Anda di halaman 1dari 22

A.

LATAR BELAKANG KELUARGA

Dessy dibesarkan pada keluarga sederhana yang serba berkecukupan.

Dessy adalah anak kedua dan merupakan anak perempuan satu-satunya.

Dessy memiliki seorang kakak laki-laki dan dua adik laki-laki. Ayah dan Ibu

Dessy tidak dapat menamatkan pendidikan sehingga pekerjaan yang bisa

dilakukan adalah sebagai petani dan nelayan. Kedua orang tua Dessy harus

bekerja keras untuk menghidupi Dessy dan ketiga saudaranya. Ibu Dessy

dipercayakan mengelolah kantin pada sebuah sekolah dimana tempat Dessy

bersekolah. Ayah Dessy juga dipercayakan sebagai petugas kebersihan di

Gereja Katolik tempat mereka beribadah. Melihat kerja keras kedua orang tua

Dessy membuat Dessy dan ketiga saudaranya selalu turun tangan untuk

membantu. Dengan kehidupan yang serba berkecukupan kedua orang tua

Dessy selalu mengajarkan untuk bersyukur pada setiap kondisi, bekerja keras

dengan mengandalkan kesempatan yang sudah diberikan, selalu jujur dan

tidak boleh menyerah dalam keadaan apapun.

Setiap hari Dessy harus bangun lebih awal untuk membantu Ibu Dessy

menyiapkan jualan yang akan dibawa ke sekolah. Selain itu, Dessy juga

membantu kedua adiknya untuk bersiap ke sekolah. Setiap pagi Ayah Dessy

harus membersihkan Gereja yang dibantu oleh kakak Dessy. Rutinitas setiap

pagi yang Dessy dan keluarga lakukan membentuk Dessy menjadi pribadi

yang cekatan dan pekerja keras. Ketika lonceng istirahat berbunyi, Dessy
harus ke kantin untuk membantu Ibu Dessy berjualan. Hal tersebut dilakoni

Dessy dari SMP sampai SMA.

Di keluarga, Ayah Dessy dikenal sebagai sosok yang sangat pekerja

keras dan tidak pernah mengenal kata lelah. Ayah Dessy menjalankan

tanggung jawab sebagai petugas kebersihan dengan tulus tanpa mengharpakan

imbalan atau bayaran apapun membuat Ayah Dessy sudah bekerja hampir 15

tahun. Ayah Dessy yang terlihat pendiam dan tidak banyak bicara namun

selalu berpesan agar kelak anak-anaknya harus menjadi orang yang sukses

tetapi tidak pernah lupa diri. Setiap pagi sebelum memulai aktivitas keluarga

Dessy selalu berdoa bersama yang dipimpin oleh Ayah Dessy, begitupun

sebaliknya di malam hari.

Ayah Dessy selalu memanfaatkan waktu di malam hari untuk

menangkap hasil laut sehingga jarang sekali Dessy melihat sang Ayah

beristirahat. Ayah Dessy selalu pulang pukul tiga pagi dan hanya beristirahat

beberapa jam lalu kemudian pergi ke Gereja dan melakukan pekerjaan

sampingan. Begitupun dengan Ibu Dessy setelah selesai berjualan di kantin,

Ibu Dessy lalu pergi ke kebun untuk mengambil sayuran yang besok akan di

jual ke pasar maupun yang akan diolah menjadi jualan di kantin. Setiap hari

sabtu dan minggu Dessy dan keluarga pergi ke kebun untuk menaman

kembali sayuran maupun bahan makanan yang sudah mereka ambil agar tidak

kehabisan. Ibu Dessy selalu berusaha untuk memperkirakan bahan makanan

yang ditanam di kebun agar tidak kehabisan.


Dengan kehidupan yang serba berkecukupan, kedua orang tua Dessy

tidak pernah lupa untuk menabung hasil kerja mereka ke Bank untuk biaya

pendidikan anak-anak mereka kelak. Dessy mengakui bahwa Ibu Dessy

sangat pintar dalam memperkirakan kebutuhan hidup setiap bulan dan selalu

berusaha menyisikan tabungan untuk masa depan Dessy dan saudara-

saudaranya. Melihat kerja keras dan perjuangan Ibu Dessy membuat Dessy

banyak belajar untuk kelak menjadi wanita yang bukan saja sukses dalam

karier akan tetapi sukses juga dalam berkeluarga.

Kedua orang tua Dessy tidak pernah lupa untuk mengingatkan anak-

anak dalam mencapai prestasi dan masa depan. Hal ini ditunjukan oleh Ibu

Dessy yang selalu mengingatkan anak-anaknya untuk mengerjakan tugas

sekolah, belajar bersama dan menyiapkan apa yang hendak dibawa ke sekolah

besok hari. Di sekolah kerap kali Dessy harus menahan diri ketika melihat

teman-teman di kelas memiliki tas atau sepatu baru, makan makanan enak,

dan bisa bermain saat jam istirahat. Sedangkan Dessy harus berusaha menjaga

sepatu dan tas agar tidak cepat rusak dan makan di kantin sambil membantu

Ibu Dessy berjualan.

