Materi 2 Dasar Sistem Proteksi TT
Materi 2 Dasar Sistem Proteksi TT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................... iii
2. DASAR-DASAR SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI ................................... 1
2.1 POLA PROTEKSI GARDU INDUK .................................................................... 1
2.1.1 Proteksi Trafo Tenaga ............................................................................. 1
2.1.2 Proteksi Busbar/Diameter/Kopel ............................................................ 13
2.2 POLA PROTEKSI PENGHANTAR .................................................................. 24
2.2.1 Pola Proteksi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ......................... 24
2.2.2 Pola Proteksi Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) .......................... 30
2.2.3 Pola Proteksi Saluran Campuran........................................................... 32
2.2.4 Prinsip Kerja Relai Proteksi ................................................................... 32
2.3 PERALATAN BANTU PROTEKSI ................................................................... 40
2.3.1 Synchro check ....................................................................................... 40
2.3.2 Penutup Balik Otomatis (Autoreclose) ................................................... 41
2.3.3 AVR Trafo tenaga .................................................................................. 46
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1. Kebutuhan Fungsi Relai Proteksi Terhadap Berbagai Gangguan .............. 3
Tabel 2-2. Kriteria Sistem Proteksi Sesuai SPLN 52-1 ................................................ 4
Tabel 2-3. Pembagian Clearing Time Gangguan ...................................................... 26
Tabel 2-4. Blocking Scheme Pola Pengaman SUTT 150 kV ..................................... 30
Tabel 2-5. Pola Pengaman Transmisi 70 kV Saluran Kabel Tanah ........................... 30
Tabel 2-6. Pola Pengaman Transmisi 150 kV Saluran Kabel Tanah ......................... 31
Tabel 2-7. Pola Pengaman Saluran Campuran dengan Saluran Kabel Dominan ..... 32
Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi
tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan
hubung singkat, sistem proteksi juga harus dapat mengeliminiir daerah yang
terganggu dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu, sehingga
gangguan tidak meluas dan kerugian yang timbul akibat gangguan tersebut
dapat di minimalisasi. Relai proteksi gardu induk seperti yang terlihat pada
Gambar 2-1 terdiri dari:
• Relai proteksi Trafo Tenaga; • Relai proteksi PMT;
• Relai proteksi busbar atau kopel; • Relai proteksi kapasitor dan
reaktor.
OHL OHL
Proteksi BUSBAR
BUS 150KV-4000A
I
II
UNINDO
TD-2 (60 MVA)
NGR: 12 Ω NGR: 12 Ω
1000 A 1000A
Proteksi
Proteksi TRAFO Proteksi TRAFO
PEMBANGKIT
PLTG
Proteksi
FEEDER
Peralatan proteksi trafo tenaga terdiri dari Relai Proteksi, Trafo Arus (CT),
Trafo Tegangan (PT/CVT), PMT, Catu daya AC/DC yang terintegrasi dalam
suatu rangkaian, sehingga satu sama lainnya saling keterkaitan. Fungsi
peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta
sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau
kerugian yang lebih besar.
PMT 150 KV
OCR/GF3
a. Incipient fault:
Gangguan terbentuk lambat, dan akan berkembang menjadi
gangguan besar jika tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Yang
termasuk kedalam gangguan incipient fault, yaitu: Overheating,
overfluxsing, dan over pressure.
Penyebab Overheating
▪ Ketidaksempurnaan sambungan baik elektrik maupun magnetic;
▪ Kebocoran minyak;
▪ Aliran sistem pendingin tersumbat;
▪ Kegagalan kipas atau pompa sistem pendingin.
Penyebab overfluxing
Terjadi saat overvoltage dan under frekuensi, dapat menyebabkan
bertambahnya rugi-rugi besi sehingga terjadi pemanasan yang
dapat menyebabkan kerusakan isolasi lempengani inti dan bahkan
isolasi belitan.
