PAP 5 Pedoman Terapi Gizi Terintegrasi
PAP 5 Pedoman Terapi Gizi Terintegrasi
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan gizi merupakan factor yang sangat penting menjaga kualitas
hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat
gizi. Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat –zat gizi dalam
jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit.
Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah
banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah
Sakit Umum di Jakarta tahun 1995 – 1999 menunjukkan 20 – 60% pasien menderita
kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya
terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat
penyembuhan dan membantu mencegah memburuknya kondisi kesehatan pasien.
Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan
bagian dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan
secara terpadu dengan upaya pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitative.
Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi
dan memberikan manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian
seperti penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa intervensi
gizi oleh Tim Terapi Gizi.
B. RUANG LINGKUP
1. Organisasi Tim Terapi Gizi
2. Pelayanan Tim Terapi Gizi
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisa masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta
serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip keilmuan
makanan, gizi, social dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan
dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area / lingkungan /
latar belakang praktek pelayanan.
4. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu kekompok dengan kepentingan yang
sama bergabung untuk memangani masalah yang terindenfitikasi. Pada
pelaksanan PAGD dietisien mengkomunikasikan rencana proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan
lain yang menangani masalah gizi tersebut.
6. Membuat Keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik
dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan Masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil.
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien
klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
D. DASAR HUKUM
1. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang jabatan Fungsional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelengaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelayanan dan Praktek Tenaga Gizi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS).
A. PENGERTIAN
Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien ( Nutrition and Diet
Theraphy Dictionary, 2004 ).
Terapi gizi medik dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet ( dietary
treatment ) yaitu pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadwal makan setiap
hari yang bertujuan membantu penyembuhan pasien. Terapi gizi medis adalah terapi
gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis, serta merupakan
suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah
diberikan agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah
disusun. Didalam terapi gizi medic merupakan alur proses kegiatan perencanaan
makan sampai makanan disajikan kepada pasien yang melibatkan beberapa orang
yang memiliki profesi yang berbeda seperti dokter spesialis gizi klinik, ahli gizi dan
pramusaji dengan menghasilkan suat makanan yang sesuai dengan standar
perencanaan sampai makanan disajikan harus sesuai dengan jumlah, jenis, dan
jadwal makanan pasien. Proses tahapan dari terapi gizi medik dimulai dari preskripsi
diet, kitir makanan, pemorsian makanan dan makanan disajikan untuk pasien.
Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu
perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang
bermakna pada kehidupan pasien.
B. TUJUAN
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan
pasien. Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi
pasien, diharapkan akan :
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status
gizi optimal
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian
Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang dapat
Melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. VISI
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu
berorientasi kepadakualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan
pasien.
B. MISI
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh
berdasarkan bukti klinis,teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal
efisiensi biaya dandampaknya.
C. PENGORGANISASIAN
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan
diketuai oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik
serta menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota Tim Terapi
Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan penyelenggaraan
terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi.Agar Tim Terapi Gizi
dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasian dan jalurkoordinasi
pelayanan gizi klinik sebagai berikut
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR PELAYANAN
TUJUAN TERCAPAI
STOP
TUJUAN TERCAPAI
a. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1) Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diit saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas
fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran
asupan makan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
2) Biokimia
Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi.
3) Antropometri
Merupakan pengukuran fisik individu yang dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB), pengukuran Berat Badan (BB). Pada
kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB),
Tinggi Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran
lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal lipat kulit, lingkar kepala, dan lain
sebagainya dapat dilakukan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks Masa tubuh (IMT).
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada pasien
rawat inap adalah BB. BB pasien sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat
Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi penyembuhan
pasien dan menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat dan biaya perawatan.
Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi Gizi dalam
bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi Gizi, meningkatkan
profesionalisme tenaga dan penetapan biaya makan pasien dipisahkan dari biaya
perawatan, sehingga biaya gizi merupakan bagian dari biaya makan pasien.
Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar pelayanan
rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi. Sehingga mutu pelayanan gizi RS
dapat ditingkatkan secara berkesinambungan.