Anda di halaman 1dari 4

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA

Disusun Oleh :

Sekar Tantri Ananda Putri

P27220017120

PROGRAM STUDI D-IV

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2019
Pengertian

Fraktur diafisis tibia merupakan fraktur paling sering yang dijumpai dalam kasus orthopaedi.
Diperkirakan terdapat sekitar 26 kasus fraktur diafisis tibia per100.000 populasi per tahunnya
dan lebihbanyak terjadi pada laki–laki. Kejadian fraktur tibia terjadi rata–rata pada usia 37 tahun.

Anatomi

Tibia berada pada batas anteromedial dan terletak pada subkutaneus. Pada daerah diafisisbagian
distal menjadi lebih tipis sehingga rentan terjadi cederatwisting.Kruris terbagi menjadi 4
kompatemen yang masing–masing diselubungi oleh fascia. Kompartemenanterior terdiri dari 4
otot yaitu tibialis anterior, extensor hallucis longus, extensor digitorum longus danperoneus
tertius. Dan pada kompartemen ini terdapat arteri tibialis anterior, nervus peroneal
deep.Kompartemen lateral terdiri dari 2 otot yaitu peroneus longus dan peroneus brevis
disertainervus peroneal superficial.Kompartemen posterior terdiri dari 2 yaitu kompartemen
posterior deep dan kompartemenposterior superficial. Pada kompartemen posterior superficial
terdapat otot gastrocnemius, plantarisdan soleus.Gastrocnemius dan soleus sangat penting untuk
menutupdefek pada fraktur diafisis tubiaproksimal.Kompartemen posterior deep sangat penting
karena berhubungan dengan kompartemenanterior dan biasanya terjadi sindrom kompartemen.
Terdiri dari flexor digitorum longus, flexor haliccislongus, dan tibialis posterior, disertai arteri
tibialis posterior dan nervus tibialis posterior.Dikarenakannervus tibialis posterior mensuplai
motorik otot–otot kruris dan pedis maka adanya kerusakan saraf iniperlu dipikirkan antaralimb
salvageataupun amputasi.

Mekanisme Trauma

Terdapat 5 penyebab utama terjadinya fraktur diafisis tibia meliputi :


1. Jatuh dari ketinggian
2. Cedera olahraga
3. Trauma langsung
4. Kecelakaan motor
5. Luka tembak
Klasifikasi Fraktur diafisis tibia menurut OTA (Orthopaedic Trauma Association) :

1. Tipe Simple : spiral, oblik, transversal .


2. Tipe Wedge : spiral, bending, fragmen .
3. Tipe Kompleks : spiral, segmental, irregular.

Metode Terapi

Terdapat 4 prinsip penanganan fraktur diafisis tibia. Non operative terdiri dari longleg
castsmaupun patellar tendon-bearing casts. 3 metode operative lainnya meliputiplating,
intramedullarynailing, dan fiksasi eksternal.

Casting

Indikasi dilakukan casting jika fraktur tibia dengan comminutif minimal yang stabil
danacceptable. Kriteria relative stabilitas adalah displacement kurang dari 50% lebar tibia dan
shorteningkurang dari 1 cm.Pada foto x-ray angulasi varus dan valguskurang dari 5⁰dan angulasi
anterior danposterior kurang dari 10⁰.

Patellar-Tendon-Bearing Casts (PTBC)

Sarmineto memperkenalkan casting patellar-tendon-bearing dimanacasting long–leg


castdigunakan hingga bengkak menghilang.Atau adanya long leg cast dapat diiganti dengan
PTBC setelah 3-4 minggu dan harus dilakukan pemeriksaan x-ray ulang untuk memastikan
dalam aligment yang baik.Namun jika dibandingkan dengan penggunaan intramedullary nail
menunjukkan lebih sedikit komplikasinon union dan malunion. Dan pada terapi casting, 27%
pasien menunjukkan malaligmentvarus danvalgus yang signifikan, 46% terjadi shortening. Dan
54% pasien yang mendapat terapi casting bersifattidak stabil dan memerlukan tambahan screw
ataupun wiring.

Operative

Indikasi operasi dibagi menjadi indikasi absolute dan relative


Indikasi absolute:
1. Fraktur terbuka
2. Fraktur dengan cedera vascular
3. Fraktur dengan sindrom kompartemen
4. Pasien dengan cedera multiple untuk meningkatkan mobilisasi, mengurangi nyeri
danmengurangipelepasan mediator–mediator sehingga menurunkan resiko sindrom
distresspernafasan.

Indikasi relative:

1. Adanya shortening yang signifikan pada foto x-ray


2. Cominutif yang signifikan
3. Fraktur tibia dengan fibula yang intak

( Gambar OREF Pada Fraktur diafisis tibia dan Klasifikasinya )

Anda mungkin juga menyukai