Anda di halaman 1dari 19

METODE-METODE DALAM MENDETEKSI PATOGEN

PADA ILAN DILINGKUNGAN PERAIRAN

MATA KULIAH PATOLOGI IKAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

ADHWA EUSIDEROXYLON ZWAGERY L031211018

MONALISA A. MUSA L031211013

ROSDIANA L031211012

RADHI MUSAID RUSLAN L031211014

SYAHRUL RAMADHAN L031211017

A.MUH. HAEKAL AL QADRI L031211016

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIARAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


menganugerahkan kesehatan, kesempatan, ide dan kemampuan serta petunjuk
sehingga penulisan Makalah PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT PADA IKAN ini dapat diselesaikan. Penyusunan Makalah
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA IKAN ini
dimaksudkan untuk melengkapi literatur yang terkait mata kuliah Patologi Ikan.
Penyusunan makalah ini diharapkan agar dapat menambah wawasan para
mahasiswa.

Semoga Allah menjadikannya sebagai amal shalih bagi penulis dan pihak-
pihak yang terkait makalah ini. Akhirnya kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan Makalah “Pengobatan Dan Pencegahan Penyakit Pada Ikan”
ini diucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
sumbangsih yang besar bagi masyarakat akademik disektor perikanan dan
kelautan pada khususnya dan masyarakat Indosesia pada umumnya. Aamiin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 09 Juni 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang penyakit


baik itu gejala, penyebab, proses, serta cara pengobatan dari penyakit tersebut.
Semua makhluk hidup dapat terserang penyakit, baik itu manusia, hewan,
tumbuhan, yang hidup, baik di darat, air dan udara. Setiap penyakit dapat
disebabkan oleh agen penyakit (pathogen), lingkungan ataupun yang lainnya.

Patologi ikan merupakan ilmu yang mempelajari penyebab, proses pathogen


menyerang inang serta cara menanggulangi penyakit tersebut. Penyakit pada ikan
dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya parasit, virus, lingkungan,
kekurangan nutrisi serta karena gen yang diturunkan oleh induk ikan. Jika satu
ikan terserang penyakit, penyebaran penyakit akan terjadi sangat cepat jika
lingkungan tempat hidup ikan juga buruk. Sebelum penyakit tersebar secara
menyeluruh, kita dapat menanggulangi kematian massal jika kita dapat
mendiagnosa penyakit tersebut dengan benar sehingga dapat dilakukan
pengobatan.

Metode diagnose penyakit ikan saat ini sudah mulai banyak berkembang.
Mulai dari metode diagnosa yang tradisional sampai dengan metode yang sangat
modern dan dapat mendeteksi agen penyakit dalam hitungan jam. Penyakit ikan
pada ikan biasanya timbul karena lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan,
dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padatnya penebaran ikan
yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan
zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang baik jumlah maupun
mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress.
Oleh karenanya, ikan akan sangat mudah terserang penyakit. Penyakit pada ikan
mengakibatkan kerugian ekonomis. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi
ikan.
Oleh karena itu perlunya pemahaman terhadap jenis penyakit yang ada pada
ikan. Diagnosis penyakit pada ikan di Indonesia melibatkan beberapa tahap dan
melibatkan berbagai metode dan sumber daya.

Untuk mendiagnosis penyakit pada ikan, penting untuk mengidentifikasi


gejala yang muncul. Gejala penyakit ikan dapat bervariasi, termasuk perubahan
perilaku, perubahan warna, kerusakan sirip, luka, pembengkakan, atau perubahan
pada organ internal. Pengamatan langsung terhadap ikan yang sakit sangat penting
dalam mengidentifikasi gejala dan perubahan pada tubuh ikan.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja metode diagnosa penyakit yang umum digunakan dalam industri
perikanan dan akuakultur untuk mendeteksi dan mengidentifikasi
penyakit pada ikan?

2. Apa tantangan dan kendala yang dihadapi dalam penggunaan metode


diagnosa penyakit pada ikan? Bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi
keberhasilan dan keakuratan diagnosis?

3. Bagaimana penerapan metode diagnosa penyakit pada ikan dapat


berkontribusi pada pengendalian dan pengobatan penyakit, serta
pembangunan industri perikanan dan akuakultur yang berkelanjutan?

