Siti Lamusiah
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP, Universitas Muhammadiyah Mataram
ABSTRAK
Batik SaSaMbo tidak hanya menjadi ciri khas dari Bima, tetapi juga merupakan ciri khas Lombok, Sumbawa. Batik
SaSaMbo yang ada di Bima memiliki motif yang berbeda dari motif batik yang dimiliki oleh Lombok dan Sumbawa
terutama ragam hiasnya yang lebih banyak variasinya. Motif batik di Bima lebih cenderung menggunakan motif-motif
yang berkaitan erat dengan budaya setempat. Motif batik pada zaman dahulu di Bima hanya menggunakan motif
bawang, kupu-kupu, kepiting, dancabe, tetap seiring dengan perkembangan zaman corak dan ragam hiasnya makin
beragam, seperti motif umalengge (rumah adat), motif renda (nama kampung), kabateto’i (sarambi kecil), madasahe,
(matakerbau), kakando (tunas bambu), dan lain-lain, tetapi yang paling terkenal adalah motif umalengge (rumahadat)
Bima. Ragam hias kangkung, daun priya atau buahnya, ragam hias putri mandalika, ragam hias rumah adat
Sumbawa atau jajan khas manjareal, taman sangkareang, gendang beleq dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang
di atas, adapun rumusan masalahnya adalah ”Bagaimanakah estetika ragam hias batik SaSaMbo di sentral
kerajinan SMK 5 Mataram?”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan
model batik SaSaMbo dengan berbagai macam ragam hias yang sesuai dengan ciri khas daerah NTB, dapat
memberikan konstribusi terhadap pengetahuan tentang keindahan ragam hias batik SaSaMbo yang bermanfaat bagi
masyarakat NTB, serta dapat memberikan masukan terhadap pengrajin yang ada di SMK 5 Mataram mengenai
keterampilan atau kerajinan batik SaSaMbo yang menjadi ciri khas masyarakat NTB (Sasak, Sumbawa, Mbojo).
Pendekatan penelitian yang di gunakan adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian dengan menggunakan
penelitian etnografi. Instrument penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen.
India ke Indonesia, bangsa Indonesia telah banyak dihasilkan di daerah NTB adalah
memiliki kepandaian dan kemampuan setempat kerajinan tenun, kerajinan bambu, kerajinan
yang disebut sebagai local genius, dan mampu gerabah, kerajinan anyaman tikar, kerajinan ukir
pula mengembangkan pengaruh tersebut sesuai kayu, kerajinan membatik, dan masih banyak
dengan suasana lingkungan setempat. kerajinan lainnya.
Selanjutnya Brandes, (2008) menyebutkan Batik SaSaMbo tidak hanya menjadi
bahwa orang Jawa telah mengenal sepuluh ciri khas dari Bima, tetapi juga merupakan ciri
macam kepandaian sebelum datangnya khas Lombok, Sumbawa. Batik SaSaMbo yang
pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh ada di Bima memiliki motif yang berbeda dari
orang-orang India itu. Kesepuluh kepandaian itu motif batik yang dimiliki oleh Lombok dan
adalah (1) pandai membuat dan memainkan Sumbawa terutama ragam hiasnya yang lebih
wayang; (2) pandai membuat dan memainkan banyak variasinya. Motif batik di Bima lebih
gamelan; (3) pandai membuat dan menyanyikan cenderung menggunakan motif-motif yang
tembang; (4) pandai membuat batik; (5) pandai berkaitan erat dengan budaya setempat. Motif
membuat dan mengerjakan logam; (6) batik pada zaman dahulu di Bima hanya
mengenal sistem mata uang; (7) mengenal menggunakan motif bawang, kupu-kupu,
sistem pelayaran; (8) mengenal sistem kepiting, dan cabe, tetapi seiring dengan
astronomi; (9) mengenal sistem irigasi; (10) perkembangan zaman corok dan ragam hiasnya
mengenal sistem pemerintahan yang teratur. makin beragam, seperti motif umalengge (rumah
Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa adat), motif renda (namakampung), kabate to’i
sebenarnya bangsa Indonesia adalah bangsa (sarambi kecil), mada sahe, (mata kerbau),
yang telah maju semenjak sebelum kedatangan kakando (tunas bambu), dan lain-lain, tetapi
kebudayaan Hindu, dan seni membatik itu yang paling terkenal adalah motif uma lengge
adalah kesenian asli Indonesia. Alfa Gumilang, (rumah adat) Bima.
