Anda di halaman 1dari 18

AQUATIC ANIMALS BERDASARKAN OIE

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Individu Terstruktur pada Mata Kuliah
Ilmu Hewan Akuatik dan Satwa Liar yang diampu oleh Dr. Uun Y.

OLEH

SANG AYU PUTU ARISTYA DEWI

175130100111052

2017 D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan berkat
Beliau-lah, saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mencari informasi
mengenai standar OIE mengenai hewan akuatik.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Malang, 8 Mei 2012

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

Bab II Isi 6

Bab III Penutup 17

Daftar Rujukan 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia sehingga
sumber daya alam akuatiknya sangat melimpah. Indonesia bahkan tercatat sebagai
negara dengan produksi perikanan terbesar ketiga di dunia setelah China dan
India. Dengan demikian, perikanan menjadi salah satu potensi terbesar dalam
memajukan perekonomian negara sehingga selain dimanfaatkan juga harus dijaga
secara serius salah satunya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mengatur
tentang perikanan terutama hewan akuatik.
Di Indonesia sendiri, telah terdapat banyak kebijakan baik undang-undang
maupun peraturan pemerintah yang memuat tentang hewan akuatik diantaranya
adalah UU no. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan. Ikan, dan Tumbuhan;
UU no. 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU no. 31 tahun 2004 tentang
Perikanan; UU no. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; dan
masih banyak lagi.
Hewan akuatik terdiri ikan, amfibi, dan organism lainnya yang menghabiskan
sebagian besar hidupnya di dalam air. Menurut OIE, hewan akuati (aquatic
animal) adalah semua tahapan dari siklus hidup ikan (termasuk telur dan gamet),
moluska, krustasea, dan amfibi yang berasal dari usaha akuakultur atau diambil
dari alam liar, untuk tujuan diternakkan, untuk dilepas ke lingkungan, untuk
konsumsi manusia atau untuk tujuan sebagai ikan hias (ornamental fish).
OIE merupakan organisasi kesehatan hewan dunia yang telah berdiri sejak
tahun 1920 di Paris, Perancis. Pembentukan OIE bertujuan untuk mencegah
mewabahnya penyakit hewan secara global. Umumnya, seluruh peraturan tentang
kesehatan hewan baik darat maupun akuatik mengacu pada standar-standar yang
telah ditetapkan oleh OIE.
OIE telah menetapkan aquatic code yang menjadi standar dalam kesehatan
hewan akuatik yang meliputi pencegahan dan penanganannya, kesejahteraan
hewan akuatik yang diternakkan, kesehatan masyarakat verteriner, serta
perdagangan internasional (ekspor-impor) yang aman untuk hewan akuatik seperti
amfibi, krustasea, ikan, dan moluska.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu aquatic code ?
b. Apa saja yang dimuat dalam aquatic code ?

4
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas individu terstruktur pada
mata kuliah “Satwa Liar dan Hewan Akuatik.” Selain itu juga bertujuan untuk
menambah wawasan mahasiswa dalam bidang hewan akuatik dan standar-
standarnya.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu, menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai hewan akuatik dan standarnya yang diatur oleh OIE.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aquatic Code


Aquatic Code atau Aquatic Animal Health Code ialah aturan yang ditetapkan
oleh OIE sebagai standar dalam kesehatan sampai perdagangan internasional
hewan akuatik. Kode Etik Hewan Akuatik ini bertujuan untuk memastikan
keamanan sanitasi perdagangan hewan akuatik internasional serta produk-
produknya. Hal ini dapat dicapai melalui rincian pengukuran kesehatan yang akan
digunakan oleh otoritas yang berwenang pada negara-negara pengekspor atau
pengimpor.sehingga baik hewan maupun manusia terhindar dari agen patogen.
Selain itu juga berfungsi untuk menghindari sanitasi yang tidak dilakukan dengan
benar.
OIE dalam pembuatan standarnya selalu mengacu pada dua prinsip yaitu,
animal welfare dan one health. OIE bahkan telah menetapkan 11 standar animal
welfare yang mengikat seluruh anggotannya. Kesejahteraan hewan akuatik
ternakan selama transportasi, peniduran hewan akuatik ternakan untuk konsumsi
manusia, dan peniduran hewan akuatik ternakan berpenyakit merupakan poin-
poin dalam standar kesejahteraan hewan oleh OIE dalam bidang hewan akuatik.

