Anda di halaman 1dari 3

4.

pemberian oksigen melalui Masker Rebreathing / RBM Mask dan non rebreathing mask nrbm

Terapi oksigen tambahan secara umum dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pemberian oksigen
dengan aliran cepat dan lambat. Beberapa metode pemberian oksigen dengan aliran lambat yaitu
kanula nasal, simple facemask, partial rebreating mask dan nonrebreathing mask.

a. Rebreathing mask

Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%

dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus

mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,

oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung

reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi

pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi

sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.

(Tarwoto&Wartonah, 2010:37)

Desain partial rebreathing mask mirip dengan simple face mask, dengan tambahan kantong
penampung oksigen. Peningkatan penampung oksigen melebihi ukuran penampung anatomi akan
menghasilkan pemberian FiO2 lebih besar dari 0,60. Ukuran masker harus pas, dan kecepatan aliran
oksigen diatur sedemikian rupa sehingga kantong penampung oksigen sudah bisa mengembang
hanya oleh sepertiga udara inspirasi.

Selama inspirasi, pasien menghirup udara dari masker, dari kantong udara, dan dari lubang-lubang
disisi masker. Saat ekspirasi, sepertiga awal udara yang dihembuskan akan mengalir kembali ke
dalam kantong penampung. Sebagian udara yang dihembuskan berasal dari ruang rugi anatomi
(anatomic dead space), karena itu udara tersebut masih kaya dengan oksigen, masih lembab, masih
hangat dan mengandung sedikit CO2.

Jika aliran oksigen cukup tinggi untuk menahan kantong penampung agar, saat pasien menghirup
napas, tidak menguncup lebih dari sepertiga volume selama ispirasi, maka CO2 yang dihembuskan
tidak akan terakumulasi dalam kantong penampung. Pada pernapasan berikutnya pasien akan
menghirup sebagian udara yang telah dikeluarkan sebelumnya, bersamaan dengan oksigen 100%
dari sumber oksigen. Jadi kantong udara bukan tempat tampungan CO2.

Tabel berikut memperlihatkan FiO2 yang dihasilkan bila diberikan oksigen 100% melalui partial
rebreathing mask dengan berbagai kecepatan aliran (L/menit).
kecepatan aliran FiO2

7 L/mnt 0,65

8-15 L/mnt 0,70-0,80

Kelebihan

a. FiO2 >0,6 bisa digunakan pada hipoksia sedang sampai berat


b. Oksigen yang dihembuskan dari ruang rugi anatomis tetap bisa digunakan

Kekurangan

a. Kecepatan aliran oksigen yang tidak cukup akan menyebabkan terhirupnya kembali CO2
b. Masker yang menutupi sampai mulut bisa menyebabkan perasaan claustrophobia pada
pasien dengan hipoksemia berat
c. Masker mengganggu akses mulut untuk makan, minum dan mengeluarkan dahak
d. Kecepatan aliran oksigen 15 L/menit mungkin tidak cukup unytuk memenuhi kebutuhan
ventilasi semenit yang diperlukan pasien dengan sesak berat
e. Kecepatan aliran oksigen yang tinggi bisa menyebabkan iritasi dan kering pada mata.

b. Masker Non Rebreathing / NRBM Mask

Non Rebreathing Mask (NRM) merupakan suatu alat yang digunakan untuk terapi oksigen dengan
prinsip kerja aliran udar ekspirasi dan inpirasi dari alat hanya mengalir satu arah keluar saat
ekspirasi. Saat inspirasi udara luar tidak dapat masuk ke dalam alat sedangkan saat ekspirasi udara
CO2 yang tinggi dapat dibuang. Aliran oksigen yang dapat diberikan menggunakan alat ini adalah 10-
15 L/menit, dengan konsentrasi FiO2 yang mampu dicapai sebanyak 80-95%. Hal ini memungkinkan
karena pada NRM terdapat kantong reservoar yang mampu menampung oksigen. Pada alat ini juga
terdapat katup yang menghalangi bercampurnya aliran oksigen dengan udara lingkungan dan
ekspirasi, sehingga memungkinkan untuk pemberian aliran oksigen yang lebih tinggi.
Nonrebreathing mask menggunakan alat yang serupa dengan partial rebreathing mask, ada kantong
penampung, namun pada alat ini juga terpasang dua katup satu arah (one-way valves). Katup
pertama antara kantong penampung dan masker, katup kedua pada pintu keluar di kedua sisi
masker. Tujuan kedua katup tersebut adalah agar gas yang dihembuskan tidak masuk ke kantong
penampung saat ekspirasi, dan mencegah udara luar masuk ke masker saat inspirasi.

Saat inspirasi, katup di kedua sisi masker tertutup sedang katup antara kantong penampung dengan
masker terbuka, sehingga oksigen 100% (dari sumber dan kantong penampung) bisa masuk ke
masker dan selanjutnya terhirup. Sebaliknya saat ekspirasi, katup pada kedua sisi masker terbuka
sedang katup antara kantong penampung dengan masker tertutup, sehingga udara napas yang
dihembuskan akan keluar melalui lubang kanan kiri masker dan tidak bisa masuk ke kantong
penampung.

Kecepatan aliran udara diatur sedemikian rupa sehingga kantong penampung udara tidak kolaps
saat inspirasi. Jika kecepatan aliran oksigen diatur dengan benar dan masker terpasang pas (tidak
bocor), maka secara teoritis FiO2 yang dihasilkan 1,0. Namun kenyataannya, FiO2 yang didapat
berkisar antara 0,8 - 0,9, karena biasanya ukuran masker jarang yang benar-benar pas dengan muka
pasien, sehingga udara ruangan bisa tercampur dengan udara dalam masker.

Pada beberapa rumah sakit, salah satu katup di sisi masker dilepas dengan alasan keamanan,
misalnya bila aliran oksigen terhenti (dengan / tanpa sengaja) pasien masih bisa menghirup udara
kamar. Keputusan tersebut akan menurunkan FiO2 yang dihasilkan, karena dengan dilepaskannya
katup maka lebih banyak udara luar yang masuk ke dalam masker.

Kelebihan

Didapatkan FiO2 > 80% oksigen untuk pasien hipoksemia berat, jika tidak ada fasilitas atau
kompetensi untuk pemasangan endotracheal tube atau sengaja menunda intubasi.

Kekurangan

1. Terasa tidak nyaman bila masker terpasang ketat di muka, dengan kemungkinan perasaan
claustrophobia
2. Keterbatasan akses ke mulut untuk makan, minum dan pengeluaran dahak
3. Kemungkinan katup menempel, sehingga lubang tidak bisa terbuka
4. Iritasi mata akibat aliran oksigen yang cepat dan pemasangan masker yang kurang tepat.
(Sumber: Administration of oxygen, humidification, and aerosol therapy. In: Pierce LNB.
Mechanical ventilation and intensive respiratory care. WB saunders Co.1995. p. 92-121)

Anda mungkin juga menyukai