Jurnal 2 PDF
Jurnal 2 PDF
PROSIDING
PERAN GEOGRAFI DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH NKRI DI ERA TEKNOLOGI
18 November 2017
Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta
ISBN : 978-979-8786-78-5
Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telpon +62 274 649 2340, +62 274 589595
Email: bpfg.geo@ugm.ac.id
Website: www.geo.ugm.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya acara Seminar Nasional Geografi 2017
dapat terlaksana.
Acara ini merupakan acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program
Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Tema yang dipilih yaitu
mengenai “Peran Geografi dalam Pengelolaan Sumberdaya Wilayah NKRI di Era Teknologi”.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam yang besar. Namun kekayaan alam yang
dimiliki Indonesia tidak mencerminkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
diperlukannya evaluasi dalam pemanfaatan sumberdaya alam untuk menunjang kesejahteraan
masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan
sumberdaya wilayah menjadi sebuah keniscayaan dalam upaya pemerataan pembangunan,
penghematan energi, pelestarian lingkungan, pembangunan ekonomi, dan pengembangan
sumberdaya manusia yang melibatkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan
secara terpadu. Kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi dapat digunakan
untuk mengoptimalkan pembangunan perekonomian berbasis sumberdaya alam sebagai
penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa. Berangkat dari pemikiran tersebut, Himpunan
Mahasiswa Program Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
bermaksud menyelenggarakan seminar nasional. Kegiatan seminar ini diharapkan dapat
menjadi ajang komunikasi antar mahasiswa, peneliti, para ahli, dan akademisi di Indonesia,
sehingga didapatkan pemahaman yang sama tentang pengelolaan sumberdaya wilayah yang
terpadu dan berkelanjutan kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk penelitian dan pengabdian
pada masyarakat yang berkualitas, dan memiliki daya guna untuk menunjang pengelolaan
sumberdaya wilayah yang terpadu, optimal, dan berkelanjutan.
Acara ini tidak dapat terselenggara apabila tidak ada kerjasama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
berkontribusi untuk acara Seminar Nasional Geografi 2017.
i
DAFTAR ISI
iii
1.10 Perspektif Multidisiplin Tentang Ruang dan Implikasinya Dalam Teknologi
Pengembangan Wilayah
[Wulansari, dkk.] ....................................................................................................... 90
1.11 Pola Spasial Disparitas antar Wilayah di Provinsi Sumatera Barat
[Selvi Elvina] ............................................................................................................. 101
1.12 Regionalisasi Sektor Unggulan untuk Peningkatan Perekonomian dan Pembangunan
Wilayah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
[Lutfi Muta’ali] ......................................................................................................... 112
1.13 Tinjauan Kritis Terhadap Wacana Pembangunan Kereta Gantung Rinjani dalam
Perspektif Masyarakat Resiko
[Rifki M. I. T., Rizal M. S., dan Azhari E.] ............................................................ 129
iv
2.7 Hidrodinamika Mataair Ditinjau dari Karakteristik Aliran dan Kualitas Air (Studi :
Mataair Ngrunggung, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul)
[M. Widyastuti, dkk.] ................................................................................................ 197
2.8 Hutan Kota Tibang Sebagai Upaya Mengatasi Masalah Hidrologi di Kota Banda
Aceh
[Nanda S., Emtizal S., dan Aulia R.] ....................................................................... 205
2.9 Kajian Kestabilan Lereng dan Kriteria Penggalian pada Tambang Batupasir Formasi
Pulaubalang
[Ashabul Kahfi].......................................................................................................... 220
2.10 Kajian Stabilitas Lereng Kawasan Kawah Gunung Kelud sebagai Efek Rehabilitasi
Terowongan Ampera
[Rokhmat Hidayat dan Dwi Kristianto] ................................................................. 230
2.11 Karakteristik Beban Pencemar di Sungai Code sebagai Fungsi Penggunaan Lahan
Terbangun
[M.P. Hadi dan M.Y. Widasmara] ........................................................................... 239
2.12 Mengatasi Bencana Alam Banjir dan Peluang Restorasi Sungai (Studi Kasus:
Wilayah Sukoaharjo)
[Jaka Suryanta] .......................................................................................................... 249
2.13 Normal Curah Hujan Kepulauan Bangka Belitung Berbasis Data Climate Hazards
Group Infra-Red Precipitation with Stations (CHIRPS)
[Akhmad F. dan Rizki A.] ........................................................................................ 259
2.14 Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
[Asti Rumiatun] ......................................................................................................... 268
2.15 Pengelolaan Mataair Banyu Dal Berbasis Masyarakat untuk Kebutuhan Domestik
dan Irigasi di Desa Ngranget, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun (Sebagai
Sumber Belajar XI SMA)