(http://www. PRP. Indonesia). Ragam hias batik SaSaMbo tersebut
Kebudayaan tradisional membatik ini sudah ada sejak zaman nenek moyang yang
sudah meluas di seluruh wilayah Indonesia, diwariskan secara turun temurun kepada
kegiatan membatik ini mempunyai daerah generasi berikutnya. Ada berbagai macam jenis
penyebaran yang sangat luas seperti Batik ragam hias batik ini khususnya, yang ada
Pekalongan, Jawa, Madura, Bali, Cirebon, disentral kerajinan SMK 5 Mataram. Ragam hias
Papua dan lain-lain. NTB termasuk salah satu kain batik SaSaMbo ini digunakan sebagai
daerah yang menjadi tempat penyebaran bahan busana, selain digunakan untuk bahan
tersebut. Kerajinan membatik di NTB masih busana juga ragam hias batik SaSaMbo ini
mempunyai kesamaan dengan kerajinan digunakan pada bangunan rumah, kursi dan
membatik diseluruh Indonesia. pagar rumah.
Negara Indonesia merupakan Negara Berdasarkan latar belakang di atas,
kepulauan. Masing-masing pulau memiliki ciri dapat dirumuskan permasalahan sebagai
khas kebudayaan tersendiri, sehingga Negara berikut. Bagaimanakah estetika ragam hias batik
Indonesia kaya akan aneka ragam SaSaMbo di sentral kerajinan SMK 5
kebudayaannya. Salah satu pulau yang Mataram?. Adapun tujuan yang ingin dicapai
termasuk dalam gugusan kepulauan Indonesia dalam penelitian ini adalah untuk
adalah pulau Sumbawa dan Lombok yang ada mendeskripsikan jenis ragam hias pada batik
di Provinsi NTB yang masyarakatnya SaSaMbo di sentral kerajinan SMK 5 Mataram.
mempunyai kebudayaan yang cukup tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan: (1) dapat
Dalam mengembangkan seni kebudayaanya, memberikan konstribusi terhadap
masyarakat NTB lebih banyak mengacu pada pengembangan model batik SaSaMbo dengan
konsep-konsep kekhasan daerah. Seperti berbagai macam ragam hias yang sesuai
provinsi laninya NTB juga memiliki seni dengan ciri khas daerah NTB; (2) Hasil
kerajinan yang beraneka ragan, kerajinan yang penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi terhadap pengetahuan tentang awal pada permukaan kain. Bentuk gambar/
keindahan ragam hias batik SaSaMbo yang desain pada batik tulis tidak ada pengulangan
bermanfaat bagi masyarakat NTB; (3) Hasil yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih
penelitian ini diharapkan dapat memberikan luwes dengan ukuran garis motif yang relatif
masukan terhadap pengrajin yang ada di SMK 5 bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
Matarammengenai keterampilan/kerajinan batik Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi
SaSaMbo yang menjadi ciri khas masyarakat kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik)
NTB (Sasak, Sumbawa, Mbojo). khusus bagi batik tulis yang halus.Warna dasar
kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan
II. PEMBAHASAN warna pada goresan motif (batik tulis putihan/
A. Pengertian Batik tembokan). Setiap potongan gambar (ragam
Batik adalah bagian dari kebudayaan hias) yang diulang pada lembar kain biasanya
yang telah menjadi keseharian masyarakat tidakakan pernah sama bentuk dan ukurannya.
Indonesia. Menurut Setiawati (2004:30) batik Berbeda dengan batik cap yang
merupakan gambaran atau hiasan pada kain kemungkinannya bisa sama persis antara
yang pengerjaanya melalui proses penutupan gambar yang satu dengan gambar lainnya.
dengan bahan lilin atau malam yang kemudian Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik
dicelup atau diberi warna. Sedangkan kain batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama)
itu sendiri adalah kain bergambar, berhiasan dibandingkan dengan pembuatan batik cap.