2.2 Muatan dalam Aquatic Code


Kode Etik Hewan Akuatik atau Auatic Code memuat banyak hal diantaranya :
a. Diagnosis, Pengawasan, dan Pemberitaan Penyakit Hewan Akuatik
1) Bab I : Pemberitahuan Penyakit dan Informasi Epidemi
Dalam bab ini dibahas mengenai kewajiban pemberitahuan atau
pemberitaan tentang suatu penyakit yang mewabah secara epidemi dalam
suatu negara. Negara-negara tersebut harus menginformasikan penyakit
dan agen patogennya pada Otoritas Kompeten OIE sehingga negara
tersebut mendapat perhatian yang lebih mengenai penangangan dan
pencegahan penyakit tersebut.
Pemberitahuan tentang penyakit ini harus ditulis sesuai dengan format
pelaporan penyakit OIE. Hal ini bertujuan untuk membantu memperjelas
dan mempersingkat pertukaran informasi. Deteksi agen patogen yang telah
terdaftar dalam kode etik kesehatan hewan akuatik harus dilaporkan,
meskipun tidak ada gejala-gejala khusus.
Selain itu, negara-negara anggota juga harus menyediakan atau
memberikan informasi mengenai langkah-langkah apa saja yang dapat
dilakukan dalam mencegah penyebaran penyakit. Informasi ini harus
memuat tentang tindakan dan batasan karantina yang diaplikasikan pada

6
hewan akuatik, produk hewan akuatik, produk biologis, serta berbagai
macam objek yang lingkungannya dapat terkontaminasi penyakit ini. Pada
kasus penyakit yang melibatkan vektor pembawa, negara-negara anggota
harus menginformasikan secara spesifik mengenai tindakan-tindakan yang
haris diambil untuk melawan vektor tersebut.
Otoritas Kompeten OIE, dibawah tanggung jawab degelasi, akan
mengirimkan informasi ke Markas Besar dengan ketentuan:
a) Mengirimkan informasi melalui fax atau e-mail atau dapat melalui
World Animal Health Information System (WAHIS) dalam kurun
waktu 24 jam dari salah satu dari peristiwa ini :
1. Kemunculan pertama penyakit yang terdaftar dalam suatu negara,
zona, atau kompartemen
2. Kemunculan kembali penyakit yang terdaftar dalam suatu negara,
zona atau kompartemen setelah ada laporan akhir yang
mendeklarasikan bahwa wabah tersebut telah berakhir
3. Kemunculan pertama dari agen patogen baru dalam suatu negara,
zona atau kompartemen
4. Perubahan yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam distribusi atau
peningkatan insiden/kejadian atau virulensi atau morbiditas atau
kematian yang disebabkan oleh agen patogen penyakit yang
terdaftar dalam suatu negara, zona, atau kompartemen
5. Adanya penyakit yang disebabkan oleh inang (host) yang baru
b) Memberikan laporan mingguan setelah laporan dari poin 1 diatas yang
dimaksudkan untuk memberikan informasi lebih lanjut mengenai
perkembangan kejadian (wabah/penyakit) yang telah diinformasikan
sebelumnya. Laporan-laporan ini akan terus berlanjut hingga penyakit
telah diberantas atau kondisi sudah cukup stabil sehingga laporan yang
diberikan menjadi 6 bulan sekali. Laporan akhir juga harus diserahkan
untuk setiap kejadian/peristiwa yang dilaporkan.
c) Memberikan infoermasi laporan 6 bulanan mengenai ada atau tidaknya
dan perkembangan penyakit yang terdaftar serta informasi mengenai
epidemiologi yang penting bagi negara-negara anggota
d) Memberikan informasi mengenai laporan tahunan yang penting bagi
negara-negara anggota
Adapun pasal 1.1.4 mengemukakan bahwa Otoritas Kompeten OIE,
dibawah tanggung jawab Delegasi, akan mengirimkan kepada Markas
Besar :
a) Pemberitahuan melalui WAHIS atau fax/e-mail mengenai wabah atau
penyakit dalam suatu negara, zona atau kompartemen