[Erva S., Puguh K., dan Gamal R.] .......................................................................... 275
2.16 Teknologi Konservasi untuk Penanganan Kawasan Resapan Air di Daerah Kawasan
Lindung
[Nurheny Aji Pawestri] ............................................................................................. 284
v
BAB III SOSIAL ..................................................................................................................... 293
3.1 Analisis Faktor – Faktor Penyebab Keluarga Pra Sejahtera di Kecamatan Sawahan
Kabupaten Madiun
[Rama Dwi Setiyo Kuncoro] .................................................................................... 294
3.2 Eksistensi Penjual Kupang Keliling Di Kota Surabaya
[M. Fikri Amrullah] .................................................................................................. 302
3.3 Faktor Penarik dan Pendorong Mobilitas Penduduk Ulang Alik di Wilayah Peri
Urban Tasikmalaya
[Elgar Balasa Singkawijaya] ..................................................................................... 308
3.4 Kapasitas dan Persepsi Stakeholder dalam Pengelolaan Ekowisata Berbasis
Kehutanan di Petungkriyono, Jawa Tengah
[Dila Swestiani] ......................................................................................................... 315
3.5 Kearifan Lokal Kekerik Sebagai Upaya Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk Suku
Tengger Ngadisari Probolinggo
[Danang A., Ahmad H. P., dan Agnes C. M.] .......................................................... 322
3.6 Kondisi Masyarakat Korban Bencana Gerakan Tanah di Kecamatan Malausma
Kabupaten Majalengka
[Wiwin Widiawati dan Ramona Indriani] .............................................................. 330
3.7 Modal Sosial Masyarakat Kampung Sewu dalam Mitigasi Bencana Banjir Sungai
Bengawan Solo
[Annisa N. D., Argyo D., dan Drajat T. K.] ............................................................. 340
3.8 Nilai-nilai Budaya dalam Upacara Adat Manyanggar pada Suku Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah
[Neni Puji Nur Rahmawati] ...................................................................................... 348
3.9 Pengaruh Lingkungan dalam Karakteristik Corak Batik Tasik Sebagai Ekonomi
Kreatif
[Tresa T. S. dan Rasi Y. M.] ..................................................................................... 362
3.10 Pengurangan Risiko Bencana Banjir Secara Berkelanjutan Melalui Program
Community Flood Resilience (CFR) di Kota Surakarta
[Dani B. M., Bagus H., dan Ahmad Z.] .................................................................... 372
vi
3.11 Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Upaya Mempertahankan Eksistensi Telaga
Cebong
[Aprilia E. D. dan Evi M. K.] .................................................................................... 380
3.12 Perubahan Sosial Masyarakat di Sektor Pariwisata Kawasan Kaliadem Pasca Erupsi
Gunung Merapi Tahun 2010
[Anisa E. P., Titis P. D., dan Dina R.] ..................................................................... 386
3.13 Prospek Budidaya Bambu Petung Dendrocalamus asper (Schult.) Backer ex Heyne
di Hutan Rakyat Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,
Provinsi Bali
[Aris Sudomo] ........................................................................................................... 395
3.14 Strategi Adaptasi Masyarakat Kawasan Karst dalam Mengatasi Bencana Kekeringan
di Kecamatan Saptosari, Gunungkidul
[Iesyat Fathimah, dkk.] ............................................................................................. 403
3.15 Tingkat Partisipasi PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dalam
Pengelolaan Sampah di Dusun Kadilobo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman
[Pebri Nurhayati] ....................................................................................................... 410
vii
4.5 Kajian Bangunan Bersejarah Mesjid Al-Mashun Kota Medan di Nilai Dari Historis
dan Estetika
[Wahyu Hidayat dan Tunggul H. Ganie] ................................................................ 457
4.6 Karakterisasi Tourism Business District (TBD) Di Kota Tangerang, Banten
[Muhammad Zid, Cahyadi S., dan Dea Miftah S.] ................................................. 466
4.7 Karakteristik Usaha Kerajinan Batik Kayu di Desa Wisata Krebet, Kecamatan
Pajangan, Bantul, Yogyakarta
[Tyas Fitri K., Husna Zaiti A., dan Dyah Widiyastuti] .......................................... 474
4.8 Pemanfaatan Jaringan Sosial dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Sumber
Daya Wilayah di Daerah Rawan Longsor
[Titis Puspita D., Dina Ruslanjari, dan Muhamad] ............................................... 483
4.9 Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan sebagai Wisata Alam di Dusun Kalibiru, Desa
Hargowilis, Kecamatan Kokap
[Yuli Astuti] ................................................................................................................ 493
4.10 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Komodo di Kecamatan Komodo Kabupaten
Manggarai Barat
[Liviana Sardina Darciani, dkk.] ............................................................................. 507
4.11 Pengelolaan Pulau Kecil untuk Pariwisata (Studi Kasus Pulau Enggano, Bengkulu
