Anda di halaman 1dari 29

SURAT KEPUTUSAN

No. 330/RSHI –Dir/ PPI/X/2016

Tentang

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN KAMAR JENAZAH


DI RUMAH SAKIT HORAS INSANI PEMATANGSIANTAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT HORAS INSANI


PEMATANGSIANTAR

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan Rumah Sakit Horas Insani
Pematangsiantar , maka diperlukan Pedoman
Pelayanan Kamar Jenazah
b. Bahwa agar pelayanan Kamar Jenazah di Rumah
Sakit Horas Insani Pematangsiantar dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Pedoman
Pelayanan Kamar Jenazah Rumah Sakit Horas
Insani sebagai landasan bagi penyelenggara
pelayanan Kamar Jenazah di Rumah Sakit Horas
Insani PematangSiantar
c. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Horas Insani
PematangSiantar
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Surat Keputusan Pengurus Nomor :
90/DPT.HIA/SK.50/X/2016 tentang struktur
organisasi
4. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
No.82/PT.HIA/SPK/X/2016 tertanggal 05
Oktober 2016 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Horas Insani;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Kamar
Jenazah di Rumah Sakit Horas Insani
PematangSiantar
Kedua : Pedoman Pelayanan Kamar Jenazah di Rumah
Sakit Horas Insani PematangSiantar
Ketiga : Pedoman Pelayanan Kamar jenazah di Rumah
Sakit Horas Insani untuk mengevaluasi petugas-
petugas Kamar Jenazah
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetaspkan,
dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekelituan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pematangsiantar
Pada tanggal Oktober 2016

dr.Waldy Saragih, MHA


Direktur
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatNya Buku Pedoman Pelayanan Kamar Jenazah ini dapat tersusun.
Dalam ranka pelaksanaan upaya meningkatkan pelayanan perawatan
jenazah dan untuk memberikan perlakuan yang sebaik-baiknya pada
jenazah sebelum diserahkan kepada keluarganya sebagai penghormatan
terakhir.
Terima Kasih kepada Tim yang telah menyusun Buku Pedoman
Pelayanan Kamar Jenazah ini dan kami mengharapkan agar Buku Pedoman
ini dapat menjadi Pedoman dalam melaksanakan pelayanan jenazah dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

Pematangsiantar, Oktober 2016

Tim Penyusun

dr.Bahtera Surbakti SpOG

Ketua Komite PPIRS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum


dikuburkan sebagai penghormatan kepada jenazah. Perawatan jenazah
suatu Rumah Sakit,, bukanlah satu-satunya “ pintu keluar” pasien, karena
masih banyak “pintu kesembuhan” ,”pintu kecutian” dan “pintu transisi”.
Walaupun banyak diakui bahwa perawatan jenazah merupakan bagian final
keluarnya pasien yang telah benar-benar tanpa nyawa / ruh lagi. Perawatan
jenazah tidak bias dilalui oleh orang yang tidak berkepentingan. Lalu lintas
hanya bias dilalui oleg petugas kamar jenazah.
Penanganan jenazah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Horas Insani
hanya melakukan perawatan jenazah. SDM di unit perawatan jenazah
adalah seorang perawat yang mempunyai kemampuan dalam perawatan
jenazah . Perawat tersebut telah memiliki pengetahuan tentang pencegahan
dan pengendalian infeksi sehingga selalu disiplin dalam penggunaan APD.
Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan HAIs (
Healthcare Associated Infection) adalah infeksi yang khas terjadi atau di
dapat di Rumah Sakit. Permasalahan yang terjadi akibat HAIs sangatlah
kompleks dan dapat menyebabkan kerugian bagi pasien maupun bagi
Rumah Sakit. Salah satu upaya untuk menekan kejadian HAIs adalah
dengan melakukan standar perawatan jenazah yang baik. Selain itu
pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan dan keselamatan dirinya dan
orang lain ( pasien dan pengunjung ) serta bertanggung jawab sebagai
pelaksana kebijakan yang telah ditetapkan Rumah Sakit.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Horas Insani untuk
dapat melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan di kamar jenazah yang
merupakan salah satu upaya Rumah Sakit dalam mencegah infeksi
nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien,
keluarga dan masyarakat.
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah
sebelum ditunjukkan dan di bawa pulang oleh keluarga
4. Sebagai panduan dalam minimalisasi kemungkinan untuk terjadi
infeksi silang.
1.3 Ruang Lingkup
Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada petugas kamar jenazah.
Yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah sesuai prosedur. Sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan perawatanjenazah dan menghindari
adanya infeksi silang.
1.4 Batasan Operasional
Sebagai acuan Rumah Sakit Horas Insani dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis diperlakukan
penghormatan sebagai manusia, karena ia adalah manusia. Martabat
kemanusiaan ini adalah perawatan kebersihan sebagaimana kepercayaan
agama / adatnya. Perlakuan sopan dan tidak merusak badan, termasuk
kerahasiaannya. Oleh karena itu perawatan jenazah harus bersih dan bebas
dari kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas, aman bagi
petugas yang bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah
terinfeksi karena penyakit mematikan.

