Anda di halaman 1dari 8

BAB I

DEFINISI

Beberapa pengertian dimaksud dalam panduan ini sebagai berikut:


1. Amp (Audit Maternal Dan Perinatal) adalah suatu kegiatan menelusuri kembali sebab–
sebab kesakitan/kematian maternal dan kematian perinatal/neonatal dengan maksud
untuk mencegah terjadinya kesakitan/kematian yang sama dimasa mendatang.
2. Azas
Dalam melaksanakan kegiatan AMP kabupaten/ kota ini, terdapat beberap prinsip yang
berbeda dengan kegiatan AMP terdahulu. Prinsip atau azas yang mutlak harus dipenuhi
dalam kegiatan AMP ini adalah :
a. No Name (tidak menyebutkan identitas)
Dalam kegitan AMP ini, seluruh informasi mengenai identitas kasus maupun
petugas dan institusi kesehatan yang memberikan pelayanan pada ibu dan
neonatal yang meninggal akan dianonamekan (no name) pada saaat proses
penelaahan kasus sehingga kemungkinan untuk menyudutkan, menyalahkan dan
menghakimi seseoranng atau institusi kesehatan dapat dihilangkan atau
diminimalkan.
b. No shame (tidak mempermalukan)
Seperti yang telah diuraikan diatas, seluruh identitas akan dihilangkan (anonym)
sehingga kemungkinan AMP berpotensi mempermalukan petugas atau institusi
kesehatan dapat diminimalkan.
c. No Blame (tidak menyalahkan)
Sebagai akibat dari ridak adanya identitas pada saat pengkajian kasus dilakukan,
potensi menyalahkan dan menghakimi (blaming) petugas atau institusi kesehatan
dapat dihindari.Penganoniman juga diharapkan dapat membuat petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan bersedia untuk lebih terbuka dan tidak
menyembunyikan informasi yang ditakutkan dapat menyudutkan petugas
tersebut.Informasi yang mungkin disembunyikan tersebut mungkin merupakan
informasi penting yang berkaitan dengan faktor yang dapat dihindarkan. Prinsip
ini harus diterapkan saat proses audit sehingga tujuan untuk memperoleh
pembelajaran dan mencegah terjadinya kesalahan di masa mendatang.

1
d. No Pro Justisia (tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP tidak dapat digunakan
sebagai bahan bukti dipersidangan (no pro justisia).Seluruh informasi adalah
bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk keperluan untuk memperbaiki
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan perinatal/neonatal.
e. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maternal dan
perinatal/neonatal adalah melalui pembelajaran yang dapat bersifat: individual,
kelompok terfokus, maupun massal berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan
oleh pengkaji kepada seluruh komunitas pelayanan KIA

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Kebijaksanaan
Undang-undang Nomor 36tahun 2009 dan Undang-undang nomor 44 tentang kesehatan menyatakan
bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijaksanaan Indonesia Sehat dan strategi
making pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah sbb:
1. Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga mutu
puskesmas, di samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan
pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal
2. Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu memanfaatkan semua
potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh wilayahnya
3. Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar (puskesmas dan
jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS
4. Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola dan pelaksanaan
program KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis.

B. Unsur-unsur AMP
1. Data kematian / kasus
Kasus kematian yang terjadi di rumah sakit,:
a. Mencakup kematian ibu hamil : kematian ibu melahirkan dan kematian ibu nifas ( sampai
42 hari setelah melahirkan )
b. Kematian perinatal : kematian janin yang berumur 28 minggu keatas sampai bayi berumur
7 hari
c. Kematian neonatal: kematian bayi yang berumur 8 hari sampai dengan 28 hari
2. Dilakukan otopsi verbal
Tujuan otopsi verbal adalah
a. Untuk menentukan jenis penyakit dengan menggunakan informasi tentang gejala penyakit
melalui wawancara dengan keluarga penderita
b. Untuk menentukan kegiatan intervensi, agar kasus serupa tidak terjadi lagi
c. Untuk menentukan intervensi yang tepat, selain mengetahui penyakit penyebab kematian,
harus mengetahui pula penyebab atau faktor- faktor yang punya kontribusi kepada terjadinya
kematian maupun kepada penyebab kematian
3. Pembahasan hasil otopsi verbal
Hasil otopsi verbal dibahas dan dianalisa dalam AMP level I