Utara)
[Aulia Rahmawati1, Nanda Satria, dan Emtizal Saprodi] .................................... 517
4.12 Pengembangan Desa Wisata Berbasis Agrowisata di Desa Pancasari Kabupaten
Buleleng
[Isty Bunga Herliani, dkk.] ...................................................................................... 527
4.13 Peningkatan Kegiatan Ekonomi dan Pariwisata di Balai Ekonomi Desa Kawasan
Wiasata Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
[Afrinia L. P. dan Ika A. S.] ...................................................................................... 536
4.14 Potensi Kampung Adat Cireundeu Sebagai Penghasil Olahan Singkong
[Miftah Hidayat] ....................................................................................................... 546
4.15 Studi Potensi Geowisata Menara Karst Fatule’u, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara
Timur
[Albert S. A. I. Telnoni dan Ardhan Ismail] ........................................................... 555
viii
4.16 Tingkat Kepuasan Wisatawan Domestik dan Mancanegara Terhadap Cinderamata
Khas Aceh di Kota Banda Aceh
[Cut T. T., Maulida R., dan Ahmad H.] ................................................................. 567
ix
5.9 Penyusunan Komik Materi Dampak Penambangan Karst di Bedoyo, Kecamatan
Ponjong, Gunung Kidul Terhadap Ekosistem Gua untuk Menanamkan Nilai Peduli
Lingkungan Siswa SMA Kelas X Semester Genap
[Ika F. S., Tien A., dan Triatmanto] ........................................................................ 647
5.10 Peran Pendidikan Geografi dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
(Education For Sustainable Development)
[Abdul W. A. dan M. Hafizul F.] .............................................................................. 655
5.11 Peran Pendidikan Geografi untuk Mitigasi Bencana Gunung Api Anak Krakatau
Selat Sunda
[Emtizal S., Aulia R., dan Nanda S.] ....................................................................... 666
5.12 Potensi Usaha Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Cikancung Kabupaten
Bandung
[Rohdian Histiyadi] ................................................................................................... 674
5.13 Serangan Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew) pada Tiga Provenan Jamblang
(Syzygium Cumini L.Skeels)
[Benyamin D. dan Aris S.] ........................................................................................ 690
5.14 Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir di Kabupaten Buleleng
[I Putu Ananda Citra] ............................................................................................... 694
5.15 Tingkat Spatial Literacy Siswa Kelas XI dalam Mendukung Pengetahuan Dasar
Kebencanaan Pada Wilayah Rawan Bencana di Malang Selatan
[Nestia A. P., I. Komang A., dam Syamsul B.] ....................................................... 703
5.16 Uji Banding Pemijahan Masal Rainbow Merah Perot (Glossolepis Incisus) dengan
Rainbow Merah Normal di Akuarium
[Tutik Kadarini]......................................................................................................... 709
x
[H. Daska Aziz dan M. Hafizul Furqan].................................................................. 728
6.3 Evaluasi Potensi Peternakan (Sapi Potong) Di Kabupaten Timor Tengah Selatan
[Jendri Abimelek Nenobais] ..................................................................................... 736
6.4 Evaluasi Tata Ruang Pesisir Terhadap Bencana Abrasi di Kabupaten Jepara
[Akli S. N., Arief W., dan Irvan A. K.] .................................................................... 747
6.5 Indeks Perkembangan Wilayah Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Timur
[Rama Dwi Setiyo Kuncoro dan Ulul Albab] .......................................................... 755
6.6 Perubahan Aset Manusian (Human Capital) Rumah Tangga Terdampak
Pengembangan Bandara Kulonprogo Yogyakarta
[Benny Natalina Sihombing]..................................................................................... 766
6.7 Pola Migrasi Internasional Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Asal Kecamatan
Kawunganten Kabupaten Cilacap Tahun 2016
[Riyan Alaji1, Sugiyanto, dan Wakino] ................................................................... 773
6.8 Profil Kemiskinan Wanita Usia Subur di Kalimantan Selatan (Analisis Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)
[Norma Yuni Kartika] ............................................................................................... 781
6.9 Resistensi Budaya Kawin Anom Suku Banjar: Karakteristik Usia Perkawinan
Pertama Perempuan
[Norma Y. K., Muhajir D., dan Sukamdi]............................................................... 788
6.10 Tipologi Wilayah Perbatasan: Memahami Karakteristik Wilayah Perbatasan Negara
Indonesia Berdasarkan Kompleksitas Wilayah
[Agung S. N., Diana F. dan Briantama Y. R.] ......................................................... 794
6.11 Transformasi Yogyakarta Menuju Smart City (Smart Tourism) Ditinjau dari
Pengaruh Platform Iklan Berbasis Lokasi (Google Adword-Facebook Ads) untuk
Digital Branding Industri Lokal : Studi Kasus dari Client Rakhmat Makmur
Ecommerce Consulting
