Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PASIEN KALAZION

Disusun oleh :

Arianto Rizki Ramadani

P1337420217011

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2019
KONSEP TEORI

1. Definisi Kalazion
Kalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik
pada kelenjar meibom, umumnya ditandai pembengkakan terbatas yang
tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu (Oftalmologi
Umum, 2000).
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik kelenjar
meibom yang terjadi setelah timbulnya hordeulum internal. Kalazion akan
terus tumbuh dan diperlukan eksisi atau suntikan steroid untuk alasan
kosmetik atau jika penglihatan terganggu (Mark A. Graber, 2006).
Kalazion merupakan gangguan kelopak mata tanpa nyeri yang sering
terjadi dimana penyumbatan dikelenjar Meibom menyebabkan glanduloma
pada lempeng tarsal. (Oftamologi,2006).
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-
dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut (Cientha,
2007).
Jadi, Kalazion merupakan suatu gangguan peradangan
granulomatosa tanpa nyeri yang sering terjadi karena penyumbatan kelenjar
Meibom.

2. Etiologi Kalazion
a. Sumbatan pada kelenjar Meibom. Kelenjar Meibom adalah kelenjar
sebasea, yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput
air mata.
b. Dapat disebabkan oleh bakteri sthapylococus.
c. Penyakit mata lainnya: blefaritis ulseratif, dan hordeolum.
d. Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada
orifisium kelenjar atau karena adanya hordeolum
e. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di
kulit (seperti komedo, wajah berminyak)
f. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan
dengan terjadinya kalazion.

3. Patofisiologi
Riwayat blefaritits, hordeolum dan penyumbatan spontan yang terjadi pada
saluran kelenjar Meibom menyebabkan terjadinya sumbatan pada drainase
normal kelenjar Meibom. Sumbatan pada drainase normal kelenjar Meibom
menyebabkan terjadinya penumpukkan sekresi kelenjar Meibom.
Penumpukkan sekresi tersebut akan menimbulkan terjadinya reaksi
inflamasi/peradangan pada kelenjar Meibom sehingga timbul jaringan
granulasi/ jaringan ikat dan hialin dan peradangan kronis pada kelenjar
Meibom yang disebut dengan kalazion. Masa yang terbentuk dari jaringan
granulasi tersebut tampak sebagai nodul pada kelopak mata yang tidak nyeri,
teraba keras dan terfiksir pada tarus.
PATHWAY

Riwayat blefaritits, hordeolum Higiene buruk Sumbatan meibom

Drainase kelenjar meibom terganggu

terjadinya penumpukkan
sekresi kelenjar Meiboma

Terjadi reaksi inflamasi pada


kelenjar Meibom

Muncul jaringan granulasi


pada kelenjar meibom

Peradangan kronik pada kelenjar Risiko Infeksi


meibom (benjolan pada kelopak mata )

Lapang pandang
terganggu Penglihatan terbatas

Gangguan persepsi Resiko Jatuh Rencana


sensori pembedahan

Ansietas
Gangguan Citra
tubuh
4. Manifestasi klinis
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama
pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh
pada individu-individu tertentu.(manners, 1997).
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan
dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar
Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang
akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya
hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala lain ynag menyertai
adalah sebagai berikut:
a. Kelopak mata membengkak
b. Nyeri dan mengalami iritasi, kalau menunduk rasa sakit bertambah
c. Pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh
secara perlahan, keras, tidak hiperemis, tidak nyeri tekan, pseudoptosis,
kadang- kadang terjadi perubahan bentuk bola mata akibat tekanan
sehingga terjadi kelainan refraksi
d. Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan mengkilat atau abu-
abu
e. Konjungtiva pada daerah tersebut merah dan meninggi(kapita)