3
Tujuannya:
a. Menganalisa dan mengidentifikasi penyebab masalah dan faktor–faktor yang punya andil
terhadap terjadinya masalah
b. Mengidentifikasi dan menyepakati kegiatan intervensi untuk mencegah terulangnya kasus
yang sama
4. Kegiatan intervensi yang dilakukan
Hasil pembahasan otobsi verbal yang sudah di bahas dalam level I akan di presentasikan dalam
level II.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Adanya kesamaan persepsi semua pihak bahwa kegiatan AMP bukan untuk menghakimi, tetapi
merupakan kegiatan pemecahan masalah, peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kinerja
2. Semua kasus kematian maternal dan kematian perinatal/neonatal yang terjadi di rumah sakit
dapat dicatat dan dilaporkan (tidak ada yang lolos)
3. Otopsi verbal dilakukan secara lengkap dan tepat (tepat waktu, tepat analisis)
4. Riwayat penyakit, termasuk proses penanganan yang telah dilakukan, dilaporkan secara lengkap,
teliti dan jujur
5. Kegiatan intervensi ditentukan secara tajam dan spesifik, difokuskan untuk mengatasi akar
permasalahan
6. Pemantauan dan bimbingan terhadap pelaksanaan kegiatan intervensi dilakukan secara
berkesinambungan

4
BAB III
TATA LAKSANA
A. Langkah–langkah

Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim AMP

2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP

3. Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP

4. Pelaksanaan kegiatan AMP

5. Menindaklanjuti terhadap temuan dari kegiatan audit maternal dan perinatal

B. Rincian kegiatan AMP

1. Menyampaikan informasi dan menyamakan persepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian

dan pelaksanaan AMP di Rumah Sakit

2. Melaksanakan AMP bila ada kasus kematian maternal dan perinatal

3. Menindaklanjuti terhadap temuan yang telah disepakati dalam pertemuan AMP

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap temuan AMP

5. Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan program

KIA secara berkelanjutan

C. Metoda

1. Audit level 1 adalah audit yang dilaksanakan oleh dokter spesialis konsulan saat itu beserta

petugas (perawat/bidan) yang dinas saat itu yang dilaksanakan 1x24 jam setelah kejadian

2. Audit level 2 adalah audit yang dilaksanakan oleh Dokter Penanggung Jawab pada level 1

dengan Tim AMP, Komite Medik, Manajemen Rumah Sakit dan Unit Terkait, dilaksanakan

paling lama 2 Minggu setelah kejadian

D. Pelaksanaan AMP

1. Penyelenggaran presentasi AMP dilakukan teratur bila ada kasus kematian maternal dan perinatal

berlangsung sekitar 2 jam.

5
2. Kasus yang dibahas berasal dari RS.Semua kasus maternal dan perinatal yang meninggal

dirumah sakit hendaknya di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil

pelajaran darinya

3. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari :

a. Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah

b. Proses rujukan yang terjadi

c. Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan

d. Sampai kemudian meninggal atau dapat dipertahankan hidup.

Dari pengkajian tersebutdiperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan

kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang

perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.

4. Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidak bertujuan menyalahkan, atau

memberi sanksi kepada salah satu pihak

5. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan yang selanjutnya dilaporkan

kepada Direksi Rumah Sakit

6. RS membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal ke Kabupaten dengan memakai format yang

disepakati

6
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Dokumentasi
Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan dan
pelaporan yang akurat.
Formulir yang dipakai adalah
1. Formulir pemberitahuan kematian maternal individual dan Formulir pemberitahuan
kematian perinatal/neonatal individual
Formulir ini diisi setiap ada kasus kematian maternal oleh ruangan yang bersangkutan
dandi serahkan ke Rekam Medik, lalu Rumah Sakit melaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten
2. Formulir daftar kematian maternal dan formulir daftar kematian perinatal/ neonatal.
Formulir ini digunakan untuk mengetahui jumlah kematian maternal dan perinatal
3. Formulir Otopsi Verbal kematian Maternal (OVM) dan Formulir Otopsi Verbal kematian
Perinatal/neonatal (OVP). Formulir ini digunakan untuk mendapatkan informasi diseputar
kematian maternal dan perinatal
4. Formulir Rekam medis Maternal (RMM) dan Formulir Rekam medis Perinatal/neonatal
(RMP). Formulir ini diisi oleh dokter penanggung jawab perawatan dengan diketahui
oleh Direktur. Formulir ini diisi setelah pembahasan kasus pada AMP level I

7
BAB V
PENUTUP

Penekanan tentang pentingnya implementasi AMP untuk peningkatan kualitas pelayanan


kesehatan, tidak ditujukan untuk mencari kesalahan atau ajang menghakimi tetapi untuk
menemukan akar masalah untuk perbaikan pelayanan serta tindak lanjutnya agar kejadian serupa
tidak terulang dan angka kematian ibu dan bayi tidak meningkat.
Oleh karena itu hal yang paling penting adalah follow up kegiatan setelah orientasi, atau
implementasi AMP pasca orientasi. Semen Padang Hospital akan mendukung sepenuhnya Tim
AMP Rumah Sakit agar dapat berfungsi maksimal.

Anda mungkin juga menyukai