7
b) Laporan periodik mengenai informasi tentang penyakit yang telah
dilaporkan yang terus berlanjut sampai :
1. Waktu yang ditentukan untuk memastikan penyakit telah
diberantas atau kondisi telah stabil
2. Informasi ilmiah yang memadai tersedia untuk menentukan apakah
penyakit ini memenuhi kriteria untuk masuk ke dalam daftar OIE
c) Laporan akhir setalah poin a dan b terpenuhi
Otoritas Kompeten dalam suatu negara yang terjangkit
wabah/penyakit harus menginformasikan kepada Markas Besar kapan
wabah/penyakit tersebut dapat diberantas atau hilang. Dalam
mendeklarasikan suatu negara, zona atau kompartemen terbebas dari
wabah/penyakit, Otoritas Kompeten harus memberikan informasi detail
kepada Markas Besar termasuk kriteria-kriteria yang mendasar mengenai
status bebas wabah/penyakit tersebut.
Meskipun negara-negara anggota hanya melaporkan penyakit-penyakit
yang terdaftar dalam kode etik akuatik OIE atau penyakit-penyakit yang
baru muncul, mereka juga dapat mengajurkan OIE menyediakan
informasi-informasi mengenai kesehatan hewan akuatik yang penting.
Markas Besar akan berkomunikasi dengan Otoritas Kompeten melalui
e-mail atau tatap muka WAHIS mengenai semua informasi yang diterima
atau disampaikan.
2) Bab II : Kriteria untuk Daftar Penyakit Hewan Akuatik
Pada bab ini berisi deskripsi tentang kriteria-kriteria penyakit yang
terdaftar dalam Bab III. Kriteria-kriteria ini dimaksudkan untuk
mendukung negara-negara anggota dengan menyediakan informasi
sehingga negara-negara tersebut dapat mengambil tindakan yang tepat
untuk mencegah penyebaran penyakit hewan akuatik yang berbahaya
melalui lintas daerah. Hal ini dapat dicapai dengan transparansi dan
pemberitahuan yang tepat waktu dan konsisten.
Setiap penyakit yang terdaftar dalam Kode Etik Akuatik biasanya
memiliki bab-bab atau informasi terkait yang dapat digunakan negara-
negara anggota untuk mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penyakit
serta memberikan standar yang aman untuk perdagangan internasional
hewan akuatik dan produk-produknya.
3) Bab III : Daftar Penyakit oleh OIE
Dalam bab ini berisi daftar-daftar penyakit yang dapat menginfeksi
hewan akuatik (ikan, amfibi, moluska, dan krustasea). Penyakit yang
menginfeksi ikan terdaftar sebanyak 10 penyakit yaitu, epizootic
haematopoietic necrosis disease, infection with aphanomyces invadans

