Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

ASAS TRANSPARENCY DAN ASAS MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT DALAM


HUKUM ACARA

Disusun oleh:

KELAS HAPTUN B PARALEL

Annisa Syamirah 1706024431


Christoval Pratama Irawan 1706072001
Edina Rahmanadia Nada 1706026172
Jeremy Widayaka 1706022400
Kevin Dermawan 1706028240
Sarah Alana Gibson 1706026323

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
A. Asas Transparency
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), transparansi mempunyai maksud atau
artian yaitu nyata dan jelas. Transparansi sendiri memiliki kata dasar yaitu "transparan".
Transparan sendiri sering digunakan dalam penggunaan kata yang merujuk ke suatu keterbukaan
atas sesuatu yang nyata dan jelas sesuai dengan fakta atau realita yang ada. Sementara, menurut
Mardiasmo menyebutkan transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam memberikan
informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang
membutuhkan yaitu masyarakat.1
Asas transparasi merupakan hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara khususnya dalam pelaksanaan
hukum acara. Yang dimaksud dengan asas ini adalah masyarakat umum boleh hadir dalam
persidangan di pengadilan yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim. Dalam
pelaksanaan hukum acara, asas transparansi di implementasikan dengan persidangan perkara
yang terbuka untuk umum. Prinsip ini diatur dalam Pasal 153 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), yang berbunyi “Untuk keperluan
pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali
dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak”, apabila hal ini tidak
dilaksanakan, maka mengakibatkan batalnya putusan demi hukum. 2
Yahya Harahap juga mengatakan bahwa implementasi asas transparansi ini bertujuan
agar semua persidangan pengadilan jelas, terang dilihat dan diketahui masyarakat. Tidak boleh
ada persidangan gelap dan bisik-bisik.3 Setiap masyarakat berhak untuk mengetahui putusan dari
persidangan terbuka seperti pendapat dari Bagir Manan bahwa putusan itu sekali diucapkan,
maka menjadi milik publik.4 Karena diucapkan dalam sidang terbuka maka itu menjadi milik
publik, tidak lagi milik dari mereka yang berperkara saja. Setiap mereka yang berkepentingan
berhak untuk mengetahui putusan itu. Pasal 13 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
1
Kristianten. 2006. Transparansi Anggaran Pemerintah. Rineka Cipta, Jakarta, 2006. Hal. 45
2
Hasanah, Sovia. “Arti Persidangan Terbuka Untuk Umum”
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5891989a80d7d/arti-persidangan-terbuka-untuk-umum/ diakses
pada tanggal 7 September 2019
3
Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Sinar Grafika, Jakarta, 2008. Hal. 110
4
“Putusan Pengadilan akan Terbuka untuk Umum”
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol8500/putusan-pengadilan-akan-terbuka-untuk-umum diakses pada
tanggal 7 September 2019
Kekuasaan Kehakiman (“UU 48/2009”) juga mengatur tentang persidangan terbuka untuk
umum, yaitu:
1. Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-
undang menentukan lain.
2. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum.
3. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Persidangan terbuka ini juga memiliki pengecualian khususnya dalam peradilan Tata
Usaha Negara yang diatur dalam Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU PTUN”) sebagaimana diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi “Apabila Majelis Hakim
memandang bahwa sengketa yang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau keselamatan
negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum.”
Selain persidangan terbuka untuk umum, Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
No. 4 Tahun 2012 juga mengatur tentang Perekaman Proses Persidangan mengatur
pelaksanaan persidangan yang lebih transparan, akuntabel dan teratur, maka selain catatan
panitera pengganti yang tertuang dalam berita acara persidangan yang selama ini diatur
dalam Pasal 202 ayat (1) KUHAP, kedepannya perlu dilakukan perekaman audio visual
secara sistematis, teratur dan tidak terpisahkan dari prosedur tetap persidangan.
Contoh penerapan asas transparansi yaitu dalam Putusan MA RI No. 103 K/KTUN/2010
terkait perizinan antara Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sebagai
pemohon kasasi atau Penggugat melawan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Pati atau Tergugat dan PT. Semen Gresik (PERSERO) Tbk atau Tergugat II. Obyek
gugatan dalam Putusan ini ialah keputusan kepala kantor pelayanan terpadu nomor 540/052/2008
tentang perubahan atas keputusan kepala kantor pelayanan terpadu nomor 540/040/2008 tentang
izin pertambangan daerah Eksplorasi Bahan Galian Golongan C Batu Kapur. Keputusan tersebut
ditunjukan dan berlaku khusus bagi PT Semen Gresik untuk melakukan eksplorasi penambangan
batu kapur. Menurut Penggugat, keputusan yang dikeluarkan oleh Tergugat melanggar ketentuan
Pasal 53 UU No 5 Tahun 1986 Jo UU No 9 Tahun 2004 yaitu KTUN yang digugat bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu pasal 18 UU No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; Pasal 60 PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; dan AAUPB, yaitu asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas transparansi, asas proporsionalitas dan
asas profesionalitas.
Asas transparansi ialah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara
dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
Dalam kasus ini, tidak ada upaya dari Tergugat untuk memberikan informasi langsung kepada
masyarakat disaat keputusan Tergugat tersebut dikeluarkan. Bukti konkritnya ialah Penggugat
dan masyarakat Pati baru pada tanggal 1 Desember 2008 mengetahui keberadaan dari keputusan
Tergugat, padahal keputusan tersebut dikeluarkan pada tanggal 5 November 2008.5
Pertimbangan hukum hakim judex factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya
juga telah salah menerapkan hukum, karena membenarkan keputusan Tergugat tentang
Perubahan Izin Pertambangan atas nama PT. Semen Gresik, padahal permohonan izinnya tidak
dilengkapi AMDAL dan tidak memperhatikan aspirasi masyarakat setempat yang keberatan,
karena itu keputusan tersebut bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
diantaranya ialah asas transparansi. Asas transparansi yang dilanggar ialah dimana Tergugat
tidak memperhatikan aspirasi masyarakat yang keberatan. Sehingga dalam putusan ini, Hakim
mengabulkan permohonan kasasi penggugat dengan memerhatikan asas transparansi.
Hakim Agung membentuk kaidah hukum bahwa perubahan Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB) yang tidak didasari oleh ijin AMDAL dan terlebih lagi tidak memberikan informasi serta
mengabaikan penolakan aspirasi dari masyarakat setempat bertentangan dengan asas
transparansi. Berdasarkan asas transparansi, Pemerintah atau Pejabat TUN wajib memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk menggunakan haknya menyampaikan tanggapan atau
penilaian.

