Merupakan displasia tulang dan jaringan dari setengah kaki yang disertai dengan gagalnya
pembentukan normal tulang. Etiologinya tidak diketahui. CPT sangat jarang (1:140000), tapi
merupakan tipe yang paling sering dari congenital pseudoarthrosis. Dikatakan lebih sering terjadi
pada laki-laki
Terjadi angulasi progresif apeks anterolateral: tibia dan fibula akan terdapat sclerosis
medular dan penyempitan diafisi atau lesi sistik. Hal tersebut akan mengarah ke pelemahan
segmental dari tulang nantinya akan berkembang menjadi fraktur patologis tanpa adanya reparasi
tulang. Selain angulasi anterolateral, dapat terjadi pula angulasi posteromedial. Pada tipe ini,
koreksi akan terjadi secara spontan dan tidak ditemukan tendesi menjadi fraktur. Satu-satunya
masalah yang dapat muncul adalah perbedaan panjang kaki yang ringan. Kedua angulasi
berhubungan dengan hemimelia fibular. Penyakit lain yang berhubungan dengan CPT adalah yang
paling sering berupa neurofibromatosis selain itu adalah dysplasia fibrosa. Kedua penyakit ini bisa
saja ditemuka pada pemeriksaan histologis. Selain itu bisa ditemukan temuan histologis berupa
tahun pertama kehidupan. Apeksnya adalah bagian tengah sampai distal dari kaki. Hampir pada
seluruh pasien, fraktur nontraumatik akan terjadi pada usia 2-3 tahun. Setelah terjadi fraktur
biasanya tidak ada tendensi untuk sembuh Akan terjadi instabilitas, valgus ankle, pemendekan
panjang kaki secara progresif. Dimana hal tersebut akan mengganggu fungsi berjalan, sehingga
perlu orthosis. Penggunaan kawat badan (brace) dikatakan bisa mencegah atau menunda
terjadinya fraktur. Ada 2 macam brace yaitu above-the-knee brace dan below-the-knee brace
dengan kerangka depan (patellar tendon bearing). Osteotomy korektif hanya dilakukan setelah
maturasi
Klasifikasi CPT
Klasifikasi ini berupa klasifikasi morfologis, penampakannya bisa berubah selama perjalanan
penyakit. Beberapa CPT juga sulit untuk diklasifikasikan. Hubungan antara prognosis dan
klasifikasi tidak sepenuhnya terbukti, dan klasifikasi ini juga tidak terlalu membantu dalam
menentukan pengobatan
- Boyd
a. Tipe 1: anterior bowing dan defek pada tibia pada saat lahir
b. Tipe 2: konstriksi Hourglass dan obliterasi dari kanal medulla, tipe yang paling umum
c. Tipe 3: kista kongenital di dekat junction dari tibia ketiga tengah dan distal
- Crawford
b. Tipe 2: penebalan kortikal, kanal medulla yang menipis dan defek tabulasi
Tatalaksana
Tatalaksana dari CPT ini berupa tindakna pembedahan. Tujuannya berupa mencapai
kaki. Pembedahan dilakukan paling tidak saat usia 10 tahun, dan tidak ditunda lebih lama lagi
karena deformitas dan atrofi yang terjadi bisa semakin memburuk. Prinsip dari tindakan
pembedahan berupa reseksi dari segmen displastik, koeksi deformitas, dan aposisi defek tulang.