8
(epizootic ulcerative syndrome), infection with gyrodactylus salaries,
infection with hpr-deleted or hpr0 infectious salmon anaemia virus,
infection with salmonid alphavirus, infectious haematopoietic necrosis,
koi herpesvirus disease, red sea bream iridoviral disease, spring viraemia
of carp, dan viral haemorrhagic septicaemia.
Adapun penyakit pada amfibi yang terdaftar ada 4 penyakit yaitu,
infection with batrachochytrium dendrobatidis, infection with
batrachochytrium salamandrivorans, infection with ranavirus species
infection with batrachochytrium dendrobatidis, infection with
batrachochytrium salamandrivorans, dan infection with ranavirus
species.
Penyakit moluska yang terdaftar pada Kode Etik Akuatik terdapat 7
penyakit : infection with abalone herpesvirus, infection with bonamia
ostreae, infection with bonamia exitiosa, infection with marteilia
refringens, infection with perkinsus marinus, infection with perkinsus
olseni , dan infection with xenohaliotis californiensis.
Penyakit krustasea yang terdaftar dalam Kode Etik Akuatik terdapat 9
penyakit : acute hepatopancreatic necrosis disease, infection with
aphanomyces astaci (crayfish plague), infection with hepatobacter penaei
(necrotising hepatopancreatitis), infection with infectious hypodermal
and haematopoietic necrosis virus , infection with infectious myonecrosis
virus, infection with macrobrachium rosenbergii nodavirus (white tail
disease), infection with taura syndrome virus, infection with white spot
syndrome virus, infection with yellow head virus genotype 1.
4) Bab IV : Pengawasan Kesehatan Hewan Akuatik
Tindakan pengawasan dilakukan untuk mencapai salah satu tujuan
berikut :
a) Menunjukkan tidak adanya kehadiran dari suatu penyakit
b) Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang membutuhkan
pemberitahuan seperti yang tercantum dalam Pasal 1.1.3
c) Menentukan tenjadinya atau distribusi penyakit endemik, termasuk
perubahan insiden atau prevalensi (atau faktor yang berkontribusi)
untuk
1. Memberikan informasi untuk program pengendalian penyakit
domestic
2. Memberikan informasi tentang peristiwa mengenai suatu penyakit
yang relean untuk digunakan oleh mitra dagang untuk penilaian
risiko kualitatif dan kuantitatif

9
Prasyarat penting untuk memungkinkan suatu negara anggota
memberikan informasi untuk evaluasi tentang status kesehatan hewannya
adalah:
a) bahwa negara anggota tertentu sesuai dengan ketentuan Bab 3.1.pada
kualitas Perairan Layanan Kesehatan Hewan
b) bahwa, jika mungkin, data surveilans dilengkapi dengan sumber
informasi lain (misalnya ilmiah publikasi, data penelitian, observasi
lapangan yang terdokumentasi dan data non-survei lainnya)
c) transparansi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan surveilans
serta analisis dan ketersediaan data dan informasi, dijaga setiap saat,
sesuai dengan Bab 1.1.
Rekomendasi berikut dapat diterapkan untuk semua penyakit, agen
patogen, dan spesies rentan seperti tercantum dalam Manual Aquatic, dan
dirancang untuk membantu pengembangan metode pengawasan..
Rekomendasi ini juga berlaku untuk penyakit yang tidak terdaftar yang
mungkin berbahaya bagi suatu negara atau wilayah, seperti penyakit baru
atau yang baru muncul.
b. Analisis Risiko
1) Bab I : Pertimbangan Umum
2) Bab II : Analisis Risiko Impor
c. Kualitas Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik
1) Bab I : Kualitas Pelayanan Kesehatan Hewan Akuatik
d. Kontrol dan Pencegahan Penyakit
1) Bab I : Zonasi dan Kompartementalisasi
2) Bab II : Aplikasi Kompartementalisasi
3) Bab III : Anjuran Umum dalam Desinfeksi
4) Bab IV : Perencanaan Kontingensi
5) Bab V : Pembiakan dalam Akuakultur (Budidaya)
6) Bab VI : Penanganan, Pembuangan, dan Perawatan Limbah Hewan
Akuatik
e. Penilaian Perdagangan, Prosedur Ekspor/Impor, dan Sertifikat Kesehatan
1) Bab I : Kewajiban Umum terkait Sertifikasi
2) Bab II : Prosedur Sertifikasi
3) Bab III : Kriteria untuk Menilai Keamanan Komoditi Hewan Akuatik
4) Bab IV : Kontrol Risiko Kesehatan Hewan Akuatik terkait
Transportasi Hewan Akuatik
5) Bab V : Tolok Ukur Kesehatan Hewan Akuatik yang Berlaku
Sebelum dan Saat Keberangkatan Hewan Akuatik