Dessy dan ketiga saudaranya selalu diajarkan untuk bersyukur dengan

apa yang mereka miliki dan tidak memaksakan kehendak untuk sama seperti

teman-teman yang lain. Dessy dan ketiga saudaranya paham bahwa kedua

orang tua mereka bekerja keras untuk menafkahi seluruh kehidupan dengan

segala keterbatasan sehingga Dessy dan ketiga saudaranya selalu bisa


menahan diri dengan bersyukur atas apa yang sudah mereka miliki. Hidup

dengan sederhana membentuk Dessy dan ketiga saudaranya menjadi pribadi

yang kuat.

Anton adalah kakak laki-laki Dessy yang pertama. Anton harus

bekerja keras membantu kedua orang tua untuk membiayai seluruh kebutuhan

keluarga mereka. Anton memiliki sebuah usaha bengkel kecil yang dimulai

sejak lulus SMA. Melihat kondisi keluarga yang sangat terbatas membuat

Anton tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya.

Bermodalkan alat-alat seadanya Anton lalu membuka sebuah bengkel di

depan rumah karena letaknya yang strategis persis di depan jalan besar. Bagi

Dessy, Anton adalah kakak yang sangat bertanggung jawab dan pekerja keras.

Waktu sekolah Anton banyak meraih prestasi akademik maupun non

akademik, akan tetapi karena keterbatasan biaya membuat Anton tidak

melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Anton dan Dessy memiliki perbedaan usia tiga tahun membuat Anton

mengalah untuk adik-adiknya dan membantu keuangan kedua orang tua

Anton. Dessy bangga terhadap Anton karena dengan kerja keras Anton dapat

membiayai Dessy untuk meratau ke Surabaya demi mencapai cita-cita Dessy.

Hal tersebut membuat Dessy tidak pantang menyerah dalam setiap kondisi,

karena Dessy selalu ingat bahwa semua yang dijalankan Dessy saat ini adalah

hasil kerja keras orang-orang yang dicintainya.


Dessy selalu ingat pesan yang disampaikan oleh Anton adalah

“Pantang pulang sebelum sukses” membuat Dessy selalu menahan rindu

untuk bertemu dengan kedua orang tua dan saudara-saudara Dessy. Anton

selalu mengajarkan kepada Dessy dan kedua adiknya agar tidak menjadi anak

yang ikut-ikutan trend atau bersaing hal yang tidak masuk akal dengan teman-

teman yang lain. Anton selalu memacu ketiga adiknya untuk bersaing dengan

otak bukan dengan kekuatan sehingga membuat ketiga adik Anton banyak

meraih prestasi di sekolah.

Dessy memiliki adik laki-laki kembar yaitu Bobi dan Boni yang masih

duduk di bangku kelas lima SD. Dari kecil Dessy sudah menularkan

kebiasaan disipilin yang Dessy dapatkan dari kedua orang tua Dessy kepada

Bobi dan Boni. Dari kecil Dessy yang membantu Ibu Dessy untuk mengurus

Bobi dan Boni mulai dari memandikan, memberi makan, memberikan susu,

membujuk untuk tidur bahkan menamani Bobi dan Boni bermain saat Ibu

Dessy bekerja di dapur atau sedang pergi ke kebun. Hal tersebut membuat

kedua adik kembar Dessy sangat terbiasa dengan Dessy.

Dessy sangat bangga kepada Bobi dan Boni yang tidak pernah

mengeluh ketika melihat teman-teman di kelas memiliki mainan atau barang

yang baru. Dessy dan Anton sering menyisikan uang untuk membeli Bobi dan

Boni mainan di pasar. Walaupun tidak seberapa akan tetapi hadiah yang

diberikan kedua kakak kepada Bobi dan Boni selalu mereka terima dengan

wajah yang sangat bahagia. Dessy dan Anton selalu menceritakan kondisi
mereka ketika masih kecil. Dessy dan Anton tidak pernah merasakan punya

mainan atau boneka layaknya anak-anak yang lain. Cerita tersebut diterima

oleh Bobi dan Boni sehingga mereka juga tidak pernah menuntut untuk

memiliki apa yang dimiliki oleh teman-teman.

Boni dan Bobi selalu menghabiskan waktu bermain di rumah dan

jarang sekali keluyuran untuk bermain bersama teman-teman di luar, karena

Bobi dan Boni tahu bahwa mereka akan merepotkan Ibu apabila dicari. Anton

membuat tempat bermain untuk Bobi dan Boni di samping rumah sehingga

kerap kali Bobi dan Boni yang malah didatangi oleh teman-teman. Anton

membangun papan luncuran, ayunan dan lapangan bola mini di kintal kosong

samping rumah. Seringkali Anton membuat mainan mobil-mobilan dari kayu

agar Boni dan Bobi bisa memiliki mobil seperti yang dimiliki oleh teman-

teman.

