Metode Demontrasi
Metode Demontrasi
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
DAFTAR ISI
Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
E. Manfaat Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Rencana Tindakan
C. Siklus Penelitian
D. Pembuatan Instrumen
E. Pengumpulan Data
F. Indikator Kinerja
A. Hasil Penelitian.
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan:
1. Apakah metode Demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas VIII B MTsN Malang III?
2. Bagaimana cara metode Demonstrasi diterapkan sehingga dapat
memotivasi belajar siswa kelas VIII B MTsN Malang III?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penulis akan
merumuskan penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari apakah metode Demonstrasi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas VIII B MTsN Malang III
2. Mempelajari bagaimana metode Demonstrasi diterapkan sehingga
dapat memotivasi belajar siswa kelas VIII B MTsN Malang III
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam
upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama, khususnya
pada KBM mata pelajaran Fiqih di kelas VIII B MTsN Malang III Adapun secara
detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini di antaranya adalah:
1. Bagi lembaga (Sekolah)
Penerapan metode demonstrasi ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran
dan menjadi pijakan dasar untuk lembaga / sekolah dalam kaitannya
E. Hipotesa Tindakan
1. Dengan penerapan metode demonstrasi maka motivasi belajar
siswa kelas VIII B MTsN Malang III akan meningkat.
2. Dengan menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran Fiqih siswa kelas VIII B MTsN Malang III.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi belajar dan macam-macam motivasi
Kata “Motif’ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. “Motif” dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai seuatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “Motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasa sangat mendesak.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak, sehingga ia mau
melakukan belajar. Motivasi dapat tumbuh dari dalam diri individu. (instrinsik)
dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya (eksternal).
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri
tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.
Dalam belajar terkandung tujuan menambah pengetahuan. “Intrinsic
motivations are inherent in the learning situation and meet pupil need and
purposes”.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu.
Apakah karena adanya ajakan, suruhan, paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya
berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan
motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik.
1. Kompetisi (persaingan, guru berusaha menciptakan persaingan
diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Sebagai Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang pertama di kab. Malang,
MTsN Malang III terus melakukan upaya-upaya pengembangan dan
penyempurnaan guna menciptakan suasana kondusif terhdap pembelajaran.
Dalam usianya yang ke 27 (berdiri tahun 1980), madrasah ini telah
memiliki hamper semua sumberdaya pendidikan yang dipergunakan. Sarana
prasara tersedia cukup lengkap, mulai yang konvensional hingga yang modern
termasuk jaringan internet resmi, tenaga pendidiknya mengajar sesuai dengan
latar belakang pendidiknya dan kualifikasi sarjana S1, bahkan 07 orang ditaranya
telah m,enyelesaikan program di atasnya telah menyelesaikan program magister
(S2). Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2004 dan 20006 yang di
perkaya dengan kurikulum local guna menghasilkan lulusan yang berkepribadian
Islam.
Kondisi seperti itu telah menjadikan mtSn Malang 3 sebagai pilihan
pertama “sebelum sekolah yang lain. Saat ini madrasah ini telah menjadi “The
First Class” bukan “Second Class” bagi masyarakat kab. Malang. Hal ini terkait
dari berjubelnya penimat calon siswa baru (jauh lebih pagi) setiap pendaftran
siswa baru di buka. Bukan merespon keburukan masyarakat dan upaya
mengoptimalakan seluruh kemampuan. Siswa utamanya yang memiliki
kecerdasan lebih, maka MTsN Malang III merancang untuk menyelenggarakan
program kelas Percepatan (1 kelas, dan 6 kelas parallel) mulai tahun 2007/2008
Sumber Daya Pendidik
1. MTsN Malang III menjadi pilhan pertama hal ini terikat jumlah
pendaftar sekitar 2x lipat daya tampung madrasah.
2. Semua guru berkualifikasi sarjana (S1) bahkan tujuh orang
diantaranya berkwalifikasi magister (S2) yang mengajar sesuai
bidangnya.
3. Sarana prasarana yang mmenuhi standart pendidikan professional,
mulai dari yang konvesional hingga modern (multi media dan internet)
B. Rencana Tindakan
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini, peneliti membuat rencana tindakan dalam rangka untuk
mempermudah pelaksanaan penelitian, yang mencakup:
1. Lokasi penelitian adalah MTsN Malang III
2. Kegiatan penelitian dilakukan pada akhir Juli sampai awal September
2007 (tanggal 9 Agustus sampai 7 September 2007)
3. Subyek yang terlibat sebagai peneliti adalah guru praktikan yang sedang
menjalani PKLI di MTsN Malang III
4. Obyek sekaligus Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa-
siswi kelas VIII B MTsN Malang III
5. Desain tindakan adalah model Kurt Lewin, yaitu meliputi empat
komponen: rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan
refleksi berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan (reflecting).