10
6) Bab VI : Tolok Ukur Kesehatan Hewan Akuatik yang Berlaku saat
Transit dari Tempat Keberangkatan dalam Negara Eksportir ke Tempat
Kedatangan dalam Negara Importir
7) Bab VII : Pos Perbatasan pada Negara Importir
8) Bab VIII : Tolok Ukur Kesehatan Hewan Akuatik pada saat Kedatangan
9) Bab IX : Tolok Ukur Transportasi Internasional Patogen Hewan
Akuatik dan Bahan Patologisnya
10) Bab X : Model Sertifikat Internasional untuk Perdagangan
Internasional Hewan Akuatik Hidup dan Produk yang Berasal dari Hewan
Akuatik
f. Kesehatan Masyarakat Veteriner
1) Bab I : Kontrol Bahaya dalam Pakan Hewan Akuatik
2) Bab II : Pengenalan Anjuran untuk Mengontrol Resistensi
Antimikroba
g. Kesejahteraan Ikan Ternakan
1) Bab I : Pengenalan Anjuran Kesejahteraan Ikan Ternakan
2) Bab II : Kesejahteraan Ikan Ternakan selama Perjalanan
3) Bab III : Aspek-Aspek Kesejahteraan dalam Peniduran Hewan Akuatik
untuk Konsumsi Manusia
h. Penyakit pada Amfibi
1) Bab I : Infeksi Batrachochytrium dendrobatidis
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: semua spesies Anura
(katak dan katak), Caudata (salamander, newts dan sirene) dan
Gymnophiona (caecilian). Rekomendasi juga berlaku untuk spesies rentan
lainnya yang dirujuk dalam Manual Aquatic saat diperdagangkan secara
internasional.
2) Bab II : Infeksi Ranavirus
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: semua spesies Anura
(katak dan katak) dan Caudata (salamander dan newts). Rekomendasi ini
juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang mengacu pada Panduan
Akuatik ketika diperdagangkan secara internasional
i. Penyakit pada Krustasea
1) Bab I : Plak Udang Karang (Aphanomycesastaci)
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk semua spesies udang
karang di ketiga keluarga udang karang (Cambaridae, Astacidae dan
Parastacidae). Rekomendasi ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya
yang dirujuk dalam Aquatic Manual saat diperdagangkan secara
internasional.
2) Bab II : Infeksi Hipodermal dan Nekrosis Haematopoietik

11
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk spesies berikut yang
memenuhi kriteria untuk dicantumkan sebagai rentan sesuai dengan Bab
1.5: udang whiteleg (Penaeus vannamei).
3) Bab III : Infeksi Mionekrosis
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk spesies berikut yang
memenuhi kriteria untuk dicantumkan sebagai rentan sesuai dengan Bab
1.5: udang sungai raksasa (Macrobrachium rosenbergii) (dalam
penelitian), udang yellowleg (Penaeus californiensis), udang harimau
raksasa (Penaeus monodon), udang putih utara (Penaeus setiferus), udang
biru (Penaeus stylirostris) dan udang whiteleg (Penaeus vannamei).
4) Bab IV : Nekrosis Hepatopankreatitis
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk spesies berikut yang
memenuhi kriteria untuk dicantumkan sebagai rentan sesuai dengan Bab
1.5: Udang windu (Penaeus esculentus), udang pisang (Penaeus
merguiensis) dan udang whiteleg (Penaeus vannamei).
5) Bab V : Sindrom Taura
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk spesies berikut yang
memenuhi kriteria untuk dicantumkan sebagai rentan sesuai dengan Bab
1.5: udang sungai raksasa (Macrobrachium rosenbergii).
6) Bab VI : Penyakit Bercak Putih
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk spesies berikut yang
memenuhi kriteria untuk dicantumkan sebagai rentan sesuai dengan Bab
1.5: udang berminyak (Metapenaeus ensis), udang coklat utara (Penaeus
aztecus), udang harimau raksasa (Penaeus monodon), udang putih utara
(Penaeus setiferus), udang biru (Penaeus stylirostris) dan udang whiteleg
(Penaeus vannamei).
7) Bab VII : Penyakit Ekor Putih
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk semua decapoda (ordo
Decapoda) krustasea dari laut, payau dan sumber air tawar. Rekomendasi
ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang dirujuk dalam Aquatic
Manual saat diperdagangkan secara internasional.
8) Bab VIII : Penyakit Kepala Kuning
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk spesies berikut yang
memenuhi kriteria untuk dicantumkan sebagai rentan sesuai dengan Bab
1.5: Udang Jinga (Metapenaeus affinis), udang harimau raksasa (Penaeus
monodon), pisau belati udang rumput (Palaemonetes pugio), udang biru
(Penaeus stylirostris) dan udang whiteleg (Penaeus vannamei).
j. Penyakit pada Ikan
1) Bab I : Nekrosis Haematopoietik Epizootik