C. Tujuan

1. Menjelaskan secara komprehensif metode diagnosa penyakit yang umum


digunakan dalam industri perikanan dan akuakultur untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi penyakit pada ikan.

2. Membahas tantangan dan kendala yang dihadapi dalam penggunaan metode


diagnosa penyakit pada ikan, serta bagaimana faktor-faktor ini
memengaruhi keberhasilan dan keakuratan diagnosis.

3. Menyoroti pentingnya penerapan metode diagnosa penyakit pada ikan


dalam pengendalian dan pengobatan penyakit, serta kontribusinya terhadap
pembangunan industri perikanan dan akuakultur yang berkelanjutan.
D. Manfaat

Makalah ini dapat memberikan penjelasan rinci tentang setiap metode,


prinsip kerjanya, kelebihan dan keterbatasannya, serta penerapannya dalam
praktik perikanan dan akuakultur. Hal ini akan meningkatkan pemahaman
pembaca tentang proses diagnosa penyakit pada ikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE DIAGNOSA PENYAKIT

Metode diagnosa penyakit yang umum digunakan dalam industri perikanan


dan akuakultur untuk mendeteksi dan mengidentifikasi penyakit pada ikan.
Berikut ini adalah beberapa metode diagnosa penyakit yang umum
digunakan pada ikan:

a. Observasi Visual: Metode ini melibatkan pengamatan langsung terhadap


ikan yang sakit untuk mengidentifikasi perubahan fisik seperti luka, bintik-
bintik, pembengkakan, perubahan warna, atau perubahan perilaku yang
dapat mengindikasikan penyakit. Observasi visual adalah metode pertama
yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit pada ikan. Adapaun kelebihan
dari observasi visual adalah mudah diamati, murah penggunannya artinya
tidak menggunakan alat, hanya menggunakan pengamatan gejala klinis,
edangkan kekurangannya adalah kurang akurat dalam mendiagnosis
penyakit

Gambar 1. Bintik pada ikan

b. Pemeriksaan Mikroskopis: Pemeriksaan mikroskopis melibatkan


pengambilan sampel jaringan ikan yang sakit, seperti kulit, sirip, atau lendir,
yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi
mikroorganisme penyebab penyakit seperti parasit, bakteri, atau jamur.
Adapun kelebihan dari pemeriksaan mikroskopis adalah lebih akurat, dan
lebih cepat, namun kekurangannya harga mikroskop mahal.

Gambar 2. Pengambilan sampel ikan

c. Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan laboratorium melibatkan


penggunaan teknik laboratorium untuk mendiagnosis penyakit pada ikan.
Adapun kelebihan dari pemeriksaan laboratorium adalah lebih akurat dan
steril, sedangkan kekurangannya adalah harganya mahal, dan membutuhkan
waktu yang lama. Beberapa metode yang umum digunakan adalah:

• Kultur Bakteri: Metode ini melibatkan isolasi dan identifikasi bakteri


patogen dari sampel ikan yang sakit melalui proses kultur bakteri di
media yang sesuai.

Gambar 3. Kultur bakteri

• Identifikasi Genetik: Melalui teknik seperti PCR (Polymerase Chain


Reaction) atau sekuensing DNA, metode ini dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan atau variasi gen yang terkait dengan penyakit
tertentu pada ikan.
Gambar 4. Identifikasi gentik secara PCR

• Tes Serologis: Metode ini menggunakan tes seperti ELISA


(Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) untuk mendeteksi
keberadaan antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap
infeksi penyakit pada ikan.

Gambar 5. Metode ELISA dalam mendeteksi antibody

B. Tantangan dan Kendala yang Dihadapi dalam Penggunaan Metode


Diagnosa Penyakit
Adapun factor-faktor yang memengaruhi keberhasilan dan keakuratan
dalam mendiagnosis penyakit ikan, yaitu :
• Keragaman Penyakit dan Spesies Ikan
Terdapat ribuan spesies ikan dengan keragaman biologis yang luas. Setiap
spesies ikan dapat memiliki kepekaan dan respons yang berbeda terhadap
penyakit. Pengetahuan yang ada terbatas pada sejumlah spesies ikan yang penting
secara komersial atau ekonomis, dan ada banyak spesies yang belum banyak
dipelajari dalam konteks penyakit.
1) Infeksi Virus pada Ikan
Virus seringkali menyebabkan penyakit pada ikan dengan gejala yang
bervariasi. Beberapa virus dapat menyebabkan perubahan perilaku, seperti
berenang tidak normal, kehilangan nafsu makan, dan penurunan
pertumbuhan. Sementara itu, virus lain dapat menyebabkan gejala sistemik,
termasuk perubahan warna, luka pada kulit, atau kerusakan organ dalam.

