Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM Fenil Propanoid (Kumarin)

Diajukan untuk memenuhi materi perkuliahan Kimia Organik Bahan Alam

Dosen Pengampu : Ida Wati, M. Si Anggota kelompok : Legenda Octa. F Yelsi Mayesti. R Magdalena Normalina. S Nova Liliyani. S Gemala Lestari Selvia Lesmiana (F1C111056) (F1C111022) (F1C111053) (F1C111057) (F1C111019) (F1C111055)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI KIMIA UNIVERSITAS JAMBI 2013 / 2014

Kata Pengantar
Makalah dengan judul senyawa fenilpropanoida ditulis dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang betapa luasnya ruang lingkup senyawa-senyawa metabolit sekunder, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan yang dapat berguna bagi kehidupan manusia. Kegunaan bahan alam mencakup sebagai bahan makanan, bahan obatobatan, vitamin, zat warna dan lain-lain. Tumbuhan yang hidup disekitar kita memiliki kandungan kimia yang unik. Kimia bahan alam yang merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Salah satu kelompok senyawa yang banyak memberikan manfaat bagi manusia adalah fenilpropanoid. Senyawa yang termasuk kedalam fenil propanoid ini adalah asam sinamat, kumarin, alilfenol, dan profenil fenol. Asam sinamat dan turunannya cukup lazim terdapat di alam. Asam sinamat terdapat dalam tanaman cengkeh, temu kunci, kemenyan, lengkuas dan lain-lain. Asam sinamat diperoleh dari fenilalanin berdasarkan eliminasi ammonia secara enzimatik dilanjutkan dengan hidroksilasi aromatik dan metilasi. Dalam tulisan ini akan disajikan suatu pengantar mengenai biosintesis, turunan serta kegunaannya.
Semoga tulisan ini dapat memberi informasi bagi para peneliti dan pembaca.

Daftar Isi
Daftar Isi......................................................................................... Kata Pengantar .............................................................................. Fenilpropanoida............................................................................. I. II. Pendahuluan ..................................................................... Klasifikasi Senyawa Fenilpropanoida...............................

III. Jalur Biosintesa Sikimat.................................................... IV. Senyawa Fenilpropanoid................................................... V. Kumarin............................................................................

Kesimpulan ............................................................................... Daftar Pustaka............................................................................

SENYAWA FENILPROPANOIDA 1. PENDAHULUAN


Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatik. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabakan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat warna alizarin. Senyawa aromatik ini mengandung cincin karbonaromatik yaitu cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzen, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini ini biasanya tersubtitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari segi biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatik ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagai diantaranya bersifat netral karena tidak mengandug gugus fenol dalam keadaan bebas. Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan dialam mengalami kemajuan yang sangat pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur dari cincin aromatik bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke- 19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah usang, akan tetapi topik-topik yang menarik mengenai senyawa itu terus menerus berkembang dengan adanya penemuanpenemuan baru. Dengan demikian, senyawa-senyawa fenol dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berkembang, seperti halnya fenilpropanoida. Fenilpropanoid merupakan senyawa fenol alam yang mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon. Golongan fenil propanoid yang paling tersebar luas adalah asam hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa yang merupakan bangunan dasar lignin . Empat macam asam hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan. Keempat senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-kumarat. Radikal fenoksi dari senyawa ini umumnya mengalami pengkopelan di posisi atom C8, membentuk struktur dengan jembatan 8-8. Sifat-sifat kimia dari semua senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetik senyawa ini dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu : 1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat. 2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat. Senyawa-senyawa fenol ditemukan dalam berbagai organisme, mulai dari mikroorganisme sampai pada tumbuhan tinggi dan hewan. Walaupun kapang, merupakan sumber yang kaya akan fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat, tetapi senyawa fenol yang berasal dari jalur ini di temukan pula pada tumbuhan tinggi. Dalam makalah ini akan di uraikan tentang penamaan, sifat-sifat serta reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada senyawa-senyawa tersebut.

II. Klasifikasi Senyawa Fenilpropanoida


Senyawa fenilpropanoida merupakan salah satu kelompok senyawa fenol utama yang berasal dari jalur shikimat. Senyawa ini mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzen (C6) yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3).