[Pinto Rakhmat]......................................................................................................... 809
6.12 Urgensi Transformasi Mata Pencaharian Sebagai Indikator Utama Pengembangan
Wilayah dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Budaya Berbasis Edukasi di
Kawasan Kampung Inggris, Kabupaten Kediri
[Zakiyatul Afiyah] ..................................................................................................... 810
xi
BAB VII FISIK DAN PJ SIG .................................................................................................. 819
7.1 Analisis Kerentanan Banjir di DAS Brantas
[Endang Savitri dan Rahardyan Nugroho Adi]...................................................... 820
7.2 Analisis Mikromorfologi Tanah pada Posisi Topografi yang Berbeda (Studi Kasus di
Perkebunan Tebu Pabrik Gula (PG) Camming, Sulawesi Selatan)
[Ahmad F. A., Risma N., dan Christianto L.] ......................................................... 830
7.3 Analisis Spasial Kerawanan Gempa Bumi Berbasis SIG dan PJ dalam Upaya
Mitigasi Bencana
[Alwin dan Dinda D. N] ............................................................................................. 838
7.4 Identifikasi Tropical Frost Sebagai Bencana Hidrometeorologis di Dataran Tinggi
Dieng
[Emilya N., Aditya P., dan Kania D. A.] .................................................................. 848
7.5 Inventarisasi Sumber Daya Alam di Kebun Raya Universitas Halu Oleo
[Anita I., Weka W., dan Sri R.] ............................................................................... 858
7.6 Karakteristik Akuifer Wilayah Kepesisiran Parangtritis, Kabupaten Bantul
[Sunarto, dkk.] ........................................................................................................... 868
7.7 Pemanfaatan Citra Satelit Landsat 5 untuk Menganalisis Tanah Longsor (Studi
Kasus: Tanah Longsor di Desa Paya Ateuk Aceh Selatan)
[Alamsyah Taher] ..................................................................................................... 876
7.8 Pemanfaat Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api
dari Aspek Sosial di Kabupaten Sleman
[Haikal Muhammad Ihsan, dkk.] ............................................................................. 885
7.9 Pemetaan Kawasan Rawan Karlahut Berbasis Sistem Informasi Geografi dan
Partisipasi Masyarakat di Bukit Batu
[Fakih Fauzan, dkk.] ................................................................................................ 895
7.10 Penentuan Lokasi PLTS dengan Citra Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan
Sumberdaya Alam Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus Sulawesi Barat)
[Intan L., Isnia N. C. D., dan Zhafirah Z.] ............................................................. 906
7.11 Pengelolaan Kampung IT Berbasis WebGIS untuk Pemetaan Kawasan
Kependudukan
xii
[Mohamad I. A., Rubiyanto M., dan Syahrial] ....................................................... 916
7.12 Pola Spasial Fokus Keong Perantara Schistosomiasis Menggunakan Data
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Dataran Tinggi Lindu,
Sulawesi Tengah, Indonesia
[Mujiyanto, dkk.] ...................................................................................................... 922
7.13 Studi Kemampuan Lahan di Desa Batu Putih Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur
[Ramlah, Ibrahim A., dan Suprafta] ....................................................................... 933
7.14 Teknologi Mitigasi dan Evakuasi Bahaya Marin
[Sunarto] .................................................................................................................... 939
xiii
FAKTOR PENARIK DAN PENDORONG MOBILITAS PENDUDUK
ULANG ALIK DI WILAYAH PERI URBAN TASIKMALAYA
ABSTRAK
Mobilitas penduduk ulang alik adalah suatu bentuk pergerakan dan perpindahan penduduk antar
wilayah yang dipengaruhi oleh waktu serta memiliki maksud dan tujuan tertentu. Mobilitas ulang alik
ini menggunakan moda transportasi yang berfungsi sebagai alat penghubung untuk memberikan
kemudahan (aksesibilitas) antar wilayah. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Mangkubumi
(Kota Tasikmalaya) dan Kecamatan Singaparna (Kabupaten Tasikmalaya) yang secara fungsional
merupakan wilayah peri urban. Penelitian ini bertujuan untuk (a) untuk mengetahui faktor pendorong
mobilitas ulang alik di wilayah peri urban, dan (b) untuk mengetahui faktor penarik mobilitas
penduduk ulang alik di wilayah peri urban Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif. Narasumber sebagai sampel dalam penelitian dipilih individu yang bekerja dan
melakukan mobilitas ulang alik berjumlah 18 orang yang dibagi menjadi 4 kelompok wilayah peri
urban. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Teknik pengolahan data melalui
tahapan persiapan pengumpulan data dan penyeleksian data. Analisis data yang digunakan melalui
reduksi data dan triangulasi. Penelitian ini menemukan bahwa faktor pendorong dan faktor penarik
menjadi alasan utama individu untuk melakukan mobilitas penduduk ulang alik. Hal ini dipengaruhi
oleh kemampuan individu dan lingkungannya. Semakin tinggi tingkat kebutuhan akan pemenuhan
kebutuhan hidup maka aktifitas mobilitas penduduk ulang alik akan semakin tinggi.