Penyebab Overpressure
▪ Pelepasan gas akibat overheating;
▪ Hubung singkat belitan-belitan sefasa;
▪ Pelepasan gas akibat proses kimia.
b. Active fault:
Disebabkan oleh kegagalan isolasi atau komponen lainnya yang
terjadi secara cepat dan biasanya dapat menyebabkan kerusakan
yang parah.
Penyebab dari gangguan Active fault adalah sebagai berikut:
▪ Hubung singkat fasa-fasa atau fasa dengan ground;
▪ Hubung singkat antar lilitan sefasa (intern turn);
▪ Core faults;
2. Gangguan Eksternal
Gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi trafo. Umumnya
gangguan ini terjadi pada jaringan yang akan dirasakan dan
berdampak terhadap ketahanan kumparan primer maupun
sekunder/tersier Trafo. Fenomena gangguan ekternal seperti:
• Hubung singkat pada jaringan sekunder atau tersier (penyulang)
yang menimbulkan through fault current. Frekuensi dan besaran
arus gangguan diprediksi akan mengurangi umur operasi trafo;
• Pembebanan lebih (Overload );
• Overvoltage akibat surja hubung atau surja petir;
• Under atau over frequency akibat gangguan system;
• External system short circuit.
OCR/GFR
50/51P/51GP
87NP
87T
SBEF
87NS
51NS
OCR/GFR
50/51S/51GS
REL 20 kV
OCR/GFR
50/51/51G
kumparan atau antara kumparan dengan tangki. Relai ini harus bekerja
kalau terjadi gangguan di daerah pengamanan, dan tidak boleh bekerja
dalam keadaan normal atau gangguan di luar daerah pengamanan.
Relai ini merupakan unit pengamanan dan mempunyai selektifitas
mutlak. Karakteristik diffrensial relai.
Id
Slope 2
(I1-I2)
Operate Id
area Slope = 100
Ih
Slope 1 %
block area
Id
m Ih
(I1+I2)/2
Prinsip kerja relai REF sama dengan dengan relai differensial, yaitu
membandingkan besarnya arus sekunder kedua trafo arus yang
digunakan, akan tetapi batasan daerah kerjanya hanya antara CT fasa
dengan CT titik netralnya. REF ditujukan untuk memproteksi gangguan
1-fasa ketanah.
Gambar 2-6. Rangkaian Arus Relai REF Saat terjadi Gangguan Eksternal
Pola Proteksi cadangan pada trafo tenaga umumnya terdiri dari OCR untuk
gangguan fasa-fasa atau 3-fasa dan GFR untuk gangguan 1-fasa ketanah
seperti yang terlihat pada Tabel 2-1 di atas.
tidak dapat menentukan titik gangguan secara tepat, dan juga ditujukan
untuk keamanan peralatan apabila proteksi utama gagal kerja.
Agar dapat dikoordinasikan dengan baik terhadap relai arus lebih disisi
yang lain (bukan relai arus lebih yang terpasang di penghantar), maka
karakteristik untuk proteksi penghantar yang dipilih adalah kurva yang
sama yaitu standard inverse (IEC) / normal inverse (ANSI/IEEE).
- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
- Long time inverse
waktu OCR. Pada GFR setting highset diblok, kecuali untuk tahanan
500 Ω di sisi sekunder trafo.
Prinsip dasar OVR dan UVR adalah bekerja apabila dia mencapai titik
setingannya. OVR akan bekerja jika tegangan naik, melebihi dari
Keterangan:
t : waktu
K : Kosntanta (5 atau 40)
V : tegangan input
Vs : tegangan seting
Tms : Time Multiple Setting
Oleh karena itu, fungsi proteksi busbar atau diameter, selain untuk
menghindari kerusakan peralatan instalasi, juga sangat diharapkan dapat
A
150KV
B
2
OHL-1 OHL-2
TD-1 TD-2 TD-3
Gambar 2-11. Pola Proteksi Differensial Busbar pada Gardu Induk 150 kV
F2
End A Protected End B
IA Zones
IB
F1
IR1 = 0
Karakteristik kerja dari relai jenis low impedance ini adalah sebagai
berikut:
I diff I diff
Operate
Operate
Restrain
Restrain
Trough current Trough current
a) b)
Gambar 2-13. a) Jenis Non Bias relai dan b) Jenis Bias Relai
Relai differensial jenis non bias menggunakan relai arus lebih sebagai
operating coil dan pada kondisi arus gangguan eksternal yang besar
sekali relai ini tidak stabil.