Berdasarkan biosntesis berasal jalur shikimat dan merupakan turunan asam amino protein aromatik antara lain : a. Fenilalanin b. Fenil propanoid Senyawa yang termasuk fenil propanoid :

Turunan alilfenol

OCH3 OH OH O

H3CO O

Cavicol

Eugenol

Safrol

Miristisin

Turunan Propenilfenol

OCH3 OCH3 OH

H3CO OCH3

OCH3

H3CO O

Analol

Isoeugenol

Isoelemesin

Isomiristisin

Struktur beberapa jenis senyawa fenilpropanoid diatas menunjukkan kerangka dasar fenilpropanoida yang nyata dan kerangka karbon ini mempunyai oksidasi maksimal trihidroksida. Kemungkinan lain dari pola oksidasi adalah 3,4-dihidroksi atau 4-hidroksi atau tidak teroksidasi sama sekali. Menurut Sjamsul (1986: 101) sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatik. Sebagian besar dari senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik, yakni cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon, seperti benzena, naftalena, dan antrasena. Cincin karboaromatik ini lazimnya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lain yang ekivalen ditinjau dari segi biogenetik. Oleh karena itu, senyawa bahan alam aromatik ini sering kali disebut senyawa-senyawa fenolik, walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas. Salah satu kelompok senyawa fenolik adalah fenilpropanoid. Senyawa ini mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari cincin benzen (C6) yang terikat pada ujung dari propana (C3).beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoid ialah turunan asam sinamat, turunan alilfenol, turunan propenil fenol, dan turunan kumarin.

III. Jalur Biosintesa Shikimat


Dalam Jalur Shikimat, Fungi menghasilkan metabolit sekundernya, yang kebanyakan berasal dari asetat, melalui intermediet yang bertipe poliketida. Tumbuhan yang lebih tinggi dari pada Thallophyta, berbeda dalam penggunaan intermedet untuk keperluan-keperluan sintesis, dan menggunakan jalur yang disebut jalur shikimat. Biosintesa senyawa fenilpropanoida yang bersal dari jalur shikimat pertama kali ditemukan dalam mikroorganisme seprti bakteri (Escherichacoli) kapang dan

ragi(Saccharommyces cerevisiae) dan dalam jamur (Neurospora crassa) oleh Davis, yang dalam penelitiannya menggunakan metode mutan. Jalur biogenetik yang serupa, kemudian juga dapat dibuktikan adanya dalam Cormophyta. Sedangkan asam shikimat pertama kali ditemukan pada tahun 1885 dari tumbuhan llicium religiosum, yang nama jepangnya adalah shikimi-no-ki dan kemudian ditemukan didalam banyak tumbuhan. Zat tersebut dapat dengan mudah dipisahkan dalam jumlah besar dari ranting-ranting yang masih muda tumbuhan Coniferae, misalnya dari pucuk-pucuk vegetatip Gingkyo biloba. Asam kuinat yang dapat ditemukan dalam tumbuhan; Zat tersebut di buat dengan cara reduksi (bolak-balik) gugus karbonil asam dehidrokuinat, yaitu suatu intermediat obligatory dari asam shikimat. Bila asam-asam (-)-G-14C) kuinat dan (-)-(G-14C) shikimat dipisahkan dari tumbuhan mawar yang masih muda yang dibiarkan dalam lingkungan 14CO2, radioaktifitas spesifik dari yang disebut pertama, lebih tinggi dari yang disebut kemudian, Lagi pula, bila asam kuinat yang berlabel diberikan kepada tumbuhan mawar yang lain, akan ditemukan asam sikimat yang berlabel
14

C. Hasil yang serupa juga diperoleh dari tumbuhan berberkas pengangkut

yang lain; hal ini membuktikan berlakunya secara umum yang terlihat. Pokok-pokok reaksi biosintesa dan jalur shikimat adalah sebagai berikut : Pembentukan asam shikimat dimulai dengan kondensasi aldol antara suatu tetrosa yaitu eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen C=CH2 dari asam fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan beradisi dengan gugus karbonil C=O dari eritrosa menghasilkan suatu gula yang terdiri dari 7 atom karbon. Selanjutnya reaksi yang analog (intermolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat yang menghasilkan lingkar sikloheksana yang kemudian diubah menjadi asam shikimat. Asam prefenat terbentuk dari adisi asam fosfoenolpiruvat kepada asam shikimat. Berikutnya aromatisasi dari asam prefenat menghasilkan fenilpiruvat yang menhasilkan fenilalanin melalui reaksi reduktif animasi. Akhirnya, deaminasi dari fenilalanin menghasilkan asam sinamat. Reaksi paralel yang sejenis

terhadap tirosin yang memepunyai tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilkan asam perusahaan-kumarat dan selanjutnya asam-asam kafeat,ferulat dan sinapat. Mekanisme reaksi jalur shikimat dalam biosintesa fenilpropanoida adalah sebagai berikut :