2) Penyakit Parasit pada Ikan


Infestasi parasit pada ikan juga dapat menyebabkan gejala yang
kompleks. Gejala umumnya meliputi gatal-gatal, perubahan perilaku seperti
menggosokkan tubuh pada permukaan, kehilangan nafsu makan, kelemahan,
atau perubahan warna. Namun, gejala yang spesifik dapat bervariasi
tergantung pada jenis parasit yang terlibat.

Gambar 6. White spot virus pada ikan

3) Infeksi Bakteri pada Ikan


Infeksi bakteri pada ikan dapat menunjukkan gejala yang beragam
tergantung pada jenis bakteri yang terlibat dan organ tubuh yang terinfeksi.
Beberapa gejala umum termasuk perubahan perilaku seperti aktivitas
berkurang, pernafasan yang terganggu, kehilangan nafsu makan, luka pada
kulit, dan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu.

Gambar 7. Mycobacteriosis pada ikan

• Kekurangan Data dan Informasi


Data yang komprehensif tentang penyakit ikan mungkin tidak selalu
tersedia, terutama di daerah yang kurang berkembang atau di mana pemantauan
penyakit tidak dilakukan secara teratur. Kurangnya data dapat menghambat
pemahaman tentang prevalensi, distribusi geografis, dan faktor risiko penyakit
ikan.

• Interaksi Penyakit
Penyakit pada ikan seringkali kompleks dan melibatkan interaksi antara
agen penyebab yang berbeda, seperti virus, bakteri, parasit, dan faktor lingkungan.
Namun, pemahaman tentang interaksi ini masih terbatas. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk memahami bagaimana interaksi ini mempengaruhi
perkembangan dan penyebaran penyakit pada ikan.

• Diagnosis yang Akurat


Diagnosis penyakit ikan dapat menjadi tantangan. Metode diagnostik yang
tersedia mungkin tidak selalu akurat atau sensitif dalam mendeteksi penyakit pada
ikan. Beberapa penyakit juga memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lain,
sehingga membingungkan dalam proses diagnosis.

• Gejala yang Serupa


Beberapa penyakit pada ikan dapat menunjukkan gejala yang mirip, seperti
perubahan perilaku, perubahan warna, kehilangan nafsu makan, luka, atau
pembengkakan. Gejala serupa ini dapat membuat sulitnya membedakan jenis
penyakit yang mendasarinya tanpa menggunakan metode diagnostik yang lebih
mendalam, seperti pemeriksaan laboratorium atau analisis molekuler.
• Pengetahuan yang Terbatas
Meskipun telah dilakukan banyak penelitian dan peningkatan pengetahuan
tentang penyakit ikan, masih ada banyak aspek yang belum dipelajari secara
mendalam. Pengetahuan tentang beberapa penyakit ikan masih terbatas, terutama
untuk spesies ikan yang kurang diperhatikan secara komersial. Keterbatasan ini
dalam pengetahuan dapat membuat identifikasi dan diagnosa jenis penyakit
menjadi lebih sulit.