dengan proses pembuatan yang khusus dengan Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan
menggunakan lilin atau malam pada kain waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
kemudian proses pengolahannya di proses 2) Batik Cap
dengan cara tertentu. Pembuatan kain batik Dikerjakan dengan menggunakan cap
memerlukan ketelitian dengan kesabaran karena (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk
semua proses dikerjakan dengan tangan. Hal itu sesuai dengan gambar atau motif yang
menjadikan batik sebagai kain yang mempunyai dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang
keistimewaan yang begitu menarik. cap batik dengan dimensi panjang dan lebar 20
Seni pewarnaan kain dengan teknik cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2
pencegahan pewarnaan menggunakan malam minggu. Bentuk gambar/desain pada batik cap
adalah salah satu bentuk seni kuno.Penemuan selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga
di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah gambar nampak berulang dengan bentuk yang
dikenal sejak abad ke-4 Sesudah Masehi, sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih
dengan ditemukannya kain pembungkus mumi besar dibandingkan dengan batik tulis. Gambar
yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi
Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di kain. Warna dasar kain biasanya lebih tua
Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta dibandingkan dengan warna pada goresan
di India dan Jepang semasa Periode Nara motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak
(645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal melakukan penutupan pada bagian dasar motif
oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku yang lebih rumit seperti halnya yang biasa
Soninke dan Wolof di Senegal. dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya
Menurut Setiawati (2004:30) macam- yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih
macam batik di bagi menjadi 2 yaitu: murah dan waktu produksi yang lebih cepat.
1) Batik Tulis Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik
Batik tulis adalah batik yang cap berkisar 1 hingga 3 minggu. Untuk membuat
dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu batik cap yang beragam motif, maka diperlukan
alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk banyak cap.
bisa menampung malam (lilin batik) dengan
memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk
keluarnya malam dalam membentuk gambar
kompor kecil untuk memanaskan; (f) larutan dengan penutupan lilin (menggunakan alat
pewarnaan. canting)untuk menahan warna pertama dan
Menurut Setiawati (2004:30) Tehnik kedua.
Pembuatan Batik Secara Umum. 10. Proses membuka dan menutup lilin malam
1. Langkah pertama adalah membuat desain dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan
batik yang biasa disebut molani. Dalam banyaknya warna dan kompleksitas motif
penentuan motif, biasanya tiap orang yang diinginkan.
memiliki selera berbeda-beda. Ada yang 11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana
lebih suka untuk membuat motif sendiri, kain yang telah berubah warna direbus air
namun yang lain lebih memilih untuk panas. Tujuannya adalah untuk
mengikuti motif-motif umum yang telah ada. menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif
Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri yang telah digambar sebelumnya terlihat
adalah batik yang terbagi menjadi Dua a) jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini
batik klasik, yang banyak bermain dengan tidakakan membuat motif yang telah Anda
simbol-simbol, b) batik pesisiran dengan ciri gambar terkena warna, karena bagian atas
khas natural seperti gambar bunga dan kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis
kupu-kupu. Membuat desain atau motif ini (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah
dapat menggunakan pensil. selesai, maka batik tersebut telah siap untuk
2. Setelah selesai melakukan molani, langkah digunakan.
kedua adalah melukis dengan lilin (malam) 12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik
menggunakan canting (dikandangi/ tersebut dan kemudian mengeringkannya
dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut. dengan menjemurnya sebelum dapat
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin digunakan dan dipakai.
malam bagian-bagian yang akan tetap
berwarna putih (tidak berwarna). Canting E. Estetika
untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian Secara etimologis estetika berasal dari
berukuran besar. Tujuannya adalah supaya bahasa Yunani yaitu aestheta, yang juga di
saat pencelupan bahan kedalam larutan turunkan dari aisthe (hal-hal yang dapat di
pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tanggapi dengan indra, tanggapan indra (Kuta
tidak terkena. Ratna: 2006: 3-4). Dalam bahasa Inggris
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan menjadi aesthetics yaitu studi tentang keindahan
pertama pada bagian yang tidak tertutup Dalam bahasa Indonesia menjadi estetika yang
oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut berarti ilmu tentang keindahan.
pada warna tertentu . Kajian estetik dapat di lakukan dengan 2 cara
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut dijemur yaitu :
dan dikeringkan. 1. Pendekatan melalui filsafat seni
6. Setelah kering, kembali melakukan proses 2. Pendekatan melalui kritik seni
pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam Pendekatan melalui filsafat seni
menggunakan canting untuk menutup adalah obyek desain yang dapat diamati
bagian yang akan tetap dipertahankan pada sebagai sesuatu yang mengandung makna
pewarnaan yang pertama. simbolik, makna sosial, makna budaya, makna
7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses keindahan, makna ekonomi, makna penyadaran,
pencelupan warna yang kedua. ataupun makna religi. Sedangkan pendekatan
8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin melalui kritik seni adalah pendekatan dengan
malam dari kain tersebut dengan cara memahami, menganalisis karya sastra dengan
meletakkan kain tersebut dengan air panas menitikberatkan pada unsur instrinsik dan
diatas tungku. ektrinsik.