5. Komplikasi
a. Trikiasis
Adalah suatu keadaan dimana bulu mata mengarah kebola mata sehingga
kornea tergores, hal ini terjadi jika kalazion tidak ditangani dengan benar
sehingga menyebabkan blefaritis. Peradangan pada kelopak mata dapat
menyebabkan pembentukan parut, pembentukan parut yang sempurna
pada konjungtiva tarsus superior menyebabkan perubahan bentuk pada
tarsus. Sehingga mengakibatkan pertumbuhan bulu mata abnormal.
b. Astigmatisma
Kelainan refraksi sehingga sinar tidak bisa difokuskan pada satu titik. Hal
ini bisa disebabkan oleh kalazion yang massa nya besar, sehingga massa
tersebut menekan permukaan kornea yang mengakibatkan terjadinya
perubahan kelengkungan kornea. Kelengkungan kornea yang bertambah
mengakibatkan berkas cahaya yang masuk ke retina tidak difokuskan
pada satu titik dengan tajam tetapi pada 2 titik , sehingga bayangan yang
dihasilkan tampak silendris.
c. Meibomianitis
Infeksi pada kelenjar meibom dapat terjadi jika kalazion terkontaminasi
oleh debu atau pun bakteri dan virus yang di akibatkan oleh kurangnya
personal higiene seseorang terutama pada daerah kelopak mata, Sehingga
terjadi peradangan pada kelenjar meibom.
d. Blefaritistarsus superior
Peradangan pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi
dan alergi. Blefaritis dapat terjadi jika kebersihan kelopak mata tidak
diperhatikan, selain itu insisi pada kalazion yang tidak steril juga dapat
menyebabkan peradangan pada kelopak mata.
e. Obstruksi duktus lakrimalis
Penyumbatan kelenjar air mata, hal ini terjadi jika massa kalazion besar.
Sehingga akan menekan kelenjar lakrimalis, hal ini mengakibatkan
saluran kelenjar air mata menjadi tersumbat dan kehilangan fungsinya
( tamsuri anas, 2011).

6. Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang
sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh
perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut intermiten. ( James, bruce,2005)
Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang
sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus
dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea.
Biopsi langsung dengan potongan beku perlu dilakukan. ( James, bruce,2005)
Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.
Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan
jarinagn parut.
Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya
pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intra okular.
Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan
berulangnya atau berkembangnya suatu granulomata. ( James, bruce,2005)

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah
pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien.
Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya
nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul
menonjol ke arah konjungtiva dan tampak adanya daerah
berwarna kemerahan pada palpebra bagian dalam.
Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan
adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus.
b. Pemeriksaan Histopatologi.
Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang
kalisehingga dicurigai keganasan
c. Pemeriksaan Lipid Serum
Digunakan untuk memperkuat diagnosis.
d. Pemeriksaan Tonografi
Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler
(TIO) pada mata. Biasanya tidak terjadi peningkatan, namun
pemeriksaan tetap dilakukan untuk memperkuat diagnosis
e. Pemeriksaan Darah Lengkap
Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk
membedakan antara kalazion dan herdeolum.
(Miller, K.V., 2007)

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1. Eksisi bedah dilakukan melalui sayatan vertical ke dalam kelenjar
tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa
dan epitel kelenjarnya dengan hati-hati.
2. Penyuntikan steroid ke dalam lesi juga da manfaatnya untuk lesi kecil,
dan dikombinasikan dengan tindakan bedah untuk kasus sulit.
3. Biopsy diindikasikan untuk kalasion yang kambuhan, karena tampilan
karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalasion.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Diberikan kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari,
kadang dapat sembuh atau hilang sendiri karena di absorbsi, atau dapat
dilakukan ekskokleasi isi abses di dalamnya atau ekstirpasi. Pengompresan
akan melunakkan minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan
mempermudah pengaliran serta penyembuhan.

8. Pencegahan
a. Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar
mata dan Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara
perlahan.
b. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah
c. Jaga kebersihan peralatan make-up mata
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperwawatan
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan
serangkaian pertanyaan tentang apa yang diderita oleh pasien dan terapi
yang diberikan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit terdahulu yang mendukung dengan mengkaji apakah
klien sebelumnya klien pernah menderita penyakit seperti sekarang atau
yang berhubungan dengan penyakit pasien. Tanyakan mengenai obat-
obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan juga
mengenai alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien
tidak bisa membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping obat.
4) Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab
kematian juga ditanyakan. Bisa dibuat genogram dengan disertai
keterangannya.
5) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasaan
social ditanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup. Di
samping pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui, yaitu: nama, umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, suku, dan agama yang di anut oleh klien.
b. Pemeriksaan fisik
1) Hilang penglihatan sementara : Gangguan peredaran darah otak.
2) Mata berair, mengantuk, silau dan sukar dibuka : Astenopia (mata
lelah), mata lelah : letih, kaca mata tidak dipakai. Kaku akomodasi.
3) Bentuk benda dilihat berubah (perubahan warna, bengkak,
membesar, mengecil): Astigmatisme, ablatio retina, epilepsi,
intoksikasi obat, migren, histeria.
4) Penglihatan gelap total: Gangguan sirkulasi retina, hipotensi,
spasme pembuluh darah, aritmia, anemia, koagulanopathi.
5) Sakit pada mata: Hipermetropi, iritis, astigmatisme, iridoskilitis,
glaukoma, kelainan sinus hidung.
6) Sakit sekitar mata dengan mata tenang: Stres, bekerja dengan mata
terlalu lama, kelainan refraksi, kelainan sinus, glaukoma.
7) Mata kering dan panas: Usila, alergi, keracunan obat,
conjungtivitis.
8) Sakit sekitar dan dalam mata merah: Benda asing di kornea, alergi,
glaukoma akut, skleritis, infeksi sinus paranasalis, iridosiklitis.
9) Mata berair: Usila, benda sing di kornea, emosi, glaukoma,
conjungtivitis, gangguan lakrimal.