Gambar 8. Kerusakan pada bagian kepala ikan

• Faktor Lingkungan dan Stres


Gejala penyakit pada ikan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan tingkat stres yang dialami oleh ikan. Perubahan suhu air, kualitas air yang
buruk, tingkat keasaman yang tinggi, atau paparan zat toksik dapat menyebabkan
gejala yang berbeda pada ikan, seperti perubahan perilaku, pernafasan yang
terganggu, atau perubahan fisik. Penting untuk dicatat bahwa kompleksitas gejala
penyakit ikan dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada penyebab dan
kondisi spesifik. Sumber-sumber yang saya berikan merupakan referensi umum
yang menggambarkan berbagai gejala penyakit ikan, namun untuk informasi lebih
rinci tentang gejala penyakit tertentu.
Gambar 9. Kualitas air yang buruk

• Keterbatasan Metode Diagnostik


Metode diagnostik untuk penyakit ikan dapat melibatkan beberapa tahap,
termasuk pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium, dan analisis molekuler.
Setiap tahap memerlukan waktu yang signifikan untuk dilakukan. Misalnya,
pemeriksaan klinis melibatkan pengamatan terhadap gejala dan tanda-tanda pada
ikan, yang dapat membutuhkan waktu yang cukup lama terutama jika populasi
ikan yang terkena luas. Selanjutnya, pemeriksaan laboratorium dan analisis
molekuler memerlukan waktu untuk pengumpulan sampel, proses laboratorium,
dan interpretasi hasilnya.

• Kepadatan Populasi
Tingkat kepadatan yang tinggi dalam populasi ikan dapat mempercepat
penyebaran penyakit. Ketika ikan hidup dalam lingkungan yang padat, risiko
kontak dan penularan penyakit menjadi lebih tinggi. Selain itu, kepadatan yang
tinggi juga dapat menyebabkan stres pada ikan, melemahkan sistem kekebalan
mereka, dan membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.

• Kualitas Pakan
Pakan yang tidak seimbang atau berkualitas rendah dapat mempengaruhi
sistem kekebalan ikan. Jika ikan tidak mendapatkan nutrisi yang cukup atau
kualitas pakan buruk, kekebalan mereka dapat melemah, sehingga meningkatkan
risiko infeksi penyakit.
C. Metode Diagnosa Penyakit pada Ikan yang dapat Berkontribusi pada
Pengendalian dan Pengobatan Penyakit
Penerapan metode diagnosa penyakit pada ikan sangat penting dalam
pengendalian dan pengobatan penyakit pada ikan, serta dalam pembangunan
industri perikanan dan akuakultur yang berkelanjutan. Beberapa kontribusi dari
penerapan metode diagnosa penyakit pada ikan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi penyakit ikan yang akurat dan cepat


Dengan menggunakan teknologi diagnosa seperti PCR (Polymerase Chain
Reaction) dan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay), peternak dapat
mengidentifikasi penyakit ikan secara akurat dan cepat. Hal ini memungkinkan
peternak untuk mengambil tindakan pengendalian dan pengobatan penyakit
dengan cepat sebelum menyebar ke ikan yang lain.

2. Pengendalian dan Pengobatan Penyakit Ikan


Teknologi diagnosa dapat membantu dalam merancang protokol
pengendalian penyakit ikan yang lebih efektif. Setelah identifikasi penyakit
diselesaikan, peternak dapat membuat keputusan tentang pengobatan yang tepat,
memilih vaksin yang cocok, atau membuat strategi untuk menghindari penyebaran
penyakit di masa depan.

3. Pembangunan industri perikanan yang berkelanjutan


Penerapan diagnosa penyakit pada ikan dapat membantu meminimalkan
risiko kegagalan usaha dan mendukung pertumbuhan industri perikanan yang
berkelanjutan. Dengan memilih ikan yang lebih tahan terhadap penyakit, peternak
dapat memastikan kualitas ikan yang dicapai dan melindungi populasi ikan liar di
perairan yang dikelola.

4. Meningkatkan Kesejahteraan Ikan


Penerapan teknologi diagnosa dapat membantu dalam melacak kondisi
kesehatan ikan secara teratur. Dengan memahami faktor penyebab munculnya
penyakit, peternak dapat merancang lingkungan akuakultur yang lebih baik serta
merancang strategi pencegahan yang tepat. Dengan meningkatkan kesejahteraan
ikan, peternak dapat mempertahankan kondisi optimal dan meningkatkan efisiensi
pertumbuhan ikan.

Dalam keseluruhan, penerapan metode diagnosa penyakit pada ikan dapat


membantu untuk membangun industri perikanan dan akuakultur yang
berkelanjutan, meningkatkan produksi, mengendalikan dan mencegah penyakit
ikan, serta mendukung kesejahteraan ikan dan lingkungan perairan yang ada.