IA Zones IB
B = bias/restrain coil
2.1.1.2 B 2.1.1.1 B
2.1.1.3 R
Cek Zone:
Jika terjadi gangguan pada zone 1, maka jumlah arus dari masing-
masing CT a, b dan c tidak sama dengan nol, akibatnya ada arus yang
melalui relai R1. Hal ini juga dirasakan oleh relai R3 yang akan
menutup kontaknya untuk memberi tegangan positip, dan dengan
menutupnya kontak dari relai R1 maka sinyal trip akan dikirim ke pmt
yang dilingkupi CT a,b dan c. Dengan demikian zone 1 dapat diisolir
dari sistem. Jika ada rangkaian arus yang terbuka pada zone proteksi,
maka pada saat beban yang cukup besar atau pada saat ada
If
Rct1 RL1 RL2 Rct2
Rstab
CT CT
If
R V
1 2
IF Ekivalensi CT
jenuh
Gambar 2-15. Relai Differensial Jenis High Impedance
Karena relai diset pada arus hubung singkat tertentu, jika suatu saat
arus hubung singkat tersebut bertambah besar dan salah satu relai
jenuh maka relai tersebut menjadi tidak stabil untuk gangguan
eksternal, tetapi akan tetap stabil jika tidak ada CT yang jenuh.
Pada gardu induk dengan konfigurasi diameter, filosofi zone proteksi harus
tercover oleh relai proteksi utama, seperti yang ditunjukan Gambar 2-16,
dimana konfigurasi diameter A yang digunakan saluran penghantar dan
rangkaian diameter-B digunakan bay trafo interbus.
zona proteksi penghantar diproteksi oleh Distance relai (LP), dan zona
proteksi Trafo interbus diproteksi oleh Differential Trafo Interbus (87T).
CCPb
LP
87T
Sistem proteksi kegagalan pemutus (CBF) bekerja pada saat relai lokal
memberikan perintah pemutusan (trip), tetapi pemutus (PMT) gagal
membuka untuk memutuskan arus gangguan. Pola proteksi kegagalan
pemutus (CBF) dirancang sederhana terdiri dari detektor gangguan, indikasi
status pemutus, dan relai waktu yang akan bekerja ketika relai proteksi
saluran memberikan perintah pemutusan. Setelah waktu tunda tertentu
(umumnya 10 s.d. 20 siklus), proteksi CBF akan memberikan perintah trip
kepada semua pemutus terkait .
Jika sistem CBF ini sering bekerja, detektor gangguan lebih baik disetel
diatas arus pembebanan maksimum dan dibawah arus gangguan minimum
di saluran transmisi tersebut. Jika detektor gangguan diaktifkan hanya pada
saat skema kegagalan pemutus aktif, setelan nilai kerja bisa disetel dibawah
arus pembebanan maksimum.
Proteksi kegagalan pemutus (CBF) mulai bekerja apabila ada signal trip
internal proteksi ”TRIP” (buspro) atau dari signal trip ekternal ”BF-EXT”
(proteksi penghantar) melalui switch ’ON” dan dikontrol oleh elemen arus
lebih (OCBF).
Jika elemen arus lebih bekerja terus menerus sampai batas setting waktu
TBF-2, maka keluaran trip dari relai akan memerintah PMT-PMT
pengapitnya (BF-TRIP). Juga elemen arus yang terus menerus dapat
mengerjakan TBF1 dan mengirim signal RE-TRIP ke PMT yang
bersangkutan. Pengiriman signal RE-TRIP ada 2 (dua) jalur melalui kontrol
waktu kerja OCR ”TOC” atau melalui switch ”T”, kedua-duanya dapat dipilih
melalui switch ”BF1”.
