DEFINISI
1
d. No Pro Justisia (tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP tidak dapat digunakan
sebagai bahan bukti dipersidangan (no pro justisia).Seluruh informasi adalah
bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk keperluan untuk memperbaiki
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan perinatal/neonatal.
e. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maternal dan
perinatal/neonatal adalah melalui pembelajaran yang dapat bersifat: individual,
kelompok terfokus, maupun massal berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan
oleh pengkaji kepada seluruh komunitas pelayanan KIA
2
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Kebijaksanaan
Undang-undang Nomor 36tahun 2009 dan Undang-undang nomor 44 tentang kesehatan menyatakan
bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut, kebijaksanaan Indonesia Sehat dan strategi
making pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah sbb:
1. Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga mutu
puskesmas, di samping upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan
pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal
2. Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu memanfaatkan semua
potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh wilayahnya
3. Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar (puskesmas dan
jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS
4. Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para pengelola dan pelaksanaan
program KIA melalui kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis.
B. Unsur-unsur AMP
1. Data kematian / kasus
Kasus kematian yang terjadi di rumah sakit,:
a. Mencakup kematian ibu hamil : kematian ibu melahirkan dan kematian ibu nifas ( sampai
42 hari setelah melahirkan )
b. Kematian perinatal : kematian janin yang berumur 28 minggu keatas sampai bayi berumur
7 hari
c. Kematian neonatal: kematian bayi yang berumur 8 hari sampai dengan 28 hari
2. Dilakukan otopsi verbal
Tujuan otopsi verbal adalah
a. Untuk menentukan jenis penyakit dengan menggunakan informasi tentang gejala penyakit
melalui wawancara dengan keluarga penderita
b. Untuk menentukan kegiatan intervensi, agar kasus serupa tidak terjadi lagi
c. Untuk menentukan intervensi yang tepat, selain mengetahui penyakit penyebab kematian,
harus mengetahui pula penyebab atau faktor- faktor yang punya kontribusi kepada terjadinya
kematian maupun kepada penyebab kematian
3. Pembahasan hasil otopsi verbal
Hasil otopsi verbal dibahas dan dianalisa dalam AMP level I
3
Tujuannya:
a. Menganalisa dan mengidentifikasi penyebab masalah dan faktor–faktor yang punya andil
terhadap terjadinya masalah
b. Mengidentifikasi dan menyepakati kegiatan intervensi untuk mencegah terulangnya kasus
yang sama
4. Kegiatan intervensi yang dilakukan
Hasil pembahasan otobsi verbal yang sudah di bahas dalam level I akan di presentasikan dalam
level II.
4
BAB III
TATA LAKSANA
A. Langkah–langkah
1. Menyampaikan informasi dan menyamakan persepsi dengan pihak terkait mengenai pengertian
5. Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan program
C. Metoda
1. Audit level 1 adalah audit yang dilaksanakan oleh dokter spesialis konsulan saat itu beserta
petugas (perawat/bidan) yang dinas saat itu yang dilaksanakan 1x24 jam setelah kejadian
2. Audit level 2 adalah audit yang dilaksanakan oleh Dokter Penanggung Jawab pada level 1
dengan Tim AMP, Komite Medik, Manajemen Rumah Sakit dan Unit Terkait, dilaksanakan
D. Pelaksanaan AMP
1. Penyelenggaran presentasi AMP dilakukan teratur bila ada kasus kematian maternal dan perinatal
5
2. Kasus yang dibahas berasal dari RS.Semua kasus maternal dan perinatal yang meninggal
dirumah sakit hendaknya di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil
pelajaran darinya
3. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari :
a. Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga kesehatan dirumah
c. Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan
kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang
perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
4. Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidak bertujuan menyalahkan, atau
5. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan yang selanjutnya dilaporkan
6. RS membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal ke Kabupaten dengan memakai format yang
disepakati
6
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Dokumentasi
Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan dan
pelaporan yang akurat.
Formulir yang dipakai adalah
1. Formulir pemberitahuan kematian maternal individual dan Formulir pemberitahuan
kematian perinatal/neonatal individual
Formulir ini diisi setiap ada kasus kematian maternal oleh ruangan yang bersangkutan
dandi serahkan ke Rekam Medik, lalu Rumah Sakit melaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten
2. Formulir daftar kematian maternal dan formulir daftar kematian perinatal/ neonatal.
Formulir ini digunakan untuk mengetahui jumlah kematian maternal dan perinatal
3. Formulir Otopsi Verbal kematian Maternal (OVM) dan Formulir Otopsi Verbal kematian
Perinatal/neonatal (OVP). Formulir ini digunakan untuk mendapatkan informasi diseputar
kematian maternal dan perinatal
4. Formulir Rekam medis Maternal (RMM) dan Formulir Rekam medis Perinatal/neonatal
(RMP). Formulir ini diisi oleh dokter penanggung jawab perawatan dengan diketahui
oleh Direktur. Formulir ini diisi setelah pembahasan kasus pada AMP level I
7
BAB V
PENUTUP