D. Gejala Penyakit Ikan yang Tidak Spesifik dan Mirip dengan Gejala
Penyakit Lain
Dalam hal ini bisa membuat diagnose menjadi rumit. Ikan seringkali
terpapar oleh berbagai agen penyebab penyakit, termasuk virus, bakteri, parasit,
dan jamur. Ketika ikan terinfeksi oleh beberapa agen penyebab penyakit secara
bersamaan atau berurutan, gejala yang muncul dapat disebabkan oleh interaksi
kompleks antara penyakit dan faktor lingkungan, seperti suhu air, kualitas air, atau
stres. Hal ini dapat menyebabkan gejala yang tidak spesifik dan sulit untuk secara
akurat mendiagnosis penyakit tertentu.
Respons imun ikan terhadap penyakit dapat bervariasi tergantung pada
spesies ikan, usia, kondisi kehidupan, dan sejarah infeksi sebelumnya. Beberapa
ikan mungkin menunjukkan respons imun yang kuat dan gejala penyakit yang
jelas, sementara yang lain mungkin memiliki respons imun yang lemah atau gejala
yang tidak khas. Ini dapat menyebabkan gejala yang berbeda pada ikan yang
terinfeksi oleh penyakit yang sama.
Beberapa penyakit pada ikan dapat memiliki gejala yang serupa, seperti
kehilangan nafsu makan, perubahan perilaku, perubahan warna, atau luka pada
kulit. Gejala yang mirip ini dapat membuat sulit untuk membedakan penyakit satu
dengan yang lain hanya berdasarkan gejala yang muncul. Diagnosis yang akurat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti analisis laboratorium atau teknik
diagnostik molekuler.
Faktor-faktor ini memengaruhi keberhasilan dan keakuratan diagnosis
dengan mempengaruhi kemampuan ahli laboratorium untuk mengidentifikasi
penyakit ikan. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan diagnosis, pengobatan yang
tidak tepat, dan bahkan kematian ikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ikan dan pengembangan
metode diagnosa yang lebih akurat, cepat dan efektif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterbatasan pengetahuan tentang penyakit ikan: Keragaman spesies ikan
dan penyakit yang ada membuat pengetahuan tentang penyakit ikan menjadi
terbatas. Banyak spesies ikan yang belum dipelajari secara mendalam, dan data
yang komprehensif tentang penyakit ikan mungkin tidak selalu tersedia.
Keragaman spesies ikan: Setiap spesies ikan memiliki karakteristik biologis,
fisiologi, dan imunitas yang berbeda. Oleh karena itu, penyakit pada ikan dapat
bervariasi secara signifikan antara spesies ikan yang berbeda. Identifikasi jenis
penyakit pada ikan memerlukan pemahaman yang mendalam tentang spesies ikan
tertentu.

Keragaman agen penyebab: Penyakit ikan dapat disebabkan oleh berbagai


agen infeksius, seperti virus, bakteri, parasit, jamur, dan protozoa. Setiap agen
penyebab memiliki karakteristik biologis yang berbeda, termasuk siklus hidup,
strategi patogenitas, dan metode penyebaran. Identifikasi dan diagnosis jenis
penyakit ikan menjadi lebih kompleks karena berbagai agen penyebab yang
mungkin terlibat. Gejala yang serupa: Beberapa penyakit pada ikan dapat
menunjukkan gejala yang mirip, seperti perubahan perilaku, perubahan warna,
kehilangan nafsu makan, luka, atau pembengkakan. Gejala serupa ini dapat
membuat sulitnya membedakan jenis penyakit yang mendasarinya tanpa
menggunakan metode diagnostik yang lebih mendalam. Keterbatasan dalam
pengetahuan: Pengetahuan tentang beberapa penyakit ikan masih terbatas,
terutama untuk spesies ikan yang kurang diperhatikan secara komersial.
Keterbatasan ini dalam pengetahuan dapat membuat identifikasi dan diagnosa
jenis penyakit menjadi lebih sulit. Kompleksitas gejala penyakit: Gejala penyakit
pada ikan dapat dipengaruhi oleh jenis penyakit, spesies ikan, agen penyebab, dan
kondisi lingkungan. Infeksi virus, penyakit parasit, dan infeksi bakteri dapat
menunjukkan gejala yang kompleks dan bervariasi tergantung pada faktor-faktor
tersebut. Penerapan metode diagnosa penyakit pada ikan dapat berkontribusi pada
pengendalian dan pengobatan penyakit, serta pembangunan industri perikanan dan
akuakultur yang berkelanjutan. Dengan menggunakan metode diagnosa yang
akurat, penyakit pada ikan dapat diidentifikasi dengan tepat, sehingga langkah-
langkah pengendalian dan pengobatan yang efektif dapat dilakukan. Dampaknya
adalah sebagai berikut:
Pengendalian penyakit: Dengan mengidentifikasi penyakit pada ikan dengan
cepat dan akurat, langkah-langkah pengendalian penyakit dapat segera dilakukan
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Hal ini dapat meliputi isolasi ikan yang
sakit, penggunaan obat-obatan yang tepat, atau perubahan praktik manajemen.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, A. et al. (2003). Fish Vaccines: Enhancing Immune Responses and


