Anda di halaman 1dari 2

Retno Wilujeng

175130120111002

2017 D
SPS Agreement Resume

SPS agreement Sanitary and Phytosanitary (Sanitari dan fitosanitari) biasanya disebut
sebagai ‘Kesepakatan SPS’ adalah suatu perjanjian tingkat internasional dibawah WTO (World
Trade Organisation) sebagai Organisasi Perdagangan Dunia yang mengatur tentang penerapan
tindakan sanitari dan fitosanitari. WTO didirikan pada tanggal 1 Januari 1995 dan mulai
mengatur dan merundingkan perjanjian ini dalam putaran Uruguay. Perjanjian ini bertujuan
untuk melindungi kesehatan manusia, hewan (produk olahan hewan) dan juga tumbuhan
lingkungan (produk olahan tumbuhan).

Kesepakatan SPS memiliki 14 pasal yang membahas tentang perlindungan kesehatan


internasional dalam kesehatan manusia, hewan dan juga tumbuhan. Ketentuan yang akan
diterapkan oleh seluruh anggota WTO diklasifikasi sebagai sanitasi (berhubungan dengan
kesehatan manusia dan juga hewan) dan fitosanitasi (Berhubungan dengan kesehatan tumbuhan
dan lingkungan). SPS agreement memiliki 3 fungsi yaitu melindungi kesehatan global,
harmonisasi dan standarisasi dan transparansi.

 Dalam melindungi kesehatan global Artinya setiap negara memiliki hak untuk
melindungi kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan dalam wilayahnya
pada proses import dilakukan karantina ataupun pemberian prasyarat yang harus
dilengkapi guna menghindari terjadinya penularan penyakit.

 Dalam harmonisasi dan standarisasi internasional, segala sesuatu yang berkaitan dengan
perdangan export import harus sesuai dengan standar internasional yang ada. Lembaga
yang menetapkan standar internasional ada 3, yaitu FAO - WHO Komisi Codex
Alimentarius (Codex) untuk standar kualitas dari kesehatan makanan, Organisasi Dunia
untuk Kesehatan Hewan (Office International des Epizooties), dan Sekretariat Konvensi
Perlindungan Tumbuhan Internasional (International Plant Protection Convention).
Organisasi dalam WTO tersebut telah menetapkan batasan terhadap suatu kebijakan
negara anggota yang bersangkutan mengenai keamanan pangan (Kontaminasi bakteri,
inspeksi, pestisida, dan pemberian label) dan juga kesehatan hewan dan tumbuhan
(fitosanitasi) yang berkaitan dengan keluar masuknya suatu penyakit.

 Dalam transparansi, suatu negara dapat mengklaim bahwa negaranya terhindar dari suatu
penyakit. Tetapi harus membebaskan dan memberikan fasilitas kepada negara lain untuk
melakukan pengecekan dengan melakukan penelitian laboratorium untuk memastikan
kebenarannya. Selain itu, apabila fasilitas dalam suatu negara masih kurang, negara lain
akan memberi bantuan teknis agar pengekspor dapat memenuhi syarat SPS.
Risiko dan komoditas bagi kesehatan hewan ataupun bagi kehidupan dapat dating dari asitif
dan kontaminan (termasuk adanya residu pestisida dan juga residu obat ternak, serta bahan bahan
dari luar), adanya toksin atau organisme yang menyebabkan penyakit dari pakan. Risiko bagi
kesehatan yang berasal dari tumbuhan adalah adanya organisme pembawa penyakit yang masuk,
dan menyebarkan OPT. maka dari itu, adanya impor makanan ataupun tumbuhan dan hewan
adalah jalur masuk yang sangat berisiko.
Standar selain standar internasional dapat ditetapkan sendiri oleh suatu negara, anggota bisa
saja menerapkan standar tindakan SPS yang lebih tinggi dari Standar Internasional. Hal ini dapat
dilakukan apabila dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Selain itu suatu anggota dapat
mengikuti tindakan SPS dari negara lain yang relavan dengan negara tersebut.
Pelaksana SPS adalah suatu komite SPS yang terdisi dari beberapa anggota WTO yang
terdapat pada pasal 10. Pelaksana SPS harus rutin bertemu untuk membahas isu yang ada pada
perdagangan dan juga kesehatan. Menjalin komunikasi dengan badan standar internasional. Dan
mengembangkan prosedur penetapan dan juga penggunaan standar. Standar kesehatan hewan
yang ada di Indonesia adalah BPOM (Badan Pengendalian Obat dan Makanan), Balai Karantina
dan Kementrian Perikanan dan Kelautan.

Anda mungkin juga menyukai