Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

BADAN KARANTINA PERTANIAN DAN KETERKAITAN


KARANTINA DENGAN OFFICE INTERNATIONAL DES
EPIZOOTIES(OIE)

Oleh:

PPDH Angkatan I Tahun 2016/2017

Bagus Ilham P, SKH B94164110


Eny Dyah Pratiwi, SKH B94164117
Grace Victoria Mani, SKH B94164125

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Peranan dan fungsi karantina dalam era globalisasi dan perdagangan bebas
semakin dirasakan sangat penting dan strategis dalam perdagangan dunia
(International Trade), yang tidak lagi mengenal batas-batas wilayah antar negara.
Hal ini dapat menimbulkan mudahnya penyebaran hama penyakit hewan menular
dari suatu negara ke negara lain. Untuk itu Karantina Hewan dituntut harus
mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara professional, mandiri dan lebih
modern. Oleh sebab itu Karantina dalam menerapkan Sanitary and Pythosanitary
Agreement (SPS) - WTO terhadap lalu lintas komoditas pertanian khususnya
hewan dan produk hewan ditujukan untuk melindungi kehidupan dari ancaman
bahaya masuknya penyakit zoonosa atau bahan pangan yang tercemar mikroba
dan residu (antibiotika, logam berat, pertisida, dan bahan kimia lainnya) yang
dapat berakibat pada kematian atau gangguan kesehatan manusia atau kesehatan
hewan serta kelestarian sumber daya alam hayati dan lingkungan hidup.
Perjanjian SPS diadopsi saat perundingan negara-negara WTO di Putaran
Uruguay tentang Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (General Agreement
on Tariff and Trade) tahun 1994. Ditekankan tentang perlunya harmonisasi antara
para anggota WTO dalam menerapkan tindakan-tindakan kesehatan manusia,
hewan, dan tanaman berdasarkan standar internasional, pedoman, dan
rekomendasi yang dikembangkan oleh organisasi-organisasi internasional yang
relevan. Sejak 1995, SPS menetapkan tiga organisasi untuk acuan standar
internasional, yaitu Codex Alimentarius Commissions (CAC) untuk keamanan
pangan (food safety), Office International des Epizooties (OIE) untuk kesehatan
hewan (animal health) termasuk zoonosis, dan International Plant Protection
Convention (IPPC) untuk kesehatan tanaman (plant health).Indonesia secara
resmi telah menjadi anggota WTO, sehingga terikat dengan adanya hak dan
kewajiban dan semua persetujuan yang ada didalamnya telah sah menjadi bagian
dari legislasi nasional. Tahun 2002 pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Pertanian telah menetapkan Badan Karantina Pertanian sebagai ‘Enquiry Point’
dan Pusat Standardisasi dan Akreditasi sebagai ‘Notification Body’ untuk
melaksanakan kewajibannya dalam kaitan dengan perjanjian SPS.
Kekarantinaan pada hewan baik pada UU Nomor 16 Tahun 1992 dan
berdasarkan OIE bertujuan agar kesehatan hewan terjaga. Struktur organisasi dari
karantina hewan harus diketahui oleh mahasiswa. Keterkaitan antara OIE dan
karantina perlu diketahui karena OIE merupakan standar internasional mengenai
kesehatan hewan. Adanya makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca
dalam memahami kekarantinaan, khusunya karantina hewan yang berkaitan
dengan OIE maupun organisasinya di Negara Indonesia.

Sejarah Organisasi
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia terbentuk setelah penyakit
rinderpestyang berasal dari India mewabah di Belgia pada tahun 1920. Istilah
‘rinderpest’ berasal dari bahasa Jerman yang berarti ‘cattle plague’ (penyakit pes
pada sapi) atau ‘steppe murrain’ (penyakit padang rumput). Penyakit ini
disebabkan oleh virus yang menyerang kerbau domestik dan beberapa spesies
satwa liar dengan gejala klinis khas berupa demam, erosi pada mukosa bibir,
diare, dan nekrosis limfoid dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyebaran
penyakit rinderpest yang sangat luas menimbulkan pemikiran untuk membentuk
suatu badan kesehatan hewan dunia pada konferensi internasional di Paris bulan
Maret 1921. Office International des Epizooties (OIE) kemudian dibentuk melalui
perjanjian internasional dan ditandatangani pada tanggal 25 Januari 1924 di Paris
oleh 28 negara anggotauntuk memerangi penyakit hewan pada tataran global.
Lembaga ini berubah nama menjadi The World Organization for Animal Health
pada bulan Mei 2003, namun tidak disingkat menjadi WOAH, melainkan tetap
OIE karena nilai historisnya.