6. Alat dan tehnik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a.Alat yang digunakan: Program Tahunan, Program Semester, Silabus,
Rancangan / Skenario Pembelajaran, dan Instrumen.
b. Tehnik pengumpulan data: Tehnik Observasi dan dokumentasi
2. Implementasi Tindakan
Setelah semua prosedur awal tersebut dilaksanakan, maka peneliti tinggal
menerapkannya di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Disini peneliti akan menjabarkan hasil penelitian selama 4 kali tatap muka
Pertemuan I (Kamis, 16 Agustus 2007)
I. Tahap Awal
Salam Pembuka
Perkenalan dengan siswa dengan memberikan penjelasan
tentang maksud dan tujuan kedatangan peneliti pada sekolah
Absensi
II. Tahap Inti
Peneliti mengadakan apersepsi terhadap murid.
Peneliti menerangkan materi materi tentang Sujud Syukur,
syarat dan rukunnya.
Peneliti memberikan instruksi tentang penugasan yang akan
dilakukan dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
III. Tahap Akhir
Peneliti menyuruh menyimpulkan penjelasan dari peneliti
secara tertulis.
Memberikan contoh atau demonstrasi dan motivasi agar
senantiasa mudah melaksanakan serta paham akan sujud syukur.
Peneliti membenarkan kesimpulan dan menambah
kesimpulan yang telah disebutkan
Berdoa dan salam penutup
C. Siklus Penelitian
1. Siklus Pertama
antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-
ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam
Siklus ini terdiri dari satu pokok bahasan, yaitu bab Sujud diluar sholat (2 X
yaitu:
yaitu:
1) Sujud syukur
2) Sujud tilawah
3) Sujud sahwi
4) Test formatif
b. Pelaksanaan Siklus I
Adapun penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 09 Agustus 2007 yang
1. Tahap Awal
2. Tahap Inti
Pre Activity
diluar sholat)
Apersepsi
lainnya.
Penutup
demonstrasi.
3. Tahap Akhir
selanjutnya.
syukur.
1. Tahap Awal
d. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Whilst Activity
belum presentasi.
yang lainnya.
siswa.
Post Activity
belajar-mengajar.
3. Tahap Akhir
selanjutnya
c.Observasi Siklus I
sebagai guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar
pengamatan pada lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I,
kegiatan siswa sudah cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam
Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya,
hal ini terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa
membaca bacaan do’a sholat dhuha dan siswa sangat aktif untuk bertanya.
d. Refeleksi Siklus I
Agama Islam dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas VIII B
MTsN Malang III, yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam
belajar yang dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka
diambil langkah-langkah:
perlu diberikan metode demonstrasi yang lebih efektif dan efisien, yaitu
2. Siklus Kedua
b. Membagi materi BAB III (Zikir dan Do’a) menjadi 5 bagian, yaitu:
b. Pelaksanaan Siklus II
1. Tahap Awal
d. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
Do’a)
Whilst Activity
lainnya.
Post Activity
belajar-mengajar.
3. Tahap Akhir
bertanya.
selanjutnya.
1. Tahap Awal
d. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre Activity
sebelumnya.
Whilst Activity
belum presentasi.
lainnya.
siswa.
Post Activity
belajar-mengajar.
3. Tahap Akhir
bertanya.
c.Observasi Siklus II
siklus I. kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena
ada kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan,
mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya. Dan juga siswa mengalami
Hadits.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari
pembelajaran metode demonstrasi, yaitu dapat dilihat pada hasil nilai akhir
d. Refleksi Siklus II
kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-
mengajar.
Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
disampaikan.
D. Pembuatan Instrumen
E. Pengumpulan Data
F. Indikator Kinerja
1. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka peneliti melakukan
perekaman data adapun teknik yang dilakukan adalah dengan membuat catatan
Demonstrasi
sebelum melanjutkan materi, peneliti memberikan waktu 10-15 menit untuk tanya
jawab tentang materi yang telah diajarkan sehingga hal ini memudahkan peneliti
1. Obeservasi
Observasi/pengamatan ini dilaksanakan oleh peneliti ketika peneliti
2. Interview/wawancara
3. Pengamatan partisipatif
Cara ini digunakan peneliti agar data yang diinginkan dapat diperoleh
diperoleh peneliti.