Immersion Vaccine Delivery Methods. Expert Review of Vaccines, 2(2):
309-320.

Austin, B. (2010). Infectious Diseases of Fish and Shellfish. 2nd edition. Wiley-
Blackwell.

Boyd, C.E. (2015). Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama


Cooperative Extension System.

Brocklebank et al. (2020). Advances in Diagnostics for Infectious Salmon


Anaemia Virus (ISAV). Viruses, 12(6): 609.

Colorni, A. (2017). "Methods in Fish Histopathology". In: Bury N., Flik G. (eds)
Fish Defenses. Springer, Cham.

Di et al. (2014). Viral Diseases of Cultured Fishes in China. Journal of Fisheries


and Livestock Production, 2: 121.

Diamanka, A. et al. (2020). Diagnosis of Infectious Diseases in Aquaculture: A


Review. Aquaculture Research, 51(5): 1875-1888.

Ellis, A.E. (1999). Immunity to Bacteria in Fish. Fish and Shellfish Immunology,
9(4): 291-308.

Frischknecht, M., Zenke, F. (2020). "Serological Diagnosis of Infectious Fish


Diseases: From Traditional Approaches to High-Throughput Techniques".
Frontiers in Veterinary Science, 7, 572.

Gatlin III, D.M. et al. (2007). Nutrition and Fish Health. In: Lim, C. et al. (Eds.),
Nutrition and Fish Health. 1st edition. CRC Press.

Jung, S.J. et al. (2019). Viral Diseases in Farmed Fish and Their Control
Measures. Aquaculture and Fisheries, 4(3): 95-108.

Lafferty et al. (2015). Marine Disease Ecology. Annual Review of Ecology,


Evolution, and Systematics, 46: 523-541.
Mardones et al. (2013). Diseases in Farmed Salmonids Revisited: Updated
Insights From Field Studies. Frontiers in Veterinary Science, 1: 19.

Munang'andu et al. (2015). Current Advances in Detection and Treatment of Fish


Parasites. Journal of Veterinary Science & Technology, 6: 231.

Noga, E.J. (2010). Fish Disease: Diagnosis and Treatment. 2nd edition. Wiley-
Blackwell.

Noga, E.J. (2010). Fish Disease: Diagnosis and Treatment. Wiley-Blackwell.

Pickering, A.D. (1981). Stress and Fish. Academic Press.

Toranzo, A.E. et al. (2005). Pathogens, Parasites, and Epibionts of Fishes. In:
Woo, P.T.K. et al. (Eds.), Fish Diseases and Disorders: Protozoan and
Metazoan Infections. 2nd edition. CABI Publishing.

Woo, P.T.K. (2006). Fish Diseases and Disorders: Viral, Bacterial, and Fungal
Infections. 2nd edition. CABI Publishing.

Woo, P.T.K., Bruno, D.W. (eds.) (2011). Fish Diseases and Disorders: Volume 3:
Viral, Bacterial and Fungal Infections. CABI Publishing.

Xue et al. (2017). Interactions Between Fish Hosts and Their Viruses. Frontiers in
Microbiology, 8: 2569.

Anda mungkin juga menyukai