Jika pembukaan PMT yang bersangkutan normal, maka elemen arus akan
menganulir perintah CBF, sehingga CBF akan segera reset. Dan apabila
signal Re-trip dari TBF1 berhasil mentrip PMT yang bersangkutan, maka
elemen arus OCBF akan segera reset, dan CBF akan reset sehingga
perintah trip ke PMT-PMT pengapit juga akan dianulir. Untuk memdapatkan
urutan kerja yang sesuai, perlu diperhatikan penyetelan TBF1 dan TBF2.
Untuk peralatan membuka terminal, CT akan diletakkan pada salah satu sisi
pemutus. Dalam hal ini, skema CBF harus memasukkan proteksi zona
pendek (short-zone protection). Penggunaan skema ini mirip dengan
proteksi kegagalan pemutus konvensional namun sinyal inisiasi (initiating
signal) berasal dari pembukaan pemutus yang terkait dan kelanjutan aliran
arus gangguan (continuation of fault current flow).
CCPa SZP
BBP
CCPb
LP
87T
Untuk memperoleh waktu clearing time yang cepat maka pemakaian relai
jarak sebagai pengaman utama SUTT pada sistem 70 dan 150 kV harus
dilengkapi dengan teleproteksi. Pada dasarnya pemilihan pola pengaman
dengan pilot dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan sistem yaitu jika
terjadi gangguan diluar zone-1nya tetapi berada pada saluran yang
diamankan maka relai jarak yang menggunakan teleproteksi akan bekerja
lebih cepat dibandingkan relai jarak tanpa teleproteksi.
Sistem proteksi SUTT yang akan dibahas disini adalah SUTT 150 kV dan 70
kV, dimana waktu pembebasan gangguan pada sistem 150 kV harus lebih
singkat daripada sistem 70 kV akibat dari arus gangguan yang lebih besar
pada sistem 150 kV tersebut. Bilamana pada sistem 70 kV waktu dasarnya
150 ms, maka pada sistem 150 kV direkomendasikan 120 ms untuk gangguan
yang terjadi pada zone yang diamankannya. Rekomendasi ini hanya berlaku
pada SUTT yang menggunakan relai jarak yang dilengkapi teleproteksi.
Adapun pembagian clearing time gangguan tersebut dapat dilihat pada Tabel
2-3, dibawah ini:
2.2.1.1 SUTT 70 kV
Pada sistem 70 kV terdapat 2 (dua) macam pentanahan netral sistem, yaitu:
a. Pentanahan netral dengan tahanan rendah atau solid grounded,
misalnya terdapat di wilayah Jawa Barat, Jakarta Raya, Bengkulu, dan
Sulawesi utara.
b. Pentanahan netral dengan tahanan tinggi, misalnya terdapat di wilayah
Jawa Timur dan Palembang.
Pada sistem dengan tahanan rendah, relai jarak dapat dipakai sekaligus
untuk gangguan fasa maupun gangguan tanah, tetapi pada sistem dengan
tahanan tinggi dimana arus gangguannya kecil yang menyebabkan relai
jarak tidak bekerja, sehingga harus dipasang relai gangguan tanah
tersendiri. Untuk gangguan tanah pada sistem dengan tahanan tinggi
dipakai dua jenis pengaman, yaitu:
a. Relai tanah selektif (selection ground relay)
b. Relai tanah terarah (directional ground relay)
Untuk pengaman gangguan fasa sebaiknya dipilih relai arus lebih waktu
terbalik (invers time overcurrent), tak terarah (non-directional) karena relai
ini sederhana dan murah tetapi dianggap cukup mampu bekerja sesuai
dengan fungsinya. Sebaliknya, untuk pengaman gangguan tanah diperlukan
relai arus lebih terarah, waktu-terbalik atau waktu tertentu (definite time)
tergantung pentanahan netralnya.
