Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PENGEFRAISAN LANJUT

3.1. Batang Gigi ( Rack)


Batang Gigi (rack) dipotong dalam satu pemotongan dalam mesin frais.
Batang gigi dengan gigi lurus dapat langsung dibuat pada mesin frais dengan
rnenggunakan pisau frais yang sania dengan pisau yang dipakai pada
pembuatan roda gigi.

Gambar 3.1 Batang gigi lurus

Jarak antar gigi rack adalah sama dengan transverse pitch dan roda gigi,
Transverse piten = Module x π
=Mxπ
jarak M x π didapat dengan cara menggeser eretan lintang dari meja frais

Gambar 3.2 Transverse pitch dan batang gigi


Contoh:
a. Hitung jarak transverse pitch pada sebuah batang gigi yang mempunyai
modul 2.

16
Jawab : TP =Mxπ
= 2 x 3,1416 = 6,283 mm
b. Hitung transverse pitch dari sebuah batang gigi yang mempunyai diametral
pitch 12
π 3,142
Jawab : TP = = = 0,2618 inch (6,65 mm)
DP 12

3.2. Roda Gigi Helix (Helical Gear)


Untuk mendapatkan pemfraisan helix atau alur-alur spiral, kita
menggunakan mesin frais universal dan kepala pembagi universal pula.
Kemudian meja atau kepala mesin itu diatur, hingga pisau frais mejadi segaris
dengan alur benda kerja yang dikehendaki.
Cara Kerja poros ulir kepala pembagi digerakkan oleh poros ulir meja
mesin frais, melalui beberapa rangkaian roda gigi pengubah, dan sepasang roda
gigi payung, yang berhubungan dengan pelat pembagi, gerakan putaran
diteruskan oleh tuas penusuk pelat pembagi, hingga menggerakkan poros cacing
dan kemudian ke roda gigi cacing yang bersumbu pada poros ulir kepala
pembagi tersebut.
Pembagian banyak alur atau gigi-gigi yang dikehendaki dihasilkan berdasarkan
metoda pembagian umum yang tak langsung.

Gambar 3.3 Skema pengefrisan helix

17
3.2.1 Perhitungan roda gigi helix
3.2.1.1 Diamater pitch
Diameter pitch Z x m x secant α
z = jumlah gigi, m = modul, α = sudut helix
3.2.1.2 Tip Diameter (diameter blank)
Diameter blank = diameter pitch + 2 = (z . m . secant α) + 2 m
3.2.1.3 Kisar yang ideal akan dibuat
Pitch circumfere nce Diameter pitch x π
Kisar / lead = =
Tangen sudut helix Tan α
3.2.1.4 Perandingan roda gigi pengganti
Driver Gear Kisar Mesin x i ( Perb. Kepala pembagi)
Gear ratio = =
Driven Gear Kisar Benda Kerja

z1 z 3
Gear = x
z2 z4

z1 dan z 3 : roda gigi penggrak, z 2 dan z 4 roda gigi yang digerakkan


susuan roda gigi dapat dilihat pada gambar 3.4
Pada setiap mesin frais tersedia roda gigi pengganti sebagai berikut;
24, 24, 25, 32, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, dan 100

Gambar 3.4 Susunan roda gigi pengganti

18
3.3. Roda Gigi Payung ( Bevel Gear)
Roda gigi payung dikenal pula dengan istilah roda gigi tirus. Roda
Roda-roda gigi
payung digunakan bila dua buah poros saling berpotongan. Sudut yang terbentuk
oleh kedua poros itu umurnnya adalah 900, sehingga jumlah dari setengah
setengah-sudut
sudut puncak darii kerucut-kerucut
kerucut tusuk ialah 900 (gambar 38)
d1 + d2 = 90

Gambar 3.5 Skema Roda gigi payung

Puncak-puncak
puncak dari kerucut.
kerucut.-kerucut
kerucut tusuknya harus berhimpit dengan titik
potong sumbu-sumbunya.
sumbunya. Moduls m dari gigi
gigi-giginya
giginya dinyatakan menurut
lingkaran tusuk (pitch) d. ini adalah diameter terbesar dari kerucut tusuk. Tetapi
jelaslah kiranya, bahwa diameter tusuk dan juga ukuran
ukuran-ukuran
ukuran gigi lainya makin
berkurang kearah puncak kerucut tusuknya, jadi profil giginya mengecil.
Karena itu untuk
tuk membuat roda gigi payung pada mesin frais dengan pisau
frais modul berbentuk kepingan, tidak mungkin seteliti bentuk gigi menurut teori.
Roda gigi payung yang teliti harus dihuat pada mesin frais khusus. Untuk
berbagai keperluan yang kecepatan putar da
dari
ri roda gigi rendah, roda gigi payung