PEMBAHASAN

Profil, Tugas,dan Fungsi Organisasi

Office International des Epizooties (OIE) adalah suatu badan antar


pemerintah independen yang didirikan oleh sejumlah negara pada tahun 1924
sebelum terbentuknya United Nations (PBB) pada tahun 1945. Sebagai suatu
organisasi, OIE memiliki “Statuta Organik” (Organic Statutes) yang menjadi
dasar pengaturan hukum dari kewenangan internasionalnya. OIE adalah
organisasi penentu standar internasional (standard setting organization) dengan
mandat memperbaiki kondisi kesehatan hewan di seluruh dunia. Jumlah negara
anggota OIE saat ini mencapai 180 negara. Negara-negara tersebut bertanggung
jawab untuk menetapkan dan mengadopsi standar-standar internasional dan
berpartisipasi aktif dalam proses penentuan standar. Permintaan untuk standar,
kajian ulang standar, dan saran lainnya juga diterima OIE dari Komite SPS di
WTO.
OIE mempublikasikan dua jenis standar berkaitan dengan kesehatan
hewan dan produk hewan, yaitu standar perdagangan dan standar biologik. Empat
publikasi OIE menyangkut standar kesehatan hewan, yaitu :
1. The Terrestrial Animal Health Code
2. The Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for Terrestrial Animals
3. The Aquatic Animal Health Code
4. The Manual of Diagnostic Tests for Aquatic Animals.
The Terrestrial Animal Health Code dan The Aquatic Animal Health Code
(dalam hal ini disebut “Codes”) bertujuan untuk memastikan keamanan sanitari
perdagangan internasional dari hewan-hewan darat (mamalia, unggas, dan lebah)
hewan akuatik (amphibi, ikan, krustasea, dan moluska), dan produk-produknya.
Jaminan ini dicapai dengan cara menguraikan secara detil tindakan kesehatan
hewan yang dapat digunakan oleh otoritas kesehatan hewan nasional atau otoritas
kompeten lainnya dari negara pengimpor dan negara pengekspor dalam
mengembangkan regulasi kesehatan hewan. Tindakan tersebut bertujuan untuk
mencegah terbawanya agen patogen untuk hewan dan/atau manusia, tanpa
mengenakan restriksi perdagangan yang tidak dapat dijustifikasi.
Prinsip-prinsip kunci yang diaplikasikan di dalam “Codes” adalah :
1. negara pengimpor dan pengekspor wajib mematuhi ketentuan-ketentuan
WTO yang relevan
2. informasi ilmiah terkini harus dipergunakan
3. tindakan-tindakan kesehatan hewan harus didasarkan kepada penilaian
risiko yang memadai terhadap komoditi yang diperdagangkan
4. evaluasi terhadap kinerja sistem kesehatan hewan nasional (performance
of veterinary services) atau terhadap otoritas kompeten lainnya jika
dianggap perlu
5. penetapan zona (zoning) dan kompartementalisasi harus diaplikasikan
secara tepat
6. klaim negara pengimpor dan pengekspor mengenai status kesehatan
hewannya harus didasarkan kepada informasi epidemiologis yang
dikumpulkan melalui sistem surveilans yang konsisten dengan standar
OIE.

Tujuan Organisasi

Tujuan OIE, diantaranya :


1. menjamin transparansi status penyakit hewan di seluruh dunia
2. mengumpulkan, menganalisis, dan mempublikasikan informasi ilmiah
bidang veteriner
3. menyediakan kepakaran dan mempromosikan solidaritas untuk
pengontrolan penyakit hewan
4. menjamin keselamatan sanitasi perdagangan dunia dengan
mengembangkan aturan sanitasi untuk perdagangan hewan dan produk
hewan secara internasional
5. mempromosikan pelayanan bidang kesehatan hewan
6. meningkatkan keamanan pangan dan kesejahteraan hewan.