Pada sistem dengan tahanan rendah dipilih relai waktu terbalik bilamana
arus gangguan akan sangat berbeda pada pelbagai tempat atau relai waktu
tertentu,bilamana arus gangguan dimana-mana hampir sama. Sedang pada
sistem dengan tahanan tinggi dipilih relai waktu tertentu karena arus
gangguan yang kecil dimana-mana.
1. Pengaman Utama
a) Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak
b) Gangguan fasa-netral : Relai Jarak
2. Pengaman Cadangan
a) Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik (tak
terarah)
b) Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terarah, waktu
tertentu atau waktu terbalik
Untuk saluran yang pendek (misalnya kira-kira 20 km) dimana relai tidak
dapat lagi melihat gangguan, terutama karena adanya.
1. Pengaman Utama
a) Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak
b) Gangguan fasa-netral : 1. Relai tanah selektif
2. Relai tanah terarah
2. Pengaman Cadangan
a) Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik (tak
terarah)
b) Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terarah, waktu
tertentu atau waktu terbalik.
2) Blocking Scheme
Tabel 2-4. Blocking Scheme Pola Pengaman SUTT 150 kV
❑ Pengaman Utama
a) Gangguan fasa-fasa : Relai Jarak yang dilengkapi sistem
teleproteksi
b) Gangguan fasa-netral : Relai Jarak yang dilengkapi sistem
teleproteksi
❑ Pengaman Cadangan
a) Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik (tak
terarah)
b) Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terbalik (tak
terarah)
Relai differensial pilot saat ini paling banyak dipakai dan dianggap tepat
sebagai pengaman utama, baik bagi sistem dengan tahanan rendah maupun
bagi sistem dengan tahanan pentanahan tinggi.
(2) Saluran yang sama (1) dengan beberapa sumber, merupakan jaringan, terbuka atau tertutup
Tahanan B. Tinggi Relai Relai Relai arus lebih Relai daya
Differential Differential waktu terbalik urutan nol
Untuk gangguan antar dan tiga fasa, yang arus gangguannya besar sebaiknya
dipakai relai arus lebih waktu terbalik, sedang untuk gangguan satu-fasa ke
tanah, yang arus gangguannya kecil, sebaliknya dipakai relai arus lebih waktu
terbalik, atau relai daya urutan nol, yang lebih peka dari relai arus lebih waktu
terbalik. Dengan demikian untuk gangguan satu fasa ke tanah, relai arus lebih
waktu terbalik dipakai pada sistem dengan tahanan rendah, sedang relai daya
nol dipakai pada sistem dengan tahanan tinggi.
2) Saluran yg sama 1) dgn beberapa sumber, merupa kan jaringan, terbuka atau tertutup
Effektif Relai Relai Relai arus lebih Relai arus lebih
Differential Differential waktu terbalik waktu terbalik
Tabel 2-7. Pola Pengaman Saluran Campuran dengan Saluran Kabel Dominan
1. Pengaman Utama
a) Gangguan fasa-fasa : Relai diferential
b) Gangguan fasa-netral : Relai diferential
2. Pengaman Cadangan
a) Gangguan fasa-fasa : Relai arus lebih waktu terbalik
b) Gangguan fasa-netral : Relai arus lebih waktu terbalik
dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti PUTT, POTT dan Blocking. Jika
tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance saja (basic).
2 2.0
2.0
TA
x
TB
x 1
TC
x
0
0 0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
0 x Zmax
PIP PLIMO
ZL1 = 14.8
ZL6= 28.7 Ω
Ω ZL5=2.99
Ω OMBILIN
PLTA
ZL4=10.04 Ω
SKRAK
LBALG
Z1 Z2 R
Z3
Directional
2. Karakteristik Mho
Ciri-ciri:
▪ Titik pusatnya bergeser sehingga mempunyai sifat directional;
▪ Mempunyai keterbatasan untuk mengantisipasi gangguan tanah
high resistance;
▪ Untuk SUTT yang panjang dipilih Zone-3 dengan karakteristik Mho
lensa geser. X
Z
L
Z1 Z2
Z3 R
3. Karakteristik Reaktance
Ciri-ciri:
▪ Karateristik reaktance mempunyai sifat non directional. Untuk
aplikasi di SUTT perlu ditambah relai directional;
▪ Dengan seting jangkauan resistif cukup besar maka relai reactance
dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi.
X Z
L
Z3
Z2
Z1
R
4. Karakteristik Quadrilateral
Ciri-ciri:
▪ Karateristik quadrilateral merupakan kombinasi dari 3 (tiga) macam
komponen yaitu: reactance, berarah dan resistif;
▪ Dengan seting jangkauan resistif cukup besar, maka karakteristik
relai quadrilateral dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan
tahanan tinggi;
▪ Umumnya kecepatan relai lebih lambat dari jenis mho.
X Z
L
Z3
Z2
Z1
GI- A GI-B
IF
IA IB
Relay A Relay B
• Pada kondisi normal (tidak ada gangguan) atau ada gangguan diluar
daerah proteksinya (eksternal ), maka IA +IB = 0 sehingga relai tidak
bekerja;
• Sebaliknya, pada kondisi gangguan internal, IA +IB 0 (= IF),
sehingga relay akan bekerja dikedua sisi GI. A & GI.B.
B B
I
OP OP
V V
Circulating Current
OP OP
B B
v v
Balanced Voltage
Prinsip kerja relai ini adalah membandingkan sudut fasa antara arus
yang masuk dengan arus yang keluar daerah yang diproteksi, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 2-28.
Pada kondisi tidak ada gangguan atau ada gangguan diluar daerah
pengamanannya (eksternal), output dari comparator memberikan nilai 0,
sehingga relay tidak bekerja. Sebaliknya pada kondisi gangguan
internal, output dari comparator memberikan nilai 1, sehingga relay
bekerja.
A B A B
a. Fasa arus di A
c. Fasa arus di B
Output discriminator
Stability setting
a) Gangguan eksternal b) Gangguan internal
BUS 70 KV
4
2
INPUT VOLTAGE
50S1
Phase to phase
3 1
INPUT VOLTAGE 1 3
f
Open delta a 50SG1
2 3
4
50SA
4
INPUT VOLTAGE 2 4
a
Open delta
50SG2
f
1 3
3 1 INPUT VOLTAGE
50S2 Phase to phase
2
4
LINE 1 LINE 1
• Waktu tunda
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) merupakan salah satu bagian sistem
yang paling sering mengalami gangguan, sebagian besar dari penyebab
gangguan tersebut bersifat temporer yang akan segera hilang setelah
Pemutus Tenaga (PMT) trip. Agar kesinambungan pasokan tenaga listrik tetap
terjaga serta batas stabilitas tetap terpelihara maka PMT dicoba masuk
kembali sesaat setelah kejadian trip diatas (reclose).
Pemilihan pola single phase auto reclosing (SPAR) atau three phase auto
reclosing (TPAR) dengan waktu reclose cepat atau lambat harus
mempertimbangkan konfigurasi jaringan seperti Gambar 2-30 sebagai
berikut:
a. Jaringan Radial Sirkit Tunggal
b. Jaringan Radial sirkit Ganda
SUTT
SISTEM A SISTEM B
LOOPING
SUTT
SISTEM A SISTEM B
LOOPING
d. Jaringan Looping Sirkit Ganda
Gambar 2-30. Konfigurasi Jaringan
Pemilihan pola single phase auto reclosing (SPAR) atau three phase auto
reclosing (TPAR) dengan waktu reclose cepat atau lambat harus
mempertimbangkan batas stabilitas sistem, karaktesitik PMT dan peralatan
proteksi yang digunakan. Pertimbangan ini menyangkut besarnya nilai
setelan/setting untuk dead time dan reclaim time.
