Pemulasaran Jenazah
Pemulasaran Jenazah
A. Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian
bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga
penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi
kematian pada tidak wajar pengawetan jenazah baru boleh dilakukan setelah
pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan.
Perawatan jenazah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi,
misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negeri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan
pengangkutan atau perpindahan jenazah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada
keadaan ini, diperlukan pengawetan jenazah untuk mencegah pembusukan dan
penyebaran kuman dari jenazah ke lingkungannya.
Jenazah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk
dan potensial menular petugas kamar jenazah. Keluarga serta orang-orang
disekitarnya. Pada kasus semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya
akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenazah untuk mencegah
penularan kuman atau bibit penyakit disekitarnya.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan
agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan harus dapat menasihati
keluarga dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis B, AIDS, Kolera dan
sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut
dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti
misalnya mencium jenasah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat
bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka
beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV meninggal, firus pun akan mati.
1
B. Tujuan Perawatan Jenazah
2
D. Tindakan di kamar jenazah
Adapun tidakan di kamar jenazah yaitu:
1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu cuci tangan sebelum
mamakai sarung tangan.
2. Petugas memakai alat pelindung:
a. Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku).
b. Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut
c. Pelindung wajah (masker dan kaca mata)
d. Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air.
3. Jenazah dimadikan oleh petugas kamar jenazah yang telah memahami cara
membersihkan atau memandikan jenazah penderita penyakit menular
4. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianut.
5. Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah
melepas sarung tangan
6. Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecauli oleh
petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut.
8. Jenazah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otosi dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakan oleh
petugas rumah sakit yang telah mahir dalam hal tersebut.
3
3. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpuahan darah atau cairan
tubuh lainnya segera dibersihkan dengancairan klorin 0,5 %.
4. Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan :
dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisai
5. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik.
6. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesua pengolah sampah medis.
F. Pengawetan Jenazah
1. Adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari 24 jam: Hal ini
penting karena di Indonesia yang beriklim tropis, dalam 24 jam mayat
sudah mulai membusuk, mengeluarkan bau, dan cairan pembusukan yang
dapat mencemari lingkungan sekitarnya.
4
2. Jenazah perlu dibawa ke tempat lain: Untuk dapat mengangkut jenazah
dari suatu tempat ke tempat lain, harus dijamin bahwa jenazah tersebut
aman, artinya tidak berbau, tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya
selama proses pengangkutan. Dalam hal ini perusahaan pengangkutan,
demi reputasinya dan untuk mencegah adanya gugatan di belakang hari,
harus mensyaratkan bahwa jenazah akan diangkut telah diawetkan secara
baik, yang dibuktikan oleh suatu sertifikat pengawetan.
3. Jenazah meninggal akibat penyakit menular: Jenazah yang meninggal
akibat penyakit menular akan lebih cepat membusuk dan potensial
menulari petugas kamar jenazah, keluarga serta orang-orang di sekitarnya.
Pada kasus semacam ini, walaupun penguburan atau kremasinya akan
segera dilakukan, tetap dianjurkan dilakukan pengawetan jenazah untuk
mencegah penularan kuman/ bibit penyakit ke sekitarnya.
4. Untuk mempertahankan bentuk dan penampilan: Anggota keluarga yang
berduka biasanya menginginkan almarhum diawetkan sedemikian rupa
sehingga penampilannya dipertahankan semirip mungkin dengan
keadaannya sewaktu hidup. Sayangnya pengawetan jenazah yang ada di
Indonesia saat ini pada umumnya masih kurang memperhatikan aspek
kosmetik ini sehingga hasil pengawetannya masih jauh dari sempurna.
Keluhan yang biasa muncul pada pengawetan jenazah cara konvensional
dengan formalin adalah muka yang hitam, kulit yang kaku, obat yang perih
dan meleleh dari mulut dan hidung. Dengan pengembangan metode dan
bahan kimia baru, pada saat ini telah berhasil dibuat pengawetan jenazah
yang tidak mengubah warna kulit, tekstur tidak keras, tidak meleleh dan
tidak perih, malahan dilengkapi dengan bau wangi yang dapat dipilih
jenisnya.
5
2. Cuci jenazah atau mandikan jenazah dengan larutan desinfektan.
3. Baringkan jenazah dalam posisi supine.
4. Buka pakaian dan semua perhiasan yang dipakai jenazah.
5. Hilangkan kaku mayat. Apabila ada kaku mayat, hal tersebut harus dilawan
untuk mengurangi ketegangan otot. Otot yang tegang maka akan
meningkatkan tekanan ekstravaskular sehingga akan terjadi pengalihan cairan
pengawet dari dalam pembuluh darah ke tempat yang tidak semestinya.