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering,
dapat dilakukan kembali proses pembatikan
3. Melakukan interpretasi dan pembahasan hias ini adalah warna merah marun. Merupakan
terhadap data yang berkaitan dengan ragam hias yang melambangkan gunung,
ragam hias dan estetika SaSaMbo, dan tumbuh menjulang tinggi dan mengandung
selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan makna hidup yang penuh dinamika yang harus
kesimpulan. dijalani dengan penuh semangat. Ragam hias
Tahap berikutnya adalah penarikan kesimpulan ini sering digunakan untuk pinggir atau penutup
sebagai jawaban atas permasalahan yang pola bagian tengah, khususnya bagian belakang
diajukan dalam penelitian ini. sarung. Ragam hias tunas bambu tidak hanya
digunakan untuk pinggir atau penutup pola
IV. HASIL PENELITIAN tetapi bisa juga digunakan untuk seluruh
Adapun jenis-jenis ragam hias batik permukaan kain dan motifnya penuh.
SaSaMbo yang digunakan dalam pembuatan
motif batik yang ada di sentral kerajinan SMK 5
Mataram sebagai berikut:
A. Ragam Hias Uma Lengge (Rumah
Adat Bima)
Ragam hias uma lengge merupakan
ragam hias rumah yang terdiri dari dua warna
hitam dan orange, dimana warnanya lebih
dominan warna hitam. yang berdasarkan pada
pengamatan alam sekitar, uma lengge ini adalah Gambar 05. Ragam Hias Kakando
rumah yang ada di Bima Terdiri dari dua kata
yaitu, uma dan lengge. Uma artinya rumah C. Ragam Hias Renda (Nama
sedangkan lengge artinya adat Bima. Laksana Kampung)
sebuah rumah adat bima ini tidak hanya sebagai Ragam hias renda adalah nama salah
penghias tetapi berfungsi sebagai lumbung padi satu desa yang ada di Kecamatan Belo.Ciri khas
atau tempat untuk penyimpanan padi. Tetapi dari ragam hiasnya itu padat dan berbentuk
kalau di desa sambori digunakan sebagai gunung melambangkan daerah Bima, yang
tempat tinggal. dikelilingi oleh gunung yang menjulang dan
padat. Dimana ragam hiasanya menggunakan
ragam hias garis dan bunga yang terdiri dari tiga
warna hitam, puti dan abu-abu. Dimana warna
hitam merupakan warna dominan. Ragam hias
ini berupa hiasan penuh (letak hiasannya hampir
diseluruh permukaan kain).
E. Ragam Hias Kabate To’i (Serambi Gambar 09. Ragam Hias Kangkung dan Rumah
Kecil) Adat Sasak
Ragam hias garis geometris kabate
to’i berasal dari bahasa Bima terdiri dari dua Motif tanaman kangkung merupakan
kata yaitu kabate dan to’i. Kabate artinya salah satu jenis tanaman sayuran menjalar yang
serambi sedangkan to’i artinya kecil. Dimana sangat banyak dan sangat mudah di dapat dan
ragam hiasnya berupa garis yang terdiri dari di jumpai di Lombok. Kangkung memilki
empat warna, dimana warna dominan dalam keunikan tersendiri apabila kita bandingkan
ragam hias ini adalah warna merah marun. dengan tanaman sayur lainya. Batang kangkung
serambi kecil dibuat di atas serambi di depan ini berongga, kosong, tidak berisi,
rumah sebagai tempat duduk dan juga sebagai melambangkan hati yang lapang dan selalu
kursi dan merupakan ciri khas rumah orang ihklas.
Bima. Sebagai simbol kehidupan keluarga yang
mampu mewujudkan kebahagiaan bagi angota
keluarga dan bagi anggota masyarakat. Ragam
hias ini selain digunakan pada tenun dan batik
juga digunakan pada bangunan rumah, kursi
dan pagar rumah sama seperti kabate to’i.
V. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Estetika ragam hias batik sasambo
sekarang sudah berkembang dahulu motif
sasambo hanya menggunakan motif
Gambar 12. Ragam Hias Taman Sankareang
bawang, kupu-kupu, kepiting, cabe dan
lain-lain. Seiring dengan perkembangan
jaman dan perkembangan seni, maka Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
motif dan ragam hias sasambo sudah Bima, 2003. Catalog Of Bima Weaving
bervariasi sesuai dengan budaya, West Nusa Tenggara.
makanan khas, pakaian adat, rumah adat Gustami, SP. 1980. Nukilan Seni Ornamen
dan lain-lain. Indonesia.Yogyakarta: Sekolah Tinggi
2. Bahan dan alat yang digunakan untuk Seni UGM Indonesia “ASRI”.
membuat batik sasambo sudah modern Hamzuri, 2000. Warisan Tradisional Itu Indah
dibandingan dengan zaman dahulu dan Unik. Jakarta: Departemen
seperti lilin coklat kuning ini biasanya Pendidikan dan Kebudayaan.
untuk memblok, lilin paraffin untuk Iwan Tirta. Simbolisme Dalam Corak dan Warna
memberikan efek pecah-pecah pada kain, Batik dalam majalah femina No.
kain katun, kain sutera, pewarna, water 28/XIII-23 Juli 1985.
gelas dan garam. Inacraft 2012, Batik SaSaMbo Siap
3. Pola pemasaran batik sasambo yang ada Diusung Mataram Mon, 05/02/2011-
di sentral kerajinan SMK 5 Mataram 15:17-Ozie
dengan cara mempromosikan dan Ismail, M. Hilir. Dkk. 2007. Seni Budaya Mbojo
memperkenalkan produk ini lewat instansi (Seni Rupa dan Seni Arsitektur).Bima.
pemerintah contohnya dengan pameran Isniah Aris Beta, Jurnal Revitalisasi Batik
lokal, pameran internasional maupun Semarang
acara-acara resmi yang diadakan (Memperbaharui/melahirkan kembali)
ditingkat propinsi NTB. Universitas DiponerogoSemarang
2009
Koler, Philip dan Herujati Purwoko. 1996.
DAFTAR PUSTAKA Marketing jilid I. Jakarta: Erlangga
Alfa Gumilang, Batik Sebagai Simbol Identitas, Prawira, Ganda dan Daharsono. 2003.
(online), (http://www. PRP. Indonesia. Pengantar Estetika Dalam Seni Rupa.
Org. 05 Juni 2008). Bandung : STISI Bandung
Amri Yahya. 1985. Sejarah Perkembangan Seni Ranupandojo 1985 Menejemen Pemasaran
Lukis Batik di Indonesia. Yogyakarta: Jakarta : Erlangga
Departemen Pendidikan dan Rusbani, Ny. Warsia. 1985. Pengetahuan
Kebudayaan. Busana II. Jakarta : Departemen
Arikunto 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Ramli Binti Harozila. 2007 Jurnal Penelitian
Rineke Cipta. Batik Painting dan Painting
Arikunto Suharsimi Dr. 1997. Prosedur BatikDalam Perkembangan Seni Lukis
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Moden Malaysia (Doktor Falsafah)
Jakarta: Penerbit Bina Aksara. Siti Maziyah, Peran Perempuan Dalam Sektor
Agustin, Ny. Dan Endang S. 1980. Pengetahuan Perdagangan dan Industri Batik di
Tekstil Untuk SMTK. Departemen Yogyakarta Tahun 1900-
Pendidikan dan Kebudayaan 1965(Laporan Penelitian Dosen Muda
Bungin, Burhan M. 2005. Metodelogi Penelitian Fakultas Sastra Universitas
Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Diponegoro, 2004).
Bayu Swasta, 200 dalam bukunya “Asas-asas Sasona, Adi http///www.batikBatik
marketing”Jakarta: Erlangga SaSaMbo.com. Diunduh tanggal 21
Dharmika, Ida, Bagus, dkk. 1988. Pengetahuan Juni 2011 Pukul 20.00 WITA.
Tekstil untuk SMTK. Departemen Setiawati, Puspita. 2004. Kupas Tuntas Teknik
pendidikan dan kebudayaan. Proses Membatik dilengkapi teknik
Daryanto. 1995. Teknik Pembuatan Batik dan menyablon. Yogyakarta: Absolut
Sablon. Semarang: Aneka Ilmu.