Anda di halaman 1dari 9

CARPAL TUNEL SYNDROME

Liza Salawati dan Syahrul

Abstrak. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi
pada pekerja industri. The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) tahun
1990 memperkirakan 15-20% pekerja Amerika Serikat berisiko menderita Cummulative Trauma
Disorders (CTD). Berdasarkan laporan American Academy of Orthopaedic Surgeons tahun
2007, kejadian CTS di Amerika Serikat diperkirakan 1-3 kasus per 1.000 subyek per tahun.
Prevalensinya berkisar sekitar 50 kasus per 1000 subyek pada populasi umum. National Health
Interview Study (NHIS) memperkirakan prevalensi CTS 1,55%. Sebagai salah satu dari 3 jenis
penyakit tersering di dalam golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi CTS 40%,
tendosinovitis yang terdiri dari trigger finger 32% dan De Quervan’s syndrome 12%, sedangkan
epicondilitis 20%. Lebih dari 50% dari seluruh penyakit akibat kerja di USA adalah CTD,
dimana salah satunya adalah CTS. CTS dapat dicegah dan disembuhkan. Pencegahan yang dapat
dilakukan seperti bekerja dengan prinsip ergonomi, yaitu posisi dan sikap kerja yang benar,
perbaikan peralatan kerja, penyesuaian perabot kerja bagi pekerja dengan tubuh yang tidak
sesuai dengan ukuran standar. Prognosis CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
baik, tetapi risiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur
terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali. (JKS 2014; 1: 29-37)

Kata kunci: Penyakit akibat kerja, CTS, CTD

Abstract. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is disease that often occurs in industrial workers. The
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) estimates that 15-20% of 1990
U.S. workers at risk of suffering Cumulative Trauma Disorders (CTD). Based on the report of
the American Academy of Orthopedic Surgeons in 2007, the incidence of CTS in the United
States an estimated 1-3 cases per 1,000 subjects per year. Its prevalence ranges from about 50
cases per 1000 subjects in the general population. National Health Interview Study (NHIS) to
estimate the prevalence of CTS 1.55%. As one of the 3 types most common disease in the upper
extremity CTD group, the prevalence of CTS 40%, tendosinovitis comprising 32% of the trigger
finger and de Quervan's syndrome 12%, while 20% epicondilitis. More than 50% of all
occupational diseases in the USA are the CTD, one of which is the CTS. CTS can be prevented
and cured. Prevention to do such work with the principles of ergonomics, the position and the
right work attitude, work equipment repair, furniture adjustments for workers with a body of
work that does not comply with the standard size. CTS prognosis with conservative or operative
treatment is quite good, but the risk for recurrence remains suspected. In the event of
recurrence, the procedure either conservative or operative treatment can be repeated again.
(JKS 2014; 1: 29-37)

Keywords: Occupational diseases, CTS, CTD

Pendahuluan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor


Gangguan kesehatan pada pekerja dapat pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja
disebabkan oleh faktor yang berhubungan serta faktor lainnya.1 Penerapan
dengan pekerjaan maupun yang tidak keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
berhubungan dengan pekerjaan. Dengan melalui Sistem Manajemen Keselamatan
demikian status kesehatan masyarakat dan Kesehatan Kerja (SMK3) telah
pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh1 berkembang di berbagai negara baik
bahaya kesehatan ditempat kerja dan melalui pedoman maupun standar. Untuk
memberikan keseragaman bagi setiap
perusahaan dalam menerapkan SMK 3
Liza Salawati adalah Dosen Bagian Ilmu sehingga pemerintah mengeluarkan
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
Syahrul adalah Dosen Bagian Neurologi Fakultas Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh SMK3. K3 di Indonesia diatur dalam UU
No.1 tahun 1970, Peraturan Menteri

