Anda di halaman 1dari 4

Nama : Zela Dian Affriani

NIM : 20160420250

RANGKUMAN BAB 12
INTANGIBLE ASSETS
(ASET TIDAK BERWUJUD)

Karakteristik asset tidak berwujud:

1. Dapat diidentifikasi
Untuk dapat diidentifikasi, sebuah asset tidak berwujud harus terpisah
dari perusahaan (dapat dijual/dipindahtangankan), atau muncul dari sebuah
kontrak atau hak legal dari manfaat ekonomi bagi perusahaan.

2. Tidak memiliki bentuk fisik


Aset berwujud seperti property, pabrik dan peralatan memiliki bentuk
fisik. Sebaliknya dengan asset tidak berwujud, asset tidak berwujud memperole
nilai dari hak perusahaan untuk memanfaatkannya.

3. Bukan asset moneter


Asset seperti tabungan di bank, piutang usaha, dan investasi jangka
panjang dalam obligasi ataupun saham juga tidak memiliki bentuk fisik. Namun,
asset moneter memperoleh nilai dari hak untuk menerima kas atau setara kas
dimasa depan. Asset moneter tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai asset
tidak berwujud.

Penilaian:

1. Membeli asset tidak berwujud

Perusahaan mencatat asset tidak berwujud yang dibeli dari pihak lain
sebesar biaya yang dikeluarkan (at cost). Yang termasuk sebagai biaya adalah semua
biaya yang dikeluarkan untuk mengakusisi ditambah dengan beban-beban untuk
membuat asset tidak berwujud tersebut siap untuk dimanfaatkan. Biaya tersebut
seperti biaya pembelian, biaya legal (pengesahan) dan biaya lainnya.

Kadang-kadang perusahaan memperoleh asset tidak berwujud dengan


menukarkan saham atau asset lainnya. Untuk kasus seperti itu maka cost dari asset
tidak berwujud harus mempertimbangkan nilai wajar (fair value) dari asset tidak
berwujud yang diberikan atau diterima sehingga menjadi lebih jelas.
2. Perusahaan menciptakan asset tidak berwujud

Bisnis terkadang mengeluarkan biaya untuk bermacam-macam sumber daya


yang tidak berwujud, seperti pengetahuan , teknologi, riset pasar , merk dan lain-
lain. Maka untuk mencatat nilai dari asset tidak berwujud tersebut perusahaan
membagi aktivitas menjadi dua yaitu fase riset dan fase pengembangan. Perusahaan
membebankan semua biaya yang dikeluarkan pada saat fase riset dan
mengkapitalisasi semua biaya pada fase pengembangan, jika pada saat fase
pengembangan tersebut perusahaan sudah dapat melihat adanya manfaat ekonomi.

Amortisasi asset tidak berwujud:

1. Memiliki masa manfaat yang terbatas


Perusahaan mengamortisasi asset tidak berwujud dengan
membebankan biaya (beban amortisasi) sesuai dengan masa manfaatnya.

2. Tidak memiliki masa manfaat (masa manfaat tidak terbatas)


Perusahaan tidak mengamortisasi asset tidak berwujud yang tidak
memiliki masa manfaat (masa manfaat tidak terbatas).

Perusahaan juga harus melakukan tes impairment untuk asset tidak berwujud
setiap tahunnya untuk menilai kembali nilai buku dari asset tidak berwujud
tersebut.

Jenis-jenis asset tidak berwujud:


1. Asset tidak berwujud yang berhubungan dengan Pemasaran
Ex: Merk Dagang (Trademark)
2. Asset tidak berwujud yang berhubungan dengan Pelanggan
Ex: Daftar pelanggan
3. Asset tidak berwujud yang berhubungan dengan Seni
Ex: Hak Cipta (Copy Right)
4. Asset tidak berwujud yang berhubungan dengan Kontrak
Ex: Franchise
5. Asset tidak berwujud yang berhubungan dengan Teknologi
Ex: Hak Paten
6. Goodwill*

*Goodwill:
Kelebihan atas biaya yang dikeluarkan dengan nilai wajar perusahaan saat membeli
perusahaan. Ex: perusahaan A membeli perusahaan B sebesar $ 105.000 pada saat nilai
wajar perusahaan B memiliki nilai wajar sebesar $ 100.000. Maka goodwill dari transaksi
tersebut adalah $ 5.000.
Impairment asset tidak berwujud

Impairment adalah penurunan nilai suatu asset. Impairment dilakukan baik pada asset
berwujud (Tangible asset) maupun asset tidak berwujud (Intangible asset) setelah
dilakukan penilaian kembali terhadap nilai suatu asset.

Contoh:
Perusahaan A memiliki patent dengan nilai buku sebesar $ 5.000 pada 2010.
Namun pada akhir tahun 2010 patent tersebut mengalami penurunan nilai karena hal-
hal tertentu menjadi sebesar $ 2.000 dan masa manfaat untuk patent tersebut masih
tersisa 5 tahun. Untuk itu perusahaan harus mencatat atas penurunan nilai dari patent
tersebut sebagai impairment.

Nilai buku Patent $ 5.000


Nilai patent setelah dilakukan penilaian $ 2.000 _
Kerugian Impairment $ 3.000

Maka jurnal yang harus dicatat adalah

Kerugian impairment $ 3.000


Patent $ 3.000

Skedul amortisasi patent


Tahun Nilai Buku Awal Tahun Amortisasi Nilai Buku Akhir Tahun
2011 $ 2.000 $ 400 $ 1.600
2012 1.600 400 1.200
2013 1.200 400 800
2014 800 400 400
2015 400 400 0

Pada akhir 2011 perusahaan harus mencatat beban amortisasi:

Beban Amortisasi $ 400


Patent $ 400

Pada awal tahun 2012 perusahaan A melakukan penilaian kembali terhadap


patent tersebut dan didapati nilai patent tersebut naik menjadi $ 1.800 dari nilai buku $
1.600 (setelah amortisasi tahun 2011). Untuk itu perusahaan harus melakukan
pencatatan untuk menaikkan kembali nilai patennya. Maka jurnal yang harus dicatat
adalah:

Patent $ 200
Pemulihan kerugian impairment $ 200
Untuk amortisasi selanjutnya perusahaan harus membuat skedul amortisasi yang baru
dengan masa manfaat yang masih tersisa yaitu 4 tahun:

Tahun Nilai Buku Awal Tahun Amortisasi Nilai Buku Akhir Tahun
2012 $ 1.800 $ 450 $ 1.350
2013 1.350 450 900
2014 900 450 450
2015 450 450 0

Amortisasi pada akhir 2012

Beban Amortisasi $ 450


Patent $ 450

Biaya Riset dan Pengembangan (R&D)

Mengidentifikasi Aktivitas R&D

1. Aktivitas Riset
Pencarian ide dan perencanaan investigasi yang dilakukan dengan tujuan untuk
meperoleh pengetahuan dan pemahaman baru.
2. Aktivitas Pengembangan
Penerapan dari penemuan riset atau pengetahuan lain untuk merencanakan
atau mendesain produksi dari hal-hal baru seperti bahan baku, peralatan,
produk, proses, system atau jasa yang lebih baik sebelum mulai digunakan atau
dijual.

Penyajian asset tidak berwujud

Aset tidak berwujud disajikan dalam laporan posisi keuangan keuangan sebagai asset
(aktiva).
Untuk hal-hal yang berhubungan dengan asset tidak berwujud seperti beban amortisasi
dan kerugian impairment disajikan dalam laporan laba rugi.

Anda mungkin juga menyukai