didaerah ultra violet ke panjang gelombang yang lebih besar.
- Senyawa-senyawa turunan sinamat dapat disintesis dengan reaksi Perkin, yakni
kondensasi aldol antara aldehid aromatic yang sesuai dan anhidrida asam
karboksilat dengan adanya garam natrium dari asam tersebut sebagai katalis.

Pada reaksi ini, kondensasi terjadi antara gugus karbonil dari aldehid aromatic
dan gugus metil aktif dari anhidrida asam. Sedangkan fungsi katalis adalah untuk
membentuk anion dari gugus metil aktif tersebut. Mekanisme dari sintesis Perkin :

- Turunan sinamat dapat pula disintesis menggunakan reaksi Knoevenagel, yakni


kondensasi aldol antara suatu aromatic aldehid yang sesuai dengan asam atau
ester malonat, dengan adanya katalis basa.
Reaksi secara umum adalah :
Cara lain untuk mensintesis senyawa-senyawa turunan sinamat ialah kondensasi aldol
antara aldehid aromatic yang sesuai dengan ester asetat dengan adanya basa, contoh :

c) Senyawa poliketida

Reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa poliketida merupakan reaksi


pembentukan suatu metabolit sekunder. Sebagian besar reaksi dari poliketida
menunjukkan reaksi keseluruhan dalam proses biosintesis poliketida. Secara umum,
reaksi yang dialami oleh berbagai senyawa poliketida mencakup:
1. Kondensasi aldol
Kondensasi tipe Kroton (aldol) : kondensasi gugus karbonil dengan gugus
metilen
2. Kondensasi Claisen
Kondensasi tipe Claisen : kondensasi hidroksil dari gugus karboksilat dengan
metilen

3. Laktonisasi

Kondensasi tipe laktonisasi : gugus hidroksil dari karboksilat membentuk


jembatan dengan gugus hidroksi

4. Esterifikasi
Kondensasi tipe esterifikasi : jembatan antara gugus karbonil dengan gugus
karbonil
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Senyawa fenilpropanoid dan flavonoid merupakan senyawa fenolik jenis
pertama yang melakukan biosintesis melalui jalur shikimat. Sedangkan senyawa
poliketida merupakan senyawa fenolik jenis kedua yang melakukan biosintesis
melalui jalur asetat-malonat. Skrining fitokimia senyawa flavonoid ditandai dengan
adanya perubahan warna merah, orange dan hijau ketika direaksikan dengan pereaksi
Wilstater/Sianidin. Selain itu untuk mendeteksi senyawa poliketida (kuinon) juga
dapat digunakan pereaksi larutan natrium hidroksida 1 N. Bila terbentuk wama
merah menunjukkan adanya kuinon. Dan untuk mendeteksi senyawa fenilpropanoid
(kumarin) dapat dilihat dibawah lampu UV, jika terdapat fluoresensi kuning
kehijauan atau kebiruan berarti positif mengandung kumarin.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa tulisan yang sangat sederhana ini bukanlah hasil
karya cipta penulis hebat pada umumnya. Melainkan hanya hasil goresan dan tulisan
orang yang mencoba untuk selalu belajar dan ingin tahu. Sehingga tidak heran bila
dalam penulisan ini sering kali terjadi kesalahan. Oleh sebab itu, atas segala kesalahan
dalam penyusunan dan penulisan makalah ini. Penulis memohon serta mengharapkan
saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan berbentuk pencerahan agar dalam
penyusunan dan pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Ery. 2012. Terpenoid. (online) diakses di : http://pemula-


awaliharimu.blogspot.co.id

pada tanggal 18 februari 2017

Lestari. 2014. Senyawa Terpenoid. (online) diakses di http://lialestari.blogspot.co.id


pada tanggal 18 februari 2017

Fessenden, Fessenden. 1982.Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga


Saman, S. I., Nurhayati, B., & Wenny, J. A. M. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid
dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rimpang Jeringau.

Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. (2013). Isolasi dan identifikasi Senyawa Flavonoid dari daun
Jamblang (Syzygium cumini). Naskah Skripsi S, 1.

Anda mungkin juga menyukai