29
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 1 April 2014

Tenaga Kerja Nomor: Per 05/MEN/1996 yang kuat dan melengkung di atas tulang-
Tanggal 12 Desember 1996 serta tulang karpalia tersebut.4
Keputusan Presiden Indonesia Nomor 22
Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul
karena hubungan kerja termasuk Carpal
Tunel Syndrome.2 Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) timbul akibat nervus medianus
tertekan di dalam carpal tunnel
(terowongan karpal) di pergelangan
tangan, sewaktu nervus melewati
terowongan tersebut dari lengan bawah ke
tangan. CTS merupakan salah satu
penyakit yang dilaporkan oleh badan
statistik perburuhan di negara maju sebagai
penyakit yang sering dijumpai di kalangan
pekerja industri. The National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH) Gambar 2.1 Anatomi terowongan karpal4
tahun 1990 memperkirakan 15-20%
pekerja Amerika Serikat berisiko Di dalam terowongan tersebut terdapat
menderita Cummulative Trauma Disorders saraf medianus yang berfungsi
(CTD). Berdasarkan laporan American menyalurkan sensori ke ibu jari, telunjuk
Academy of Orthopaedic Surgeons tahun dan jari manis serta mempersarafi fungsi
2007, kejadian CTS di Amerika Serikat otot-otot dasar sisi dari ibu jari/otot tenar.
diperkirakan 1-3 kasus per 1.000 subyek Selain saraf medianus, di dalam
per tahun. Prevalensinya berkisar sekitar terowongan tersebut terdapat pula tendon-
50 kasus per 1000 subyek pada populasi tendon yang berfungsi untuk
umum. National Health Interview Study menggerakkan jari-jari. Proses inflamasi
(NHIS) memperkirakan prevalensi CTS yang disebabkan stres berulang, cedera
1,55%. Sebagai salah satu dari 3 jenis fisik atau keadaan lain pada pergelangan
penyakit tersering di dalam golongan CTD tangan, dapat menyebabkan jaringan di
pada ekstremitas atas, prevalensi CTS sekeliling saraf medianus membengkak.
40%, tendosinovitis yang terdiri dari Lapisan pelindung tendon di dalam
trigger finger 32% dan De Quervan’s terowongan karpal dapat meradang dan
syndrome 12%, sedangkan epicondilitis membengkak. Bentuk ligamen pada bagian
20%. Lebih dari 50% dari seluruh penyakit atas terowongan karpal menebal dan
akibat kerja di USA adalah CTD, dimana membesar. Keadaan tersebut menimbulkan
salah satunya adalah CTS.3 tekanan pada serat-serat saraf medianus
sehingga memperlambat penyaluran
Anatomi Terowongan Karpal (Carpal rangsang saraf yang melalui terowongan
Tunnel) karpal. Akibatnya timbul rasa sakit, tidak
Terowongan karpal terdapat di bagian terasa/kebas, rasa geli di pergelangan
sentral dari pergelangan tangan di mana tangan, tangan dan jari-jari selain
tulang dan ligamentum membentuk suatu kelingking.5,6
terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus.
Tulang-tulang karpalia membentuk dasar
dan sisi-sisi terowongan yang keras dan
kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh
fleksor retinakulum (transverse carpal
ligament dan palmar carpal ligament)

30
Liza Salawati dan Syahrul, Carpal Tunel Syndrome

dan penggunaan tangan yang berhubungan


dengan pekerjaan), (3) faktor trauma.5
Faktor intrinsik terjadinya CTS adalah
sekunder, karena beberapa penyakit atau
kelainan yang sudah ada. Beberapa
penyakit atau kelainan yang merupakan
faktor intrinsik yang dapat menimbulkan
CTS adalah: (a) perubahan hormonal
seperti kehamilan, pemakaian hormon
estrogen pada menopause, dapat berakibat
retensi cairan dan menyebabkan
pembengkakan pada jaringan di sekeliling
terowongan karpal, (b) penyakit/keadaan
Gambar 2.2 Distribusi nervus medianus4 tertentu seperti hemodialisis yang
berlangsung lama, penyakit multiple
Definisi Carpal Tunnel Syndrome myeloma, Walderstroom’s
Carpal tunnel syndrome adalah gangguan macroglobulinemia, limphoma non
umum dengan gejala yang melibatkan Hodgkin, acromegali, virus (human
nervus medianus. Nervus medianus rentan parvovirus), pengobatan yang berefek pada
terhadap kompresi dan cedera di telapak sistem imun (interleukin 2) dan obat anti
tangan dan pergelangan tangan, di mana pembekuan darah (warfarin), (c)
dibatasi oleh tulang pergelangan tangan kegemukan (obesitas), (d) keadaan lain
(karpal) dan ligamentum karpal seperti merokok, gizi buruk dan stres, (e)
transversal. CTS merupakan kombinasi adanya riwayat keluarga dengan CTS, dan
dari kelainan jari, tangan dan lengan (f) jenis kelamin, hasil penelitian
dengan gejala yang mencerminkan menunjukkan bahwa wanita mempunyai
kompresi sensoris atau motoris, paling risiko mendapat CTS lebih tinggi secara
sering terjadi pada orang dewasa di atas 30 bermakna dibandingkan laki-laki. CTS
tahun, khususnya perempuan.7 yang terjadi oleh karena penggunaan
tangan karena hobi atau pekerjaan adalah
Etiologi dan Faktor Risiko sebagai akibat inflamasi/pembengkakan
Terowongan karpal yang sempit selain tenosinovial di dalam terowongan karpal.
dilalui oleh nervus medianus juga dilalui Penggunaan tangan yang berhubungan
oleh beberapa tendon fleksor. Setiap dengan hobi, contohnya adalah pekerjaan
kondisi yang mengakibatkan semakin rumah tangga (menjahit, merajut,
padatnya terowongan ini dapat menusuk, memasak), kesenian dan olah
menyebabkan terjadinya penekanan pada raga5. CTS yang berhubungan dengan
nervus medianus sehingga timbullah CTS. pekerjaan meliputi kegiatan yang
Pada sebagian kasus etiologinya tidak membutuhkan kekuatan, penggunaan
diketahui, terutama pada penderita lanjut berulang atau lama pada tangan dan
usia. Beberapa penulis menghubungkan pergelangan tangan, terutama jika faktor
gerakan yang berulang-ulang pada risiko potensial tersebut muncul secara
pergelangan tangan dengan bertambahnya bersamaan misalnya:5,9 1) Penggunaan
risiko menderita gangguan pada tangan yang kuat terutama jika ada
pergelangan tangan termasuk CTS.4 pengulangan, 2) penggunaan tangan
Mekanisme patofisiologis terjebaknya berulang dikombinasikan dengan beberapa
saraf medianus adalah berbeda antara unsur kekuatan terutama untuk waktu
pekerja dan bukan pekerja. Penyebab CTS yang lama, 3) konstan dalam
menjadi 3 faktor, yaitu: (1) faktor intrinsik, mencegkeram benda, 4) memindahkan atau
(2) faktor penggunaan tangan (penggunaan menggunakan tangan dan pergelangan
tangan yang berhubungan dengan hobi,

31
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 1 April 2014

tangan terhadap perlawanan atau dengan 2. Pemeriksaan Fisik


kekuatan, 5) menggunakan tangan dan Pada pemeriksaan fisik dilakukan
pergelangan tangan untuk getaran teratur pemeriksaan pada fungsi motorik, sensorik
yang kuat, 6) tekanan biasa atau intermiten dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan
pada pergelangan tangan. dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa CTS adalah sebagai
Diagnosis berikut:4,11
a. Flick's sign. Penderita diminta
1. Anamnesis mengibas-ibaskan tangan atau
Gambaran klinis CTS adalah nyeri di menggerak-
tangan atau lengan terutama pada malam gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan
hari atau saat bekerja, pengecilan dan berkurang atau menghilang akan
kelemahan otot-otot eminensia tenar, menyokong diagnosa CTS. Harus
hilangnya sensasi pada tangan pada diingat bahwa tanda ini juga dapat
distribusi nervus medianus, parestesia dijumpai pada penyakit Raynaud.
seperti kesemutan pada distribusi nervus b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan
medianus, kondisi ini sering bilateral.10 palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
Pada tahap awal gejala umumnya berupa otot-otot thenar.
gangguan sensorik saja. Gangguan motorik c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta
hanya terjadi pada keadaan yang berat. kekuatan otot secara manual maupun
Gejala awal biasanya berupa parestesia, dengan alat dinamometer. Penderita
kurang merasa (numbness) atau rasa seperti diminta untuk melakukan abduksi
terkena aliran listrik (tingling) pada jari maksimal palmar lalu ujung jari
dan setengah sisi radial jari sesuai dengan dipertemukan dengan ujung jari lainnya.
distribusi sensorik nervus medianus, Di nilai juga kekuatan jepitan pada
walaupun kadang-kadang dirasakan ujung jari-jari tersebut.
4
mengenai seluruh jari-jari. Gejala CTS Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan
terutama muncul setelah bekerja atau pada meminta penderita melakukan gerakan
malam hari. Gejala nokturnal menonjol yang rumit seperti menulis atau
pada sebagian besar pasien. Pasien sering menyulam.
terbangun di malam hari atau pagi hari dan d. Wrist extension test. Penderita
menjabat tangan mereka untuk melakukan ekstensi tangan secara
meringankan gejala ini. Lokasi gejala ini maksimal, sebaiknya dilakukan serentak
dapat dilaporkan sebagai keterlibatan pada kedua tangan sehingga dapat
seluruh tangan atau pada permukaan dibandingkan. Bila dalam 60 detik
palmar ibu jari dan dua atau tiga jari.9 timbul gejala-gejala seperti CTS, maka
Apabila tidak segera ditangani dengan baik tes ini menyokong diagnosa CTS.
maka jari-jari menjadi kurang terampil e. Phalen's test. Penderita melakukan
misalnya saat memungut benda-benda fleksi tangan secara maksimal. Bila
kecil. Kelemahan pada tangan juga sering selama satu menit parestesia bertambah
dinyatakan dengan keluhan adanya hebat, maka tes ini menyokong
kesulitan yang penderita sewaktu diagnosa. Beberapa penulis berpendapat
menggenggam. Kelemahan dari tangan bahwa tes ini sangat sensitif untuk
atau menjatuhkan benda merupakan tanda- menegakkan diagnosa CTS.
tanda yang mungkin menunjukkan
kerusakan otot. Pada tahap lanjut dapat
dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis) dan
otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
medianus.4,9,11

32
Liza Salawati dan Syahrul, Carpal Tunel Syndrome

- Nerve Conduction Studies (NCS)


- Mungkin sumber lokasi dari
gejala/tanda CTS dan konfirmasi
diagnosis klinis
- Mungkin normal pada sebagian kecil
kasus CTS
- Jika NSC normal, diagnosis CTS harus
didukung dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang akurat.7.13

Temuan yang terdapat pada CTS meliputi:7


- Kelainan masa laten atau konduksi
Gambar 2.3 Phalen’s test12
sensoris atau motoris distal median
melalui daerah carpal tunnel.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan
- Perubahan elektromiografi dalam
torniquet dengan menggunakan
eminensia tenar dengan tidak
tensimeter di atas siku dengan tekanan
ditemukan kelainan proksimal.
sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
- Pedoman nilai normal untuk batas atas
dalam 1 menit timbul gejala seperti
latensi:Latensi motorik distal median
CTS, tes ini menyokong diagnosa.
4.2 msec/8 cm, Latensi sensorik distal
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung
median (Pergelangan-jari) 3,5 cm
diagnosa bila timbul parestesia atau
sec/14 cm, Latensi intrapalmar median
nyeri pada daerah distribusi nervus
(Palmar-pergelangan tangan) 2,2 msec
medianus kalau dilakukan perkusi pada
/8cm, Perbedaan segmental median
terowongan karpal dengan posisi tangan
0,4msec/cm. Catatan: suhu tangan
sedikit dorsofleksi.
harus dikontrol (86-93oF/30-34oC).
Suhu dingin dapat memperpanjang
masa laten dan memperlambat
kecepatan konduksi saraf.
Electromyographers dapat
menggunakan jarak dan/atau nilai-nilai
masa laten yang berbeda, data normatif
ini harus tersedia dari laboratorium
untuk menetapkan kriteria untuk CTS.

b. Elektromiografi (EMG)7
- Diindikasikan jika ada dugaan
Gambar 2.4 Tinel’s sign12 perubahan neurogenik akut/kronis.
- Untuk membedakan CTS dengan
3. Pemeriksaan Penunjang jebakan saraf proksimal, radikulopati,
atau miopati.
a. Elektrodiagnostik - Sebagian besar pasien dengan CTS
Elektrodiagnostik meliputi nerve didokumentasikan oleh pengujian
conduction studies (NCS) dan elektrodiagnostik tidak membutuhkan
elektromiografi (EMG). Adapun indikasi tes NCS/EMG ulang secara rutin atau
pemeriksaan elektrodiagnostik adalah berkala.
sebagai berikut:13 Pasien yang tidak ada - Pada dugaan CTS dengan hasil
perbaikan dengan penanganan konservatif pemeriksaan normal, pengujian
pertimbangan pembedahan ntuk dinamis (pra dan pasca latihan)
menyingkirkan kelainan radikulopati
ataupun saraf terjepit lainnya.

33
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 1 April 2014

simulasi pekerjaan/non kerja dapat dapat dipasang terus-menerus atau hanya


membantu. pada malam hari selama 2-3 minggu, 4)
- Pemeriksaan ulang pada interval yang lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1
tepat (3-4 bulan) mungkin atau hidrokortison 10-25 mg 8 atau
menunjukkan perkembangan dari metilprednisolon 20 mg 14 atau 40 mg 12
abnormalitas konduksi. diinjeksikan ke dalam terowongan karpal
- Pengujian tambahan mungkin dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
diindikasikan pada kasus pasca operasi pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat
yang tetap bergejala. pergelangan tangan di sebelah medial
- Individu dengan diagnosa CTS di satu tendon musculus palmaris longus. Bila
sisi mungkin memiliki NCS yang belum berhasil, suntikan dapat diulangi
abnormal pada sisi berlawanan. setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan
Pembedahan tidak boleh dilakukan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil
kecuali pada kasus yang terdapat terapi belum memuaskan setelah diberi 3
gejala. kali suntikan, 5) Kontrol cairan, misalnya
dengan pemberian diuretika, 6) Vitamin
c. Pemeriksaan Laboratorium B6 (piridoksin). Beberapa penulis
Pemeriksaan laboratorium umumnya berpendapat bahwa salah satu penyebab
diperlukan untuk menyingkirkan penyakit CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga
yang mendasari. Pasien diskrining pada mereka menganjurkan pemberian
pemeriksaan awal untuk tanda-tanda atau piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
gejala diabetes, hipotiroidisme, kehamilan, bulan, Tetapi beberapa penulis lainnya
artritis, dan penyakit inflamasi terkait. berpendapat bahwa pemberian piridoksin
Pemeriksaan ini jarang diindikasikan tidak bermanfaat bahkan dapat
kecuali pasien dengan gejala/tanda menimbulkan neuropati bila diberikan
menjamin laboratorium khusus.9 dalam dosis besar, 7) Fisioterapi.
Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi
d. Pencitraan: X-ray, CT, MRI, USG pergelangan tangan.
Umumnya pemeriksaan ini tidak
diindikasikan kecuali pada trauma akut, b. Terapi operatif
deformitas tulang. Pemeriksaan sinar X Tindakan operasi pada CTS disebut
terhadap pergelangan tangan dapat neurolisis nervus medianus pada
membantu melihat apakah ada penyebab pergelangan tangan. Operasi hanya
lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos dilakukan pacta kasus yang tidak
leher berguna untuk menyingkirkan adanya mengalami perbaikan dengan terapi
penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan konservatif atau hila terjadi gangguan
dan MRI dilakukan pada kasus yang sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-
selektif terutama yang akan dioperasi.4,7 otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya
operasi pertama dilakukan pada tangan
Terapi yang paling nyeri walaupun dapat
Selain ditujukan langsung terhadap CTS, sekaligus dilakukan operasi bilateral.
terapi juga harus diberikan terhadap Penulis lain menyatakan bahwa tindakan
keadaan atau penyakit lain yang mendasari operasi mutlak dilakukan hila terapi
terjadinya CTS. konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-
otot thenar, sedangkan indikasi relatif
1. Terapi langsung terhadap CTS tindakan operasi adalah hilangnya
a. Terapi konservatif:4,9 1) Istirahatkan sensibilitas yang persisten. 9,13
Biasanya
pergelangan tangan, 2) Obat anti inflamasi tindakan operasi CTS dilakukan secara
non steroid, 3) Pemasangan bidai pada terbuka dengan anestesi lokal, tetapi
posisi netral pergelangan tangan. Bidai sekarang telah dikembangkan teknik

34
Liza Salawati dan Syahrul, Carpal Tunel Syndrome

operasi secara endoskopik. Operasi Pencegahan


endoskopik memungkinkan mobilisasi Untuk pencegahan, hal yang perlu
penderita secara dini dengan jaringan parut dilakukan adalah penerapan prinsip-prinsip
yang minimal, tetapi karena terbatasnya ilmu ergonomi pada pekerjaan, peralatan
lapangan operasi tindakan ini lebih sering kerja, prosedur kerja dan lingkungan kerja
menimbulkan komplikasi operasi seperti sehingga dapat diperoleh penampilan
cedera pada safar. Beberapa penyebab CTS pekerja yang optimal. Rotasi kerja pada
seperti adanya massa atau anomali maupun jangka waktu tertentu dapat dilakukan,
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih yaitu dengan merotasi pekerja pada tugas
baik dioperasi secara terbuka.4 dengan risiko yang berbeda. Penyesuaian
peralatan kerja dapat meminimalkan
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit masalah yang terjadi contohnya
yang mendasari CTS penyesuaian peralatan yang ergonomik
Keadaan atau penyakit yang mendasari kepada pekerja. Beberapa tahun terakhir
terjadinya CTS harus ditanggulangi, sebab telah dikembangkan pekerjaan sedemikian
bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan rupa, sehingga pekerja tidak perlu bekerja
CTS kembali. Pada keadaan di mana CTS dengan rangsangan berulang pada tangan
terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif dan pergelangan tangan. Untuk
harus dilakukan penyesuaian ataupun mengurangi efek beban tenaga pada
pencegahan (Rambe, 2004). Beberapa pergelangan maka alat dan tugas
upaya yang dapat dilakukan untuk seharusnya dirancang sedemikian rupa
mencegah terjadinya CTS atau mencegah sehingga dapat mengurangi gerakan
kekambuhannya antara lain:91) Usahakan menggenggam atau menjepit
agar pergelangan tangan selalu dalam dengan kuat. Perancangan alat kerja
posisi netral, 2) Perbaiki cara memegang contohnya tinggi meja kerja yang dipakai
atau menggenggam alat benda. sesuai dengan ukuran antropometri
Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari pekerja, penggunaan alat pemotong atau
untuk menggenggam sebuah benda, jangan gunting yang tajam sehingga mengurangi
hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk, beban pada pergelangan tangan dan
3) Batasi gerakan tangan yang repetitif, 4) tangan.6 Pekerjaan dengan memegang
Istirahatkan tangan secara periodik, 5) suatu alat seperti pensil, stir mobil, atau
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan alat lain untuk waktu yang lama, maka
agar pergelangan tangan memiliki waktu pekerja harus menggenggam alat tersebut
untuk beristirahat, 6) Latih otot-otot tangan senyaman mungkin. Pegangan alat-alat
dan lengan bawah dengan melakukan seperti pemutar sekrup, peraut atau
peregangan secara teratur. peruncing dan penahannya dapat dirancang
Di samping itu perlu pula diperhatikan sedemikian rupa sehingga kekuatan
beberapa penyakit yang sering mendasari genggaman dapat disalurkan melalui otot
terjadinya CTS seperti : trauma akut di antara dasar ibu jari dan jari kelingking,
maupun kronik pada pergelangan tangan tidak hanya pada bagian tengah telapak
dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, tangan. Alat dan mesin seharusnya
penderita yang sering dihemodialisa, dirancang untuk meminimalkan getaran.
myxedema akibat hipotiroidi, akromegali Pelindung alat seperti pemakaian shock
akibat tumor hipofise, kehamilan atau absorbers, dapat mengurangi getaran yang
ditimbulkan.6 Postur kerja yang baik
penggunaan pil kontrasepsi, penyakit
sangat penting untuk mencegah CTS,
kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis,
contohnya pada pengetik dan pengguna
infeksi pergelangan tangan, obesitas dan
komputer. Operator keyboard seharusnya
penyakit lain yang dapat menyebabkan
duduk dengan tulang belakang bersandar
retensi cairan atau menyebabkan
pada kursi dengan bahu rileks, siku ada di
bertambahnya isi terowongan karpal.4 samping tubuh dan pergelangan lurus.

35
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 1 April 2014

Kaki menginjak lantai pada footrest. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin


Materi yang diketik berada pada ketinggian jebakan/tekanan terhadap nervus medianus
mata sehingga leher tidak perlu menunduk terletak di tempat yang lebih proksimal, 2)
saat bekerja. Usahakan leher lentur dan Telah terjadi kerusakan total pada nervus
kepala tegak untuk mempertahankan medianus, 3) Terjadi CTS yang baru
sirkulasi dan fungsi saraf pada lengan dan sebagai akibat komplikasi operasi seperti
tubuh. Buruknya desain perabot kantor akibat edema, perlengketan, infeksi,
adalah penyumbang utama terhadap postur hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
buruk. Kursi harus dapat diatur tingginya Komplikasi yang dapat dijumpai adalah
dan mempunyai sandaran.9,13 Latihan kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
berguna bagi pekerja yang bekerja dengan persisten di daerah distribusi nervus
gerak berulang. Latihan pada tangan dan medianus. Komplikasi yang paling berat
pergelangan tangan yang sederhana selama adalah reflek sympathetic dystrophy yang
4-5 menit setiap jam dapat membantu ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,
mengurangi risiko berkembangnya atau disestesia dan gangguan trofik. Sekalipun
mencegah CTS. Peregangan dan latihan prognosis CTS dengan terapi konservatif
isometrik dapat memperkuat otot maupun operatif cukup baik, tetapi risiko
pergelangan tangan dan tangan, leher serta untuk kambuh kembali masih tetap ada.
bahu, sehingga memperbaiki aliran darah Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi
pada daerah tersebut. Latihan harus baik konservatif atau operatif dapat
dimulai dengan periode pemanasan yang diulangi kembali.4
pendek disertai periode istirahat dan bila
mungkin menghindari peregangan
Kesimpulan
berlebihan pada otot tangan dan jari-jari.13
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan
Memberlakukan periode istirahat saat
neuropati jebakan yang sering ditemukan.
bekerja dan memodifikasi pekerjaan dapat
Sindroma ini terjadi karena penyempitan
membantu memecahkan permasalahan
pada terowongan karpal, baik akibat
CTS. Pemakaian alat pelindung diri berupa
sarung tangan khusus yang terbuat dari edema fasia pada terowongan tersebut
karet elastis, agar dapat menyangga dan maupun akibat kelainan pada tulang-tulang
membatasi pergerakan pergelangan kecil tangan sehingga terjadi penekanan
tangan. 6 terhadap nervus medianus di pergelangan
tangan. Mekanisme terjebaknya saraf
Prognosis medianus berbeda antara pekerja dan
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi bukan pekerja. Kebanyakan penulis
konservatif pada umumnya prognosis baik. berpendapat bahwa CTS mempunyai
Secara umum prognosis operasi juga baik, hubungan yang erat dengan penggunaan
tetapi karena operasi hanya melakukan tangan secara repetitif dan berlebihan.
pada penderita yang sudah lama menderita Gejala awal CTS umumnya hanya berupa
CTS penyembuhan post operatifnya gangguan sensorik seperti rasa nyeri,
bertahap. Perbaikan yang paling cepat parestesia, rasa tebal dan tingling di daerah
dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kulit yang dipersarafi oleh nervus
kemudian diikuti perbaikan sensorik. medianus. Gejala-gejala ini umumnya
Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot bertambah berat pada malam hari dan
yang mengalami atrofi baru diperoleh berkurang bila pergelangan tangan
kemudian. Keseluruhan proses perbaikan digerak-gerakkan atau dipijat. Pada
CTS setelah operasi ada yang sampai penderita yang sudah lama terkena dapat
memakan waktu 18 bulan.4 Bila setelah ditemukan gejala motorik dan terkadang
dilakukan tindakan operasi, tidak juga terdapat hipotrofi tenar. Diagnosa CTS
diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan dapat ditegakkan dengan anamnesis,
kembali kemungkinan berikut ini:4 1). pemeriksaan fisik yang meliputi berbagai

36
Liza Salawati dan Syahrul, Carpal Tunel Syndrome

macam tes dan pemeriksaan penunjang. 4. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal
Pemeriksaan penunjang yang perlu (Carpal Tunnel Syndrome); 2004. Available
dilakukan meliputi pemeriksaan radiologis, at
laboratorium dan terutama pemeriksaan http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456
neurofisiologi. Penatalaksanaan CTS 789/3459/1 penysaraf-aidil2.pdf. Diakses
pada tanggal 7 Mei 2013
dibagi atas dua macam, yaitu terapi
5. Davis LE, Molly KK, Jessica LS. Carpal
langsung terhadap CTS dan terapi terhadap tunnel syndrome in Fundamentals of
keadaan atau penyakit yang mendasari Neurologic Disease. New York: Demos
CTS. Terapi terhadap CTS dikelompokkan Medical Publishing; 2005.
lagi menjadi terapi konservatif dan terapi 6. Tana, Lusyanawati. Carpal Tunnel
operatif. Kedua pilihan pengobatan Syndrome pada Pekerja Garmen di Jakarta.
konservatif dan operatif tergantung pada Puslitbang Pemberantasan Penyakit. 2004.
tingkat keparahan penyakit. Pada vol. 32, no. 2. P:73-82.
umumnya, kelainan ini dapat dicegah dan 7. Ross SK. Carpal Tunnel Syndrome:
disembuhkan. Pencegahan yang dapat Diagnosis and Treatment Guideline. USA:
dilakukan seperti bekerja dengan prinsip- State of Oregon Department of Consumer &
Business Services Workers’ Compensation
prinsip ergonomi yang baik, yaitu posisi
Division. 1997.
dan sikap kerja yang benar, perbaikan 8. Sidharta, P. Neurologi Dasar Klinis.
peralatan kerja, penyesuaian perabot kerja Jakarta: Dian Rakyat. 2004.
bagi pekerja dengan tubuh yang tidak 9. Franklin GM, Javaher SP, Kearney RN.
sesuai dengan ukuran standar. Prognosis Medical Treatment Guidelines Work-
CTS dengan terapi konservatif maupun Related Carpal Tunnel Syndrome Diagnosis
operatif cukup baik, tetapi risiko untuk and Treatment Guideline. Washington:
kambuh kembali masih tetap ada. Bila Washington State Department of Labor and
terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik Industries. 2009.
konservatif atau operatif dapat diulangi 10. Ginsberg L. Lecture Notes: Neurologi.
kembali. Jakarta: Erlangga. Jakarta. 2008.
11. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2010.
Daftar Pustaka 12. Somaiah A, Spence RAJ. Carpal tunnel
1. Depkes RI. Undang Undang Kesehatan syndrome; 2008. Ulster Med J; 77(1) 6-17
Republik Indonesia Tentang Kesehatan. 13.Fisher B, Gorsche R, Leake P. Diagnosis,
2009. Causation and Treatment of Carpal Tunnel
2. Efendi H. Manajemen Sumber Daya Syndrome: An Evidence-Based
Manusia Pengadaan, Pengembangan, Assessment; 2004. Available at:
Pengkompensasian dan Peningkatan http://www.wcb.ab.ca/pdfs/providers/CTS_
Produktivitas Pegawai. Jakarta: Grasindo. Bkg_Paper.pdf. Diakses pada tanggal 7 Mei
2002. 2013.
3. Kurniawan B, Jayanti S, Setyaningsih Y.
Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik
Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
2008.

37

Anda mungkin juga menyukai