2. Diagnosa Keperawatan Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan
lapang pandang.
b. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan akibat
nodul.
c. Gangguan konsep diri (Citra tubuh) yang berhubungan dengan
perubahan bentuk organ penglihatan yang mengganggu penampilan.
d. Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kurang pengetahuan,
kerusakan sensori, prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang
pandangan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan riwayat infeksi dan hygiene yang
buruk.
3.Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No
keperawatan Tujuan \ KH Intervensi Rasional
1 Gangguan Setelah dilakukan a. Tentukan a. Mengetahui proses
persepsi tindakan ketajaman penyemuhan
sensori: keperawatan selama penglihatan operasi
penglihatan 1x24 jam, b. Perhatikan b. Mengetahui
berhubungan diharapkan tentang keberhasilan
dengan penglihatan normal. penglihatan kabur operasi
penurunan Kriteria hasil: c. Letakkan barang c. Memudahkan
lapang a. Berpartisipasi yang dibutuhkan pasien mengambil
pandang. dalam program barang yang
pengobatan diperlukan
b. Mempertahankan
ketajaman
penglihatan
2 Resiko cidera Setelah dilakukan NIC: Environment
berhubungan tindakan Management
dengan keperawatan selama a. Sediakan a. Mengurangi risiko
keterbatasan 1 x24jam, lingkungan yang cedera pasien
pengelihatan diharapkan terbebas aman untuk
akibat nodul. dari risiko terhadap pasien
cedera. Kriteria b. Membatasi b. Mengurangi
Hasil: pengunjung adanya infeksi dari
1. pengetahuan luar
tentang risiko c. Menyediakan c. Mengurangi resiko
2. menghindari tempat tidur infeksi
paparan yang yang yang nyaman
bisa mengancam dan bersih
kesehatan d. Menganjurkan d. Agar pasien
keluarga untuk terkontrol
menemani kebersihannya
pasien
e. Memberikan e. Memberikan
penerangan yang kenyamanan
cukup pasien
f. Menghindari f. Mengurangi risiko
lingkungan yang cedera pasien
berbahaya
3 Gangguan Setelah diberikan 1. Observasi adanya 1. Gangguan citra
konsep diri asuhan keperawatan gangguan citra diri akan
(Citra tubuh) 1x24 jam diharapkan diri pasien menyertai setiap
yang pasien dapat (ucapan yang penyakit atau
berhubungan beradaptasi dengan merendahkan diri keadaan yang
dengan citra tubuhnya sendiri, ekspresi tampak nyata bagi
perubahan dengan kriteria hasil: keadaan malu pasien. Kesan
terhadap seseorang terhadap
bentuk organ 1. Pasien
kondisinya) dirinya sendiri
penglihatan mengatakan tidak
akan berpengaruh
yang malu lagi dengan
pada konsep diri.
mengganggu keadaannya.
penampilan. 2. Pasien mau 2. Identifikasi 2. Mengetahui
melihat kelopak stadium hubungan antara
matanya lagi. psikososial tahap stadium
3. Benjolan pada perkembangan perkembangan,
kelopak mata pasien citra diri dan reaksi
berkurang atau serta pemahaman
hilang. pasien terhadap
kondisi matanya.
3. Berikan 3. Pasien
kesempatan membutuhkan
untuk pengalaman yang
pengungkapan harus didengarkan
dan dipahami.

4. Dukung dan 4. Pemberi perawatan


dorong pasien, kadang- kadang
berikan memungkinkan
perawatan penilaian untuk
dengan positif mempengaruhi
perawatan pasien
dan kebutuhan
untuk membuat
upaya untuk
membantu pasien
merasakan nilai
pribadi.