Kata kunci: Penarik dan pendorong, mobilitas penduduk, peri urban Tasikmalaya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk hidup terkonsentrasi di kota – kota, dan sebagian besar lainnya tersebar di daerah
pedesaan. Jumlah penduduk perkotaan dan perdesaan berbanding sekitar 40 persen dan 60 persen dari
total penduduk yang ada di Indonesia. Penduduk kota meningkat secara cepat karena arus urbanisasi
yang sangat tinggi, di samping itu kota sebagai pusat kegiatan mempunyai daya tarik yang kuat
(Adisasmita : 2011).
Penduduk dalam melakukan aktifitasnya terkait dengan kegiatan mobilitas dari satu tempat ke
tempat yang lainnya, seperti dari pemukiman (perumahan) ke tempat bekerja, sekolah, belanja dan
lain-lain. Mobilitas ini dikatakan sebagai bentuk mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah
suatu bentuk pergerakan dan perpindahan penduduk antar wilayah yang dipengaruhi oleh waktu serta
memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pergerakan dan perpindahan ini menggunakan moda transportasi
yang berfungsi sebagai alat penghubung untuk memberikan kemudahan (aksesibilitas) antar wilayah.
Mobilitas penduduk ada karena kebutuhan hidup manusia tidak selalu dapat terpenuhi oleh
kemampuan wilayah dimana ia bertempat tinggal. Mobilitas penduduk terjadi antara lain karena
adanya perbedaan potensi dan kemampuan wilayah yang satu dengan yang lain didalam memenuhi
kebutuhan hidup penduduknya. Hal ini menunjukkan kenampakan wilayah secara diferensiasi area,
yang secara karakteristik berbeda antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berinteraksi.
Pada dasarnya manusia melakukan mobilitas dengan suatu tujuan yaitu untuk meningkatkan
kualitas hidupnya mulai dengan pemenuhan kebutuhan pangan sekunder lainnya, dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa seseorang akan melakukan mobilitas dengan tujuan untuk memperoleh
pekerjaan akan pendapatan. Dengan demikian daerah tujuan mobilitas penduduk merupakan daerah
dimana terdapat peluang yang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, atau
peningkatan pendapatan.
Secara fisik proses restrukturisasi ditandai dengan perubahan penggunaan lahan baik di pusat kota
ini maupun pinggiran kota. Kawasan pusat kota mengalami perubahan penggunaan tanah yang sangat
intensif dari kawasan tempat tinggal menjadi kawasan bisnis, perkantoran, perhotelan dan sebagainya.
Di lain pihak, di kawasan pinggir kota terjadi alih fungsi (konversi) penggunaan tanah secara besar-
besaran dari tanah pertanian subur ke kawasan industri dan permukiman skala besar (Firman : 1996).
Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM | 308
Wilayah pinggiran kota yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, pada akhirnya
memunculkan bentuk wilayah yang bias. Munculnya bias wilayah ini disebabkan oleh percampuran
dan perubahan struktur wilayah antara kota dan desa. Di satu sisi kota menunjukkan sifat fisik desa
dan desa menunjukkan sifat fisik kota. Dari karakteristik percampuran wilayah kota – desa dan sifat
fisik tersebut maka dikenal dengan istilah wilayah peri urban.
Menurut Yunus (2008), wilayah peri urban adalah wilayah yang terletak di antara dua wilayah
yang sangat berbeda kondisi lingkungannya, yaitu antara antara wilayah yang mempunyai
kenampakan kekotaan di satu sisi dan wilayah yang mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang
lain. Oleh karena wilayah kota dan desa mempunyai dimensi kehidupan yang sedemikian kompleks
yang pada umumnya menunjukkan atribut yang saling berbeda, maka di daerah antara ini kemudian
muncul atribut khusus yang merupakan hibrida dari keduanya.
Kecamatan Mangkubumi – Kota Tasikmalaya dan Kecamatan Singaparna – Kabupaten
Tasikmalaya, secara kesatuan merupakan wilayah peri urban. Kedua kecamatan ini secara
kewilayahan saling berdampingan dan berinteraksi. Hal ini ditandai dengan adanya pertumbuhan
jumlah penduduk, perkembangan permukiman, alih fungsi lahan dari agraris menjadi non agraris,
pertumbuhan kegiatan ekonomi dengan skala mikro dan mobilitas penduduk ulang alik yang sangat
tinggi
Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui faktor pendorong mobilitas penduduk ulang alik di wilayah peri urban
Tasikmalaya ?
b. Untuk mengetahui faktor penarik mobilitas penduduk ulang alik di wilayah peri urban
Tasikmalaya ?
KAJIAN PUSTAKA
Mobilitas penduduk berkaitan erat dengan gerak dan perpindahan penduduk. Dalam hal ini gerak
merupakan proses pindah dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Mobilitas penduduk (population
mobility) secara lebih khusus territorial mobility yang biasanya mengandung makna pergerakan
spasial, fisik, dan geografis yang termasuk ke dalam mobilitas penduduk permanen dan maupun non
permanent (Rusli : 1996).