2. Indikator Kinerja
jawab dalam proses belajar mengajar siswa akan lebih giat belajar baik belajar
tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau sebaliknya, siswa akan malas dan
pertanyaan yang akan peneliti ajukan. setelah penjelasan materi selesai dan
sebelumnya.
BAB IV
MTsN Malang III berdiri dengan mengacu pada beberapa alternative yang
muncul dua tahun sebelum berdirinya (1996) yaitu pada tahun ajaran 1994/1995,
SLTP, Karena pendidikan yang sudah ada dibawah naungan Lembaga pendidikan
madrasah ini, adalah bermula dari banyaknya lulusan SDI 01 yang harus
melanjutkan belajarnya pada jenjang yang lebih tinggi, Dan tentunya searah
dengan kompetensi lulusan SDI, yaitu pada sekolah atau madrasah yang syarat
akan materi pendidikan agama islam. Di samping itu, besarnya jumlah dana yang
dibebankan oleh lembaga pendidikan tertentu kepada calon siswa baru, yang ingin
Adapun fator lain yang mendorong terhadap berdirinya MTsN Malang III
ini adalah karena bertujuan menampung para calon siswa yang tidak lulus seleksi
menampung para calon siswa yang tidak diterima oleh sekolah/madrasah lain
siswa baru (PSB), yang dalam hal ini dipasrahkan kepada bapa Drs. Luqman Arif,
dengan dana bantuan dari sekolah terdekat yaitu saudara kandungnya SDI 01.
siswa baru MTs 02 AL-MAARIF untuk pertama kalinya menjalankan satu dari
bahwa jumlah formulir yang terpakai sebanyak kurang lebih 80 (delapan puluh)
eksemplar, dengan kata lain bahwa para pelajar yang mendaftarkan diri menjadi
amatlah jauh dari perkiraan, dimana para pengurus hanya memprediksikan bahwa
formulir yang akan terpakai kurang lebih 45% (empat puluh lima persen) dari
jumlah diatas.
kabupaten Malang.
eksistensi dari pada madrasah, sehingga pada tanggal 17 juli 1996 Depag
dengan nomor : Wm 06. 03/PP. 03. 2/2521/ 1997. status ini didapatkan setelah
dan pengawas Depag kantor wilayah Depag Jawa Timur, dengan noor : Wm. 01.
04/ P.P. 00. 63/ 88 sebagai pertimbangan status “terdaftar” dengan syarat sudah
“terdaftar”.
Sejarah singkat perjalanan MTsN Malang III ini bukan berarti tidak
yang paling teringat oleh Bapak Drs.Moh Mahfudz, sebagai salah satu pencetus
ini kepada pengurus Diknas kecamatan yang pada waktu itu kepala Diknasnya
beragama Nasrani. Bisa dibayangkan masalah apa yang akan didapat oleh
sepahaman aliran, agama, dan kepercayaan antara pihak madrasah dan kepala
dari pihak Diknas kecamatan. Namun hal ini dapat segera diatasi dengan
yang amat pesat pada tahun-tahun berikutnya madrasah ini mampu meluluskan
Dari segi fisik, pada saat ini MTs AL-MAARIF 02 Sigosari memiliki
ruang sebanyak 11 (sebelas) ruangan, dan pada saat ini madrasah yang berada
madrasah ini.
dibelakang pasar dengan alamat JL. Sidorejo 55, Kel. Pangentan, Singosari
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTsN Malang III Malang yang
September 2007. Penelitian ini ditujukan untuk siswa kelas VIII B MTsN Malang
ini menyebabkan siswa tidak jenuh di dalam kelas, mereka merasakan bahwa
baru. Generalisasi hasil kemajuan dimaksud berlaku bagi siswa kelas VIII B
khususnya sebagai obyek penelitian dan bagi seluruh siswa-siswi MTsN Malang
dengan membacakan materi Iman kepada rasul Allah terlebih dahulu, agar siswa
terlatih dalam membaca materi Fiqih dengan baik dan benar. Hal ini terbukti
tentang Analisis dan Refleksi. Mereka sebagian besar merespon kegiatan guru
materi Iman kepada rasul Allah di depan kelas, selain itu mereka juga merasakan
bahwa Fiqih itu mudah dan bisa dipelajari kapan pun dan di mana pun.
