Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

TONSILITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

Diajukan Kepada :
dr. Asti Widuri, Sp.THT

Disusun Oleh :
Nurbaiti Andiyani
20100310196

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


DAN KEPALA LEHER
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS

A. PENGALAMAN
An. S berusia 5 tahun dengan berat badan 21 kg dibawa ibunya ke poli
THT dengan keluhan sakit menelan sejak ± 5 hari. Nyeri dirasakan terutama
setiap makan. Keluhan disertai demam sejak 1 hari SMRS, batuk (-), pilek (-),
tidur ngorok (-). Ibu pasien mengatakan pasien sering batuk dan pilek. Hasil
pemeriksaan tonsil palatina menunjukkan hipertrofi tonsil kanan dan kiri (T3-
T3), hiperemis (+) detritus (+). Dokter mendiagnosis pasien dengan tonsillitis
kronik eksaserbasi akut dan memberikan terapi Cefixime syr 2x ½ cth,
paracetamol syr 3x1 cth.

B. MASALAH YANG DIKAJI


Apakah penatalaksanaan pada pasien tersebut sudah tepat? Apakah pada
kasus ini pasien perlu dilakukan tonsilektomi?

C. ANALISIS
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi
pada tonsila palatina yang menetap. Organisme patogen dapat menetap untuk
sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-
gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan.
Pada Tonsilitis Kronis tonsil dapat terlihat normal, namun ada tanda-tanda
spesifik untuk menentukan diagnose seperti plika anterior yang hiperemis,
pembesaran kelenjar limfe, dan bertambahnya jumlah kripta pada tonsil.
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Menurut Permenkes RI No 5 tahun 2014 penatalaksanaan Tonsillitis adalah
sebagai berikut :
a. Pada tonsillitis viral, istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus
diberikan jika gejala berat. Antivirus metisoprinol (isoprenosine)
diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam
4-6 kali pemberian/hari pada dewasa sedangkan pada anak-anak <5 tahun
diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 pemberian/hari.
b. Tonsillitis akibat bakteri terutama jika diduga penyebabnya Streptococcus
Grup A, diberikan antibiotic yaitu Penicilin G Benzatin 50.000
U/kgBB/IM dosis tunggal atau Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3
kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau
eritromisin 4x500 mg /hari. selain antibiotic juga diberikan kortikosteroid
karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis yang dapat menekan
reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametasone
3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3 hari.
Untuk tonsillitis kronis diberikan obat-obatan simtomatik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan. Dapat dilakukan tonsilektomi
berdasarkan indikasi.
2. Operatif
Indikasi Tonsilektomi
The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
Clinical Practice Guideline 2011 membuat rekomendasi :
1. Observasi bila ada infeksi tenggorokan berulang <7x dalam setahun
terakhir atau <5x/tahun dalam 2 tahun terakhir, atau <3x/tahun dalam 3
tahun terakhir.
2. Lakukan tonsilektomi jika infeksi tenggorokan berulang dengan
dokumentasi;
Artinya seorang klinisi boleh merekomendasikan tonsilektomi untuk
infeksi tenggorokan berulang dengan frekuensi ≥7x dalam setahun terakhir
atau ≥5x/tahun dalam 2 tahun terakhir, atau ≥3x/tahun dalam 3 tahun
terakhir dengan didokumentasikan di rekammedis, untuk tiap infeksi
tenggorokan dan satu atau lebih kriteria : temperature >38.30C, adenopati
servikal, tonsila reksudat, atau test GABHS (Grup A β-Hemolytic
Streptococcus) positif.
3. Tonsilektomi untuk infeksi tenggorokan berulang dengan faktor yang
dimodifikasi;
Artinya seorang klinisi harus melakukan penilaian terhadap anak dengan
infeksi tenggorokan berulang yang tidak terdapat dalam kriteria no 2
namun memiliki faktor yang dimodifikasi yang dipertimbangkan untuk
tetap tonsilektomi diantaranya alergi antibiotik/intoleransi, PFAPA
(Periodic Fever Aphthous stomatitis, Pharyngitis and Adenitis) atau
riwayat peritonsilar abses.
4. Tonsilektomi untuk Sleep Disordered Breathing (SDB);
SDB ditandai oleh obstruksi jalan napas bagian atas secara parsial atau
total yang berulang selama tidur, sehingga mengganggu ventilasi normal
dan pola tidur.
Sedangkan menurut Continuing Medical Education (CME) Deutsches
Ärzteblatt International 2008, indikasi tonsilektomi yaitu :
1. Ditemukannya penyakit infeksi dari tonsil atau daerah peritonsil.
2. Terdapat obstruksi jalan napas disebabkan hiperplasi tonsilar, atau
3. Jika dicurigai adanya penyakit keganasan.
Kesimpulan
Pada kasus ini penanganan untuk tonsillitis sudah tepat. Pasien
diberikan antibiotic cefixime dan paracetamol sebagai antipiretik dan
analgetik ringan. Apabila dengan terapi yang diberikan keluhan tetap
berulang maka perlu dipertimbangkan untuk melakukan tonsilektomi sesuai
dengan panduan oleh American Academy of Otolaryngology & Head and
Neck Surgery (AAO-HNS) 2011.
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies, Adam. 1997. Buku Ajar Penyakit THT.EGC, Jakarta, 1997.


2. Arsyad, Efiati, et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher edisi ke enam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta, 2007.
3. Baugh,et al. 2011. The American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery Clinical Practice Guideline.
4. Stuck, et al. 2008. Tonsillectomy in Children. Continuing Medical Education
(CME) Deutsches Ärzteblatt International.

Anda mungkin juga menyukai