1.5 Landasan Hukum


1. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen
3. Keputusan Menteri Kesehatan Menteri Kesehatan RI Nomor 106 /
MenKes /SK/I/2004 tentang Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu ( SPGDT)
4. PerMenKes No. 986 / MenKes / Per /XI /1992 tentang Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.983 / MenKes / SK/ X/ 1992
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
6. Pedoman teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit kelas C,
DepKes 2007
7. Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya Tahun 2011
8. Standar Pemulasaran Jenazah Dep Kes 2004
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi tenaga : bersifat koordinasi, tenaga didapat dari system
koordinasi dengan unit lain.
1. Koordinator ruang
Kualifikasi tenaga
a. Pendidikan terakhir Diploma III Keperawatan / kebidanan
b. Berpengalaman kerja minimal 5 Tahun
c. Mempunyai kemampuan dalam perawatan jenazah
d. Mempunyai kemampuan dalam perawatan jenazah
e. Memiliki pengetahuan tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
f. Mempunyai jiwa kepemimpinan
g. Sehat jasmani dan rohani
h. Mengetahui psikologi personil
i. Mempunyai jiwa kepemimpinan
2. Staf / petugas kamar jenazah
a. Berpengalaman kerja minimal 2 Tahun
b. Mempunyai kemampuan dalam perawatan jenazah
c. Mengetahui alur dan penanganan pemulasaran jenazah
d. Cekatan, tanggap dan disiplin
Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di kamar jenazah Rumah Sakit Horas Insani
dianjurkan untuk :
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, pemeriksaan
darah paling sedikit 1 kali dalam setahun
2. Satus imunisasi untuk hepatitis B
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja
2. Distribusi Ketenagaan
1. Koordinator Ruang
a. Memimpin Kamar Jenazah untuk pencapaian Visi dan Misi
Rumah Sakit Horas Insani
b. Memimpin dan mengembangkan Kamar jenazah
c. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan
berkala manajemen dan administrasi Kamar Jenazah
d. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi dalam melaksanakan tugas dan
fungsi Kamar Jenazah
e. Memberikan usulan program kerja dan anggaran kamar
jenazah
f. Mengembangkan kemampuan SDM Kamr Jenazah
g. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas
kerja staf bawahannya
h. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi
semua alat-alat inventaris dan barang- barang kebutuhan
kamar jenazah.
i. Menjalin komunikasi dan kerjasama secara aktif dengan
instalasi dan unit –unit kerja yang terkait sehingga mampu
memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien.
j. Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan
k. Melaksanakan embalming ( Pengawetan mayat menggunakan
Formalin )
2. Staf Kamar Jenazah
a. Bertanggung jawab kepada kepala kamar jenazah
b. Melakukan embalming ( Pengawetan mayat menggunakan
Formalin)
c. Menjaga kebersihan diri dan ruangan
d. Menjaga inventaris yang dimiliki kamar jenazah
3. Pengaturan Jaga
a. Kepala kamar jenazah bekerja mulai jam 07.00-14.00 WIB
b. Staf kamar jenazah bekerja mulai jam 14.00-21.00 WIB
c. Diluar jam kerja ( 21.00 – 07.00 WIB ) bisa dipanggil on call
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruang

Wastafel

Perawatan
Jenasah

Teras Lemari

3.2 Standar Fasilitas

Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan


pelayanan kamar jenazah. Mengingat tugas pokok kamar jenazah adalah
melayani pasien yang sudah meninggal dengan atau tanpa penyakit
menular, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai guna
mencegah infeksi silang.
Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama Rumah Sakit karena berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara
meminimalkan terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat diakses
oleh orang yang tidak berkepentingan.
Syarat Kamar Jenazah
Pada prinsipnya kamar jenazah berada di tempat yang jauh dari lalu
lintas perawatan pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan
sesuai dengan alur kerja.
Kebersihan Ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan
jadwal pembersihan kamar jenazah
Sarana fisik dan peralatan kamar jenazah
Di kamar jenazah ada tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum
ditunjukkan kepada keluarga. Terdapat troli untuk menempatkan alat-alat
yang dibutuhkan untuk pelayanan jenazah. Terdapat brankar untuk
memindahkan jenazah dari Rumah Sakit ke mobil jenazah. Di dalam kamar
jenazah terdapat lemari penyimpanan APD, tempat sampah infeksius, dan
non infeksius, kantong linen infeksius dan non infeksius untuk meletakkan
peralatan yang telah di pakai untuk perawatan jenazah. Terdapat wastafel
dan antiseptic serta handwash untuk petugas mencuci tangan setelah
menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di kamar jenazah antara
lain :
1. Brankar jenazah
2. Peralatan embalming ( pengawetan mayat menggunakan formalin )
3. Tutup kepala
4. Apron plastic
5. Masker
6. Kacamata goggles
7. Sepatu boot
8. Peralatan memandikan jenazah
9. Tempat sampah infeksius dan non infeksius
10. Kantong linen infeksius
11. Alat kebersihan ruangan
12. Formulir serah terima jenazah
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Pelayanan kamar jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah


sebelum diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik pada pasien meniggal, maka diperlukan alur penanganan
jenazah yang jelas. Tersedianya kamar jenazah yang standar dapat di pakai
sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluarga pasien.

JENAZAH DARI RUMAH SAKIT

INSTALASI GAWAT DARURAT RUANG RAWAT INAP

PEMERIKSAAN DOKTER

DIRUJUK TIDAK KEMATIAN WAJAR

YA

SURAT KEMATIAN DIBUAT OLEH DOKTER YANG


MEMERIKSA KEMATIAN DI IGD, ICU, DAN
RUANG RAWAT INAP

PEMULASARAN JENAZAH

JENAZAH KELUAR MELALUI PINTU KELUAR


MASUK KAMAR JENAZAH
1. Pasien dari instalasi / unit lain yang sudah dinyatakan meninggal (
jenazah ) di kirim ke kamar jenazah. Sebelum di kirim ke kamar
jenazah dilakukan perawatan dahulu. Luruskan tubuh jenazah dan
letakkan dalam posisi terlentang dengan tangan di sisi atau terlipat di
dada. Tutup kelopak mata dan / tutup dengan kapas atau kasa, begitu
pula mulut, hidung dan telinga. Beri alas kepala dengan kain handuk /
underpad untuk menampung bila ada rembesan darah atau cairan tubuh
lainnya. Tutup anus dengan kasa dan pleter kedap air. Lepaskan semua
alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut dalam wadah limbah
sesuai dengan pemisahan limbah. Tutup setiap luka yang ada dengan
plerster kedap air. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain
bersih untuk disaksikan oleh keluarga. Pasang label indentitas pada
jenazah . Sertakan surat keterangan kematian dari dokter yang telah
ditandatangani dokter terkait. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa
jenazah adalah penderita penyakit menular atau tidak.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada
keluarga. Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali.
Beritahukan keluarga bahwa jenazah akan dibersihkan. Bersihkan dan
rapikan jenazah sesuai kebutuhan. Jenazah dimandikan oleh petugas
yang telah memahami cara membersihkan / memandikan jenazah.
Tutup jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianut. Jenazah penyakit menular yang
telah dibungkus tidak boleh di buka lagi. Jenazah tidak boleh di balsam
atau di suntik untuk pengawetan kecuali oleh petugas khusus yang
telah mahir dalam hal tersebut. Rumah Sakit Horas Insani tidak
melakukan pelayanan otopsi, apabila keluarga meminta dilakukan
otopsi, dokter ( pihak Rumah Sakit ) menyuruh keluarga pasien untuk
melapor polisi dan Rumah Sakit membuat rujukan ke Rumah Sakit
yang ada pelayanan otopsi.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan adalah segera mencuci kulit
dan permukaan lain dengan air mengalir bila terkena darah atau cairan
tubuh lain. Dilaraang memanipulasi alat suntik atau menyarumkan
jarum suntik ke tutupnya. Buang semua alat / benda tajam dalam
wadah yang tahan tusukan. Semua permukaan yang terkena percikan
atau tumpahan darah dan / atau cairan tubuh lain segera dibersihkan
dengan larutan 0,5 %. Semua peralatan yang digunakan kembali harus
dip roses dengan urutan : dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau
sterilisasi. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan
dalam kantong plastic. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar
sesuai carapengelolaan sampah medis.
3. Setelah dilakukan perawatan di kamar jenazah petugas kamar jenazah
memberikan surat kematian
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi
Rumah Sakit untuk mengurus biaya perawatan selama di Rumah Sakit.
Setelah surat kematian dan biaya administrasi telah selesai, keluarga
menunjukkan kepada petugas kamar jenazah
5. Jenazah diperbolehkan di bawa pulang dengan menggunakan kereta /
brankar khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah Rumah Sakit
atau mobil keluarga.
6. Jenazah dengan penyakit menular harus dilakukan perawatan jenazah
sesegera mungkin, tidak boleh lebih dari 4 jam
7. Bila jenazah tidak ada identitas maupun keluarga, jenazah di rujuk ke
Rumah Sakit yang telah bekerja sama untuk penyimpanan jenazah.
BAB V
LOGISTIK

Kamar jenazah di Rumah Sakit Horas Insani Pematang Siantar


sebagai salah satu bagian penting Rumah Sakit untuk mencegah resiko
infeksi dan menunjang pelayanan medis baik untuk petugas, pasien, dan
pengunjung. Apabila alat dan bahan untuk pemrosesan habis maka petugas
atau staf menulis permintaan barang kepada kepala kamar jenazah. Kepala
kamar jenazah memberikan formulir permintaan bahan dan alat kepada
bagian rumah tangga.
Untuk pengajuan logistic serta keperluan gudang kamar jenazah
selama satu tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan.
Setiap anggaran di buat diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam
tahun berjalan. Sistem logistic yang digunakan pada panduan logistic yang
di buat oleh bagian logistic dan inventaris dengan mengacu pada system
baku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian

Keseimbangan pasien adalah suatu system di mana Rumah Sakit


membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (
penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain – lain ) yang tidak seharusnya
terjadi.

6.2 Tujuan
Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya di ambil. Selain itu system
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit, meningkatkan akuntabilitas Rumah
Sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan di Rumah Sakit, dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
6.3 Tatalaksana Keselamatan Pasien
Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan
focus
Yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien
3. Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
system dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan
asesmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta Rumah Sakit
mengatur pelaporan kepada Komite PPIRS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-
cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analisa akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien
harus diterapkan. Standar tersebut adalah :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dprogram peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien Rumah Sakit :
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien Rumah Sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien Rumah Sakit jangka pendek 1-
2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien Rumah
Sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien Rumah Sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan.
5. Menetapkan system pelaporan insiden ( peristiwa keselamatan pasien )
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Rumah Sakit
seperti tersebut di atas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien Rumah Sakit ( seperti tersebut
di atas ) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan pasien Rumah Sakit
8. Program khusus keselamatan pasien Rumah Sakit
9. Mengevaluasi secara periodic pelaksanaan program keselamatan pasien
Rumah Sakit dan kejadian tidak diharapkan.
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UU No. 23 Tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib


menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya keselamatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
termasuk dalam kategori seperti tersebut di atas, berarti wajib menerapkan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan kerja dan
kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan diluar Rumah Sakit.
Dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan
bahwa “ setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah
pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral
dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PKK dan
perlindungan terhadap Rumah Sakit pegawai adalah bagian integral dari
Rumah Sakit . Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan menigkatkan produktivitas
Rumah Sakit. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat
2. Agar faktor-faktor dapat di pakai dan digunakan secara efisiensi.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada tiga kelompok yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila:
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruang
terlalu panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia al;at-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dll

7.1 Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas


Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan
pelaatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protocol jika
terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan ( tidak
merokok, tidak minum dingin ) dengan baik dan menjaga kebersihan
tangan setiap saat dan :
a. Memeriksa suhu dua kali sehari dan waspadai munculnya gejala
pernafasan terutama batuk
b. Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan
tidak boleh di bawa ke cdalam area isolasi.
c. Bila timbul demam, segera batasi intereaksi dan isolasi diri dari area
umum. Segera lapor kepada Tim Dalin / Pandalin, Tim Kesehtan
Kerja (K3) dan dokter poliklinik RS , adanya kemungkinan
terinfeksi penyakit menular yang sedang ditangani.

7.2 Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan ADP yang sesuai untuk
Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi ( berdasarkan
penularan secara kontak, droplet, atau udara ) sesuai dengan
penyebaran penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus
di3evaluasi untuk memastikan agen penyebab dan ditentukan apakah
perlu di pindah tugaskan daric kontak langsung dengan pasien,
terutama mereka yang bertugas di unit perawatan insentif ( ICU ),
ruang rawat anak , ruang bayi.
4. Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan
pernafasan dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit
menular melalui udara, maka ia perlu di rawat di ruang isolasi.
5. Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan
pernafasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan
pajanan yang dialami segera kepada IPCN.
6. Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan
pernafasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan.
Petugas diinstruksikan untuk mawaspadai timbulnya demam,
gangguan pernafasan dan atau peradangan konjungtiva selama 10 hari
setelah terpajan dengan penyakit menular melalui udara.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek


yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indicator, kriteria, serta standar
yang akan digunakan untuk mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu kamar jenazah harus sesuai dengan protap
yang telah ditentukan. Setiap proses pelayanan jenazah berjalan petugas
selalu mengenakan ADP,dan tidak ada kejadian infeksi yang terjadi.
BAB IX
PENUTUP

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen


menjadi tantangan yang harus diantisipasi oleh para praktisi pelayanan
kesehatan. Selain itu juga ditruntut memberikan pelayanan yang
professional dengan diberlakukannya Undang-Undang tentang praktek
kedokteran yang ditujukan kepada kepastian hokum baik bagi penerima
pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
HAIs adalah infeksi yang did apt atau timbul pada waktu pasien di
rawat di Rumah Sakit. Bagi pasien di Rumah Sakit, HAIs merupakan
masalah serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian HAIs adalah dengan
melaksanakan pelayanan kamar jenazah yang baik. Tnaggung jawab untuk
melaksanakan semua kegiatan secara aman menjadi tanggung jawab
petugas kamar jenazah. Pada dasarnya kecelakaan kerjadi lingkungan
kamar jenazah dapat dihindari dengan cara mengetahui potensi bahaya
yang dapat timbul. Dengan cara memperhatikan secara seksama dan
melatih teknik- teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya
kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………....................................... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I DEFINISI……………………………………………………........ 1
BAB II STANDAR KETENAGAAN ………………………………….. 4
BAB III STANDAR FASILITAS..……………………………………. 7
BAB IVTATALAKSANA PELAYANAN…………………………… 10
BAB VLOGISTIK………………………………………………………14
BAB VI KESELAMATAN PASIEN……… ………………………….15
BAB VII KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA…………..18
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………………………………….22
BAB IX PEUNTUP……………………………………………………...23

Anda mungkin juga menyukai