6. Atur lah posisi penampilan mayat, tutup mata dan mulut jenazah.
7. Buatlah campuran cairan pengawet. Biasanya dibutuhkan 3 liter cairan untuk
mengawetkan mayat. Faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan ini antara
lain : ukuran tubuh, adanya edema dan tahap pembusukan mayat sudah sampai
dimana. Biasanya 16 ons cairan dengan 1,5 galon air merupakan cairan
pengawet terbaik, ini akan menghasilkan larutan formalin sebesars 2-3%.
8. Pilih tempat suntikan. Tempat terbaik untuk menyuntikkan cairan pengawet
adalah pada vena femoralis, hal ini karena pada lokasi tersebut menyebabkan
tekanan yang diterima pada kepala sama pada kedua sisinya. Pada orang tua
sering mengalami sklerosing, maka tempat suntikan dilakukan pada pembuluh
karotis karena lebih dekan dengan pusat sirkulasi.
9. Tempat pengaliran cairan pengawet paling baik yaitu pada vena jugularis
interna, Karena lebih dekan dengan atrium kanan jantung yang merupakan
pusat pertemuan vena seluruh tubuh.
10. Masukkan kanul kedalam pembuluh darah kemudian dijepit dengan ligature
atau ika tidak ada ligature bias diikat pada kedua sisi pembuluh darah pada
kanul.
11. Hidupkan mesin pompa dengan tekanan 2-3 pon per inci persegi. Selama
pengaliran ini pastikan aliran cairan tedistribusi seluruhnya. Lakukan
pemijatan pada daerah yang kaku untuk melancarkan drainase.
12. Setelah drainase tersebut akan mucul tanda-tanda pada mayat seperti perut
semakin keras, keluarnya cairan dari saluran pencernaan dan mata menjadi
merah serta tekanan ocular yang tinggi, juga terjadi perubahan warna pada
tubuh mayat. Jika terdapat tanda-tanda tersebut, maka proses drainase dapat
6
dihentikan dan kanul dicabut secara hati-hati dan di ikat untuk mencegah
keluarnya cairan pengawet tersebut.
13. Bekas luka pada tempat penyuntikan dibersihkan dan dijahit kembali.
7
3. Kewenangan dan keahlian untuk melakukan pengawetan jenazah ada
pada dokter spesialis forensik, berdasarkan pendidikannya.
a. Kapas
b. Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
c. Sebuah spon penggosok
d. Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus
e. Spon-spon plastik
f. Shampo
g. Sidrin (daun bidara)
h. Kapur barus
i. Masker penutup hidung bagi petugas
j. Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
k. Air
8
l. Pengusir bau busuk
m. Minyak wangi
9
untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah
memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
4. Mewudhukan jenazah
10
Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi
kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian
belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah
kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah kanan.
11
jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal)
menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).
Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli
dari harta si mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari
melunaskan hutangnya, menunaikan wasiatnya dan membagi harta
warisannya. Jika si mayit tidak memiliki harta, maka keluarganya boleh
menanggungnya.
2. Mengkafani jenazah
Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain.
Kemudian didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas
lembaran-lembaran kain kafan itu dengan posisi telentang. Kemudian
12
didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum) dan kapas. Lalu kapas
tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah, serta
dikencangkan dengan secarik kain di atasnya (seperti melilit popok bayi).
Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas
kedua matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di
atas tempat-tempat sujudnya, yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak
tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak kakinya, dan juga
pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan
diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala jenazah.
Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu,
baru kemudian yang sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup
auratnya. Menyusul kemudian lembaran kedua dan ketiga, seperti halnya
lembaran pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang
berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan kain kafan pada ujung kepala
dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas wajahnya dan ke
atas kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat
dimakamkan. Dibolehkan mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali
atau kurang dari itu, sebab maksud pengikatan itu sendiri agar kain kafan
tersebut tidak mudah lepas (terbuka).
13
K. Rukun Shalat Jenazah Ada 7
1. Niat
2. Takbir 4 kali
3. Berdiri bagi yang mampu
4. Membaca surah al-Fatihah
5. Membaca shalawat kepada Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam setelah
takbir kedua
6. Membaca do'a untuk mayyit setelah takbir ketiga
7. Mengucapkan salam
L. Mengubur Jenazah
Paling sedikitnya menguburkan jenazah adalah cukup dengan lubang yang bisa
mencegah bau jenazah dan bisa melindungi dari binatang buas. Adapun
menguburkan jenazah yang sempurna adalah seukuran manusia berdiri ditambah
dengan acungan tangan ke atas, meletakkan pipi jenazah diatas tanah dan wajib
menghadapkan jenazah ke kiblat.
14