19
yang dikerjakan dengan mesin frais dan pisau frais berbentuk kepingan masih
dapat diterima.
Unuk dapat membuat roda gigi payung dengan frais modul kepingan pada
mesin frais universal dengan ketelitian yang wajar, sebaiknya ketentuan berikut
ini dipenuhi:
a. Jumlah gigi tidak boleh kurang dan 25
b. Lebar giginya (b) diambil tidak lebih dan 10 modul
c. Ganis-garis
garis addendum dan dedendum tidak bertemu pada titik pusat,
masing-masing
masing sejajar terhadap sudut tusuk (pitch) 6, sehi
sehingga
kedalaman profil gigi yang dihasilkan sama untuk sepanjang gigi. (
Pada roda gigi payung yang presisi kedalaman profil gigi semakin
mendekati titik pusat semakin dangkal).

Gambar 3.6 Roda Gigi payung

3.3.1. Urutan Pembuatan Roda Gigi Payung Pada Mesin Frais


Benda kerja yang telah menjadi bakal roda gigi (telah dibubut), dipasang
pada kepala pembagi universal dengan bantuan mandrel. Ikatan bakal gigi pada
mandrel ini harus kuat, sebaiknya menggunakan mandrel sekrup (benda kerja

20
diikat pada mandrel dengan mur). Bentuk-bentuk tertentu dapat dicekam
langsung pada pencekam tiga rahang kepala pembagi.
Kepala pembagi universal harus disetting miring keatas sebesar sudut δ 1 ,
sehingga permukaan bakal gigi sejajar dengan permukaan meja mesin.

Gambar 3.7 Posisi kepala pembagi

3.3.2. Langkah Pemotongan


Pemotongan roda gigi payung pada mesin frais terdiri dari tiga langkah:
a. Langkah penefrisan pertama
Setelah penyetelan pisau frais terhadap posisi sumbu dan permukaan kepala
pembagi selesai, pengefrisan pertama dilakukan hingga kedalaman profil gigi
penuh pada sebanyak jumlah gigi. Putaran engkol/tuas kepala pembagi
dengan rumus:
i
ne1 =
z1
ne = Putran engkol kepa.ia pembagi pengefraisan pertama
i = ratio kepala pembagi z1 Jurnlahgigi
b. Langkah Pengefraisan kedua
Profil gigi payung bentuknya melebar, sehingga pemotongan kedua
kepala pembagi universal masih harus digerakkan sebesar;
i
n e2 =
4. z 1
ne1 = futaran engkol kepala pembagi pengefraisan pertama

21
i = ratio kepala pembagi
z1 = jumlah gigi
Pada posisi setelah digerakkan, seandainya kemudian dilakukan pemakanan
dengan pisau frais maka akan menghasilkan profil gigi bagian dalam akan ikut
terpotong. Untuk menghindari hal tersebut dibutuhkan gerakan koreksi
tanibahan pada meja mesin frais arah melintang sejauh Ht
P1 mi .π
±H1 = =
4 4
Untuk mendapatkan gerak koreksi yang teliti sebaiknya dipergunakan dial
indikator pada arah melintang.
Pada pemotongan yang kedua ini hanya sebuah bidang profil saja yang
terpotong/terbentuk. Putaran engkol untuk mendapatkan pembagian jumlah gigi
adalah seperti rumus diatas:
i
ne1 =
z1
Secara skema langkah pemotongan roda gigi payung sebagai berikut:

Gambar 3.8 Posisi pisau frais modul

22
c. Langkah pengefraisan ketiga
Setelah operasi pengefraisan kedua selesai untuk semua gigi posisi
putaran kepala pembagi harus dikembalikan pada posisi awal:
i
nc2 =
4.z t
Demikian juga halnya dengan koreksi meja mesin pada arah melintang harus
dikembalikan pada posisi awal dengan bantuan dial indicator. Yakinkan bahwa
gerakan pemakanan pisaufrais bebas setelah semuanya kembali pada posisi
awal.
Pengefraisan ketiga, dilakukan dengan cara yang sama dengan langkah
kedua tetapi arah gerakan kebalikan dan gerakan langkah kedua. Gerakan
i
kepala pembagi sebesar nc2 = nc3 =
4. z t
dan gerakan koreksi melintang meja mesin frais sejauh Ht

3.4. Roda Gigi Cacing ( Worm Gear)


Transmisi cacing - roda cacing dipakai untuk perbandingan perpindahan
yang besar, dimana poros
poros-porosnya saling bersilangan 900.
Ukuran-ukuran
ukuran cacing dan roda cacing tergantung dan jenis cacing yang harus
berhubungan dengan roda cacingnya. Bentuk “gi
“gigi”
gi” dari cacing dapat ditentukan
menurut penampang aksial (gambar 3.12) dan menurut penampang normal
(gambar 3.13).

Gambar 3.9 Penampang Aksial Gambar 3.10 Penampang Normal

23
Cacing apabila bentuk giginya ditentukan menurut penampang aksial,
disebut cacing ulir. Cacing ini dibubut pada mesin bubut dengan sebuah pahat
pemotong ulir yang bidang sayatnya sejajar dengan garis sumbu cacing. Ulir ini
disebut ulir modul. Kisar cacing Pw selalu merupakan kelipatan dan π, sedangkan
lebar pahat hanya tergantung dari modulus cacing.
Bila bentuk “gigi ditentukan menurut penampang normal kita sebut cacing
evolven. Cacing ini dapat difrais dengan frais modul kepingan. Maka fraisnya
harus disetel miring menurut sudut kisar rata-rata γm. Jumlah fraisnya terhatas
karena untuk tiap modulus hanya diperlukan satu buah frais.
Gigi dari cacing evolen lebih kuat dari pada cacing ulir, terutama pada sudut kisar
rata-rata γm yang besar. Hal ini disebabkan karena tusuk aksiäl ta jauh lebih
besar dari pada tusuk normal t pada sudut kisar rata-rata yang besar.
Pengefraisan roda cacing harus memperhatikan ukuran-ukuran: kelonggaran
kepala, ukuran-ukuran cacing yang akan berpasangan. Roda cacing yang teliti
hanya dapat dibuat pada mesin yang khusus. Akan tetapi dengan mesin frais
universal dapat difrais roda cacing dengan ketelitian wajar. Roda cacing difrais
awal dulu dengan pisau modul, dengan diameter pisau frais sama dengan
diameter cacingnya ( jika perlu menggunakan pahat tunggal). Meja frais
dimiringkan sebasar sudut kisar rata-rata γm.

Gambar 3.11 Penyetelan Kemiringan Meja

24
Gigi-gigi roda cacing difrais dengan menaikan meja frainya keatas. Dengan cara
ini terjadi gigi-gigi miring dengan bagian bawah (kaki) berbentuk liingkaran.
Pemfraisan akhir dari roda cacing yang telah difrais awal dilakukan dengan frais
roda cacing yang silindris (frais urai, frais hobbing ) yang ukuran-ukurannya
sesuai dengan ukuran-ukuran cacing.
Mula-mula meja frais diluruskan lagi, sehingga spindel/arbor frais dan roda
cacing bersilang 90°. Pembawa dilepas baut penguncinya , sehingga roda cacing
itu dapat diputar bebas antara senter-sentemya. Pemutaran. roda cacing dalam
hal ini dilakukan oleh frais roda cacing. Sementara itu meja fraisnya harus
dinaikkan perlahan-lahan ke atas, sampai dalamnya gigi sepenuhnya tercapai.
Selain dengan roda cacing, cacing itu dapat juga berpasangan dengan
roda gigi lurus dengar gigi-gigi berbentuk helix. (gambar 3.4.4. dan 3.4.5). Dalam
hal ini sudut gigi helix β dari roda giginya harus sama dengan sudut kisar rata-
rata γm dan cacing. Bidang-bidang sentuhnya jauh lebih kecil dari pada roda
cacing, sehingga hanya dapat dipindahkan gaya-gaya yang kecil.

Gambar 3.12 Pasangan Cacing dan Roda Cacing

3.5. Cam
Ketelitian dan kualitas dari produk-produk yang dibuat pada mesin bubut
otomat, atau pengatur otomat lainnya sebagian besar tergantung dari kurva-
kurva dari piring bubungan (cam) dan teromol bubungan.
Kurva yang paling banyak digunakan untuk piring-piring bubungan ialah spiral
Archimedes. Spiral Archimedes terjadi, bila sebuah titik P bergerak pada sebuah

25
jari-jari (radius) dengan kecepatan yang tetap (konstan), sedangkan jari-jari ini
berputar dengan kecepatan tetap pada sebuah titik tetap M (Gambar 3.13).
Mesin frais universal dikombinasikan dengan kepala pembagi universal
memberikan banyak kemungkinan kepada kita untuk membuat spiral-spiral ini.