12
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: redfin hingg (Perca
fluviatilis) dan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Rekomendasi ini
juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang mengacu pada Panduan
Akuatik saat diperdagangkan secara internasional
2) Bab II : Sindrom Useratif Epizootik
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: yellowfin seabream
(Acantopagrus australis), memanjat bertengger (Anabas
testudineus), belut (Anguillidae), bagrid catfishes (Bagridae), perak
bertengger (Bidyanus bidyanus), menhaden Atlantik (Brevoortia
tyrannus), jack (Caranx spp.), Catla (Catla catla), striped snakehead
(Channa striatus), mrigal (Cirrhinus mrigala), lele berbentuk torpedo
(Clarius spp.), ikan terbang halfbeak (Exocoetidae), tank goby
(Glossogobius giuris), marmer goby (Oxyeleotris marmoratus), gobies
(Gobiidae), rohu (Labeo rohita), rhinofishes (Labeo spp.), barramundi dan
tenggeran laut raksasa (Lates calcarifer), mullet bergaris (Mugil
cephalus), mullet (Mugilidae) (Mugil spp. dan Liza spp.), Ayu
(Plecoglossus altivelis), pool barb (Puntius sophore), barcoo grunter
(Scortum barcoo), pasir kapur sirih (Sillago ciliata), ikan lele (Siluridae),
ikan gurame (Trichogaster pectoralis), ikan pemanah umum (Toxotes
chatareus), duri perak (Puntius gonionotus), spotted bercak (Scatophagus
argus), ikan gurame raksasa (Osphronemus goramy), dusky flathead
(Platycephalus fuscus), spiny turbot (Psettodes sp.), Tairiku-baratanago
(Rhodeus ocellatus), Keti-Bangladeshi (Rohtee sp.), Rudd (Scaridinius
erythrophthalmus), therapon (Terapon sp.) Dan tiga-spot gurami
(Trichogaster trichopterus). Rekomendasi ini juga berlaku untuk spesies
rentan lainnya yang dirujuk dalam Aquatic Manual saat ditransaksikan
secara internasional.
3) Bab III : Gyrodactylosis
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: salmon Atlantik (Salmo
salar), trout pelangi (Oncorhynchus mykiss), Arctic char (Salvelinus
alpinus), trook sungai Amerika Utara (Salvelinus fontinalis), grayling
(Thymallus thymallus), Ikan trout di Amerika Utara (Salvelinus
namaycush) dan trout coklat (Salmo trutta). Rekomendasi juga berlaku
untuk spesies ikan lainnya di perairan tempat parasit hadir, karena spesies
ini dapat membawa parasit dan bertindak sebagai vektor..
4) Bab IV : Infeksi Neksrosis Haematopoietik
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: salmon Atlantik (Salmo
salar), trout coklat (Salmo trutta) dan trout pelangi (Onchorynchus

13
mykiss). Rekomendasi ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang
dirujuk dalam Aquatic Manual saat ditransaksikan secara internasional.
5) Bab V : Infeksi Anemia Salmon
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: rainbow trout atau
steelhead (Oncorhynchus mykiss), salmon Pasifik spesies (chinook
[Oncorhynchus tshawytscha], sockeye [Oncorhynchus nerka], chum
[Oncorhynchus keta], masou [Oncorhynchus masou], pink [Oncorhynchus
rhodurus] dan coho [Oncorhynchus kisutch]), dan salmon Atlantik (Salmo
salar). Rekomendasi ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang
dirujuk dalam Panduan Perairan ketika diperdagangkan secara
internasional.
6) Bab VI : Penyakit Herpes pada Koi
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: ikan mas (Cyprinus carpio
carpio), ghost carp (Cyprinus carpio goi), ikan koi (Cyprinus carpio koi)
dan hibrida ikan mas (misalnya Cyprinus carpio x Carassius auratus). Ini
rekomendasi juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang dirujuk dalam
Aquatic Manual ketika diperdagangkan
secara internasional.
7) Bab VII : Penyakit Iridoviral
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: sea bream merah (Pagrus
major), yellowtail (Seriola quinqueradiata), amberjack (Seriola dumerili),
ikan bass (Lateolabrax sp. dan Lates calcarifer), Albacore (Thunnus
thynnus), Jepang parrotfish (Oplegnathus fasciatus), jack bergaris
(Caranx delicatissimus), ikan mandarin (Siniperca chuatsi), drum merah
(Sciaenops ocellatus), mullet (Mugil cephalus) dan kerapu (Epinephelus
spp.). Rekomendasi ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang
dirujuk dalam Aquatic Manual ketika diperdagangkan secara
internasional.
8) Bab VIII : Spring Viraemia Of Carp
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: ikan mas (Cyprinus carpio
carpio) dan ikan koi (Cyprinus carpio koi), ikan mas crucian (Carassius
carassius), sheatfish (juga dikenal sebagai Lele atau wels Eropa) (Silurus
glanis), ikan mas perak (Hypophthalmichthys molitrix), ikan mas bighead
(Aristichthys nobilis), ikan mas rumput (amur putih) (Ctenopharyngodon
idellus), ikan mas (Carassius auratus), orfe (Leuciscus idus), dan tench
(Tinca tinca). Rekomendasi ini juga berlaku untuk semua spesies rentan
lainnya yang disebutkan dalam Aquatic Manual ketika diperdagangkan
secara internasional
9) Bab IX : Viral Haemorrhagic Septicaemia

14
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: rainbow trout
(Oncorhynchus mykiss), trout cokelat (Salmo trutta), grayling (Thymallus
thymallus), ikan putih (Coregonus spp.), Tombak (Esox lucius), turbot
(Scophthalmus maximus), ikan haring dan sprat (Clupea spp.), salmon
Pasifik (Oncorhynchus spp.), cod Atlantik (Gadus morhua), cod Pasifik
(Gadus macrocephalus), haddock (Gadus aeglefinus) dan rockling (Ono
mustelus). Rekomendasi ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya
yang disebutkan dalam Manual Aquatic saat diperdagangkan secara
internasional
k. Penyakit pada Moluska
1) Bab I : Infeksi Abalone Herpesvirus
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: Haliotis diversicolor
(subspesies aquatilis dan supertexta), Haliotis laevegata, Haliotis rubra
dan hibrida Haliotis laevegata x Haliotis rubra. Rekomendasi ini juga
berlaku untuk semua spesies rentan lainnya yang disebutkan dalam
Aquatic Manual ketika diperdagangkan secara internasional.
2) Bab II : Infeksi Bonamia exitiosa
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: Tiram lumpur Australia
(Ostrea angasi) dan tiram datar Chili (Ostrea chilensis). Rekomendasi ini
juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang dirujuk dalam Aquatic
Manual saat diperdagangkan secara internasional.
3) Bab III : Infeksi Bonamia ostrae
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: Tiram rata Eropa (Ostrea
edulis), tiram lumpur Australia (Ostrea angasi), tiram datar Argentina
(Ostrea puelchana), tiram datar Chili (Ostrea chilensis), tiram Asiatic
(Ostrea denselammellosa) dan tiram Suminoe (Crassostrea ariakensis).
Rekomendasi ini juga berlaku untuk semua spesies rentan lainnya yang
disebutkan dalam Aquatic Manual ketika diperdagangkan secara
internasional.
4) Bab IV : Infeksi Marteilia refringes
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: Tiram rata Eropa (Ostrea
edulis), tiram lumpur Australia (Ostrea angasi), tiram Argentina (Ostrea
puelchana), tiram datar Chili (Ostrea chilensis), kupang biru (Mytilus
edulis) dan remis Mediterania (Mytilus galloprovincialis). Rekomendasi
ini juga berlaku untuk yang lain spesies rentan yang dirujuk dalam
Aquatic Manual ketika diperdagangkan secara internasional.
5) Bab V : Infeksi Perkinsus marinus
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: Eastern oyster
(Crassostrea virginica), tiram Pasifik (Crassostrea gigas), Suminoe tiram