- Vascularized fibular graft: teknik special dengan tingkat kesuksesan yang tinggi namun
- Teknik Illizarov: kompresi dari pseudoarthrosis dan perpanjanga, tapi ada kemungkinan
- Kombinasi: intramedullary rod dan teknik illizarov, untuk proteksi tibia dari refraktur
Selain itu ada pilihan metode lain, berupa transfer fibula ipsilateral dengan pedikulus vascular kiri
yang intak menggunakan kabel cerclagge. Selain itu penggunakan bone bank, penempatan tulang
panjang berupa fibula dibawah tekanan setelah reseksi pseudoarthrosis . fiksasi dilakukan dengan
intramedullary rod. Namun metode ini memerlukan tindak lanjut yang lebih lama
Selain tindakan pembedahan dengan metode-metode tersebut, amputasi juga bisa menjadi
pilihan. Namun indikasinya hanya pada pasien dengan hasil pembedahan yang gagal secara
berulang dengan kekakuan pergelangan kaki atau deformitas berat atau pemendekan. Disartikulasi
pergelangan kaki (prosedur Syme atau boyd) lebih disarankan dibanding amputasi karena bisa
menjauhi formasi spike, menfhasilkan kulit yang good end-bearing, dan memberikan
Komplikasi
diameter tulang, atau keduanya. Proteksi dengan brace jangka panjang dan penggunaan
intramedullary rod
- Deformitas angular residual: penggunaan metode intramedullary rod atau kombinasi denga
- Perbedaan panjang kaki: merupakan situasi yang sulit. Bisa diperbaiki dengan fiksasi
eksternal
Prognosis
Prognosis lebih baik akan didapatkan pada CPT dengan onset yang lebih telat, atau kanal
medular yang tetap, dan penggunaan brace. Prognosis lebih buruk terjadi pada pseudoarthrosis
yang terjadi lebih cepat, lesi lebih distal, konstriksi hourglass dan tibia displasi
RICKETS
Definisi
Kelainan metabolisme tulang didefinisikan sebagai kelainan pada sistem skeletal yang
terkait dengan abnormalitas semua reaksi biokimiawi sintetik (anabolik) maupun degradatif
(katabolik) di dalam tubuh. Rickets merupakan suatu sindrom klinis yang menggambarkan
spektrum kelainan metabolik dengan abnormalitas gambaran radiologis dan histopatologis yang
serupa yang disebabkan karena mineralisasi yang inadekuat atau lambat dari matriks organik
tersintesis baru (osteoid) pada tulang yang imatur sebelum fusi fisis. Bila kelainan ini terjadi pada
orang dewasa dengan tulang yang matur, maka gambaran radiologis, biokimiawi dan perubahan
klinis yang terjadi ini disebut sebagai osteomalasia. Sehingga dengan definisi ini rickets hanya
Kelainan mineralisasi pada tulang imatur dominan terjadi pada ujung tulang yang
bertumbuh dimana osifikasi enkhondral berperan, yang memberikan gambaran klasik rickets.
Epidemiologi
Penyakit ini kadang-kadang djumpai pada bayi dengan berat badan rendah sesuai masa
kehamilan. Adapun di negara maju, vitamin D-resistdant rickets merupakan kelainan tulang
metabolik yang paling sering dijumpai. Kelainan ini merupakan kelainan yang diturunkan dengan
pola pewarisan x-linked dominant pada dua pertiga kasus, dan lebih banyak diderita anak
perempuan daripada anak laki-laki. Sebuah data menyebutkan bahwa rickets di Turki dan di Afrika
banyak disebabkan oleh defisiensi kalsium, sedangkan pada anak ras Afrika-Amerika terjadinya
kelainan ini tampak pada periode pertama pertumbuhan yang berlangsung cepat, yaitu usia antara
Etiologi
Rickets dapat terjadi secara kongenital ataupun akuisita. Berbagai faktor yang turut
berperan dalam terjadinya rickets yaitu metabolisme vitamin D yang meliputi asupan, hidroksilasi
pada hepar dan ginjal, dan resistansi organ terhadap kerja hormon. Penyebab yang biasa dijumpai
antara lain yaitu: malnutrisi, paparan sinar matahari yang kurang, status
malabsorpsi yang melibatkan pankreas, usus halus dan hepar, serta hidroksilasi yang abnormal.
Penyebab terjadinya rickets pada anak kurang dari 6 bulan yaitu antara lain karena
hipofosfatasia, dimana hipofosfatasia atau hipokalsemia ini merupakan penyebab rickets pada
osteopetrosis yang berat. Rickets juga banyak terjadi pada bayi prematur, dimana gambaran
radiologis rickets ditemui pada sekitar 55% bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. Rickets
juga banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer dan faktor-faktor prenatal lain yaitu
pada anak lebih dari 6 bulan, rickets lebih banyak disebabkan karena defisiensi nutrisi (nutritional
rickets), kelainan pada hepar yang meliputi penyakit hepar kronis dan terapi antikonvulsan,
6) Terkait tumor;
7) Lain-lain, yang meliputi diantaranya: hipofosfatasia, vitamin D refractory rickets tipe II,
Patofisiologi rickets
Pada kasus defisiensi vitamin D (asupan nutrisi, paparan sinar matahari yang kurang,
gangguan pembentukan pada hepar dan ginjal), akan terjadi gangguan absorbsi kalsium dan fosfat
di usus halus, penurunan reabsorbsi kalsium dan fosfat di ginjal serta gangguan mineralisasi tulang
secara langsung. Sebagai akibatnya terjadi mineralisasi yang terlambat atau adekuat pada matriks
organik tulang yang baru tersintesis (osteoid) pada tulang yang imatur karena gangguan deposisi
Manifestasi klinis
1. Pada bayi, dapat dijumpai keadaan kejang, kaku, pertumbuhan fisik yang lambat,
2. Pada anak yang sudah mulai berjalan, dapat dijumpai keadaan seperti deformitas dari
tulang terutama bagian kaki seperti genu varum (bengkoknya lutut kearah luar seperti
membentuk busur panah)atau genu vakgum (bertemunya kedua lutut jika kaki diluruskan,
Perubahan tulang rickets dapat di ketahui sesudah beberapa bulan defisiensi vitamin D
pada bayi yang minum ASI dari ibu yang menderita osteomalasia rickets dapat timbul dalam 2
bulan. Rickets tampak pada akhir usia tahun pertama selama tahun ke dua. Kemudian pada masa
Salah satu dari tanda rickets awal, kraniotabes adalah karena penipisan lempeng luar
tengkorak dan terdeteksi dengan menekan kuat di atas oksiput. Sensasi bola pimpong akan terasa.