Pelaporan Penyakit dan Notifikasi Wabah

Transmisi informasi dengan menggunakan teknologi informasi saat ini


sudah sangat maju dan memberikan kesempatan bagi negara anggota OIE untuk
melaporkan penyakit secara tepat waktu (real time). Negara anggota harus
melaporkan kejadian penyakit hewan yang ada dalam daftar OIE, kemunculan
penyakit baru, dan kejadian epidemiologik yang signifikan dalam waktu 24 jam.
Kapasitas OIE dalam me-relay informasi situasi penyakit hewan global
terakselerasi secara cepat dengan adanya World Animal Health Information
System (WAHIS). WAHIS memungkinkan negara anggota untuk terhubung
secara elektronik dengan server yang berlokasi di Kantor Pusat OIE.
Dasar hukum setiap negara anggota melaporkan ke OIE tentang kejadian
penyakit hewan termasuk zoonosis tercantum dalam Artikel 5 Statuta Organik
OIE dan Artikel 1.1.2 dari Bab 1.1 Terrestrial Code dan Bab 1.1 Aquatic Code
tentang “Notification of Diseases and Epidemiological Information”, sedangkan
daftar penyakit OIE yang harus dilaporkan tercantum dalam Artikel 3 Bab 1.2
Terrestrial Code dan Artikel 1 sampai 4 dari Bab 1.3 Aquatic Code. OIE
membangun dua sistem yang disebut OIE Early Warning System untuk notifikasi
segera dan tindak lanjut kejadian wabah (epidemi), dan OIE Monitoring System
untuk informasi reguler penyakit endemik melalui laporan 6 bulanan (six-monthly
report) dan tahunan (annual report).

Jenis laporan yang harus disampaikan ke OIE dalam notifikasi segera dan
tindak lanjut, terdiri atas: notifikasi segera (immediate notification) kejadian
wabah penyakit, infeksi ataupun kejadian epidemiologis yang tidak biasa; laporan
mingguan (weekly report) sebagai tindak lanjut dari notifikasi segera; dan laporan
akhir (final report) apabila wabah telah berakhir dan situasi sudah menjadi
endemik. Sesuai dengan Artikel 1.1.3 dari Bab 1.1 Terrestrial Code, dinyatakan
ada enam alasan yang dapat digunakan untuk melaporkan wabah ke OIE, yaitu:
1. kejadian pertama kali dari penyakit dalam daftar OIE dan/atau infeksi di
suatu negara, zona, atau kompartemen
2. kejadian berulang dari penyakit dalam daftar OIE dan/atau infeksi di suatu
negara, zona, atau kompartemen
3. kejadian pertama kali strain baru suatu patogen dari penyakit dalam daftar
OIE di suatu negara, zona, atau kompartemen
4. kenaikan secara mendadak dan tidak diharapkan dari penyebaran,
insidensi, morbiditas, atau mortalitas dari penyakit dalam daftar OIE yang
umum didapatkan di suatu negara, zona, atau kompartemen
5. suatu penyakit baru muncul (emerging disease) dengan
morbiditas/mortalitas yang signifikan atau berpotensi zoonosis
6. perubahan epidemiologi dari suatu penyakit dalam daftar OIE (termasuk
cakupan inang, patogenisitas, strain) terutama jika memiliki dampak
zoonosis.

DAFTAR PUSTAKA

[OIE] Office International des Epizooties. 2016. Notification of Animal and


Human Diseases: Global Legal Basis. [internet] [diunduh 2017 Mei 10].
Tersedia pada: http://www.oie.int.
Vallat B, Wilson DW. 2003. The obligations of member countries of the OIE
(World Organization for Animal Health) in the organization of veterinary
services. Rev Sci Tech. 2(22):547–552.

Anda mungkin juga menyukai