Apabila musim layangan, Anton dan Dessy selalu membuat layang-

layang besar untuk Bobi dan Boni. Dessy sangat bersyukur dibalik hidup yang

sangat berkecukupan Dessy memiliki adik kembar yang selalu menghibur dan

memberikan kekuatan kepada keluarga Dessy dikala masalah menerpa

kehidupan keluarga mereka. Kehidupan yang serba cukup membuat masalah

yang datang hanya seputar masalah keuangan, karena kedua orang tua Dessy

harus membiayai Dessy dan kedua adik Dessy yang masih bersekolah. Setiap

bulan orang tua Dessy harus menyisikan uang untuk membayar biaya komite
dan SPP, belum lagi biaya makan minum dan kebutuhan lainnya membuat

keluarga Dessy sering mengalami kesulitan ekonomi.

Melihat kondisi tersebut Ayah dan Ibu Dessy selalu berusaha mencari

pekerjaan sampingan. Ibu Dessy sering dipanggil untuk mencuci pakaian

dengan upah yang sangat kecil. Ibu Dessy memanfaatkan keahilannya dalam

bercocok tanam membuat Ibu Dessy memiliki hobi menanam bunga-bunga

dan kemudian dijual kembali untuk menambah keuangan keluarga. Di

halaman rumah Dessy penuh dengan banyak sekali macam-macam tanaman

mulai dari tanaman hias sampai obat-obatan. Walaupun Bobi dan Boni masih

kecil, akan tetapi mereka sudah mandiri dengan diberikan tugas untuk

menyiram tanaman bahkan menjaga tanaman dari hewan-hewan yang

berkeliaran.

Berbeda dengan Ayah Dessy yang sering mendapatkan pekerjaan

sampingan seperti menjadi tukang bangunan. Apabila tanggakapan hasil laut

banyak maka Ayah Dessy jual ke pasar dan sisahkan untuk jualan Ibu Dessy

dan untuk makan setiap harinya. Ayah Dessy juga ahli dalam bercocok tanam

membuat Ayah Dessy banyak dipercayai oleh beberapa orang untuk menanam

kelapa sawit. Ayah Dessy juga sering diminta untuk memanen hasil kelapa

sawit mulai dari memetik di pohon, mengupas sampai menjemur. Pekerjaan

sampingan yang Ayah dan Ibu Dessy lakukan sangat membantu pemenuhan

kebutuhan hidup mereka sehari-hari.


Bagi Dessy pola asuh kedua orang tua Dessy adalah demokratis akan

tetapi Ayah dan Ibu Dessy memiliki perbedaan tersendiri dalam mengasuh.

Bagi Dessy kedua orang tua Dessy selalu memberikan kebebasan kepada

Dessy dan ketiga saudaranya dalam memilih, akan tetapi selalu melewati

pertimbangan bersama-sama. Ketika Dessy dan ketiga saudara melakukan

kesalahan, mereka tetap ditegur baik-baik tanpa kekerasan seperti yang

dilakukan oleh tetangga-tetangga disekitar rumah Dessy yang ketika anak

mereka salah langsung dipukuli. Orang tua Dessy lebih senang menegur dan

memperingati apabila kesalahan terulang maka dampak yang didapat akan

lebih besar lagi. Dessy merasa jarang sekali melakukan kesalahan karena

Dessy selalu mengikuti apa yang diperintah oleh kedua orang tua Dessy.

Teguran yang diberikan orang tua Dessy lebih banyak kepada Bobi

dan Boni karena sering bermain jauh dari rumah. Terkadang Bobi dan Boni

bermain sampai ke pantai sehingga Dessy dan Anton sering kena marah akibat

perbuatan adik kembar mereka. Dessy ingat ketika di rumah Dessy sering

kena teguran dari Ibu karena lupa masak air untuk minum. Akibat dari Dessy

lupa masak air sering membuat orang serumah minum air yang masih panas

karena harus menunggu air sampai dingin. Dessy mengakui pendidikan di

rumah yang diberikan oleh kedua orang tua Dessy tidak pernah membentuk

Dessy dan ketiga saudaranya menjadi anak yang nakal.

Dessy dan ketiga saudaranya sudah diberikan tanggung jawab dari

kecil sehingga waktu mereka lebih banyak untuk sekolah dan membantu
kedua orang tua daripada bermain. Dessy mengakui kehidupan didalam rumah

Dessy paling berbeda dengan kehidupan tetangga-tetangga mereka, dengan

demikian tetangga di sekitar rumah mereka selalu memuji Ibu dan Ayah

Dessy yang membentuk Dessy dan ketiga saudara Dessy menjadi anak-anak

yang dengar-dengaran. Dessy dan ketiga saudaranya sering menjadi contoh

ketika teman-teman disekitar rumah mereka dimarahi oleh orang tua mereka.

Dessy mengakui waktu masa kecil Dessy jarang sekali memiliki waktu

bermain. Dessy menghabiskan waktu bermain bersama Ibu Dessy di kebun

dengan melakukan banyak sekali pekerjaan. Dessy sering membantu Ibu

Dessy membuat ladang untuk menanam sayur-sayuran seperti sawi, kol,

terong dan beberapa tanaman lainnya. Ketika musin jagung, Dessy sering

mengikuti Ibu Dessy untuk menaruh bibit jagung ke dalam lubang yang sudah

diberi tanda. Banyak memori masa kecil yang masih Dessy kenang sampai

saat ini. Dessy bangga bahwa Ibu Dessy berhasil membesarkan anak-anaknya

menjadi pribadi yang rajin dan bertanggung jawab.

Dessy ingat waktu Dessy masih duduk di bangku sekolah dasar, Ibu

Dessy setiap pagi berjualan roti di sepanjang kompleks rumah mereka.

Selama kurang lebih lima tahun Ibu Dessy berjualan roti setiap pagi dan sore,

sampai Ibu Dessy dipercayakan mengelolah kantin sekolah oleh para suster di

sekolah Dessy. Bagi Dessy, Ibu Dessy sangat penyayang dan selalu berusaha

menegur dengan lemah lembut ketika Dessy dan ketiga saudaranya berbuat
salah. Berbeda dengan Ayah Dessy yang tidak suka banyak bicara akan tetapi

selalu tegas dalam mendidik Dessy dan ketiga saudaranya.

Selain sosok kedua orang tua Dessy, ada orang-orang yang juga

memiliki pengaruh dalam kehidupan Dessy yaitu kakek dan nenek. Dessy

selalu meluangkan waktu untuk bisa mengunjungi nenek dan kakek yang

tinggal bersama paman Dessy di kampung sebelah. Setiap hari minggu Dessy

selalu mengajak ketiga saudaranya untuk pergi ke kampung kakek dan nenek

setelah selesai ibadah. Kakek dan Nenek Dessy selalu memancarkan wajah

bahagia ketika melihat Dessy dan ketiga saudaranya datang.

Waktu kecil Dessy sering dijaga oleh Kakek dan Nenek karena kedua

orang tua Dessy harus bekerja. Hal tersebut membuat Dessy sangat dekat

dengan Kakek dan Neneknya. Banyak hal yang selalu dipesan buat Dessy dan

ketiga saudaranya yaitu selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal dan

selalu menyayangi satu sama lain dalam setiap kondisi kehidupan. Pesan

itulah yang selalu dipegang Dessy dan ketiga saudaranya. Dessy juga

memiliki sepupu-sepupu yang masih kecil-kecil. Dessy dan Anton adalah

cucu yang tertua sehingga selalu menjadi contoh kepada adik-adik mereka

yang masih kecil.

Pesan Kakek dan Nenek Dessy membuat hidup persaudaraan Dessy

dan saudara-saudaranya selalu akur dan saling menyayangi satu sama lain.

Dessy kerap kali membantu adik-adik Dessy dalam belajar atau dalam

mengerjakan tugas sekolah yang tidak dipahami adik-adiknya. Dessy juga


selalu melatih adik-adiknya untuk menghafalkan doa-doa seperti yang

diajarkan Kakek dan Nenek Dessy semenjak Dessy kecil. Dessy juga

memiliki Paman dan Tante yang sangat menyayangi Dessy dan keluarganya,

tak heran ketika susah Paman dan Tante Dessy selalu berusaha membantu

keluarga Dessy. Bagi Dessy dibalik kesederhanaan kehidupan keluarga Dessy,

tantangan dan perjuangan hidup tersimpan kedamaian dan perasaan syukur

yang selalu membuat Dessy ingin cepat membalas kebaikan dan cinta

keluarganya.

B. Pengalaman Masa Kecil

Dessy merupakan anak kedua dan satu-satunya anak perempuan yang

dimiliki orang tua Dessy. Selama mengandung Dessy, Ibu Dessy selalu

mencukupkan kebutuhan nutrisi kepada Dessy dengan makanan maupun

ramuan-ramuan tradisional karena tidak mampu untuk membeli susu atai

vitamin. Ibu Dessy selalu mengkomsumsi bubur kacang hijau, kacang merah

maupun beras hitam setiap pagi selama mengandung Dessy. Nenek Dessy

sering memberikan ramuan tradisional yang terdiri dari kunyit, jahe, asam

jawa, dan lengkuas yang direbus kemudian diberikan kepada Ibu Dessy untuk

diminum setiap pagi.

Ibu Dessy bercerita selama mengandung Ibu Dessy tidak melakukan

pekerjaan berat seperti berkebun. Setiap hari Ibu Dessy hanya tinggal di

rumah dan melakukan pekerjaan rumah serta membantu Ayah Dessy ketika

pulang membawa hasil bumi maupun hasil laut. Ibu Dessy mengisi
kekosongan waktu dengan mengerjakan hobi menaman bunga maupun

tanaman obat-obat tradisional. Ketika Ayah Dessy pulang membawa hasil

tangkapan laut, Ibu Dessy akan turun tangan untuk membantu membersihkan

hasil tangkapan seperti ikan, kerang, udang dan hasil laut lainnya. Selain itu

Ayah Dessy melakukan pekerjaan yang sering dilakukan oleh Ibu Dessy yaitu

mengambil hasil kebun. Selama mengandung Dessy, Ayah Dessy yang

mengantikan pekerjaan Ibu Dessy untuk pergi ke kebun.

Memanfaatkan hasil laut dan hasil kebun yang didapat, Ibu Dessy

sering membantu Ayah Dessy untuk jual ke pasar. Bagi Ibu Dessy ini

pekerjaan yang mudah karena hanya melayani par pembeli. Ibu Dessy pernah

memaksa untuk pergi ke kebun, akan tetapi kondisi kehamilan Ibu Dessy yang

waktu itu gampang capek membuat Ibu Dessy tidak kuat berjalan jauh.

Selama mengandung Dessy, Ibu Dessy tidak pernah tahu dengan pasti jenis

kelamin anak yang ada di dalam kandungan karena waktu itu tenaga medis

dan kelengkapan alat masih sangat minim. Keluarga hanya menebak jenis

kelamin perempuan karena kondisi Ibu Dessy yang saat itu gampang lelah.

Saat kandungan sudah berusia tujuh bulan barulah Ibu Dessy dibawah ke

rumah sakit yang ada di kabupaten. Ibu Dessy akhirnya mengetahui jenis

kelamin Dessy saat usia kandungan sudah tujuh bulan.

Dessy lahir di rumah dengan bantuan seorang Bidan yang bertugas di

desanya. Ibu Dessy melahirkan secara normal dengan kondisi yang sehat.

Dessy akhirnya lahir dengan keadaan sehat walafiat. Waktu mengetahui anak
yang lahir adalah seorang perempuan maka kedua orang tua Dessy sudah

menyiapkan nama untuk Dessy. Kedua orang tua Dessy lalu memberikan

nama kepada Dessy yang memiliki arti perempuan kuat. Selama masa

menyusui, Ibu Dessy selalu memberikan ASI kepada Dessy. Dengan segala

keterbatasan, Ibu Dessy harus menjaga pola makan sehat agar dapat

memberikan ASI yang baik kepada Dessy, karena untuk membeli susu

formula saja kedua orang tua Dessy kurang mampu. Kalau ada rejeki lebih,

Ayah Dessy selalu mengutamakan untuk membeli susu formula. Dengan

segala keterbatasan, Dessy hanya beberapa kali mengkomsumsi susu formula.

Ibu Dessy bercerita waktu kecil dulu Dessy adalah anak yang paling

pendiam dan bukan anak yang cengen. Ketika Ibu Dessy bekerja, Dessy

sepertinya selalu mengerti sehingga jarang sekali menangis dan rewel. Anton

yang saat itu sudah berusia tiga tahun turun membantu Ibunya untuk menjaga

Dessy adiknya. Anton sering menemani Dessy ketika tidur dan kalau Dessy

terbangun Anton selalu lari ke dapur untuk member tahu Ibunya. Saat Dessy

berusia tujuh bulan, Dessy mengalami muntaber yang membuat Dessy harus

dilarikan ke rumah sakit. Perjalanan ke rumah sakit ditempuh sekitar enam

jam dengan jalan yang masih penuh bebatuan.

Ayah Dessy meminjam motor untuk mengantarkan Dessy ke rumah

sakit. Bekal uang secukupnya dengan perjalanan yang jauh membuat

perjuangan kedua orang tua Dessy tak dilupakan Dessy sampai saat ini. Ibu

Dessy yang kala itu sudah sangat panic karena kondisi Dessy yang sangat
lemah, panas yang tinggi dan pucat membuat Ibu Dessy hanya berdoa dan

menitikan air mata sepanjang perjalanan. Sampai di rumah sakit kata Dokter

kondisi Dessy sangat lemah dan kehilangan banyak cairan membuat kaki

Dessy harus dibelah untuk mendapatkan urat. Setelah empat hari dirawat di

rumah sakit membuat kedua orang tua Dessy bingung karena biaya rumah

sakit yang semakin membengkak setiap hari.

Dengan sangat terpaksa kedua orang tua Dessy menjual cicin

pernikahan untuk menebus biaya rumah sakit. Ketika kondisi Dessy membaik

Dokter lalu mengijinkan Dessy untuk dibawah pulang. Kedua orang tua Dessy

lalu membeli susu dan obat dengan uang sisa hasil jual cincin nikah.

Semenjak Dessy dilarikan ke rumah sakit, Ibu Dessy sadar dan berjanji untuk

lebih menjaga Dessy dengan baik dan memberikan nutrisi yang cukup. Sejak

itu pula Ayah Dessy lebih giat untuk bekerja sehingga bisa membeli susu dan

vitamin untuk Dessy.

Ketika Dessy sudah bisa berjalan, Dessy sering dititipkan oleh kedua

orang tua Dessy di rumah Kakek dan Nenek. Setiap pagi Dessy harus dibawa

ke rumah Kakek dan Nenek di desa sebelah ketika Ayah dan Ibu Dessy

hendak ke kebun. Kakak Dessy yaitu Anton juga dititipkan ke rumah Kakek

dan Nenek. Kenangan di rumah Kakek dan Nenek waktu kecil tidak banyak

yang Dessy ingat karena usianya saat itu yang masih kecil, sehingga Dessy

kerap kali mendapatkan cerita dari kakaknya Anton dan kedua orang tua

Dessy.
Saat kecil Dessy hanya menghabiskan waktu bermain bersama Anton,

kakaknya. Waktu Dessy dan Anton bermain lebih banyak dihabiskan di

rumah Kakek dan Nenek karena setiap hari kedua orang tua Dessy harus ke

kebun. Dessy ingat waktu kecil kalau tidak ada uang untuk membeli bubur

sun atau beras, Nenek Dessy selalu menggantikan dengan singkong rebus

yang dihaluskan dan dicampur dengan gula merah. Dessy juga sering

mengkomsumsi pengganti bubur sun dengan bubur yang diolah dari beras

merah atau beras hitam yang sudah dihaluskan.

Tugas Nenek Dessy adalah menghaluskan beras merah atau beras

hitam pada lesung untuk makanan Dessy setiap hari. Saat kecil Dessy hanya

bisa tidur apabila diayun pada ayunan yang telah dibuat Kakek Dessy dengan

menggunakan kain sarung yang digantung pada sebuah tali yang dikaitkan

pada kayu plafon kamar tidur. Dessy tidak pernah menggunakan pampers

selama kecil tetapi hanya bermodalkan kain yang dipotong kecil-kecil sebagai

pengalas ketika Dessy menggunakan celana. Hidup serba cukup membuat

kedua orang tua Dessy harus menggunakan segala alternatif untuk

menghidupi anak-anak mereka.

Saat Anton duduk di bangku sekolah dasar membuat kedua orang tua

Dessy harus bekerja lebih keras lagi untuk membeli pakaian seragam, buku

dan peralatan tulis, serta membayaran uang sekolah setiap semester. Anton

bercerita ketika sedang belajar bersama Ibu, Dessy selalu mengganggu dan

ingin untuk ikut belajar bersama. Anton dan Dessy sama-sama tidak pernah
merasakan duduk di bangku taman kanak-kanak apalagi merasakan punya

mobil-mobilan maupun boneka. Dengan segala keterbatasan, Ayah Dessy lalu

membuat tempat bermain untuk Dessy dan Anton di sebelah rumah. Ayah

Dessy menanam rumput kuda sebagai alas ketika Anton dan Dessy bermain.

Ayah Dessy membangun papan seluncuran menggunakan bahan yang ada

supaya Anton dan Dessy memiliki permainan. Anton yang kala itu sudah

mengerti papan seluncur membuat dirinya sangat senang. Mulai saat itu tugas

Anton ketika pulang sekolah adalah membujuk Dessy untuk tidur siang,

setelah bangun barulah mereka bermain bersama pada tempat bermain yang

telah dibuat oleh Ayah.

Kesederhanaan dan kebahagiaan yang selalu dikenang oleh Dessy

ketika Anton kerap kali menceritakan masa kecil mereka berdua. Hal yang

selalu dikenang Dessy saat masih kecil adalah ketika Dessy menemani Anton

menimbah air di sumur yang berada di samping rumah, kemudian setelah bak

air penuh mereka selalu bermain air di sumur hingga basah kuyup. Kerap kali

Anton dimarahi oleh Ibu karena membiarkan adiknya Dessy basah kuyup,

akan tetapi Anton dan Dessy selalu mengulang kesalahan tersebut karena

merasa asik bermain air.

Hal-hal sederhana lainnya yang masih Dessy ingat adalah ketika

Dessy diajak oleh kedua orang tua pergi berkebun. Di kebun Dessy sering ikut

membantu Ibu Dessy untuk menanam sayur-sayuran. Ketika musim panen,

Dessy selalu ikut Ayah dan Ibu bersama kakaknya Anton untuk tidur di rumah
kebun. Dessy masih ingat suasana malam hari di kebun dengan bunyi suara

jangkrik dan air yang mengalir, ditambah hangatnya api unggun dan kunang-

kunang yang terbang memberikan cahaya di malam hari. Tempat tidur di

rumah kebun hanya beralaskan tikar di atas bambu-bambu yang disusun Ayah

Dessy. Saat bermalam di kebun, keluarga Dessy hanya makan pisang dan

singkong rebus yang dimasak oleh Ibu Dessy menggunakan kayu bakar.

Bermodalkan bahan dan alat yang terbatas, Ibu Dessy sering menambah

tumisan sayur sawi untuk dimakan. Ketika pagi hari tiba, Anton dan Dessy

berlari ke kali untuk bermain air sekaligus untuk mandi. Sedangkan kedua

orang tua Dessy melanjutkan pekerjaan mereka.

Kenangan yang tidak pernah hilang dalam ingatan Dessy dan selalu

Dessy ceritakan pada Bobi dan Boni adik-adiknya. Dessy berharap Bobi dan

Boni bisa tumbuh menjadi anak yang baik dengan bersyukur memiliki segala

keterbatasan yang ada.

C. Riwayat Pendidikan

Dessy tidak pernah merasakan masa-masa duduk di bangku taman kanak-kanak,

sehingga Dessy memulai pendidikan sekolah dasar pada usia enam tahun. Saat itu

Dessy satu sekolah dengan Anton, kakaknya di SD St. Theresia Manggarai Barat.

Setiap hari Anton dan Dessy pergi dan pulang sekolah bersama. Dessy selalu

menunggu Anton untuk pulang bersama karena saat itu Dessy masih kelas satu SD

sehingga pulang lebih awal, akan tetapi terkadang Dessy dijemput oleh Ibu Dessy
ketika jam pulang sekolah. Dessy dan Anton tidak pernah diberikan uang saku,

melainkan bekal yang sudah dibuat Ibu Dessy untuk dibagi bersama ketika jam

istirahat. Anton sering ke kelas Dessy ketika jam istirahat untuk membagi bekal yang

disediakan Ibu Dessy. Ketika malam hari, Anton selalu berusaha untuk melatih Dessy

menulis dan menghitung. Apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti oleh Anton,

maka Ibu Dessy yang turun tangan untuk mengajar.

Bagi Anton adiknya Dessy tidak sebawel anak-anak lainnya karena Dessy tidak

pernah ngompol di kelas, menangis di kelas atau membuat onar seperti yang

dilakukan anak-anak pertama masuk sekolah. Hampir seluruh guru sangat senang

melihat Anton dan Dessy sehingga tak heran mereka kerap kali menjadi contoh yang

baik di sekolah. Dessy dikenal sebagai anak yang aktif di kelas, karena Dessy selalu

berani untuk bertanya hal-hal yang tidak dipahaminya. Ketika ada teman-teman

Dessy yang bertengkar, Dessy selalu menjadi penengah. Dengan bantuan Anton,

Dessy selalu dapat menyelesaikan tugas sekolah sehingga Dessy tidak pernah lupa

mengumpulkan tugas rumah.

Dikenal sebagai anak yang berani membuat Dessy selalu bisa memberikan

jawaban ketika ditanya oleh guru di kelas, dengan kemampuan yang dimiliki Dessy

tidak pernah takut untuk tampil didepan kelas. Teman-teman kelas Dessy seringkali

pulang sekolah dengan seragam dan kaos kaki yang kotor akan tetapi tidak dengan

Dessy karena Dessy selalu ingat pesan Ibu untuk tetap menjaga kebersihan. Anton

juga sering memperingati Dessy untuk tetap menjaga kebersihan karena Ibu Dessy
akan lebih capek apabila seragam Anton dan Dessy terlalu kotor. Dessy dan Anton

adalah dua anak yang selalu menjadi contoh yang baik kepada teman-teman kelas

yang lain.

Saat naik kelas dua SD, Dessy mendapatkan peringkat satu umum di kelasnya.

Sama hal dengan Anton, kakaknya yang selalu mencetak juara disetiap raport

kenaikan kelas. Bagi Dessy teman-teman di kelasnya adalah anak-anak orang kaya

yang selalu memiliki buku mata pelajaran yang lengkap, memiliki buku tulis yang

bagus, selalu mendapatkan uang saku, dan membawa bekal yang enak-enak akan

tetapi hal tersebut tidak membuat Dessy pesimis dan tetap bersaing sehat. Hal itu

selalu diajarkan Anton kepada Dessy.

Dengan modal belajar dari sang kakak membuat Dessy selalu memanfaatkan

kesempatan untuk belajar terus menerus. Melihat kondisi yang terbatas, beberapa

guru di sekolah yang sangat salut dengan Dessy selalu memberikan buku paket

maupun buku tulis kepada Dessy, ada juga yang sering memberikan Dessy uang saku

karena sangat salut dengan ketekunan yang dimiliki Dessy. Dessy sadar bahwa masa-

masa sekolah dasar dirinya berbeda dengan teman-teman yang lain, yang selalu

memanfaatkan waktu untuk bermain.

Di sekolah Dessy senang membaca tulisan-tulisan pada kartu di pohon

pengetahuan yang dibuat oleh wali kelas Dessy. Sarana pra sarana di sekolah Dessy

juga belum terlalu memadai karena letak sekolah Dessy di pedesaan. Saat Dessy kelas
empat SD, Ibu Dessy mulai berjualan kue keliling. Ketika pagi-pagi mengantarkan

Dessy ke sekolah, Ibu Dessy lalu berjualan kue kepada guru-guru maupun orang tua

yang ada disekitar sekolah. Dessy tidak pernah malu ketika Ibu Dessy hanyalah

seorang penjual kue. Ibu dan Ayah Dessy selalu bangga ketika mengambil raport di

sekolah karena Dessy dan Anton selalu mencetak juara pertama setiap kenaikan

kelas.

Ketika di SD, Dessy hanya memiliki satu tas sekolah yang selalu dijaganya

sampai lulus. Tas sekolah yang dibelikan Ibu Dessy terdapat beberapa sobekan tetapi

Dessy selalu berusaha untuk menjahit bagian-bagian yang sudah rusak. Dessy ingat

teman-teman di kelasnya selalu memiliki buku tulis yang baru dan selalu mereka

coret-coret, akan tetapi berbeda dengan Dessy yang selalu menggunakan buku tulis

dengan baik. Dessy tidak pernah mencoret-coret kertas apalagi merobek kertas buku

tulis, karena bagi Dessy kedua orang tuanya membeli buku dengan susah payah.

Saat lulus sekolah dasar, Dessy melanjutkan sekolah di SMP Kristen Manggarai

Barat tempat Anton bersekolah. Saat SMP, Ibu Dessy sudah dipercayakan untuk

mengelolah kantin di tempat Dessy bersekolah. Ibu Dessy memberikan hadiah tas dan

sepatu baru kepada Dessy untuk dipakai hari pertama sekolah. Dessy semakin

semangat untuk bersekolah setiap harinya. Saat di SD Dessy tidak banyak

menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman-teman. Hal yang sama juga terjadi

di SMP karena setiap jam istirahat Dessy harus membantu Ibu Dessy untuk berjualan

di kantin. Saat pulang sekolah pun Dessy harus menolong Ibu Dessy untuk
membereskan sisa jualan. Ketika pulang sekolah Anton pun membantu Ibu dan

Dessy. Pekerjaan ini mereka lakukan sampai lulus sekolah, sehingga mereka jarang

sekali memiliki waktu bermain layaknya anak-anak sekolah pada umumnya.

Menyadari perjuangan kedua orang tua membuat Anton dan Dessy

mengesampingkan kesenangan dengan teman-teman untuk lebih membantu Ibu

mereka. Belum lagi waktu itu Ibu Dessy sedang mengandung kedua adik kembar

Dessy membuat Dessy dan Anton selalu siap sedia untuk membantu. Prestasi yang

Dessy capai selalu membanggakan kedua orang tua Dessy karena saat beradapa di

SMP Dessy kerap kali mewakili sekolah untuk mengikuti Olimpiade hingga

menjuarai Olimpiade Biologi tingkat kabupaten. Saat SMP, Dessy sangat suka

dengan pelajaran Biologi dan Kimia. Dessy menekuni kedua pelajaran tersebut

karena cita-cita Dessy kelak adalah menjadi seorang Bidan.

Setiap tahun Dessy selalu mewakili kabupaten untuk mengikuti lomba Olimpiade

Biologi atau Kimia di Kupang, ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur. Dessy sangat

bahagia ketika berangkat ke Kupang karena sebelumnya Dessy tidak pernah

membayangkan bahwa dirinya akan sampai di ibu kota provinsi bahkan bisa

mewakili kabupatennya. Prestasi lain yang diraih oleh Dessy adalah keikutsertaanya

mewakili sekolah dalam lomba-lomba antar sekolah dari akademik maupun non

akademik.
Dessy sangat menyukai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sehingga

Dessy selalu mewakili sekolah dalam lomba-lomba antar sekolah. Bukan saja

mewakili nama sekolah, akan tetapi Dessy selalu mencetak kemenangan karena

hampir seluruh lomba yang diikuti Dessy selalu mendapatkan juara pertama. Melihat

prestasi yang dimiliki Dessy akhirnya sekolah memberikan beasiswa prestasi kepada

Dessy sejak Dessy duduk di bangku kelas dua SMP. Dessy merasakan hasil dari

perjuangan yang dilakukannya dapat membantu keuangan keluarga.

Selain

Anda mungkin juga menyukai