Keterangan :

IV. Senyawa Fenilpropanoid


Transformasi utama dari L-fenilalanina, R= H dan L-tirosina, R=OH, dalam tumbuhan di lukiskan secara singkat pada Gb. 4.1. Terdapat kesetimbangan, dengan adanya reaksi transaminase, antara kedua asam amino dengan asam fenilpiruvat, R = H serta asm p-hidroksi fenilpiruvat, R = OH yang masing-masing diproduksi melalui dua jalur terpisah, dari asam sikimat.

Gb. 4.1. jalur metabolik dari L-fenilalanina (=H) dan tirosina ( R = OH) dalam tumbuhan.

Ada dua jalur metabolisme yang berasal dari L-fenilalanina dan L- tirosa. Fenilalnina terlibat dalam transformasi menjadi asam trans sinamat dan R = H, sedang tirosina terutama terlibat dengan proses yang lain. Dalam rantai samping gugus karboksilnya dilepaskan, sehingga terbentuk -feniletilamina dan -fenilasetaldehida, biasanya dengan banyak gugus hidroksil pada cincin aromatiknya. Metabolit-metabolit fenilalanina dan tirosina, yang asam aminonya tetap utuh, biasanya disebut sebagai senyawa-senyawa fenilpropanoid.

V. Kumarin
Sejak dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tumbuhan sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya. Namun hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman yang turun temurun dan bukan melalui kajian yang sistematis dan terencana, sehingga komponen kimia yang aktif dari tumbuhan tersebut belum banyak ditemukan (Harborne, 1987). Senyawa kimia dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme sekunder dari tumbuhan itu sendiri. Senyawa metabolit sekunder sangat bervariasi jumlah dan jenisnya dari setiap tumbuh-tumbuhan. Beberapa dari senyawa tersebut telah diisolasi, sebagian diantaranya memberikan efek fisiologi dan farmakologis yang lebih

dikenal sebagai senyawa kimia aktif (Kusuma, 1988). Salah satu metabolit sekunder pada tumbuhan adalah golongan kumarin. Senyawa kumarin dan turunannya banyak memiliki aktifitas biologis diantaranya sebagai antikoagulan darah, antibiotik dan ada juga yang menunjukkan aktifitas menghambat efek karsinogenik. Selain itu kumarin juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan parfum dan sebagai bahan fluorisensi pada industri tekstil dan kertas (Murray, 1982). Kumarin adalah senyawa fenol, pada umumnya merupakan metabolit sekunder khas tumbuhan tinggi, sangat jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Kumarin banyak terdapat pada tumbuhan Angiospermae dan tidak jarang pada Gymnospermae serta tumbuhan tingkat rendah. Pada umumnya terdapat pada famili Rutaceae, Leguminoceae, Umbelliferae dan Graminae. Kumarin ditemukan hampir di setiap bagian tumbuh-tumbuhan mulai dari akar, batang, daun sampai bunga dan juga buah (Robinson, 1995). Inti benzo-2-piron dari senyawa kumarin sederhana berasal dari kerangka-kerangka fenilakrilat dari senyawasenyawa asam sinamat, yang terjadi melalui hidroksilasi-orto, isomerisasi trans-cis pada ikatan rangkap rantai samping dan laktonisasi. Asam orto-kumarat yang dihasilkan setelah menjalani isomerisasi cis-trans, menjalani kondensasi. Urutan mekanisme proses-proses tersebut, dalam beberapa hal masih tetap belum diketahui dengan pasti. Kumarin adalah fitokimia (benzopyrone), suatu racun yang ditemukan dalam banyak tanaman, terutama dalam konsentrasi tinggi di kacang Tonka, rumputvanili, Woodruff, mullein, lavender, licorice, stroberi, aprikot, ceri, kayu manis, semanggi manis dan rumput bison memiliki rasa seperti vanila dan merupakan oksigen heterosiklik (Kinza Aslam et al,2010). Adapun sruktur dari kumarin sendiri adalah sebagai berikut:

Kumarin juga memiliki aroma yang manis dan telah digunakan secara berabad-abad sebagai parfum sejak tahun 1882. Banyak sekali aplikasi dari kumarin itu sendiri. Kumarin juga merupakan poliponik alami yang terdistribusi secara luas pada tumbuhan, jamur, dan bakteri dan aplikasinya telah ribuan tahun ditemukan dalam pengobatan tradisional (Kumar et al., 2008). Selain itu kumarin juga memiliki properti yang dapat menekan nafsu makan, yang terjadi secara luas pada tanaman, terutama rumput, yang dikarenakan efek pengurangan dari dampak hewan pemakan rumput (Laposata et al, 2007).

Banyaknya aplikasi diantaranya dalam bidang farmasi, parfum, kosmetik, neon, laser pewarna, dan industri agrokimia sehingga kumarin ini menduduki posisi yang sangat penting di alam sehingga sintesis dari kumarin ini sangat baik dilakukan. Mengingat jangkauan, kejadian alam yang berguna biologis dan beragam aktivitas farmakologi sifat yang terkait dengan kumarin, banyak strategi telah dikembangkan untuk sintesis kumarin. Senyawa ini dapat disintesis dengan menggunakan pereaksi Perkin. Biosintesis dari molekul yang paling sederhana, yaitu kumarin, telah dapat ditentukan dalam dua spesies tumbuhan, Hierochloe odorata ( graminaceae) dam Melilotus alba (Leguminoseae), dan ternyata sesuai dengan urutan reaksi. Terutama, telah diketahui bahwa o-hidroksilasi dari asam trans sinamat berada di bawah pengaruh suatu gen khusus, pada M. alba O-glukosidanya (melilotosida) dan glukosida o-kumarin, kemungkinan merupakan intermediet, seperti halnya yang telah dibuktikan dengan adanya inkorporasi yang tinggi dari yang disebut pertama (14C) ke dalam kumarin, dan terdapatnya sel-sel yang mengandung glukosidase dalam M. alba yang khusus menghidrolisis cis-glukosida. Enzim ini dibebaskan bila sel dipecahkan, dan menghasilkan aglikon asam o-kumarinat, secara spontan berubah menjadi kumarin. Hal ini menyebabkan beberapa orang berkesimpulan bahwa kumarin adalh suatu artefak. Bagaimanapun juga, tak dapat diragukan adanya kumarin bebas dalam tumbuhan, hal ini membuktikan bahwa -glukosidase juga bekerja dalam sel utuh. Kumarin kadang-kadang di bentuk melalui jalan sederhana.

Gb. 5.1. Kumarin sederhana yang penting, serta jalur biosintesisnya.

Penelitian mengenai biosintesa kumarin pada beberapa jenis tumbuhan ternyata mendukung biosintessa ini. Walaupun demikian, mekanisme dari sebagian besar tahap tahap reaksi tersebut masih belum jelas. Misalnya reaksi isomerisasi cis-trans dari asam ortohidroksikumarat mungkin berlangsung dengan katalis enzim atau melalui proses fotokimia atau suatu proses reduksi - dehidrogenasi yang beruntun. Tahap-tahap reaksi biosintesis kumarin yang dimulai dari asam sinamat hingga terbentuknya kumarin adalah sebagai berikut:

VI. Sifat-sifat dan sintesa fenilpropanoid


Senyawa fenilpropanoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai gugus karbonil yang berkonyugasi dengan ikatan rangkap, (C=C-C=O). Oleh karena itu senyawasenyawa fenilpropanoid dan poliketida menyerap sinar pada panjang gelombang di daerah tampak dan ultraviolet (l 245 nm atau 320 nm).

1). Reaksi dan sintesa turunan sinamat Senyawa turunan sinamat ditemukan secara luas di alam, biasanya ditemukan secara luas di alam, biasanya ditemukan dalam bentuk ester. Memberikan flouresensi berwarna biru atau hijau di bawah sinar ultraviolet. Ditemukan di alam dalam bentuk trans dan cis (bentuk trans lebih stabil). Dalam suasana basa terjadi pergeseran batokromik (pergeseran ke panjang gelombang yang lebih besar).
H O H H OR RO

trans-sinamat

cis-sinamat

Senyawa turunan sinamat dapat disintesa dengan Reaksi Perkin (kondensasi aldol antara aldehida aromatik yang sesuai dengan anhidrida asam karboksilat).