Tanya jawab ini diharapkan bagi guru mata pelajaran Fiqih untuk berusaha
pembelajaran Fiqih. Fiqih sebagai salah satu mata pelajaran digunakan sebagai
Fiqih diajarkan atau masuk sebagai kurikulum sekolah pada tingkat sekolah
dasar (MI atau Madrasah Ibtidaiyah) yang selanjutnya diteruskan pada tingkat
pertama dan tingkat menengah. Meskipun Fiqih ini telah diajarkan sejak dini,
tetapi hasil dari pembelajaran tersebut belum bisa maksimal dengan hasil yang
demikian, perlu dilakukan beberapa upaya, antara lain berupa penerapan strategi
Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Joko Tri Prasetya dalam bukunya SBM
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau
eksperimen, metode kerja kelompok, metode sosio drama dan bermain peran,
metode karya wisata, metode belajar beregu dan metode proyek. Sedangkan
dalam pembelajaran Fiqih materi yang diajarkan adalah mencakup banyak aspek,
antara lain : Rukun Islam, Rukun Iman, Thaharah, Fiqih, Qur’an Hadits,dsb.
mengajar yang telah disebutkan dalam buku strategi belajar mengajar ada 10
Salah satu metode diatas (dan dapat diterapkan dalam pembelajaran Fiqih)
adalah metode demonstrasi dan Tanya Jawab. Yang dimaksud dengan metode
telah diterapkan oleh sebagian besar lembaga pendidikan (sekolah) pada mata
pelajaran lain yang membutuhkan adanya praktek secara langsung. Hal ini
pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan diakui atau tidak, metode ini sedikit
Mengingat hal tersebut, penerapan metode Demonstrasi dan Tanya jawab ini
adalah merupakan metode yang baik diterapkan pada siswa kelas 1 (satu) sebagai
program diklat normatif dan adaptif. Sekolah ini mengharapkan kelancaran dan
kreatifitas siswanya dalam belajar Fiqih yang baik dan benar. Hal ini telah
ditempuh dengan beberapa metode yang diterapkan dan metode tersebut tidak
menyimpang ajaran agama Islam yang ada dalam Fiqih. Untuk itu penelitian
tindakan kelas PTK yang akan dilaksanakan pada siswa kelas VIII B MTsN
demonstrasi dan Tanya jawab. Dengan tujuan untuk mempelajari dan mengetahui
maupun tertulis, dengan memakai media yang efektif. Selain itu juga memberi
kesempatan kepada siswa untuk mendengar struktur tersebut berulang kali dan
sebagai guru karena buku tidak dapat berbicara, mendengar, mengoreksi, atau
memberi dorongan. Instruksi haruslah berasal dari guru dan bukan dari sebuah
buku. Oleh karena itu, sebaiknya buku teks hanya dijadikan sebagai pelengkap.
Adapun pengenalan terhadap materi yang baru (materi lisan) hendaklah berasal
agama khususnya Fiqih hingga KMUP (kemauan, minat, usaha, dan perhatian)
bisa tercipta pada diri mereka. Mereka harus memiliki keberanian untuk bertanya
dan maju kedepan kelas tanpa malu. Hendaklah seorang guru menyampaikan
usaha belajar mereka. Bila keinginan yang riil untuk belajar Fiqih mulai bersemi
pada diri mereka, maka separuh dari tugas guru sebagai pengajar dapat dianggap
selesai.
tertekan yang ada pada diri siswa dapat hilang. Tawa dan senyum seorang guru
hasil penelitian yang sangat berharga. Terbukti dengan adanya penerapan metode
Demonstrasi dan Tanya jawab terhadap siswa kelas VIII B MTsN Malang III,
yang diinginkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
proses belajar mengajar, maka penerapan metode Demonstrasi dan Tanya Jawab
terhadap siswa kelas VIII B MTsN Malang IIIsudah termasuk dalam kategori
metode Demonstrasi dan Tanya Jawab. Siswa menjadi betah di kelas, suasana
beranggapan lagi bahwa Fiqih itu sebagai momok dalam proses belajar mengajar.
pelajaran Fiqih melalui Ceramah dan Tanya jawab, dalam percakapan itu dapat
terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil menambah
B. Saran
siswa dalam mempelajari Fiqih di MTsN Malang III Seorang guru yang baik
pelajaran dimulai, cara-cara dan teknik serta taktik yang akan diberikan
agar siswa gemar membaca dan memahami ajaran agama Islam tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, Prof., Dr., Fiqih dan Metode Pengajarannya (Beberapa Pokok
Djamarah, Bahri, Syaiful, Drs., dkk. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka
Cipta : 2002.
Nasional, Surabaya.
Moh. Uzer Usman, 1992. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosda Karya,
Bandung
Yusuf, Tayar, Drs, H., dkk., Metodologi Pengajaran Agama dan Fiqih. Jakarta.