Gambar 3.13 Spiral Archimedes

Pada dasarnya pengefraisan cam sama dengan pengefraisan alur spiral pada
posisi datar itu sama saja dengan pengefraisan alur-alur berbentuk spiral pada
benda melingkar (sekerup). Pengerjaannya dilakukan dengan kepala pembagi
yang disetel vertikal dan dengan poros frais vertikal (gambar 3.17).

Gambar 3.14 Setting Kepala Pembagi


Untuk bentuk cam menurut Gambar 3.15 berlaku rumus-rumus sebagai berikut:
Z PG p.i
e= =
Z DG H W

hw .360 0
Hw =
ϕ

26
e : perbandingan roda gigi - roda gigi pengganti
Hw :kisar spiral terhadap seluruh keliling benda kerja (mm)
hw : kisar dan bagian benda kerja yang harus difrais (mm)
p : kisar ulir poros transportir mesin frais (mm)
i : perbandingan kepala pembagi
φ : sudut kelijing dan bagian yang harus difrais (derajat)
ZPG : hasil kali jumlah gigi penggerak dari roda gigi pengganti
ZDG: hasil kali jumlah gigi yang digerakkan dari roda gigi pengganti

Gambar 3.15 Bentuk Cam


Dalam hal ini poros dari meja frais berfungsi sebagai penggerak, sedangkan
keping pembagi digerakkan melalui roda igi payung dan kepala pembagi.
Contoh:
Kita akan membuat piring bubungan yang berjari-jari 100 mm berkurang menjadi
60 mm pada sudut 300°, pada mesin frais yang mempunyai kisar poros
tarnsportir 6 mm. Tentukan roda-roda gigi penggantinya yang dipergunakan.

Gambar 3.16 Bentuk Cam

Jawab :
d 200
hw = − 60 = − 60 = 40mm
2 2

27
hw .360 0 40.360 0
Hw = = = 48mm
300 0 300 0
Z PG p.i 6.40 5 3.5 72 40 a c
e= = = = = = . = .
Z DG H w 48 1 1.3 24 24 b d
Dalam berbagai kasus metoda yang telah diurain diatas tidak dapat
dipergunakan mengingat bahwa kisar harus teliti dan tidak boleh dibulatkan,
sedangkan jumlah roda-roda gigi pengganti terbatas jumlahnya. Untuk mengatasi
hal tersebut kita tentukan suatu kisar bayangan Hb yang besarnya sedikit lebih
besar dari kisar sesungguhnya Hw dari benda kerja dan yang tersedia roda gigi
penggantinya.
Dengan memiringkan (mendongakkan) kepala pembagi dan spindel
mesin frais (Gambar 3.17 ) akan dapat difrais sembarang kisar Hw yang lebih
kecil dari kisar bayangan Hb. Lagi pula dengan cara ini terdapat keuntungan
dimana dapat difrais beberapa spiral tanpa mengganti roda - roda gigi
penggantinya.

hw .360 0
Hw = mm
ϕ
H
sin α =
Hb
hw
l= +b
tgα
Z PG p.i
e= =
Z DG H b

Gambar 3.17 Setting Kemiringan Kepala Pembagi

28
Hb : kisar bayangan (mm)
α : sudut kemiringan kepala pembagi ilan spindel frais
i : panjang sayatan dari pisau frais (end milling cutter)
b : tebal benda kerja.

3.6. Alur Spiral


Pemfraisan alur-alur berbentuk helix /spiral pada dasarnya sama dengan
cara yang digunakan untuk membuat roda gigi helix, perbedaanya terletak
hanyalah pada pisau yang digunakan

3.7. Latihan
1) Jelaskan cara pembuatan batang gigi pada mesin frais
2) Sebuah roda gigi helix dengan sudut helix 18° , jumlah gigi 34 dan
modul 3 mm akan dikerjakan pada mesin frais yng mempunyai lead
screw 4mm. Tentukan roda gigi pengganti yang digunakan dan nomor
cutter yang digunakan.
3) Sepasang roda gigi payung akan dikerjakan pada mesin frais. Kedua
porosnya membuat sudut 900 dan ber diameter 28. Perbandingan i = 3.
Modul 2mm lebar gigi b = 25mm roda gigi terbuat dari baja dengan
kekuatan tarik 60 kn/cm2. Untuk kedua roda gigi ditanyakan:
• Gambar kerja dari kedua roda gigi.
• penyetelan kepala pembagi
• nomor frais modul yang digunakan
• penyetelan mesin frais

29

Anda mungkin juga menyukai