O O C H + H3C C O H3C C O CH3CO2Na 170o CH=CHCO 2H + CH3CO2H

Mekanisme :
O H3C C O CH3 + CH3CO2Na O O C H + H3C C O OH CH=CH-CO2COCH3 - H2O CHCH2CO2COCH3 (-) H2C C O CH3CO2Na 170o OCHCH2CO2COCH3 (-) H2C O C O CH3 + CH3CO2H

H2O CH=CHCO 2H

CH3CO2H

Turunan sinamat dapat pula disintesa dengan Reaksi Knoevenagel (kondensasi aldol antara suatu aldehida aromatik dengan ester malonat dengan katalis basa).

2). Reaksi dan sintesa turunan kumarin Banyak ditemukan di tumbuhan pada 20 family tumbuhan. Dapat memberikan serapan pada spektrum UV pada l.230, 275, 310, dan 350 nm. Dapat terjadi pergeseran batokromik.

Senyawa-senyawa turunan kumarin bersifat basa lemah, sehingga membentuk garam benzopirilium dalam larutan asam kuat.

Kumarin adalah suatu lakton (ester siklik), dapat bereaksi dengan suatu basa dalam

waktu yang lama, ikatan rangkap akan berisomerisasi menghasilkan asam-asam kumarat dengan konfigurasi trans. Asam-asam kumarat ini dapat dipisahkan karena tidak mudah bersiklisasi menjadi kumarin oleh asam. Dengan kondisi yang kuat, kumarin bereaksi dengan basa yang menyebabkan terjadinya penguraian menghasilkan asam salisilat.

Senyawa-senyawa turunan kumarin dapat disintesa dengan cara laktonisasi dari asamasam cis-o-hidrosinamat.

Umbeliferon (7-hidroksikumarin) dapat disintesa dari resorsinol dengan asam malonaldehida

KESIMPULAN
1. Salah satu kelompok senyawa fenolik adalah fenilpropanoid. 2. Fenilpropanoid merupakan senyawa fenol alam, mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping propan (C6-C3), berdasarkan biosntesis berasal dari jalur shikimat dan merupakan turunan asam amino protein aromatik. 3. Empat macam asam hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan. Keempat senyawa tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-kumarat. 4. Biosintesis senyawa fenilpropanoid mengikuti jalur asam shikimat. 5. Pembentukan asam shikimat dimulai dengan kondensasi aldol antara suatu tetrosa yaitu eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. 6. Tumbuhan yang lebih tinggi dari pada Thallophyta, berbeda dalam penggunaan intermedet untuk keperluan-keperluan sintesis, dan menggunakan jalur yang disebut jalur shikimat. 7. Metabolit-metabolit fenilalanina dan tirosina, yang asam aminonya tetap utuh, biasanya disebut sebagai senyawa-senyawa fenilpropanoid. 8. Senyawa metabolit sekunder merupakan molekul kecil yang dihasilkan oleh suatu organisme tetapi tidak secara langsung dibutuhkan dalam mempertahankan hidupnya, tidak seperti protein, asam nukleat, dan polisakarida yang merupakan komponen dasar untuk proses kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
Herbert. R.B, 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder, Edisi ke-2, cetakan ke-1, terjemahan Bambang Srigandono, IKIP Press. Semarang. Duke. J, 2005, Phytochemical and Etnobotanical Databases, Maryland, Beltsuille Agricultural Research Center. Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1, Liberty. Yogyakarta. Achmad. S. A, 1986, Kimia Organik Bahan Alam, Universitas Terbuka, jakarta. Harbome. J. B, 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Modren Menganalisa Tumbuhan, terbitan ke-2, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, ITB, Bandung. Robinson. T, 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung. Manitto. Paolo, 1981, Biosintesis Produk Alami, Cetakan ke-1, Terjemahan Dra. Koensoemardiyah Apt, SU, IKIP Semarang Press. Laposata M, Van CEM and Lev EMH (2007). Nation master Encyclopedia, 356: 178-82. Murray, R.D.H., J. Mendez, and S.A. Brow. 1982. The Natural Cumarins. Jhon Willey and Sons Ltd. New York. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan kedua. Terjemahan Padmawita, K dan I. Sudiro. Penerbit ITB. Bandung. Kusuma, T.S. 1988. Kimia Lingkungan. Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang.

Anda mungkin juga menyukai