Anda di halaman 1dari 2

Wanita Dalam Pusaran Ekonomi dan Sosial

Oleh: Akrim Lahasbi ( Kader IMM Komisariat ITB Ahmad Dahlan Karawaci )

Beberapa saat lalu saya mengajak teman perempuan untuk berdiskusi seputar peran perempuan dalam
kontestasi dunia global. Bahwa perempuan dalam persoalan ekonomi sosial perlu adanya tingkat
pengetahuan yang memadai agar tidak menjadi tontonan zaman yang terkadang mensektor pada
stigmatisasi kualitas era kini.

Kami berdua sama-sama memberikan pandangan tentang perempuan dalam pusaran ekonomi dan sosial,
bahwa perempuan kini mungkin tidak terlepas dari belenggu ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya, sehingga dalam hal-hal yang urgent perempuan pasti akan menunjukan kualitasnya untuk
mendapatkan objek dalam ekonomi sesuai kebutuhannnya tersebut, sedangkan perempuan dalam
lingkupan sosial pastinya tidak berbeda dengan perempuan ekonomi sendiri, hanya saja tingkat
kebutuhan perempuan tersebut akan terlihat berbeda, ungkap saya dalam diskusi tersebut.

Perempuan-perempuan kini pastinya memiliki tingkat kualitas berbeda. Seperti dalam dunia kerja, ada
yang berkerja sesuai kemampuan, adapula berkerja sesuai keadaan yang ia dapatkan, pun tidak jarang
banyak perempuan kini memilih berkarya, dalam hal lain menciptakan lapangan pekerjaan untuk
perempuan lainnya, demi menyelamatkan perempuan dalam kompetisi persaingan sosial.

Perempuan disisi lain memiliki disiplin ilmu yang kuat, ulet dan tanggung jawab. Ini yang sering kita lihat
pada perempuan yang memulai dunia pendidikan tanpa menyampingkan persoalan keorganisasian yang
bisa membawahi dan menambah kualitas relasi dan pola pikirnya terutama. Alasan seperti ini, sangat
variatif dengan kebutuhan sebagaian perempuan sekarang yang mengutamakan pendidikan untuk bisa
membekali diri dalam kompetisi ekonomi dan sosial yang dimaksud.

Setiap persoalan yang hadir, perempuan memiliki daya pikir yang cukup kuat untuk bisa bertahan dalam
gejolak-gejolak yang akan terjadi di dunia global. Ada tiga kategori yang saya pikirkan tentang perempuan
dalam melakukan pemetaan kemampaun berdasarkan lintasan pendidikan.

Yang pertama, perempuan yang lebih memilih berpendidikan untuk bisa melawan dan memenuhi
kebutuhan ekonomi dan sosialnya dengan pengalaman ilmu pendidikan itu sendiri. Perempuan yng
berada dalam ruang lingkup atau berlatar pendidikan cenderung mampu menangkal pengaruh sosial dan
solusi terhadap ekonomi yang ia hadapi.

Bahwa dalam konteks yang lebih general, perempuan yang berada dalam rana pendidikan dinilai cukup
lebih memiliki mutu kualitas pendidikan untuk menunjang segala aktfivitasnya. Terlepas dari itu semua,
perempuan yang memilih jalan pendidikan ini sudah sangat banyak seperti yang kita lihat sekarang,
mampukah suatu persaingan perempuan di perkembangan era akan berakhir baik atau hanya sampai di
tengah jalan?

Pertanyaan seperti ini menjadi menjadi motivasi bagi perempuan yang harus mandiri dalam dunia
ekonomi bahwa lintasan sosial. Dalam artian bahwa kontepelasi latar pendidikan perlu dimanfaat dan
digunakan dengan baik agar tidak terjadi kesia-siaan ilmu pengetahuan yang di dapatkan dari pendidikan
yang di tempuh sebelumnya.
Kedua, perempuan yang memilih untuk mengesampingkan pendidikan hanya untuk berkerja terlebih
dahulu, yang sering kita lihat perempuan yang baru saja menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun. Bahwa
sangat banyak sekali perempuan yang rela tidak kuliah atau belum melanjutkan ke jenjang lebih tinggi
hanya karena faktor ekonomi dan perspektif sosial yang harus ia hadapi terlebih dahulu.

Perempuan yang lebih memilih bekerja karena ada peluang kala itu, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tidak bisa dipungkiri itu semua tentang loyalitasnya. Bahkan banyak sekali teman-teman saya
pun memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan tinggi

Dan yang ketiga perempuan yang menghabiskan masa

Anda mungkin juga menyukai