Kraniotabes dekat garis sutural merupakan varial normal. Bayi berat badan lahir rendah sangat
rentan terhadap terjadinya rickets awal dan terhadap kraniumtabes. Pembesaran sambungan
kostokonhondral yang dapat di raba ( tasbih rakhitis ) dan penebalan pergelangan tangan dan kaki
merupakan bukti perubahan penulangan awal yang lain. Penambahan keringat, terutama sekitar
Kepala
o Kraneotabes dapat hilang sebelum akhir tahun pertama, walaupun proses rickets
penutupannya dapat tertunda sampai sesudah tahun ke dua. Sebagian sentral tulang
mungkin lebih besar dari pada normal dan dapat tetap demikian selama hidup.
Keluarannya gigi sementara mungkin tertunda dan mungkin ada cacat email dan
karies yang luas. Gigi yang permanen yang sedang mengapur dapat juga terkena,
Thorak
kosta tampak. Sisi thorax menjadi datar, dan lekukan longitudinal terjadi sebelah
kedepan , membentuk apa yang di sebut deformitas dada burung. Sepanjang tepi
bawah dada terjadi depresi horizontal, sulkus horizon. Yang sesuai dengan isensir
Kolumna spinalis
o Sering ada lengkung ke lateral ( skoliosis ) tingkat sedang sampai berat dan kifosis
dapat tampak pada daerah dorsal lumbal. Anak penderita rickets ketika duduk
Pelvis
o Pada anak dengan lordosis, sering bersamaan dengan deformitas pelvis ,yang juga
Ekstremitas.
o Rakitis berlanjut pembesaran epifisis pada pergelangan tangan dan kaki menjadi
lebih nyata. Penekukan batang femur, tibia, dan fibula yang lunak menimbulkan
kaki bengkok atau kaki pengkar keluar, femur dan tibia juga melengkung ke
Ligamentum
Otot
o Otot kurang berkembang dan kurang tonus. Sebagai akibatnya, anak dengan
rakhitis setengah berat terlambat dalam berdiri dan berjalan, perut gendut
Diangnosa rickets didasarkan pada riwayat asupan vitamin D yang tidak cukup pada
pengamatan klinik, diperkuat secara kimia dan pemeriksaan roentgenografi. kadar kalsium di
bawah 4 mg/dl, dan alkali pospatase serum naik. kadar urin AMP siklik naik dan kadar 25-
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kadar kalsium dan alkalin fosfatase dalam darah. Dapat ditemukan bahwa
kadar kalsium pada penderita rickets adalah dibawah normal, sedangkan kadar alkalin
- Pemeriksaan roentgen tulang. Pada pemeriksaan ini, dapat terlihat adanya kepadatan tulang
yang berkurang terutama pada daerah epifisis tulang (daerah pertumbuhan tulang).
diagnosis awal karena perubahan-perubahan khas ulna dan radius terjadi pada stadium
awal. Ujung distal tampak melebar, konkaf (melengkung) dan berjumbai, berbeda dengan
ujung agak konveks yang secara normal berbatas tegas. Jarak dari ujung distal ulna dan
radius ke tulang metacarpal bertambah karena metafisis rakhitis luas, yang tidak
tetapi trabekula secara luar biasa menojol. Penyembuhan awal ditunjukkan oleh
penampakkan garis persiapan kalsifikasi. Garis ini dipisah dari ujung distal batang oleh
Tatalaksana
Diberikan secara bertahap selama beberapa bulan atau di hari dosis tunggal 15.000 mcg
(600.000 U) vitamin D. Jika metode bertahap dipilih, 125-250 mcg (5000-10.000 U) diberikan
harian 2-3 bulan sampai penyembuhan tercapai dan konsentrasi alkali fosfatase mendekati kisaran
referensi, oleh karena metode ini membutuhkan perawatan harian, kesuksesan bergantung pada
kepatuhan.