5
Cekli Setya, et al., “Penjelasan Hukum Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB),”
http://leip.or.id/wp-content/uploads/2016/05/Penjelasan-Hukum-Asas-Asas-Umum-Pemerintahan-yang-Baik-
Hukum-Administrasi-Negara.pdf diakses 7 Sept 2019.
B. Asas Musyawarah untuk Mufakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata musyawarah berarti pembahasan bersama
dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah.6 Asas musyawarah adalah
prinsip dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam kehidupan bernegara bangsa Indonesia.
Hal ini dapat dilihat pada sila ke-4 Pancasila, yaitu ‘kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dan dalam permusyawaratan perwakilan’. Asas musyawarah untuk mufakat juga
dapat dilihat di dalam UUD 1945 yang menekankan dengan adanya kewajiban bagi setiap
penyelenggara kekuasaan negara dalam menyelenggarakan kekuasaannya untuk selalu
berdasarkan musyawarah. Asas ini bertujuan agar tidak adanya kekuasaan yang absolut kepada
seseorang di dalam pengambilan keputusan yang dapat merugikan kepentingan umum atau
kepentingan rakyat individu. Di dalam musyawarah, yang sangat ditekankan adalah hal-hal
kebaikan, oleh karena itu, prinsip perdamaian harus dijunjung tinggi dan diutamakan dalam
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, termasuk dalam hubungan antara
pemerintah dan rakyatnya.7
Pada prinsipnya musyawarah dan mukafat adalah bagian dari demokrasi Pancasila. Asas
musyawarah mufakat tercermin dalam sila ke- 4 Pancasila yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan dalam permusyawaratan/ perwakilan” yang dimaksud oleh sila ini
yaitu setiap kehidupan berbangsa dan bernegara harus sesuai dengan nilai nilai permusyawaratan
yang mengutamakan prinsip bermusyawarah untuk mufakat dalam segala pengambilan
keputusan. Dengan diterapkannya asas musyawarah mufakat maka akan mencegah adanya
kekuasaan yang absolut oleh orang-orang tertentu dalam mengambil suatu keputusan yang dapat
merugikan kepentingan rakyat. Oleh karena itu demi tercapainya perdamaian dan demi
menjunjung tinggi kepentingan rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia maka asas
musyawarah dan mufakat harus diterapkan dalam berbagai aspek termasuk dalam beracara
dalam Pengadilan Tata Usaha Negara.
Dalam Pengadilan Tata Usaha Negara, musyawarah adalah salah satu cara untuk
menyelesaikan sengketa dengan cara yang lebih kekeluargaan, oleh karena itu musyawarah
dikedepankan sebagai alternatif penyelesaian sengketa sebelum pengadilan. Hal ini sesuai
dengan asas ultimum remedium yang dikenal dalam Peradilan Tata Usaha Negara. Asas ini

6
“Kamus Besar Bahasa Indonesia” https://kbbi.web.id/musyawarah (8 Sept, 2019).
7
https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_tentang_hukum_acr_perdata.pdf (8 Sept, 2019)
memandang bahwa pengadilan harus dianggap sebagai upaya terakhir apabila dalam upaya
damai yaitu musyawarah untuk mufakat tidak mencapai kata sepakat.8
Dalam penerapan dari asas musyawarah untuk mufakat, penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara dapat diselesaikan dengan upaya administrasi dengan pendekatan musyawarah
sebagaimana diatur dalam Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004. Menurut
Undang-Undang diatas, upaya administratif adalah merupakan prosedur yang ditentukan dalam
suatu peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara
yang diselesaikan di lingkungan pemerintah itu sendiri atau dalam kata lain diluar badan
peradilan. Penyelesaian sengketa dengan upaya administrasi adalah para pihak tidak dihadapkan
dengan hasil putusan menang atau kalah tapi lebih dengan cara damai dan kekeluargaan yang
dimana para pihak mendapatkan penilaian secara lengkap suatu keputusan Tata Usaha Negara
baik dalam segi legalitas maupun dalam aspek oportunitas (doelmatigheid). Oleh karena itu,
implementasi asas musyawarah untuk mufakat dituangkan ke dalam upaya administratif apabila
seorang atau badan hukum perdata tidak puas terhadap suatu keputusan tata usaha negara yang
dilakukan di lingkungan pemerintah. Contoh dari penerapan upaya administratif adalah dengan
adanya pemisahan kekuasaan negara. Pemisahan tersebut bertujuan untuk menjamin kebebasan
masyarakat dan mencegah tindakan yang sewenang-wenang dari penguasa serta mencegah
pemusatan kekuasaan negara.9 Oleh karena itu, dalam penyelesaian sengketa tata usaha negara
terlebih dahulu harus diselesaikan oleh pemerintah sendiri melalui sarana upaya administratif.
Kemudian, pada prinsipnya tugas pemerintah adalah menyelenggarakan pelayanan publik,
sehingga apabila sengketa tata usaha negara tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah, baru
penyelesaian melalui lembaga peradilan.

8
Indroharto, S.H., Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994). Hal.8
9
Irfan Fachrudin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, (Bandung : PT.
Alumni, 2004), hlm.16.
Daftar Pustaka

Triwulan, Titik dan Ismu Gunadi. 2016. Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia. (Jakarta: Kencana).

Harahap, Yahya. 2008. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan


Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. (Jakarta: Sinar Grafika).

Indroharto. 1994. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan).

Irfan Fachrudin. 2004. Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah.


(Bandung : PT. Alumni).

Hasanah, Sovia. “Arti Persidangan Terbuka untuk Umum”


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5891989a80d7d/arti-persidangan-terbuka-
untuk-umum/ diakses 7 September 2019.

Setya, Cekli. et al., “Penjelasan Hukum Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB),”
http://leip.or.id/wp-content/uploads/2016/05/Penjelasan-Hukum-Asas-Asas-Umum-
Pemerintahan-yang-Baik-Hukum-Administrasi-Negara.pdf diakses 7 Sept 2019.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan No.103K/TUN/2010.

Indonesia. Undang-undang (UU) Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5


Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, LN
No. 160 Tahun 2009, TLN No. 5079.

Indonesia, Mahkamah Agung. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) tentang


Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. SEMA No. 4 Tahun 2012.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, UU Nomor 8 Tahun 1981, LN No. 76
Tahun 1981, TLN No. 3209.
Indonesia. Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Anda mungkin juga menyukai