Menurut Tamin (1997) pola pergerakan di bagi dua yaitu pergerakan tidak spasial dan pergerakan
spasial. Konsep mengenai pergerakan tidak spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya
mengenai mengapa orang melakukan pergerakan, kapan orang melakukan pergerakan, dan jenis
angkutan apa yang digunakan. Sedangkan pergerakan spasial adalah pergerakan yang dipengaruhi tata
guna lahan yang terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa suatu
perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi tersebut
ditentukan oleh tata guna lahan kota tersebut.
Mobilitas penduduk menurut Mantra (1985), dan Sumaatmadja (1981) yaitu semua gerak
penduduk secara spasial dalam waktu tertentu dan batas wilayah administrasi untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial lainnya. Sedangkan menurut Tukiran
(2002) mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain atau dari
suatu tempat ke tempat lain misalnya perpindahan penduduk dari desa ke kota, perpindahan penduduk
dari suatu propinsi ke propinsi lain, dari pulau satu ke pulau lain, dan dari negara satu ke negara lain.
Hal yang melatar belakangi munculnya mobilitas penduduk menurut Mantra dalam Sudibia
(2010) adalah adanya kebutuhan (needs) dan tekanan (stress). Setiap individu mempunyai kebutuhan
yang harus dipenuhi. Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi terjadilah tekanan (stress) dan
tingkatan stress ini berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Kemudian Mantra (1992) juga menjelaskan bahwa motivasi utama orang melakukan perpindahan
dari daerahnya (pedesaan) ke perkotaan adalah motif ekonomi. Kondisi yang paling dirasakan menjadi
pertimbangan rasional, dimana individu melakukan mobilitas ke kota adalah adanya harapan untuk
memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di desa.
Hubungan antara kebutuhan dan pola mobilitas penduduk dapat dilihat pada Gambar 1.
Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM | 309
Gambar 1 Hubungan Antara Kebutuhan dan Pola Mobilitas Penduduk. Sumber : Mantra (1999)
Mobilitas tempat tinggal (residental mobility) menurut Turner dalam Yunus (2004) terdapat 4
(empat) macam dimensi yang perlu diperhatikan yaitu dimensi lokasi berkaitan dengan jarak dan
tempat kerja, dimensi perumahan berkaitan tempat tinggal, dimensi siklus kehidupan berkaitan dengan
tahap siklus kehidupannya, dimensi penghasilan berkaitan dengan nilai pendapatan.
Pada dasarnya ada dua pengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
mobilitas, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Munir
(1981) sebagai berikut:
1. Faktor pendorong, sebagai berikut :
a. Makin berkurangnya sumber-sumber alam.
b. Menyempitnya lapangan kerja di tempat asal.
c. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi.
d. Tidak cocok lagi dengan adat di tempat asal.
e. Alasan pekerjaan dan perkawinan yang menyebabkan tidak bisa mengembangkan karir pribadi
dan bencana alam.
2. Faktor penarik, sebagai berikut :
a. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan
yang cocok.
b. Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kesempatan mendapatkan pendidikan
yang lebih baik
c. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan,
sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya
d. Tarikan dari orang yang diharapkan jadi tempat berlindung
e. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya
tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.
Sedangkan oleh Todaro (2003) dikemukakan bahwa selain faktor non ekonomi, seperti faktor
sosial, faktor demografi dan faktor kultural terdapat kecenderungan bahwa faktor yang paling mampu
untuk menjelaskan fenomena mobilitas dari desa ke kota adalah faktor ekonomi. Kekuatan-kekuatan
ekonomi yang mendorong terjadinya gelombang migrasi tersebut bukan hanya berupa faktor
pendorong (push factor) yang bertolak dari dari sektor pertanian dan dari daerah pedesaan itu sendiri,
melainkan juga faktor-faktor penarik (pull factor) dari sektor industri dan daerah perkotaan, seperti
misalnya upah yang relatif tinggi.
Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM | 310
Komutasi (Commutation) adalah gerak penduduk ulang alik antara tempat tinggal dan tempat
tujuan, baik untuk bekerja maupun untuk lain – lain tujuan seperti bersekolah, gerak ulang alik adalah
gerak keluar dan kembali dari daerah asal ke daerah tujuan secara teratur dalam selang waktu beberapa
jam atau sekitar 6 jam sampai satu hari 24 jam dengan tidak berniat pindah (Idrus:1990). Sedangkan
menurut Mantra (2000) komuter disebut juga sebagai nglaju adalah gerak penduduk dari daerah asal
menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari itu juga.
Menurut Mantra (2000) komuter disebut juga sebagai nglaju adalah gerak penduduk dari daerah
asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari itu juga.