Jika dosis vitamin D diberikan dalam satu hari, biasanya dibagi menjadi 4 atau 6 dosis oral.
Suntikan intramuscular juga tersedia. Vitamin D baik disimpan dalam tubuh dan secara bertahap
dirilis selama beberapa minggu. Terapi tunggal menghindari masalah dengan kepatuhan dan
mungkin membantu dalam membedakan Rickets gizi dan Rickets keluarga (FHR).
ASI mengandung sedikit sedikit vitamin D dan sedikit mengandung fosfor. Oleh karena itu,
bayi dengan berat badan kurang dari 1.500 g perlu diberikan suplemen khusus (misalnya vitamin
Komplikasi
Infeksi pernafasan seperti bronchitis dan bronkheopenemonia sering pada bayi rahkitis dan
atelektasis paru sering disertai deformitas dada berat. Anemia karena defisiensi besi atau infeksi
Jika jumlah vitamin D di berikan cukup, penyembuhan mulai dalam beberapa hari dan
membalik berlahan lahan samapai struktur tulang menjadi normal. Bahkan pembengkokan kaki
yang agak berat dapat menghilang dalam beberapa tahun tanpa osteotomi. Rakhitis sendiri bukan
merupakan penyakit yang mematikan , tetapi komplikasi dan infeksi menyertai seperti pneumonia,
tuberculosis dan enteritis yang lebih mungkin menyebabkan kematian pada anak rakhitis dari pada,
bowing.
Anteromedial bowing atau defisiensi fibular atau disebut juga sebagai fibular hemimelia
merupakan pemendekan atau ketidakadaannya fibula. Insidensi dari fibular hemimelia adalah 7,4
per 20 juta bayi lahir hidup, sehingga dikatakan sebagai defisiensi tulang panjang kongenital yang
paling umum yang melibatkan seluruh ekstremitas bawah. Kasusnya bisa bergambar bilateral
Etiologi dari kelainan itu tidak diketahui dengan pasti. Gambaran sporadic adalah yang
paling umum, namun telah dilaporkan kasus dengan kelainan kromosom dengan autosomal
dominan, autosomal resesif, dan transmisi x-linked. Dikatakan dari sebuah teori yang dikemukakan
oleh Graham, 1983 bahwa hal ini berkaitan dengan gangguan pada mekanik atau vascular eksogen
Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi yang digunakan dalam fibular hemimelia. Yang paling
signifikan adalah klasifikasi Achterman-Kalamchi dan Birch. Selain itu, berkembang pula sistem
klasifikasi oleh Paley yang membuat rekomendasi tatalaksana menjadi sebatas berdasarkan
Klasifikasi Paley fokus pada deformitas tibial dan rekonstruksi potensial dari kaki dan pergelangan
kaki.
- Tipe 3: equionvalgus pergelangan kaki, dibagi lagi berdasarkan orientasi pergelangan kaki
terjadi perbedaan perpanjangan tungkai mulai dari ringan hingga berat. Tibia yang memendek
sering mencakup busur anterior atau anteromedial, diperkirakan terjadi karena efek tethering dari
rudimentary anlage fibular yang tergambar secara klinis sebagai pita posterior yang kencang di
daerah fibula. Bisa juga terjadi lesung kulit (skin dimple) di puncak busur.
Secara distal, akan terjadi kelainan bentuk kaki dan pergelangan kaki. Kelainan tersebut termasuk
equinovalgus, tidak adanya lateral raysa, koalisi tarsal (talocalcaneal paling umum) dan
mungkin bawaan atau berkembang sebagai respons terhadap koalisi tarsal yang umum ditemukan.
Sedangkan secara proksimal akan terjadi pemendekan paha. Tingkat keparahannya tidak
berkorelasi dengan tingkat keparahan hemimelia fibula. Seringkali ada kondilus lateral femoralis
Tujuan tatalaksana pada fibular hemimelia adalah untuk meraih tungkai fungsional yang
panjangnya hampir sama dengan anggota tubuh normal dengan kaki yang stabil dan fleksibel.
Tatalaksananya sangat bergantung pada potensi kaki yang direkonstruksi dan harus dipikirkan
terutama ketika memutuskan untuk amputasi dan penyelamatan tungkai. Sebelum dimulai
tatalaksana, lutut pasien perlu diperiksa secara hati-hati untuk mencegah subluksasi sendi atau
dislokasi. Amputasi harus dihindari pada anak-anak dengan ekstermitas atas yang non fungsional.