Pemilihan pola A/R dengan waktu reclose cepat atau lambat harus
mempertimbangkan persyaratan pada kedua ujung saluran antara lain:
a. Kemungkinan reclose pada gangguan permanen;
b. Kemungkinan gagal sinkron pada saat reclose;
c. Salah satu sisi tersambung ke unit pembangkit;
d. Penutupan PMT pada kedua ujung saluran yang tidak bersamaan.
a. Siklus kerja (duty cycle) dari PMT sesuai untuk operasi dengan A/R
cepat.
b. Kemampuan poros mesin (terutama yang berporos panjang) dan belitan
stator generator perlu diperhatikan, sehingga pengoperasian high speed
A/R 3 fasa pada SUTT di GI pembangkit atau yang dekat pembangkit
dilakukan setelah ada kepastian bahwa operasi high speed A/R 3 fasa
tidak membahayakan mesin pembangkit.
Penerapan A/R cepat 3 (tiga) fasa untuk jaringan looping harus dilengkapi
dengan relai synchrocheck atau relai lain (rele daya) yang dapat berfungsi
untuk memastikan bahwa kondisi sinkron pada PMT yang akan reclose
masih dipenuhi .
Operasi high speed A/R 3 (tiga) fasa tidak boleh diterapkan bila hasil studi
menunjukan bahwa high speed reclosing akan dapat menimbulkan
tegangan lebih transien yang melebihi nilai desain yang diijinkan.
Penerapan A/R lambat 3 (tiga) fasa dapat diterapkan pada konfigurasi atau
sistem:
a. SUTT jaringan radial sirkit tunggal atau ganda.
b. SUTT jaringan looping sirkit tunggal atau ganda.
Operasi reclose dua PMT dengan serentak sulit dicapai sehingga pada
ujung SUTT yang tersambung ke GI dengan pola satu setengah PMT perlu
diperhatikan kemungkinan terjadinya penutupan dua PMT yang tidak
serentak. Khusus pada gangguan permanen, penutupan dua PMT yang
tidak serentak akan menyebabkan gangguan berlangsung lebih lama dan
menimbulkan gangguan baru yang lebih parah. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya hal tersebut, disarankan pertama reclose untuk
PMT line (B1) yang terhubung langsung ke busbar baru kemudian PMT
tengah (AB) setelah PMT pertama berhasil masuk seperti terlihat pada
Gambar 2-31 dibawah ini.
A AB B1
SUTT
1 1
Pengoperasian A/R lambat 3 fasa harus dikontrol oleh relai synchro check
atau relai lain (seperti rele daya) yang dapat berfungsi untuk memastikan
bahwa kondisi sinkron pada PMT yang akan reclose masih dipenuhi.
PMT dimasukan secara manual. Lama waktu tunda sirkit A/R blok akan
ditentukan kemudian.
e. PMT trip oleh out of step protection (bila ada pola out of step trip).
Pola autoreclose tiga fasa tidak boleh diterapkan kecuali jika beban trafo
dilepas terlebih dahulu untuk menghindari energize trafo pada saat
berbeban.
Penampilan dari sistem distribusi tenaga listrik dan kualitas dari pada
pelayanan diantaranya terukur dari level tegangan yang dapat memuaskan
pelangganan, dalam kaitan pertimbangan ekonomi Perusahaan Listrik
tidak dapat memenuhi masing-masing pelanggan dengan suatu tegangan
yang konstant sesuai name plate tegangan pada peralatan yang dipunyai
pelanggan.
Terlihat pada Gambar 2-33, Nilai tegangan yang diterima oleh pelanggan
pada sirkuit distribusi akan bervariasi, pelanggan yang dekat dengan
sumber (First customers) akan merasakan tegangan dengan nilai
maksimum, sedangkan nilai tegangan minimum akan dirasakan oleh
pelanggan yang berada pada ujung sirkuit (Last rural customers).
Primary Rural
feeder Primary
Terdapat dua tipe Voltage Regulator yaitu tipe induksi dan tipe step
regulators. Pada era sekarang ini tipe step regulator telah menggantikan
tipe induksi.