15
(Crassostrea ariakensis), kulit kerang lunak (Mya arenaria), Baltik
kerang (Macoma balthica) dan cangkang kerang keras (Mercenaria
mercenaria). Rekomendasi ini juga berlaku untuk yang rentan lainnya
spesies yang disebutkan dalam Aquatic Manual ketika diperdagangkan
secara internasional.
6) Bab VI : Infeksi Perkinsus olseni
Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: terutama kerang venerid
(Austrovenus stutchburyi, Venerupis pullastra, Venerupis aurea,
Ruditapes decussatus dan Ruditapes philippinarum), abalone (Haliotis
rubra, Haliotis laevigata, Haliotis Cyclobates dan Haliotis scalaris) dan
spesies lainnya (Anadara trapezia, Barbatia novaezelandiae, Macomona
liliana, Paphies australis dan Crassostrea ariakensis). Rekomendasi ini
juga berlaku untuk yang rentan lainnya spesies yang disebutkan dalam
Aquatic Manual ketika diperdagangkan secara internasional.
7) Bab VII : Infeksi Xenohaliotis californiensis
Bab ini dibuat untuk memberikan informasi mengenai diagnosis,
pencegahan, dan penanganan infeksi yang disebebkan oleh X.
californiensis. Rekomendasi dalam bab ini berlaku untuk: abalone hitam
(Haliotis cracherodii), abalone putih (Haliotis sorenseni), abalone merah
(Haliotis rufescens), pink abalone (Haliotis corrugata), abalon hijau
(Haliotis tuberculata dan Haliotis fulgens), abalone pipih (Haliotis
wallalensis) dan abalone Jepang (Haliotis discus-hannai). Rekomendasi
ini juga berlaku untuk spesies rentan lainnya yang dirujuk dalam Aquatic
Manual ketika diperdagangkan secara internasional.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa OIE yang merupakan sebuah badan kesehatan
hewan dunia sangat serius dalam menangani kesehatan hewan dalam berbagai
aspek termasuk hewan akuatik. Aquatic Code yang ditetapkan oleh OIE
memuat tindakan-tindakan baik pencegahan, penanganan, dan tata cara
pelaporan suatu wabah atau penyakit serta prosedur perdagangan hean akuatik
internasional untuk menjaga keamanan dan pencegahan penyebaran penyakit.

3.2 Saran
Semoga kedepannya penulis lebih banyak mencatumkan referensi dan
membandingkan standar OIE dengan standar yang ada di Indonesia atau
negara lain apakah sudah sesuai atau belum.

17
DAFTAR RUJUKAN

OIE. 2017. Aquatic Animal Health Code : Twentieth Edition. Paris: World
Organization of Animal Health.

18

Anda mungkin juga menyukai