Pada tipe 1A dan 1B Birch, cukup menggunakan tatalaksana ortotik seperti lift shoes atau
epiphysiodesis kontralateral pada apsien yang enggan menggunakan ortotik seumur hidup. Pada
tipe 1c, 1d, dan 2 tatalaksananya bisa berupa amputasi atau penyelamatan tungkai. Hal ini
1. M.D LSN, Mahajan Prasan M. Rickets: Not a Disease of the Past. Am Assoc Fam
Physician. 2006;74.
2. Batubara, Jose RL, dkk. Rickets. Bab 11. Buku Ajar Endokrinologi Anak, edisi pertama.
IDAI 2010. 320-323
3. Holick MF. Vitamin D deficiency. N Engl J Med. 2007;357:266-281.
4. Keller, Kathy A.; Barnes, Patrick D. (22 September 2008). "Rickets vs. abuse: a national
and international epidemic". Pediatric Radiology 38 (11): 1210–1216
5. Rajakumar, Kumaravel (1). "Vitamin D, Cod-Liver Oil, Sunlight, and Rickets: A Historical
Perspective". Pediatrics 112 (2): e132–e135
6. Lynn M.Staheli M.D. Pediatric Orthopaedics. 3rd ed. Philadelphia: Mosby Elsevier;
2007.
7. Shah Hiteh RM. Congenital pseudarthrosis of the tibia: Management and complications.
Indian J Orthop. 2012;46(6):616–26.
8. Z. Deniz Olgun, M. (n.d.). Fibular Hemimelia. In Pediatric Orthopaedic Society of North
America
9. Achterman C, Kalamchi A. Congenital deficiency of the fibula. J Bone Joint Surg Br.
1979;61-B(2):133-137.
10. Birch JG, Lincoln TL, Mack PW, Birch CM. Congenital fibular deficiency: a review of
thirty years’ experience at one institution and a proposed classification system based on
clinical deformity. J Bone Joint Surg Am. 2011;93(12):1144-1151.
11. Birch JG, Paley D, Morton AA, Specht S. Limb salvage reconstruction or amputation for
severe fibular deficiency: a two center comparison of psychosocial adjustment, quality of
life, patient satisfaction and physical function. Paper presented at: Annual Meeting of the
Pediatric Orthopaedic Society of North America; May 2009; Boston, MA.
12. Coventry MB, Johnson EW. Congenital absence of the fibula. J Bone Joint Surg Am.
1952;34 A(4):941-955.
13. Crawford DA, Tompkins BJ, Baird GO, Caskey PM. The long-term function of the knee
in patients with fibular hemimelia and anterior cruciate ligament deficiency. J Bone
Joint Surg Br. 2012;94(3):328-333.
14. Graham JM. Limb anomalies as a consequence of spatially-restricting uterine
environments. Prog Clin Biol Res. 1983;110 Pt A:413-422.
15. Hamdy RC, Makhdom AM, Saran N, Birch J. Congenital Fibular Deficiency. J
Am Acad Orthop Surg. 2014;22(4):246-255.
16. Lewin SO, Opitz JM. Fibular a/hypoplasia: review and documentation of the fibular
developmental field. Am J Med Genet Suppl. 1986;2:215-238.
17. Letts M, Vincent N. Congenital longitudinal deficiency of the fibula (fibular hemimelia).
Parental refusal of amputation. Clin Orthop Relat Res. 1993;(287):160-166.
18. Paley D, Birch J, Specht S, Ward S, Herzenberg J. Limb reconstruction or amputation for
severe fibular deficiency: a two-center comparison. Paper presented at: Annual Meeting
of the American Academy of Orthopaedic Surgeons; February 2011; San Diego, CA.
19. Paley D. Limb Reconstruction Surgery for Fibular
Hemimelia. http://www.limblengtheningdoc.org/ortho_conditions.html. Accessed March
22, 2016.
20. Rodriguez-Ramirez A, Thacker MM, Becerra LC, Riddle EC, Mackenzie WG. Limb
length discrepancy and congenital limb anomalies in fibular hemimelia. J Pediatr Orthop
B. 2010;19(5):436-440.
21. Roux MO, Carlioz H. Clinical examination and investigation of the cruciate ligaments in
children with fibular hemimelia. J Pediatr Orthop. 1999;19(2):247-251.
22. Stanitski DF, Stanitski CL. Fibular hemimelia: a new classification
system. J Pediatr Orthop. 2003;23(1):30-34.
23. Stevens PM, Arms D. Postaxial hypoplasia of the lower extremity. J Pediatr Orthop.
2000;20(2):166-172.