Pada umumnya penduduk yang melakukan mobilitas ingin kembali ke daerah asal secepatnya
sehingga kalau di bandingkan frekuensi penduduk yang melakukan mobilitas ulang alik,
menginap/mondok dan migrasi, frekuensi mobilitas penduduk ulang alik terbesar disusul oleh
menginap/mondok dan migrasi. Orang yang melakukannya disebut komuter (commuter) atau penglaju.
Kelompok komuter atau penglaju, menurut Tamin (2008) biasanya memilih untuk bertempat
tinggal pada daerah belakang (hinterland) yang berada di sekitar kota induknya. Kebanyakan dari
mereka memiliki pekerjaan di kota induk sehingga sehari-hari mereka menjadi penglaju atau komuter
dan melakukan pergerakan ulang – alik tiap harinya. Pergerakan komuter hanya dibatasi pada aktivitas
bekerja yang diklasifikasikan sebagai klasifikasi pergerakan akibat aktivitas ekonomi.
Peri urban menurut Bryant dalam Sari (2007) merupakan zona di area transisi desa kota yang
disebutnya sebagai regional city yaitu suatu wilayah yang di dalamnya tidak hanya meliputi area
dengan fungsi rural, tetapi juga fungsi urban serta percampuran antara keduanya.
Yunus (2008) mengemukanan 4 zona bingkai pada wilayah peri urban yang dapat diterapkan
pada kota yang sedang berkembang di negara yang sedang berkembang, diantaranya adalah :
a. Zona bingkai kota (Zobikot), dengan rentang nilai >75 % sampai dengan <100 % lahan kekotaan,
dan >25% sampai dengan >0% lahan kedesaaan.
b. Zona bingkai kota desa (Zobikodes), dengan rentang nilai 50% sampai dengan <75% lahan
perkotaan dan >25% sampai dengan <75% lahan kedesaan.
c. Zona bingkai desa kota (Zobidekot), dengan rentang nilai >50% sampai dengan <75% lahan
kedesaan dan <50% sampai dengan >25% lahan perkotaan.
d. Zona bingkai desa (Zobides), dengan rentang nilai >75% sampai dengan 100% lahan kedesaan, dan
<25% sampai dengan >0% lahan perkotaan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Mangkubumi (Kota Tasikmalaya) dan Kecamatan
Singaparna (Kabupaten Tasikmalaya).
Metode
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. metode penelitian ini digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 18 orang yang di bagi dalam zona bidang yaitu zona
bidang desa (Zobides) berjumlah 3 orang yang berada di Desa Cikunten, Desa Sukaherang dan desa
Sukaasih; zona bidang desa kota (Zobides) berjumlah 7 orang yang berada di Desa Singaparna, Desa
Singasari, Desa Sukamulya, Desa Cipakat, Desa Cintaraja, Desa Cikunir dan Desa Cikadondong; zona
bidang kota desa (Zobikodes) berjumlah 5 orang yang berada di Kelurahan Cipawitra, Kelurahan
Cipari, Kelurahan karikil, Kelurahan Ciantang dan Kelurahan Mangkubumi; dan zona bidang kota
(Zobikot) berjumlah 3 orang yang berada di Kelurahan Linggajaya, Kelurahan Sambongpari dan
Kelurahan Sambongjaya.
Sumber data penelitian dalam penelitian ini mengggunakan 2 (dua) jenis sumber data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara, dan data sekunder berasal
dari studi literatur yang di dapat dari buku dan jurnal penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini terdiri dari observasi dan wawancara.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini, data lapangan atau data mentah berupa data lisan
dan data tertulis serta foto. Data lisan dan tertulis diperoleh melalui wawancara terhadap responden
atau narasumber. Data yang berupa foto merupakan data yang berfungsi mendeskripsikan suatu hal,
dapat berupa benda, maupun kejadian saat observasi maupun saat pengumpulan data. Sedangkan
teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mereduksi data dan triangulasi.
Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM | 311
Tabel 1. Nara Sumber Per Zona Bidang Wilayah Peri Urban Kota Tasikmalaya dan
Kecamatan Singaparna – Kabupaten Tasikmalaya
Faktor Penarik
Faktor penarik merupakan faktor terluar dari kemampuan manusia itu sendiri. Faktor ini tentunya
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kelayakan
dalam pekerjaan menjadi faktor utama dari faktor penarik mobilitas penduduk ulang alik. Hal ini
disebabkan ketersediaan lapangan kerja antara daerah yang satu dengan yang lainnya tidak sama.
Adapun faktor yang lainnya adalah kemampuan atau kualitas manusia itu untuk bisa bekerja. Semakin
baik kemampuan manusia dalam bekerja maka dia akan mencari jenis pekerjaan yang sesuai, sehingga
kegiatan mobilitas penduduk ulang alik akan terus dilakukan. Begitu juga dengan penghasilan yang
ada di daerah lain sangat berbeda dengan yang ada di daerah asal. Hal ini menyebabkan keinginan
untuk mendapatkan penghasilan dari daerah tujuan lebih besar dari daerah asal. Hal ini di ungkapkan
oleh Meli Meliwati tentang penghasilan dari pekerjaan yang ada dengan wawancara, sebagai berikut :
“ Dengan melakukan mobilitas ulang alik, saya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan dan pendidikan saya. Namun saya juga ingun mendapatkan pengahasilan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya.”
Mobilitas penduduk ulang alik yang dilakukan dalam hal ini dapat membuat perubahan status
sosial. Status sosial dalam hal ini berkaitan erat dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pelaku
mobilitas penduduk ulang alik. Jenis pekerjaan sangat bergantung dari tingkat pendidikan dan bidang
keahlian. Namun dalam hal ini tidak semua tingkat pendidikan berpengaruh pada jenis pekerjaan yang
dilakukan. Pada tingkat yang paling bawah dari tingkat pendidikan masih bisa memiliki pekerjaan
sebagai wirausaha. Perubahan status sosial ini capai dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Jenis
pekerjaan ini terdiri dari karyawan swasta, wirausaha, pegawai negeri sipil (PNS), guru dan dosen.
Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM | 313
Dari tiap pekerjaan yang dilakukan menghasilkan upah yang dimasukkan ke dalam kategori
pendapatan. Hal ini di ungkpakan oleh Eri Firmansyah dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Iya dengan mobilitas penduduk ulang alik dapat meningkatkan status sosial. Yang dulunya
saya sebagai pedagang pasar dan sekarang menjadi distributor para pedagang yang ada di
pasar.”
Status ekonomi pelaku mobilitas penduduk berasal dari pendapatan pekerjaan yang di lakukan.
Semakin tinggi jenis pekerjaan yang dilakukan baik secara bidang pendidikan dan bidang keahlian
maka pendapatannya juga akan semakin tinggi. Status ekonomi ini berubah seiring dengan lamanya
pelaku mobilitas penduduk ulang alik itu bekerja. Dan faktor alokasi waktu kerja yang digunakan pada
bidang pekerjaan mempengaruhi dengan pendapatan yang diterima. Hal ini di ungkapkan oleh Endah
Wati dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Seiiring dengan lamanya saya bekerja, pendapatan ekonomi secara pribadi terus meningkat.
Dulu sebelum saya bekerja sebagai pelayan toko terdekat adri tempat tinggal saya hanya
mendapatkan penghasilan yang kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Atas saran
seorang teman, saya pindah kerja ke pabrik pengolahan makanan ternak. Walau pun jaraknya
agak jauh dari rumah, namun hasil perbulannya sangat cukup utuk memenuhi kebutuhan
keluarga.”
Dengan adanya kelayakan pekerjaan dan penghasilan yang tinggi, maka status ekonomi pelaku
mobilitas penduduk ulang alik juga meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan kemampuan
ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dan untuk status sosial juga mengalami perubahan.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mobilitas penduduk ulang alik untuk mendapatkan sesuatu yang dimiliki terkait dengan proses
pencapaian kebutuhan itu sendiri. Kebutuhan yang diinginkan tentunya memiliki bentuk ragam
berbeda, baik secara fisik (sandang, pangan, papan) dan non fisik (kebutuhan keamanan, kebutuhan
sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri).
2. Kelayakan dalam pekerjaan menjadi faktor utama dari faktor penarik mobilitas penduduk ulang
alik. Hal ini disebabkan ketersediaan lapangan kerja antara daerah yang satu dengan yang lainnya
tidak sama. Adapun faktor yang lainnya adalah kemampuan atau kualitas manusia itu untuk bisa
bekerja. Semakin baik kemampuan manusia dalam bekerja maka dia akan mencari jenis pekerjaan
yang sesuai, sehingga kegiatan mobilitas penduduk ulang alik akan terus dilakukan.
REFERENSI
Adisasmita, Sakti Aji. 2011. Transportasi Dan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Firman, Tommy. 1996. Urbanisasi, Persebaran Penduduk dan Tata Ruang di Indonesia. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. Bandung : ITB.
Tamin, Ofyar Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.
Mantra, Ida Bagus. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur Cahaya
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rusli, Said. 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan: Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES
Sudibia, I Ketut. 2010. Mobilitas Penduduk Non Permanen dan Kontribusi Remitan Terhadap Kehidupan
Ekonomi dan Sosial Rumah Tangga Di Daerah Asal, Orasi Ilmiah Universitas Udayana. Bali: Universitas
Udayana
Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Sari, Maulien Khairina dan Winarso, Hadi. 2007. Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar
Pengembangan Lahan Skala Besar. Kasus Bumi Serpong Damai. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.
Vol.18 No.1, hal 1-30.
Yunus, Hadi Sabari . 2008. Dinamika Area Peri Urban : Faktor Penentu Masa Depan Kota. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Seminar Nasional Geografi 2017 – Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM | 314