Disusun Oleh :
Murzalin ( 01044822326004)
Dosen Pengajar :
1
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aset tetap adalah aset berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. untuk
digunakan (bukan barang dagangan), digunakan dalam operasi perusahaan yang
utama (bukan investasi jangka panjang), Dimiliki untuk digunakan dalam jangka
waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan (bukan perlengkapan) Memiliki nilai
yang relatif tinggi, Dikarenakan memiliki nilai yang tinggi, penggunaan yang relatif
lama dan menjadi alat utama perusahaan menghasilkan revenue, maka investasi dalam
aset tetap (Capital Budgeting) harus diperhitungkan dengan matang. Umumnya aset
tetap dibagi dalam empat kelompok, yaitu: Tanah, seperti tanah yang digunakan
sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan. Perbaikan Tanah, seperti jalan
diseputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat parkir, pagar, dan
saluran air bawah tanah. Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko,
pabrik, dan gudang. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-
mesin, kendaraan, dan meubel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akuntansi Asset Tetap ?
2. Bagaimana Klasifikasi Asset Tetap ?
3. Bagaimana Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Akuntansi Asset Tetap.
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Asset Tetap.
3. Untuk Mengetahui Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. Penentuan Harga Perolehan Aset Tetap
Dari beragam aset tetap berujud, untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokkan
sbb:
1. Aset tetap yang umurnya tidak terbatas, seperti tanah untuk lokasi perusahaan,
pertanian, dan peternakan.
2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
bisa diganti dengan aset yang sejenis, misalnya gedung dan peralatan.
3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya
tidak dapat diganti dengan aset yang sejenis, seperti sumber-sumber alam
misalnya tambang dan hutan.
4
5
Ketika hak atas sudah diterima, dikeluarkan biaya sebesar Rp5.000.000,00. Jurnal:
Tanah Rp60.000.000,00
Gedung 40.000.000,00
Modal yang Belum Pasti - Hadiah 100.000.000,00
Aset yang Belum Pasti - Tanah Rp60.000.000,00
Aset yang Belum Pasti - Gedung 40.000.000,00
Modal – Hadiah 95.000.000,00
Kas 5.000.000,00
Apabila hadiah yang belum pasti tersebut berupa aset yang didepresiasi, maka
perhitungan depresiasi dimulai sejak aset tersebut diterima sebagai hadiah yang belum pasti.
Konsep Aset Tetap
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 aset tetap adalah
aset berwujud (tangible fixed assets) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Contoh dari aset tetap adalah (mobil) kendaraan. Mobil mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti mengirim
barang ke pembeli, mobil inventaris direksi perusahaan. Mobil yang dikategorikan sebagai
aset tetap tidak untuk dijual kembali. Apabila untuk dijual kembali, misalnya bagi perusahaan
dealer mobil, maka mobil dalam hal ini termasuk kelompok persediaan. Selain itu nilainya
cukup besar untuk sebuah aset. Peralatan yang nilainya relative kecil, seperti sendok, piring,
gelas, meskipun mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dikelompokkan ke
dalam aset tetap.5
Biaya Perolehan
Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aset tetap samapi tiba di tempat dan siap
digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aset yang
6
bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aset tetap tidak terbatas pada harga
belinya saja.
Berikut adalah contoh biaya perolehan tanah.
Berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan di atas, maka biaya perolehan untuk tanah
adalah Rp 147.500.000,-. Sementara untuk mesin (peralatan) biaya perolehan dapat terdiri
dari harga beli, biaya kirim, biaya instalasi (pemasangan), biaya training untuk operator, dan
biaya set up.
Perolehan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya melalui pembelian
tunai, pembelian kredit, pembelian dengan angsuran maupun leasing.
Penyusutan
Semua jenis aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk
memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa factor yang mempengaruhi
menurunnya kemampuan ini adalah karena pemakaian, keausan, ketidakseimbangan
kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan ketetinggalan teknologi.
Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal
ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap berwujud
disebut penyusutan (depresiasi / depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan
atau ditunda sampai dengan akhir tahun.
Terdapat beberapa metode untuk menghitung penyusutan aset tetap berwujud. Ada dua
factor yang mempengaruhi besarnya penyusutan, yaitu
a) Nilai aset tetap yang digunakan dalam perhitungan pernyusutan (dasar penyusutan), dapat
berupa harga perolehan atau nilai buku.
b) Taksiran manfaat, mencerminkan besarnya kapasitas / manfaat aset tetap selama dipakai.
Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasitas
7
produksi yang dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam
tarif penyusutan.
Dari uraian di atas, maka secara umum penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan rumus:
Berikut
adalah
Penyusutan yang
lazim
digunakan untuk penyusutan aset tetap.
