Anda di halaman 1dari 7

MEMBANGUN PARADIGMA

QUR’ANI

Diajukan guna memenuhi tugas


dalam mata kuliah Agama Islam

Dosen Pengampu:
M.Taufiq,S.HI.,M.SI

Disusun oleh

AZIZ ALFISYAHRI
NIM. 5180411375
MUH RIZKY SUBARDJO
NIM. 5180411376
RIZKI ANDRE FIRMANSYAH
NIM. 5180411377
FAJAR AJI PAMUNGKAS
NIM. 5180411379
AFIF AULIA NUR
NIM. 5180411380

PROGRAM SARJANA (S-1) INFORMATIKA


UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i

KATA PENGATAR ............................................................................................................... ii

Materi Pembahasan ............................................................................................................... 4


Pengertian Paradigma Qur’ani................................................................................. 4
Paradigma Qur’ani Sangat Penting Bagi Kehidupan Modern .............................. 4
Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, dan
SosiologisTentangParadigma Qurani Untuk Kehidupan Modern ........................ 5
Membangun Argumen Tentang Paradigma Qur’ni ............................................... 5
Mendeskripsikan EsensidanUrgensi Paradigma DalamMenghadapi
Kehidupan Modern .................................................................................................... 6
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan


kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan
yang benar berupa ajaran agama yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh
alam.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
dalam mata pelajaran Agama Islam dengan judul “Membangun Paradigma Qur’ani”.

Akhir kata, penyusun sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk
memperbaiki karya kami selanjutnya.

Yogyakarta, September 2018

Penulis
Materi Pembahasan
Pengertian Paradigma Qur’ani

Secara Etimologis kata Paradigma dari bahasa Yunani yang paradigma Qur’ani yang
asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti “di samping,di sebelah,
dan keadaan lingkungan”. Digma berarti “sudut pandang , teladan, ideal”. Dapat
dikatakan bahwa paradigma Qur’ani adalah cara pandang dan cara berpikir tentang
suatu permasalahan berdasarkan alqur’an karena mengandung gagas yang sempurna
mengenai kehidupan dan dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang empiris dan
rasional.

Paradigma Qurani Sangat Penting Bagi


Kehidupan Modern

1. Meluruskan Akidah Manusia


a. Menegakkan Pokok-Pokok Tauhid
Menegakkan tiang tiang tauhid sebagai landasan beragama sangat penting eksistensi
sebab bersikap sebaliknya yaitu syirik merupakan sikap yang sangat tercela, bahkan
hukum islam memandang syirik sebagai suatu tindak pidana yang sangat terlarang.
Itulah sebabnya Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
sikap syirik dan Allah akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang Allah
kehendaki.” (QS An-Nisa’/4:48)
b. Mensahihkan Akidah tentang Kenabian dan Kerasulan
Keperluan manusia terhadap kenabian dan kerasulan Allah berfirman,
Keadaan manusia adalah umat yang satu lalu. Allah mengutus para nabi sebagai
pembawa kabar gembira dan pembawa peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Al-Kitab dengan hak agar ia menghukumi apa-apa yang mereka ikhtilafkan.
(QS Al Baqarah/2:213)
Tugas tugas para rasul khususnya dalam hal kabar gembira dan pemberi peringatan.
Para rasul sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (QS An-Nisa’
/4:165)
Menghilangkan keraguan dari persepsi masyarakat silam tentang penampilan para
rasul.
Berkatalah kepada mereka rasul-rasul mereka; Tidaklah kami semua kecuali manusia
biasa tetapi Allah memberikan anugerah kepada siapa saja yang Allah kehendaki dari
hamba-hamba-Nya. (QS Al-Isra’/17:95)

c. Meneguhkan Keimanan terhadap Akhirat dan Keyakinan Akan Adanya


Balasan yang Akan Diterima di Akhirat
Informasi yang diangkat dalam Al-Quran baik dalam ayat madaniyyah
maupun makkiyah bahwa iman terhadap akhirat dan segala sesuatu yang ada di
akhirat berupa hisab, surga, dan neraka adalah bagian dari tujuan diturunkannya Al-
Quran.
Menegakkan argumen-argumen akan terjadinya “pembangkitan” dengan
menjelaskan kekuasaan Allah mengembalikan makhluk sebagaimana semula. Dialah
yang memulai penciptaan kemudian Ia mudah melakukannya. (QS Ar-rum/30:27)
Hikmah adanya pembalasan di akhirat adanya ketidaksamaan orang yang berbuat
baik dan berbuat buruk termasuk balasan-balasan-Nya. Orang yang baik akan
mendapat nikmat surga dan orang yang jahat akan mendapat siksaan neraka.
2. Meneguhkan Kemuliaan Manusia dan Hak-Hak Manusia
a. Meneguhkan Kemuliaan Manusia
Al-Quran menguatkan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Allah
menciptakan Adam dengan kedua tangan-Nya sendiri. Ia meniupkan roh-Nya kepada
Adam, dan Allah menjadikan Adam sebagai khalifah dan keturunan Adam berperan
sebagai pengganti Adam dalam kekhilafahan. Allah berfirman, “Dan Kami telah
memuliakan keturunan Adam dan Kami bawa mereka (untuk menguasai) daratan dan
lautan, dan Kami rezekikan kepada mereka yang baik baik dan Kami lebihkan
mereka atas kebanyakan sebagian yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra’/17:30)

b. Menetapkan hak hak manusia

Dalam upaya menguatkan kemuliaan manusia, pada empat bela abad silam,
Al-Quran telah menetapkan hak-hak asasi manusia sebagaimana yang menjadi
“nyanyian” kelompok yang menamakan diri pejuang hak asasi manusia sekarang
ini.hak hak lainya adalah hak hidup: QS Al-An’am/6:151, QS Al-Isra‘/17:33, QS Al-
Ma’idah/5:31 dll.

Menggali Sumber Historis,Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis


Tentang Paradigma Qurani Untuk Kehidupan Modern

Dalam sejarah peradaban ada suatu masa yang disebut masa keemasan islam.
Disebut demikian karena umat islam berada dalam puncak kemajuan berbagai aspek
kehidupan (ideologi politik,ekonomi, teknologi, budaya dan pertahanan keamanan).
Faktor faktor yang menyebabkan umat islam bisa berada dalam puncak
kejayaannya dalam waktu yang lama karena umat islam menjadikan Al-Qur’an
sebagai paradigma kehidupan. Al_Quran dihadirkan untuk mengatasi berbagai
masalah kehidupan umat islam pada saat itu.
Aisyah r.a. mengatakan bahwa “akhlak Rasulullah saw adalah alquran”. Ini
berarti perilaku rasulullah saw adalah aktualisasi alquran. Para sahabat menjadikan
rasulullah saw sebagai panutan. Setiap perbuatan yang rasulullah kerjakan maka
merekapun melaksanakannya dan setiap larangan yang rasulullah tinggalkan maka
merekapun meninggalkannya. Dengan demikian patutlah para sahabat adalah sebaik
baiknya generasi.

Membangun Argumen Tentang Paradigma Qur’ani

Sakib Arselan dalam bukunya “Limadza ta’akhkharal muslimuna wa taqaddama


gairuhum” artinya, “mengapa umat islam mundur sedangkan non islam maju ?”.
Penulis buku itu menyimpulkan bahwa umat islam mundur karena mereka
meninggalkan ajarannya, sedangkan non islam maju justru karena mereka
meninggalkan ajarannya. Sejalan dengan pemikiran Arselan tersebut, para
pembaharu sepakat bahwa untuk kemajuan islam, umat islam harus berkomitmen
terhadap ajarannya, mustahil mereka dapat maju kalau mereka meninggalkan
ajarannya. Adapun ajaran yang di maksud adalah ajaran murni al-Islam sebagaimana
yang tercantum dalam Al-Quran dan sunah bukan ajaran-ajaran yang bersumber dari
budaya selain Al-Quran dan sunah.

Tidak sedikit orang berpandangan bahwa untuk maju justru mereka harus
meniggalkan ajaran agama mereka sehingga mereka harus mengembangkan budaya
sekuler dalam segala segi kehidupan. Sementara bagi umat islam,untuk maju tidak
perlu mengambil sekulerisasi, malah sebaliknya, harusberkomitmen terhadap
ajarannya. Mengapa umat islam untuk dapat maju tidak perlu mengambil jalan
sekulerisasi?

Jawabannya tentu saja, pertama, karena ajaran Islam yang sumbernya Al-Quran
danhadis bersifatsyumulartinya mencakup segala aspek kehidupan. Kedua, ajaran
Islam bersifatrasional, artinya sejalan dengan nalar manusia sehingga tidak
bertentangan dengan Iptek.Ketiga, ajaran Islam berkaraktertadarrujartinya bertahap
dalamwurūddanimplementasinya. Keempat, ajaran Islam bersifattaqlilat-
takaalifartinya tidak banyak bebankarena beragama itu memang mudah, dalam arti
untuk melaksanakannya berada dalam batas-batas.

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam menghadapi


Kehidupan Modern

Ciri utama kehidupan modern adalah adanya pembangunan yang berhasil dan
membawa kemajuan, kemakmuran, dan pemerataan. Pembangunan yang
berkesinambungan yang berimplikasi terhadap perubahan pola hidup masyarakat ke
arah kemajuan, dan kesejahteraan itu merupakan bagian dari indikator kehidupan
modern. Nurcholis madjid (2008) menyatakan bahwa tolok ukur pembangunan yang
berhasil adalah sebagai berikut.
1. Tingkat produksi dan pendapatan lebih tinggi.
2. Kemajuan dalam pemerintahan sendiri yang demkratis, mantap, dan sekaligus
tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kehendak-kehendak rakyat
3. Pertumbuhan hubungan sosial yang demokratis, termasuk kebebasan yang luas,
kesempatan-kesempatan untuk pengembangan diri, dan penghormatan kepada
kepribadian individu.
4. Tidak mudah terkena komunisme dan totaliarianisme lainnya, karena alasan-alasan
tersebut.

Paradigma Qurani dalam menyorot segala persoalan harus tetap menjadi


komitmen umat Islam agar umat tidak kehilangan jati dirinya dalam menghadapi
modernitas. Kehidupan modern yang pada hakikatnya merupakan implementasi
kemajuan IPTEK (ilmu pengetahuan dan tekonologi) akan memberi manfaat dan
terus berkembang untuk membawa kemajuan yang harus dipandu dan diarahkan oleh
wahyu (Al-Qur’an) agar umat tidak terjebak dalam kehidupan sekularis.
Sejarah membuktikan kemunduran umat islam pada abad ke-18, yang bisa
disebut abad stagnasi keilmuan, adalah karena beberapa faktor. Pertama, justru
karena umat islam meninggalkan peran Al-Qur’an sebagai paradigma dalam
menghadapi segala persoalan. Kedua, hilangnya semngat ijtihad dikalangan umat
islam. Ketiga, kesalahan lainnya, menurut Muhammad Iqbal, karena umat islam
menerima paham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya bersifat statis,
sedangkan jiwa islami bersifat dinamis dan berkembang. Keempat, para ilmuan
keliru memahami pemikiran al-Ghazali, yang dianggap al-Ghazali mengharamkan
filsafat dalam bukunya ”Tahafutul falasifah”, padahal al-Ghazali menawarkan sikap
kritis, analitis dan sketis terhadap filsafat, agar dikembangkan lebih jauh dalam
upaya menggunakan paradigma qurani dalam pengembangan falsafah. Faktor yang
lain adalah sikap para khalifah (pemimpin) yang berkuasa pada saat itu tidak
mendukung pengembangan ilmu karena takut hilangnya kekuasaan mereka.
Ibaratnya seperti para khalifah(pemimpin) hanya mengambil abu peradaban islam.
Sebaliknya Barat ( musuh islam) mengambil apinya. Karena demikian kehidupan
politik umat islam pada abad itu menjadi lemah dan peradaban Barat pun justru
semakin maju. Perkembangan berikutanya dunia islam masuk dalam perangkap
penjajahan Barat.

Seseorang bernama Ismail Razi al-Faruqi menyebutkan bahwa kunci sukses dunia
islam adalah kembali kepada Al-Quran. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Memadukan sistem pendidikan islam. Pendidikan umum dan pendidikan agama


dipadukan, tidak dipisahkan.
2. Meningkatkan visi islam dengan cara mengkukuhkan identitas islam melalui 2
tahapan. Tahap pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban islam.
Tahap kedua islamisasi ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai