Anda di halaman 1dari 16

TRANSFORMASI DESAIN

Mahasiwa : Maria Eleonora Rolina Noach

Nim : 1 7 0 6 0 9 0 0 6 7
Transformasi arsitektur

Transformasi merupakan kata yang berasal dari Bahasa Inggris transformation yang berarti perubahan
(bentuk) dengan lebih baku namun masih kurang memasyarakat, kata tersebut menjadi “ pemalihan” oleh
Prijotomo ( 1998) dalam penjelasannya mengenai tipologi geometri yang merujuk pada Stevans ( 1990).
Di sini bentuk arsitektur dan/ atau ruang arsitektur diberi kesempatan untuk berubah maupun beralih.
Sedangkan menurut Antoniades (1990) dalam bukunya Poetic Of Architecture , Theory of design, dalam

bahasanya tentang kreativitas berarsitektur, transformasi didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk
dimana sebuah bentuk dapat mencapai tingkatan tertinggi dengan jalan menanggapi banyaknya
pengaruh-pengaruh eksternal dan internal.

Antoniades (1990) menjelaskan dalam aliran transformasi, dengan cara transformasi tradisional dapat
dilakukan empat langkah yang dapat dilalui, yaitu:

1. Pernyataan visual dengan pendekatan konseptual terhadap permasalahan dengan menggunakan


gambar tiga dimensional

2. Evaluasi terhadap ide-ide dan memiliki ide yang paling memuaskan semua pihak sebagai alternatif
maksimal, ide ini kemudian menjadi dasar dari proses transformasi

3. Melakukan transformasi yaitu dengan cara pergeseran, perputaran, pencerminan, penarikan,


pemapatan, skala, dan memutar (translation, rotation, reflection,stretching, shrinking, scale, twisting )

4. Penyampaian informasi kepada pihak luar sehingga bisa diterima, dibangun, dan dinikmati

Kajian ini banyak mengambil pengertian dari Antoniades mengenai transformasi besar dalam suatu desain
bangunan dan difokuskan pada periode dalam desain. Sehingga transformasi yang dimaksud dalam kajian
ini adalah berupa transformasi dari ide atau konsep desain yang mengandung makna untuk
dikomunikasikan ke dalam hasil rancangan.

Transformasi ini telah dirumuskan oleh Broadbent (1980) yang merumuskan pemikiran tentang
transformasi. Dipaparkan bahwa ide atau konsep merupakan makna yang ingin ditampilkan yang dapat
dikaji pada struktur-dalamnya (deep structure). Bukan sekedar yang terlihat pada permukaan
tampilannya. Sehingga maksud transformasi ini adalah perubahan dari makna pada struktur-dalam (deep
structure) tersebut ke dalam tampilan struktur permukaan (surface-structure). Ada empat rumusan dari
Broadbent (1980) untuk mencapai transofmasi, yaitu:
1. Desain Pragmatic Suatu desain akan mengalami transformasi pragmatik ketika desain tersebut
mengunakan bahan material sebagai dasar pengolahan bentuk atau sebagai raw materialnya.

2. Desain Typologic Suatu desain akan mengalami transformasi typologic ketika desain tersebut memiliki
kaitan budaya suatu daerah, memberikan image tentang daerah atau budaya tertentu. Seperti bangunan
igloo rumah orang Eskimo atau tepee, rumah bagi orang Indian.

3. Desain Analogical Suatu desain akan mengalami transformasi analogical ketika desain tersebut memiliki
kriteria penggambaran tentang sesuatu hal, baik itu benda, watak, atau kejadian. Desain ini memerlukan
beberapa medium sebagai sebuah gambaran untuk menerjemahkan keaslian ke dalam bentuk-bentuk
barunya, baik gambaran personal maupun konsep abstract philosophical.

4. Desain Canonic Suatu desain akan mengalami transformasi canonic ketika desain tersebut
menggunakan pendekatan geometrical sebagai raw materialnya baik itu dalam sistem konvensional
ataupun sistem komputasi. Moda ini adalah geometri. Dengan bertema bentuk-bentuk geometri,
transformasinya berupa peningkatan dimensi, pemejalan, pengosongan. Alat yang digunakan adalah
massa. Tampilan visual yang dihasilkan berupa grid monotonic, blank box, bidang dan volume, “arbiterary
romantis”. Dalam melakukan proses transformasi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Skala, pembesaran ataupun pengurangan ukuran suatu bentuk pada tingkat tertentu agar sesuai
dengan tampilan visualnya

b. Bagian dan keseluruhan bangunan, unsur-unsur utama disusun sehingga membentuk rupa yang
harmonis

c. Faktor eksternal, hal yang terjadi berkaitan dengan perubahan bidang yang mempengaruhi transformasi

d. Sematik, transformasi dikonotasikan dalam makna visual yang diasosiasikan dalam dua kelompok kata,
yaitu :

1. Bentuk, rupa jenis dan formasi

2. Deformasi dan distorsi


Teori Transformasi

1. Pengertian transformasi dalam arsitektur


Transformasi dapat diartikan sebagai perubahan bentuk yaitu perubahan bentuk dari deep structure yang
merupakan struktur mata terdalam sebagai isi struktur tersebut ke surface structure yang merupakan
struktur tampilan berupa struktur material yang terlihat. Menrut Josef Prijotomo dalam Rahmatia 2002,
apabila di indonesiakan kata Transformasi dapat disepadankan dengan kata pemalihan, yang artinya
perubahan dari benda asal menjadi benda jadiannya. Baik perubahan yang sudah tidak memiliki atau
memperlihatkan kesamaan atau keserupaan dengan benda asalnya, maupun perubahan yang benda
jadiannya masih menunjukan petunjuk benda asalnya.
Adapun kategori transformasi dalam desain yaitu :
a. Desain pragmatic
Desain pragmatic menggunakan bahan dasar material, seperti tanah, batu, batang pohon, ranting-ranting,
bambu kulit binatang atau kadang salju. Proses yang dilakukan dengan cara trial and error hingga
memunculkan suatu bentuk yang terlihat melayani tujuan desainer. Kebanyakan bentuk bangunan
sepertinya dimulai dari cara ini. Desain ini digunakan dalam desain dengan material baru. Usaha besar-
besaran adalah contoh yang sangat baik dan usaha ini masih digunakan ketika akan menggunakan bahan
material baru, seperti plastic air houses dan struktur suspension. Baru pada akhir-akhir ini, setelah dua
decade desain pragmatic, dasar-dasar teori untuk desain struktur semacam mulai muncul. Dengan
demikian suatu desain akan mengalami transformasi pragmatic ketika desain tersebut memiliki kriteri
dengan menggunakan bahan material sebagai dasar pengolahan bentuk desainnya atau sebagai raw
materialnya.
b. Desain typologic
Desain topologic dimulai dari mental image yang telah fiks dari bentuk-bnetuk bangunan yang telah
dikenal sebagai solusi terbaik untuk penggunaan material yang telah dikenal sebagai solusi terbaik untuk
penggunaan material yang didapat di sebagian tempat dengan bagian iklimnya, rumah yang mewujudkan
gaya hidup, mekanisme arsitektur primitive dan vernakuler tetapi masih digunakan oleh arsitek-arsitek
yang kurang dikenal dalam mengikuti desain-desain dari form givers. Desain ini juga menyertakan fakta
budaya sebagai bagian mental image. Sering digunakan penggunaan budaya primitif seperti legenda,
tradisi yang menggambarkan adaptasi mutual dengan menempatkannya diantara way of life dan bentuk
bangunan.
Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi typologic ketika desain tersebut memiliki
kaitan budaya suatu daerah, memberikan image tentang daerah atau budaya tertentu.

c. Desain Analogical
Desain analogical menggambarkan visual analogi ke dalam solusi permasalahan desain seseorang. Ada
alas an simbolik untuk ini, analogi juga memperlihatkan mekanisme arsitektur yang kreatif. Pada abad ke-
20 sangat banyak arsitektur yang digambarkan pada lukisan dan sculpture sebagai sumber analogi, tetapi
analogi dapat juga menjadi gambaran seseorang (personal analogy) dan konsep abstract filosophical
(sebagai sebuah hadirnya keasyikan yang tidak ditentukan).
Desain analogi memerlukan penggunaan beberapa medium sebagai sebuah gambaran untuk
menerjemahkan keaslian kedalam bentuk-bentuk barunya. Beberapa desain analogi seperti gambar,
model atau program computer akan mengambil alih dari desainer dan mempengaruhi jalan desainnya.
Dengan demikian suatu desain akan mengalami transformasi analogical ketika desain tersebut memiiki
kriteria penggambarantentang sesuatu hal. Hal ini dapat berupa benda, watak atau kejadian.

d. Desain Canonic
Desain canonic (geometri) didasari dari grid-grid dan axis dari gambaran desain awal. Hal ini menjadikan
usaha untuk menyamai atau melebihi pekerjaan-pekerjaan besar dari system-sistemproporsi. Tinjauan
bentuk-bentuk mengenai seni dan desain yang dapat disokong oleh system-sistem proporsional ini
diterima dari Geometri Greek (Phytagoras) dan filsuf klasik (seperti Plato). Pada abad kedua puluh ini
banyak desain yang berdasar pada persepsi serupa, seperti system modular, koordinasi dimensional,
bangunan bersistem fabrikasi. Namun teknik baru matematikal bnayak disukai oleh para desainer untuk
mendorong lebih lanjut ketertarikan ini.
Sehingga suatu desain akan mengalami transformasi canonic ketika desain tersebut menggunakan
pendekatan geometrical sebagai raw materialnya baik itu dalam system konvensional maupun system
komputasi.

2. Saluran-saluran transformasi
Untuk mencapai keempat moda transformasi diatas ada beberapa saluran yang dapat dilalui, yaitu :
a. Material
Penggunaan material bangunan dipilih berdasarkan konsekuensi bahwa material tersebut dapat system
struktur dan penataan fungsi. Konsekuensi ini menimbulkan suatu penataan dan struktur yang berdasar
material, misalnya system modular. Namun pemilihan bahan juga dapat mempengaruhi tampilan
arsitektur, misalnya mengenai tekstur pada eksterior maupun interior, detil finishing dan sebagainya.
Namun begitu pemilihan material ini cenderung memilih yang paling gampang didapatkan di daerah
tempat karya tersebut dibuat.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Material
Transformasi :
- Penggunaan teknologi
- Eksplorasi sifat bahan
Alat : Bidang permukaan, tampak, massa
Tampilan visual :
- Penonjolan tekstur bahan
- Penonjolan system konstruksi
- Penampilan sifat bahan

b. Pemalihan
Berdasarkan strategi pembentukannya, terdapat tiga macam transformasi, pertama adalah strategi
tradisional sebagai evolusi progresif dari sebuah bentuk melalui penyesuaian langkah demi langkah
terhadap batasan-batasan eksternal, internal dan artistic.
Pembentukan kedua adalah dengan peminjaman dari objek-objek lain dan mempelajari property dua dan
tiga dimensinya sambil terus menerus mencari kedalaman interpretasi dengan memperhatikan kelayakan
aplikasi dan validitasnya. Transformasi peminjaman ini adalah pemindahan rupa dan dapat pula
dikualifikasikan sebagai metaphor rupa.
Pembentukan yang ketiga adalah dekonstruksi atau dekomposisi, yaitu sebuah proses dimana susunan
yang ada dipisahkan untuk mencari cara baru dalam kombinasinya dan menimbulkan sebuah kesatuan
baru dan tatanan baru dengan strategi structural dan komposisi yang berbeda. Dalam melakukan
transformasi ada empat tahapan yang dilalui untuk dapat mengakomodasi kepentingan perancang dan
klien. Pertama pernyataan visual dari keragaman pendekatan konseptual terhadap permasalahan melalui
semua dokumen. Kedua, evolusi terhadap ide-ide untuk dapat memilih yang paling memuaskan semua
pihak sebagai alternative optimal dan dijadikan dasar untuk transformasi berikutnya. Ketiga adalah
transformasi alternative sebagai optimalisasi dari keseluruhan dan bagian-bagian sebuah objek. Terakhir
adalah mengkomunikasikan hasil akhir dari suatu transformasi kepada orang lain sehingga dapat dibaca
dan dipahami, kemudian diterima dan dibangun.
Kriteria saluran transformasi adalah :
Tema : Fungsi, bentuk
Transformasi : Evolusi tradisional, pemecahan (break), pengirisan (cut), pembagian (segment),
penambahan (addition), pergeseran (friction), pengumpulan ( accumulation), penumpukan (stracking),
penembusan (penetration), penjalinan (interlacking), pertautan (meshing), peminjaman, pemindahan
rupa, dekonstruksi.
Alat : Massa, bentuk permukaan, detil
Tampilan visual :
- simetri-asimetri
- Regular- irregular

c. Eksotik dan multicultural


Eksotik memiliki dua pengertian, pertama adalah eksotik dalam hal fisik dan yang kedua adalah eksotik
dalam metafisik. Eksotik secara fisik mempunyai konotasi geografik, yaitu berkaitan dengan suatu tempat
yang berada di luar lingkungan seseorang, semakin jauh semakin kuat daya eksotiknya. Sedangkan eksotik
metafisik memiliki eksotik konotasi negatif. Eksotik metafisik untuk menjaga sesuatu dari kejauhan,
mengacaukan pikiran, menghilangkan orientasi atau membuat rusak pribadi seseorang. Oleh karena itu
dalam karya rancangan harus dapat memuat pemahaman tentang masyarakat, iklim, material, metode
konstruksi dan teknik-teknik yang terdapat dalam tempat asing yang dirancang tersebut.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Keganjilan fenomena, pertautan budaya, sejarah
Transformasi : Peniruan, perpaduan
Alat : Site, material, detil
Tampilan visual : Suasana, symbol

d. Kompleksitas dan kontradiksi


Dalam kompleksitas dan kontradiksi bahan mentah yang ditransformasikan dapat bermula dari aspek
kesejarahan ataupun seni-seni popular. Sedangkan alat yang digunakan akan lebih sering menggunakan
elemen-elemen yang biasa dikenal atau elemen-elemen konvensional.
Secara sederhana kompleksitas arsitektur ditandai dengan adanya penggunaan elemen-elemen baik itu
dalam wujud bidang, bentuk, warna atau kegunaan atau yang lain yang beraneka. Penggunaan ini
merupakan penggunaan secara bersama-sama untuk membentuk sebuah komposisi tanpa
menghilangkan sifat asli dari elemen-elemen dasar tersebut. Namun jika elemen-elemen dasar tersebut
telah mampu melebur menjadi suatu bentuk jadian yang berubah dari sifat dasarnya, maka bukan sekedar
kompleksitas yang terjadi terjadi tetapi lebih merupakan sebuah kontradiksi.
Bentuk-bentuk transformasi yang memungkinkan antara lain merupakan penerapan kaidah-kaidah
tersebut. Seperti adanya kompleksitas bentuk atau both-and dan kompleksitas fungsi atau double
function.
Kriteri saluran transformasi ini adalah :
Tema : Elemen bangunan sejarah, seni popular
Transformasi : Pembaruan, pengironian
Alat :
- Elemen-elemen bangunan konvensional
- Elemen-elemen yang telah biasa dikenal
Tampilan visual : Simbolik

e. Historicism dan preseden


Batasan kreasi pada bangunan dalam bingkai historicism adalah perolehan pengetahuan dari budaya,
teknologi dan filosofi. Penggunaan historicism harus meliputi referensi sejarah yang benar.
Preseden dari waktu yang telah lewat mungkin tidak lagi relevan dengan budaya sekarang atau dengan
faktor lain di jaman sekarang. Untuk itu setiap budaya harus diposisikan dalam bingkai waktu tertentu.
Walaupun begitu menghindari preseden dalam waktu tertentu akan dapat menghilangkan proses desain
pada kesempatan evolusi yang baik. Untuk itu perlu dihindari karya-karya yang bersifat tiruan dan jiplakan
supaya terhindar pula dari karya-karya yang berapresiasi rendah. Sekalipun karya yang dihasilkan akan
bersifat eklektik namun hal ini dapat dicapai dengan unsure-unsur kontekstual dengan
mempertimbangkan makna primordialnya. Penggunaan aspek budaya, teknologi dan filosofi dimana
harus memiliki referensi sejarah yang benar dan preseden yang tepat.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Bangunan sejarah, artefak
Transformasi : Evolusi
Alat : Denah, tampak, suasana
Tampilan visual : Eklektik, kontekstual, primordial

f. Imagery, Mimesis, Literality


Terdapat sebuah dugaan dalam Arsitektur bahwa peniruan tidak dapat menciptakan kreatifitas. Peniruan
adalah sebuah konsep peminjaman dan asal mula, telah melalui controversial sejarah dalam arsitektur.
Kreatifitas dalam interpretasi literal, yaitu mitasi dengan dasar imajinasi spesifik tidak dapat dilarang, yang
perlu diantisipasi adalah seorang Arsitek salah memperkirakan potensi perasaan untuk merasakan dan
melihat konsep-konsep diluar interpretasi yang dimaksud karena pada kenyataannya apa yang terlihat
sering menutupi apa sebenarnya.
Tidak dapat disangkal bahwa kemungkinan eksplorasi desain dapat melalui imitasi, derivasi sampai
eklektisasi. Karya yang baik akan mengangkat arsitektur ke tingkat mimetic art yang lain sebagai bagian
yang esensial dalam hidup dan membuang literality dan devirasi yang dangkal.
Krieteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Elemen morfologi, style
Transformasi : Peniruan, peminjaman, derivasi
Alat : Massa, tampak
- Tampilan visual :
- Kemiripan visual
- Penonjolan makna haarfiah

g. Metaphora
Kekuatan metaphor akan menjadi bantuan dasar bagi imajinasi karena memungkinkan untuk pengujian
dan pengembangan imajinasi dan fantasi perancang. Dengan demikian metaphora ini akan menjadi resep
tambahan yang memperluas dan memperdalam kemampuan fantasi dan imajinasi perancang.
Secara luas metaphora dapat dikategorikan dalam tiga hal : pertama, metaphora yang tidak dapat diraba,
yaitu penciptaan konsep, ide, kondisi manusia atau jumlah kasus. Kedua adalah metaphora yang dapat
diraba yaitu mengacu pada beberapa visual atau sifat material seperti sebuah rumah yang berupa kastil.
Sedangkan yang ketiga adalah metaphora kombinasi dari keduanya yaitu antara konsep dan visual saling
tumpang tindih sebagai resep dari titik awal dan visual digunakan untuk mengawasi nilai.
Dari ketiga metaphora tersebut dapat dibedakan lebih jauh lagi didasarkan pada kekuatan masing-masing
situasi dengan tujuan dari evaluasi kritik atau latar belakang tujuan desain.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Apa saja
Transformasi : Pengkiasan / Metaphora
Alat :
- Tidak dapat diraba ( ide, konsep, kondisi manusia)
- Dapat diraba (tampilan visual, material)
- Kombinasi
Tampilan visual : Kemiripan visual, simbolik

h. Paradoks
Paradoks sesungguhnya merupakan sebuah saluran untuk keabadian. Paradoks adalah saluran yang paling
diminati untuk kreativitas. Berdasarkan sejarah paradoks telah dikembangkan sebagai sebuah arti untuk
mengkritik dan untuk menggambarkan sebuah titik kritis yang menyarankan jalan alternatif dalam
menjalankan sesuatu. Hal ini diartikan sebagai tingkatan yang ironis yang didalamnya berisi humor dan
pada saat subjek menjadi duniawi, seringkali seperti mencari Tuhan.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Pemikiran prasangka
Transformasi : Pembalikan, pembelokan, dekonstruksi
Alat : Massa, tampak, denah
Tampilan visual : di luar pandangan umum manusia

i. Geometri
Berkaitan dengan kreatifitas arsitektural geometri memiliki daya tarik tersendiri. Dimulai dari Plato yang
merupakan tokoh pertama yang mengungkapkan unsur kepastian dan hokum-hukum yang mengatur zat
padat sebagai zat padat Platonik. Sementara yang lain masih menunjukan kelemahan manusiawi yang
seringkali terlupakaan dan tidak seorangpun mengetahui siapa yang menemukan garis agung dan bentuk
terbalik.
Bentuk-bentuk geometri tertentu dapat menghasilkan struktur dan simbolisme karena pembahasan segi
estetika bukan pada bentuk mana yang paling tepat tetapi mengenai kehalusan penerapannya. Elemen-
elemen bangunan yang kelihatan. Sub elemen ketinggian, kesesuaian dan ketidaksesuaian setiap bagian
dengan keseluruhan bangunan mendapat perhatian dalam porsi yang besar. Geometri menawarkan
kesiapannya untuk melayani kreatifitas yang kuat karena tidak peduli apa yang terjadi.
Kriteria saluran transformasi ini adalah :
Tema : Bentuk-bentuk geometri
Transformasi : Peningkatan dimensi, pemejalan, pengosongan
Alat : Massa
Tampilan visual : Grid monotonic, blank box, bidang dan volume

j. Poetry dan literature


Apresiasi terhadap suatu karya dan variasi konsep dari grup satu ke grup lain, dari budaya satu kebudaya
lain akan berbeda dalam mental image, kolektif memori dan perilaku. Watak negative dan positif
penerima dari poetry dan literature akan sangat berguna sebagai makna untuk rangsangan idea atau
aspirasi arsitektural. Sehingga rangsangan aspirasi dari poetry dan literature ini secara umum dapat
dibedakan menjadi dua. Pertama inspirasi langsung yaitu interpretasi literal dari penggambaran lingkaran
kerja literature . kedua adalah kasus inspirasi ketika arsitek di ilhami oleh suatu bacaan yang dia baca dan
termotifasi untuk menulis. Arsitek mencatat ide-idenya dan menjadikannya tulisan secara sistematik baik
dalam wujud fiksi, puisi ataupun easy yang sebelum atau sesudahnya telah dilanjutkan untuk catatan
pribadi ataupun untuk dipublikasikan.
Kriteri saluran transformasi ini adalah :
Tema : Cerita, struktur, bahasa suatu poetry atau leteratur
Transformasi : Penggambaran, pengkiasan
Alat : Tampak, massa, situasi
Tampilan visual : Penekanan wujud dan bentuk

3. Kaitan moda dan saluran transformasi


Moda transformasi adalah penggolongan umum mengetahui makna yang disalurkan dalam arsitektur.
Sedangkan saluran transformasi lebih merupakan saluran kreatifitas untuk mencapai wujud karya
arsitektur yang termuat oleh makna yang dimaksud.
Moda transformasi dapat dilaksanakan untuk memenuhi maksud tujuannya dalam menyampaikan makna
(deep structure ) ke dalam tampilan karya arsitektur (surface structure) dengan memulai saluran-saluran
transformasi yang kriterianya tergolong dalam moda tersebut. Adapun saluran moda untuk mengubah
struktur dari deep structure ke dalam surface structure sehingga terwujud karya arsitektur adalah :
a. Moda Pragmatik, dengan saluran material
b. Moda Typologic, dengan saluran pemalihan, eksotik dan multicultural, kompleksitas dan
kontradiksi
c. Moda Analogic, dengan saluran historicism dan preseden, imagery, mimesis dan literality,
metaphor, paradoks, poetry dan literature
d. Moda Canonic, dengan saluran geometri
4. Tampilan visual
Seorang pengamat akan menginterpretasi suatu tempat sebagai mana yang dimiliki oleh tempat tersebut.
Interpretasi ini sebagian besar sesuai dengan bentuk visual yang ditampilkan oleh tempat tersebut.
Sehingga ketika makna ini mendukung tanggapan, maka tempat tersebut dikatakan memiliki kualitas yang
disebut kecocokan visual ( Bantley dalam rahmatia 2009 ).
Kecocokan visual suatu tempat dapat diperkuat suatu pemberian interpretasi lingkungan dengan
dukungan dari tiga tingkatan yang berbeda. Pertama, dengan dukungan sifatnya yang mudah dibaca, baik
dalam hal bentuk maupun guna. Kedua, dengan dukungan keragamannya. Sedangkan yang ketiga adalah
dengan dukungan lingkungan yang menawarkan pilihan aktifitas baik dalam skala besar maupun kecil.
Detil tampilan dari keragaman bangunan hendaknya dapat membantu pembacaan mengenai apa yang
terjadi dengan pembuatan image suatu lingkungan agar terlihat cocok sebagaimana latar masing-masing
pengguna atau pengamat. Sedangkan mengenai tawaran aktifitas, haruslah mampu memperkuat potensi
tawaran pilihan ini dengan memperlihatkan kesesuaian untuk seluruh pengguna. Sedangkan cirri-ciri
visual lebih mengacu pada kualitas typology arsitektural.
Berdasarkan dari uraian teori transformasi, saluran transformasi yang sesuai dengan pokok latar belakang
yang menerima material baru dan menjadikan sejarah sebagai titik berangkat adalah saluran transformasi
material dan pemalihan dengan pengaplikasiannya pada detil bangunan.
Transformasi Bentuk dalam Arsitektur

“ …kubus, kerucut, bola, tabung, atau limas merupakan bentuk-bentuk primer yang luar biasa yang oleh
cahaya ditunjukkanlah kehebatannya; citra mereka sangat nyata dan jelas di dalam diri kita tanpa ada
keraguan sedikitpun. Atas dasar itulah maka mereka merupakan bentuk-bentuk yang indah, bentuk-
bentuk yang paling indah.” (Le Corbusier)

Proses terbentuknya sebuah ruang (3 dimensi), dimulai dari titik kemudian garis, rangkaian garis yang
tertutup membentuk sebuag bidang datar 2 dimensi, dan rangkaian bidang dengan ketinggian tertentu
membentuk sebuah ruang 3 dimensi.

TRANSFORMASI GUBAHAN MASSA

Definisi Transformasi

 (The New Grolier Webster International Dictionary of English Language), Transformasi adalah

menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau
ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur
permukaan dan fungsi.

 (Webster Dictionary, 1970), Transformasi berarti perubahan menjasi sesuatu. Transformasi dapat
dianggap sebagai sebuah proses pemalihan total dari suatu bentuk menjadi sebuah sosok baru
yang dapat diartikan sebagai tahap akhir dari sebuah proses perubahan sebagai sebuah proses
yang dijalani secara bertahap faktor ruang dan waktu menjadi hal yang sangat mempengaruhi
perubahan tersebut.
 Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada
tahap ultimate, perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur
eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal
sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan.
(Antoniades, 1990)
 Transformasi adalah perubahan fisik disebabkan oleh adanya kekuatan non fisik yaitu perubahan
budaya, sosial, ekonomi, dan politik ( Rossi, 1982 dalam Sari, 2007)

Kategori Transformasi (Laseau, 1980 dalam Sembiring, 2006):


1. Transformasi bersifat Topologikal (geometri), bentuk geometri yang berubah dengan
komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama

2. Transformasi bersifat Gramatika hiasan (ornamental), dilakukan dengan menggeser,


memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan, melipat, dll

3. Transformasi bersifat Reversal (kebalikan), pembalikan citra pada figur objek yang akan
ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi citra sebaliknya

4. Transformasi bersifat Distortion (merancukan), kebebasan perancang dalam beraktivitas.

contoh bangunan dengan transformasi dimensional

Transformasi Dimensional: Merubah satu atau lebih dimensinya namun masih mempertahankan
identitasnya sebagai satu bentuk dasar tertentu.
Pada contoh bangunan di atas, transformasi dimensional ditunjukkan dengan mempertahankan bentuk
dasar kotak

contoh transformasi substraktif

Transformasi Substraktif (pengurangan) : Pengurangan sebagian volume, tetap terlihat bentukan


dasarnya maupun berubah dari bentukan dasar masa tersebut.
Pada contoh bangunan di samping, transformasi ditunjukkan dengan pengurangan pada gubahan massa
dengan bentuk kotak.

Transformasi Aditif (penambahan)


Penambahan bentuk dasar masa tertentu dengan bentukan lain, sejenis maupun yang berlainan. Bisa juga
menjadi KOMBINASI bentukan tertentu.
Pada contoh bangunan di bawah ini, transformasi diperlihatkan dengan tonjolan pada bangunan yang
juga difungsikan sebagai ruangan.

contoh transformasi aditif (penambahan)


Sumber : http://kanvas-angan.blogspot.com/2013/04/transformasi-bentuk-dalam-arsitektur.html

Anda mungkin juga menyukai