5. Dorong 5. Bersosialisasi
sosialisasi dengan dengan orang lain
orang lain. dapat
meningkatkan
penerimaan diri
dan sosialisasi
pasien.
6. Anjurkan pasien 6. Pengompresan
untuk melakukan yang lebih sering
kompres hangat 4 oleh pasien akan
kali sehari ± lebih cepat
selama 15 menit mendoronga
di rumah. resolusi dari
penyumbatan
duktus,
mempermudah
drainase dan
mempercepat
penyembuhan.

4 Kecemasan Setelah dilakukan NIC: Anxiety


(ansietas) tindakan Reduction
berhubungan keperawatan selama a. Gunakan a. Mengetahui
dengan kurang 1x24 jam, pendekatan yang kecemasan yang
pengetahuan, diharapkan klien menenangkan dialami pasien
kerusakan tidak mengalami b. Jelaskan semua
sensori, ansites. Kriteria prosedur & apa b. Mengurangi rasa
prosedur hasil: yang dirasakan kecemasan pasien
pembedahan a. Melaporkan selama prosedur
dan intensitas c. Berikan obat c. mengurangi rasa
kemungkinan kecemasan untuk kecemasan pasien
hilang b. Melaporkan tidak mengurangi rasa
pandangan adanya gangguan kecemasan
persepsi sensori d. Temani pasien d. memberi
c. Menggunakan untuk motivasi/menguran
strategi koping memberikan gi rasa kecemasan
effektif keamanan dan yang dialami
mengurangi takut pasien
e. Dorong pasien e. mengetahui
untuk seberapa pasien
mengungkapkan takut
perasaan,
ketidaktakutan,
persepsi
5 Resiko infeksi Setelah diberikan 1. Observasi adanya 1. Observasi dilakuakn
berhubungan asuhan keperawatan tanda-tanda infeksi untuk deteksi dini
dengan riwayat 1x24 jam diharapkan (rubor, dolor, terhadap terjadinya
infeksi dan infeksi tidak terjadi kalor, tumor, infeksi.
hygiene yang dengan kriteria hasil: fungsiolaesa serta
buruk. 1. Tidak terdapat adanya pus).
tanda-tanda 2. Observasi suhu 2. Peningkatan suhu
infeksi (rubor, tubuh pasien dan tubuh dapat
dolor, kolor, timbulnya demam. mengidentifikasikan
tumor, terjadinya infeksi.
fungsiolaesa) dan
adanya pus. 3. Pada wanita, 3. Tata rias yang
2. Pasien dapat anjurkan untuk digunakan
menjaga sementara tidak merupakan allergen
kebersihan menggunakan tat dan media yang baik
matanya. arias. untuk pertumbuhan
mikroorganisme
yang akan
menimbulkan
infeksi.
4. Anjurkan pasien 4. Meningkatnya
segera lapor jika kemerahan, adanya
terdapat tanda- drainase purulen,
tanda infeksi, dan penurunan visus
meningkatnya merupakan tanda
kemerahan, adanya terjadinya infeksi
drainase purulen, sekunder.
dan penurunan Pengenalan dini
visus. terhadap tanda-tanda
tersebut akan
mempercepat
dimulainya tindakan
untuk mencegah
memburuknya
kondisi pasien.
5. Anjurkan pasien 5. Kebiasaan pasien
untuk tidak untuk menutupi
menutup, matanya,
memegang atau memegangi aatau
menekan bagian menekan kelopak
kelopak mata yang mata yang
mengalami mengalami
peradangan. peradangan dapat
menimbulkan
infeksi.
6. Beritahu pasien 6. Infeksi dapat terjadi
untuk menjaga karena kebersihan
kebersihan yang kurang baik.
perorangan,
terutama mata.
7. Kolaborasi dalam 7. Obat antibiotic yang
pemberian diberikan dapat
antibiotic salep membantu
mata, tetes mata menurunkan
atau oral ( peradangan dan
tetrasiklin, mencegah terjadinya
metronidazole) infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anas, Tamsuri. 2011. Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan :


Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
2. Arif Mansyur, dkk. 2000 Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta:
FKUI
3. Brunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi
8. Volume 3. Jakarta: EGC Kedokteran
4. Doenges, Marilynn E, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman Untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC Kedokteran
5. Nanda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan
klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
6. Sidarta, Ilyas. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV. Sagung Seto
7. Wijaya, Saferi A. 2013. Keperawatan Medikal Bedah keperawatan
dewasa teori dan contoh askep cetakan pertama. Jakarta: Nuha Medika
8. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9
Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai