PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi, pesawat mengalami beberapa
perubahan baik dari bentuk, kecepatan terbang, maupun fungsi pesawat
tersebut. Ide manusia agar dapat terbang dan melakukan perpindahan
posisi secara cepat pun berkembang menjadi banyak tujuan, baik untuk
sekedar transportasi, pengangkatan barang, sampai pada tujuan
keamanan suatu negara atau perang.
2.1.1Umum
1. Sasaran perancangan utama adalah mendapatkan pesawat tempur
multi-role dengan teknologi generasi 4.5;
2.1.1Susunan Internal
1. Kabin dan Instrumentasi
1. Prestasi
1. Basis Sertifikasi
BAB II
2.1Perbandingan spesifikasi
Spesifikasi dan konfigurasi pesawat multirole fighter yang kini sudah
banyak di produksi oleh Negara-negara di dunia hampir sama dengan
DR&O pesawat Tempur Sari yang akan dibuat. Untuk memperoleh
kecenderungan spesifikasi yang hampir sama, maka di ambil data dari
beberapa pesawat pembanding sebagai berikut :
2.1.1Rafale
Dassault Rafale adalah pesawat 4,5th-generation jet fighter bermesin
ganda Perancis dengan delta wing. Didesain dan dibuat oleh Dassault
Aviation. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2000, Rafale diproduksi
untuk memenuhi kebutuhan Land-base aircraft dari French Air Force dan
Carrier-based dari French Navy. Dari tabel spesifikasi di atas, Rafale
merupakan pesawat pembanding yang memiliki DR&O maximum speed,
service ceiling, dan rate of climb yang hampir sama dengan DR&O yang
dibutuhkan.
F-15 memiliki konfigurasi sayap swept back, twin tail, dan standart
horizontal tail, inlet yang berada di bawah sayap menyebabkan wake dari
nose tidak terlalu mengganggu efektifitas inlet. Swept back memberikan
kerugian bagi pesawat itu sendiri, pesawat dengan sayap swept back
tidak sebagus performanya dengan sayap delta. Perbaikan tersembunyi
yang dilakukan meliputi pelapisan dan pemeliharaan pada pesawat.
Dengan tambahan keunggulan pada tangki bahan bakar konformal /
Conformal Fuel Tank (CFT) yang dirancang ulang untuk bisa mengangkut
senjata internal Silent Eagle menjadi pesawat tempur yang menarik bagi
pelanggan internasional Boeing Company.
Bergantung pada msi tertentu, pelanggan dapat menggunakan CFT yang
dirancang untuk pengangkut internal atau mengubahnya kembali menjadi
CFT tradisional untuk optimalisai kapasitas bahan bakar dan pengangkut
senjata eksternal. Silent Eagle akan mampu membawa secara internal
misil air-to-air seperti AIM-9 dan AIM-120 dan senjata air-to-ground seperti
Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small Diameter Bomb (SDB).
Pemuat senjata standar yang dipakai pada versi F-15 saat ini tersedia
dengan instalasi CFT tradisional.
Pesawat Chengdu J-10 dibuat dari logam paduan dan bahan komposit
untuk kekuatan tinggi dan massa rendah, tata letak aerodinamik dari
badan pesawat yang mengadopsi konfigurasi “tail less-canard delta
wing”. Konfigurasi dengan sayap delta di pertengahan sambungan sampai
arah belakang pesawat, sementara sepasang canards atau foreplanes
dipasang lebih tinggi di bagian depan pesawat. Konfigurasi seperti ini
memberikan kelincahan yang tinggi terutama pada saat kecepatan tinggi.
Sebuah vertical tail pada bagian belakang pesawat untuk memberikan
kestabilan lebih. Konstruksi menggunakan bahan komposit serta logam
yang lebih konvensional. Konfigurasi pada kokpit juga menyediakan
cakupan 360 derajat untuk pilot. Sistem kemudi pada pesawat ini sesuai
dengan DR&O yang diminta untuk pesawat Tempur Sari, dengan control
stick konvensional dan throttle stick yang berada di sebelah kiri pilot.
2.2.4 F/A 18E/F Superhornet
• Sayap juga diberi efek swept agar aliran udara dapat diproyeksikan
tegak lurus terhadap bidang sayapnya sehingga kecepatan aliran
udara berkurang. Dengan demikian, shock wave dapat ditunda
kemunculannya sehingga mengurangi jumlah drag yang mungkin
akan dialami pesawat;
• Tipe ekor yang dipilih adalah twin tail, terdiri dari sepasang vertical
tail dan sepasang horizontal tail. Tujuan adanya dua vertical tail
adalah untuk mengurangi kebutuhan total tinggi vertical tail, tetapi
beratnya akan lebih besar. Masalah berat dapat dioptimasi dengan
menggunakan material komposit. Dengan menggunakan dua buah
vertical tail, maka apabila saat manuver terjadi kegagalan fungsi
oleh salah satu tail, maka masih ada satu tail yang berfungsi. Posisi
rudder tail ini cenderung menjauhi centerline fuselage sehingga
saat kecepatan tinggi pun aliran udara yang mengalir melewati
fuselage tidak memberikan gangguan ke tail. Vertical tail dipasang
dengan sudut tertentu untuk mengurangi cross section radar,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan stealth;
5 6 7
4 8
1
3 9
2
Gambar 7. Profil Misi Pesawat Tempur Sari
Keterangan:
1 = Warm Up
2 = Taxi
3 = Take Off
4 = Climb
8 = Descent
(4.1)
(4.2)
W0 = W crew+W payload1-WfW0-(wewo)
(4.3)
A = 2.34
C = -0.13
9.56 m
3.822 m 1.44 m
4.55 m 2.8 m
2.82 m
2.73 m
2.18 m 3.4 m
1.44 m 2.42 m
Fuel fraction dihitung berdasarkan fase yang dilalui oleh pesawat sesuai
profil misi. Berikut ini adalah perhitungan fuel fraction pesawat Tempur
Sari:
Saat warm up dan taxi dimulai berat pesawat adalah WTO, sedangkan
berat pesawat setelah warm up dan taxi selesai adalah W1. Untuk pesawat
jenis fighter, rasio W1/WTO adalah 0.990.
Fase 2 : Taxi
Pada saat mulai taxi berat pesawat adalah W1, sedangkan berat setelah
taxi dan sebelum take off adalah W2. Rasio berat setelah dan sebelum
taxi adalah W2/W1 = 0.995.
Pada saat mulai take off berat pesawat adalah W2, sedangkan berat
setelah take off adalah W3. Rasio berat setelah dan sebelum take off
adalah W3/W2 = 0.995.
Fase 4 : Climb
Setelah take off, selanjutnya adalah climb dengan berat awal W3 dan
berat akhir W4 dengan rasio bahan bakar W4/W3 untuk pesawat fighter
adalah 0.985.
Fase 5 : Cruise
Perhitungan fuel fraction untuk cruise dilakukan dengan menggunakan
rumus di bawah ini:
W5W4=e(-R.CV.LD)
(4.5)
Fase 6 : Loiter
Pada fase loiter, nilai fuel fraction sebelum dan setelah loiter didapatkan
dengan menggunakan rumus di bawah ini:
W7W6=e(-E.CLD) (4.6)
Fase 7 : Cruise
Nilai fraksi bahan bakar pada cruise yang kedua ini sama dengan nilai
fraksi bahan bakar pada cruise pertama yaitu W8/W7 = 0.936
Fase 8 : Descent
Fase 9 : Landing
Pada fase landing, rasio fraksi bahan bakar adalah W9/W8 = 0.995
Dengan mengetahui rasio fraksi bahan bakar setiap fase, maka fraksi
bahan bakar sebelum take off dan setelah landing dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan dibawah ini:
Mf=W9W8W8W7W7W6W6W5W5W4W4W3W3W2W2W1W1WTO
(4.7)
Mf = W9/WTO = 0.82
1.1.4 Menentukan berat awal, berat bahan bakar, dan berat
kosong pesawat
Dengan asumsi cadangan bahan bakar sebesar 6%, maka besarnya
Wf/W0 adalah:
= 1.06 (1 – 0.82)
= 0.1833
W0 = W crew+W payload1-WfW0-(wewo)
(4.10)
Wo Guess We/Wo Wo
Calculated
Wo guess We/Wo Wo
Calculated
W fuel = 11.088 lb
W crew = 220 lb
W payload = 15.432 lb
W empty = 33.890 lb
W fuel = 9450 lb
W crew = 220 lb
W payload = 15.432 lb
W empty = 26.498 lb
W fuel = 10.269 lb
W crew = 220 lb
W payload = 15.432 lb
W empty = 30.194 lb
1. Take Off
2. Landing
Dengan nilai
STOG = 1500 ft
K1 = 0.0447
= 0.924419
µg = 0.025
CDo = 0.012142
CL max TO = 1.4 – 2 (untuk pesawat fighter)
Tabel 5. Variasi Wing loading dan Power Loading terhadap CL max saat
Take Off
T/W
W/S TO Cl max To
SL = 1.9 x S LG
= 1.9 x 1500 ft
= 2850 ft
S FL = SL / 0.6
= 2850 / 0.6
= 4750 ft
Lalu dengan nilai S FL 4750 didapatkan nilai Va2 = 15000 (Roskam Aircraft
Design halaman 112)
Untuk pesawat fighter Va = 1.2 VSL, sedangkan untuk FAR 25 Va = 1.3 VSL.
Untuk mendapatkan nilai Va yang sebenarnya, maka dilakukan
perhitungan perbandingan sebagai berikut:
Va = (15000 (1.3/1.2)2)1/2
= 132 kts
V SL = Va/1.2
= 132/1.2
Setelah didapatkan VSL, variasi W/S terhadap CL Max L dapat dihitung dengan
persamaan di bawah ini:
V SL = (2 (W/S)L /� CL Max L )
(4.12)
Berikut ini adalah tabel perbandingan (W/S)L dan (W/S)TO dengan CL Max L
Tabel 6. Perbandingan (W/S)L dan (W/S)TO dengan CL Max L saat landing
Nilai (W/S)L = 0.825 (W/S)TO (0.825 adalah perubahan fraksi bahan bakar
saat sebelum take off dibanding dengan setelah landing)
Dengan:
Lalu didapatkan perbandingan nilai T/W dan W/S sebagai berikut ini:
TO
50 0.239 0.368
207 378
60 0.214 0.329
156 8
70 0.198 0.305
571 8
80 0.188 0.290
903 911
90 0.183 0.282
18 097
Weight = 56.095 lb
(T/W)TO = 1,1
Thrust = 61.700 lb
(W/S)TO = 110
AR = 2.35
CL Max TO = 2.4
CL Max L = 1.6
CL Max Cruise = 1.2
Dari grafik ini akan diperoleh design point yang akan menjadi dasar
perhitungan selanjutnya untuk pesawat Tempur Sari. Design point untuk
pesawat Tempur Sari berada pada Thrust per Weight 1,1 dan Weight per
Area 110. Design point ini menunjukkan hal yang hampir sama pada
pesawat pembanding, karena rata-rata thrust per weight untuk pesawat
sejenis berada di angka 1,1 - 1,2. Thrust per weight ini pada akhirnya
akan mempengaruhi pemilihan system propulsi.
5.1 Kesimpulan
Kegiatan membandingkan pesawat – pesawat tempur “multirole” yang
sejak awal dilakukan dengan mengacu kepada DRO yang ada
memberikan hasil yang cukup merepresentasikan pesawat yang hendak
dirancang pada kuliah perancangan ini. Dalam membandingkan berbagai
jenis pesawat – pesawat tersebut, F-16 dan F–22 yang diproduksi oleh
lockheed martin menjadi dua pesawat pembanding yang memiliki
spesifikasi paling sesuai dengan pesawat tempur sari, pesawat yang
direncanakan akan dirancang pada perkuliahan ini.
Dengan beberapa pertimbangan yang ada (tersedia pada bab III), maka
disimpulkan bahwa untuk pemilihan model awal pesawat tempur sari ini,
dapat dihampiri bentuk dari pesawat ini dengan bentuk pesawat F–16
dengan catatan spesifikasi pesawat yang ditingkatkan atau dengan
pesawat F-22 dengan spesifikasi geometri dasar yang disederhanakan.
Hal ini didasari bahwa pesawat rancangan ini dianggap merupakan
gabungan perkembangan teknologi dan kemampuan pemenuhan
penyelesaian misi seperti F-16 dan F-22.
Selain itu dari hasil perhitungan marching chart didapat nilai t/w sebesar
1,1 dan nilai w/s sebesar 110. Dari data tersebut, ditetapkanlah Turbo –
Union RB 199 sebagai sistem propulsi ganda yang digunakan untuk
pesawat ini, yang memiliki bentuk awal sama dengan fighter F – 22 raptor
dengan dibeberapa bagian pentingnya mengalami pengecilan dimensi
sebesar 30%.
5.2 Saran
Jumlah pesawat yang disediakan sebagai objek tudi spesifikasi
sebenarnya sudah cukup untuk memberikan gambaran awal mengenai
bentuk pesawat seperti apa yang akan dirancang pada perkuliahan ini.
Namun, saat ini studi spesifikasi yang ada tidak memiliki detail informasi
yang baik dan terperinci, sehingga data yang diperoleh hanya data-data
umum pesawat saja. Hal ini menyulitkan saat hendak dilakukannya
perhitungan seperti estimasi berat awal dan pemilihan sistem propulsi.
Oleh sebab itu, dibutuhkan informasi terperinci dan juga spesifikasi dan
teknik khusus yang diinformasikan kepada para perancang mengenai
jenis pesawat yang hendak dirancang. Contohnya, apabila ditentukan
bahwa jenis pesawat yang harus dirancang adalah pesawat fighter, maka
seluruh informasi yang diberikan (termasuk materi perkuliahan)
dikhususkan tentang bagaimana cara merancang pesawat tipe ini.
Sumber informasi yang tersedia sudah cukup baik. Secara pustaka tertulis
(buku referensi) sudah tersedia namun seperti Roskam part I tidak
tersedia sehingga sumber informasi menjadi sedikit berkurang. Informasi
via dunia maya juga cukup banyak tersedia, namun karena tidak ada
referensi pasti yang ditentukan diawal kuliah, maka terlalu banyak
informasi yang harus dikelola. Oleh sebab itu diharapkan dapat
disediakannya referensi yang pasti saat awal perancangan pesawat
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
D.P Raymer, “Aircraft Design : A Conceptual Approach”, AIAA Education
Series, 1989