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun
sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya
penyusutan per tahun dengan metode ini adalah:
Sebagai contoh, asumsikan bahwa biaya akuisisi aset tetap adalah Rp 24.000.000,-, dimana
estimasi nilai sisa adalah Rp 2.000.000,- dan manfaat ekonomisnya 5 tahun. Penyusutan
tahunan aset tersebut dihitung sebagai berikut:
Rp 24.000.000 - Rp 2.000.000
-------------------------------------- = Rp 4.400.000,- penyusutan per tahun.
5 tahun
Jika suatu aset tidak digunakan setahun penuh, maka penyusutan tahunannya disesuaikan
menurut lamanya pemakaian. Mislkan aset tetap di atas digunakan mulai 1 Oktober,
sedangkan akhir tahun fiskal adalah 31 Desember. Maka penyusutan untuk tahun pertama
adalah Rp 1.100.000,- (Rp 4.400.000,- x 3/12).
Untuk kemudahan penerapan meted garis lurus,, penyusutan tahunan bisa dikonversi ke
persentase biaya yang dapat disusutkan. Persentase ini ditentukan dengan membagi 100%
dengan lamanya umur manfaaat. Sebagai contoh, jika umur manfaatnya 20 tahun, maka
8
persentase penyusutan tahunannya adalah 5% (100% dibagi 20). Jika umur manfaatnya 8
tahun maka persentase beban penyusutan tahunannya adalah 12,5% (100% dibagi 8). Dengan
demikian pada contoh di atas, biaya penyusutan di atas dapat dihitung dari Rp 22.000.000
dikali 20% (100%/5).
Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Mtode ini menciptakan
transfer biaya yang wajar ke beban periodic jika pemanfaatan aset dan pendapatan yang
terkait dengan pemakaian sama dari period eke periode.
Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, dan lamanya umur
ekonomis berkaitan erat dengan tingkat pemakaian, maka metode unit produksi lebih tepat
dipakai daripada metode garis lurus. Karena, metode unit produksi mampu membandingkan
lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait.
Metode Unit Produksi (Unit Production Method) menghasilkan jumlah beban
penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang
digunakan oleh aset. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekspresikan dalam
istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mil. Total beban penyusutan untuk setiap
periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan
jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud. Sebagai contoh
asumsikan bahwa sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 240.000.000,- dan prediksi nilai
sia Rp 20.000.000,- diperkirakan memiliki umur manfaat 10.000 jam operasi. Dari data
tersebut maka penyusutan per jam diitung sebagai berikut:
Rp 240.000.000 – Rp 20.000.000
---------------------------------------- = Rp 22.000.000,- penyusutan per jam
10.000 jam
Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.100 jam selama satu tahun, maka
penyusutan tahun tersebut adalah Rp 46.200.000 ( Rp 22.000.000 x 2.100 jam).
9
tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Sebagai contoh tariff penyusutan saldo menurun
atas suatu aset yang memiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40% yaitu dua kali tariff
garis lurus sebesar 20% (100% / 5).
Untuk tahun pertama, biaya aset dikalikan dengan tariff saldo menurun. Setelah tahun
pertama, nilai buku (book value) yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan)
dikalikan dengan tariff yang dimaksud. Sebagai contoh, penyusutan saldo menurun tahunan
atas suatu aset yang memiliki umur manfaat 5 tahunan dan biaya $24.000 dikperlihatkan
berikut ini:
Nilai
Akumulasi Nilai Buku
Harga Penyusutan Buku
Tahun Penyusutan Awal Tarif
Perolehan Tahunan Akhir
Awal Tahun Tahun
Tahun
1 $24,000 0 $24,000.00 X 40% $9,600.00 $14,400.00
2 $24,000 $9,600.00 14,400.00 X 40% 5,760.00 $8,640.00
3 $24,000 15,360.00 8,640.00 X 40% 3,456.00 $5,184.00
4 $24,000 18,816.00 5,184.00 X 40% 2,073.60 $3,110.40
5 $24,000 20,889.60 3,110.40 X - 1,110.40 $2,000.00
Perhatikan bahwa pada saat perusahaan menggunakan metode saldo menurun, estimasi
nilai sisa tidak diperhitungkan dalam penentuan tariff penyusutan. Nilai sisa juga diabaikan
dalam penghitungan periode penyusutan. Namun aset tidak boleh disusutkan melampaui
estimasi nilai sisa. Dalam contoh di atas,estimasi nilai sisa adalah $2,000. Jadi penyusutan
tahun ke-5 adalah $1,110.40 yaitu $3,110.40 dikurangi $2,000, bukan $1,244.16 yaitu dari
40% x $3,110.40.
Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan
Setelah perolehan, masih terdapat biaya-biaya yang muncul selama penggunaan aset
tetap. Misalnya biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (additions), penggantian
(replacements) atau perbaikan (repairs). Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran untuk aset
tetap setelah perolehan dapat dikategorikan menjadi pengeluaran modal (capital
expenditures) dan pegeluaran pendapatan (revenue expenditures).
Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset
(dikapitalisasi). Pengeluaran jenis ini akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode
10
akuntansi, akan menambah efisiensi aset tetap, memperpanjang masa manfaat atau
meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Yang termasuk dalam pengeluaran modal adalah
penambahan AC pada mobil, penambahan teras pada gedung, penggantian generator pada
sebuah mesin, perbaikan besar-besaran (overhaul).
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan
manfaat untuk tahun di mana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran ini
dicatat sebagai beban. Contohnya adalah pemeliharaan dan perbaikan rutin sebuah mesin.
Beban pemeliharaan dilakukan agar aset tetap selalu berada dalam keadaan baik. Sementara
beban perbaikan dikeluarkan agar mesin tetap dalam keadaan baik hingga dapat beroperasi
secara optimal.
Pengakuan Transaksi Aset Tetap
Aset tetap diakui oleh perusahaan apabila telah dilakukan transaksi pembelian aset
tetap yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur pengakuan aset tetap akan
melibatkan dua fungsi, yaitu:
a. Fungsi Pembelian, bertanggung jawab terhadap proses pembelian aset tetap yang
dibutuhkan oleh perusahaan, mulai dari jenis aset tetap, spesifikasi teknis aset tetap,
harga beli aset tetap, biaya-biaya lain yang mugkin muncul sempai aset tetap tersebut
siap digunakan.
b. Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab terhadap pencatatan transaksi pembelian aset
tetap, mulai dari nilai aset tetapnya sampai dapat ditentukannya biaya perolehan
aktvia tetap yang bersangkutan. Selain itu fungsi akuntansi juga harus menghitung
beban penyusutan setiap periodenya sesuai dengan metode penyusutan yang
ditetapkan.
11
a. Aset Tetap (Fixed Asset) merupakan akun yang menampung nilai perolehan aset tetap
yang telah diakui.
b. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (Accumulation of Depreciated of Fixed Asset)
merupakan akun yang menampung jumlah akumulasi penyusutan aset tetap.
c. Beban Depresiasi Penyusutan Aset Tetap (Accumulated of Depreciation Expenses)
merupakan akun yan menampung beban periodic penyusutan aset tetap yang telah
dihitung sesuai dengan metode dan aturan yang ditetapkan.
12
Nama AsetTetap :Mobil, sedan NomorAkun :123-44
ToyotaCorolla, 1982
Seri Nomor : B-1907-HA Akun Buku Besar :Kendaraan
Dibeli dari :Astra Motor Harga Perolehan :Rp10.000
Penanggung jawab :Bambang ST TaksiranUmur :5 tahun
Tanggal diperoleh :2-1-200A Nilai Sisa :0
Metode Penyusutan :Garis Lurus
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 aset tetap adalah
aset berwujud (tangible fixed assets) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. masa manfaatnya lebih dari satu tahun;
b. digunakan dalam kegiatan perusahaan;
c. dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; serta
d. nilainya cukup besar.
Contoh dari aset tetap adalah (mobil) kendaraan. Mobil mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan,
seperti mengirim barang ke pembeli, mobil inventaris direksi perusahaan. Mobil yang
dikategorikan sebagai aset tetap tidak untuk dijual kembali. Apabila untuk dijual
kembali, misalnya bagi perusahaan dealer mobil, maka mobil dalam hal ini termasuk
kelompok persediaan. Selain itu nilainya cukup besar untuk sebuah aset. Peralatan yang
nilainya relative kecil, seperti sendok, piring, gelas, meskipun mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun tidak dikelompokkan ke dalam aset tetap
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah semata-mata karena kekurangan kami. Untuk itu kami pemakalah meminta
kritik dan saran dari bapak dosen pembimbing yang dapat memotivasi kami , agar
makalah kami kedepannya untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini menjadi
sumber ilmu yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
14
Bakri, Aswan, Prinsip – Prinsip Akuntansi, ( Bandung : IFI Press, 2007), hlm. 53.
Hadibroto, Dasar-Dasar Akuntansi, (Jakarta : LP3ES, 2009), hlm. 19.
Horngren, Charles T, Akuntansi di Indonesia, (Jakarta : Salemba Empat, 2004), hlm. 77.
Jurnal Soemarso “Aset Tetap, Mekanisma, Alur, dan Fungsiya Bagi Perusahaan di
Indonesia”.
Mulyadi, Dedi K, Tahap Pencatatan Akuntansi, (Jakarta : Insan Press,2007), hlm. 120.
15