Tokoh Limit
Tokoh Limit
Masa kecil
Leibniz adalah anak seorang profesor filsafat moral, Friedrich Leibniz warganegara Jerman.
Ibu Leibniz adalah Catharina Schmuck, anak seorang pengacara. Ayah Leibniz meninggal,
saat Leibniz masih berusia 6 tahun dan dia dibesarkan oleh ibunya. Nilai moral dan religius
memegang peran penting dalam kehidupan dan falsafah hidupnya, barangkali merupakan
turunan dari ayahnya. Setelah sekolah, Leibniz mulai mempelajari buku-buku peninggalan
ayahnya, teristimewa buku-buku tentang metafisik dan theologi dari penulis-penulis Katholik
maupun Protestan.
Leibniz tidak puas dengan sistem (filsafat) Aristoteles dan berusaha mengembangkan ide-
idenya. Tahun 1661, saat umur 15 tahun (tergolong jenius), dia masuk universitas Leipzig
dengan jalur minat hukum. Dua tahun kuliah di bidang hukum ternyata tidak menarik hatinya
dan waktunya lebih banyak digunakan untuk membaca buku-buku filsafat, meski akhirnya
dia lulus dalam bidang hukum pada tahun 1663 sebelum pergi ke Jena.
Di Jena, di bawah bimbingan matematikawan sekaligus filsuf terkemuka, Erhard Weigel, dia
mulai memahami pentingnya pembuktian matematika terhadap logika dan filsafat. Weigel
percaya bahwa bilangan adalah konsep paling dasar dari alam semesta dan ide-ide ini
memberi pengaruh sangat mendalam bagi Leibniz.
Newton menulis surat kedua pada tahun 1676, tetapi surat itu baru diterima Leibniz pada Juni
1677 karena Leibniz sedang berada di Hanover. Surat kedua ditulis Newton dengan nada
lebih “sopan” yang menyebutkan bahwa bukan Leibniz yang mencari metode kalkulus.
Jawaban surat Leibniz berisikan prinsip-prinsip dasar dan terperinci tentang diferensial
kalkulus versinya, termasuk melakukan diferensial fungsi atas suatu fungsi.
Kalkulus
Newton tidak menyukai perubahan yang sangat kecil (infinitesimal) menuju ke tidak
terhingga karena dianggapnya hanya “remah-remah.” Notasi os – dari Newton, pada
persamaan-persamaan tentang perubahan (fluxion), karena sekali waktu os beroperasi seperti
halnya bilangan nol dan terkadang seperti bukan bilangan nol.
Perbedaan yang sangat kecil, lebih kecil dari bilangan positif yang dapat anda beri nama
tetapi tetap lebih besar dari nol. Bagi matematikawan jaman itu, hal tersebut adalah konsep
yang sangat aneh. Newton malu dengan persamaan-persamaan tersebut sehingga hal ini tetap
disembunyikan rapat-rapat. Ternyata os pada perhitungan hanyalah ‘batu loncatan’ menuju
penyelesaian suatu perhitungan.
Sebaliknya, Leibniz memperhatikan perubahan kecil ini, dan tetap terpakai dalam semua
perhitungannya; akhirnya derivatif y terhadap x bukanlah merupakan nisbah bebas bilangan
maha kecil ini dari perubahan (fluxion) yº/xº, tapi nisbah bilangan maha kecil dy/dx.
Kalkulus Leibniz, dengan dy dan dx dapat dimanipulasi seperti layaknya angka biasa. Alasan
ini kiranya dapat menjawab pertanyaan mengapa para matematikawan lebih suka
menggunakan notasi kalkulus Leibniz daripada notasi kalkulus Newton. Pada diferensial
Leibniz ada “larangan” apabila terjadi 0/0, hal ini harus dihindari, dimana hal ini tidak
terdapat pada fluxion Newton.
Newton tetap bersikeras bahwa kalkulus adalah temuannya, namun Leibniz menyatakan
bahwa dia mengembangkan kalkulus versinya sendirinya. Keduanya saling tuduh bahwa
lainnya adalah seorang plagiat. Komunitas matematika Inggris mendukung Newton dan
menarik diri dari komunitas matematikawan benua Eropa yang mendukung Leibniz.
Akibatnya, Inggris mengadopsi notasi fluxion Newton daripada mengadaptasi notasi
diferensial Leibniz yang lebih “hebat.” Akibatnya cukup fatal, kelak, pengembangan kalkulus
di Inggris menjadi jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.
Polemik tentang penemu kalkulus terus berlanjut. Sampai akhirnya, akhir tahun 1713,
Leibniz mengeluarkan pamplet anonim, Charta Volans, yang menjelaskan posisinya sekaligus
mengungkapkan kesalahan Newton dalam memahami derivatif kedua atau derivatif yang
lebih besar lagi. Kesalahan ini juga diungkapkan oleh Johann Bernoulli.
Tahun 1673, Leibniz menyempurnakan notasi-notasi kalkulus versinya dan pada tahun 1675,
dia menulis manuskrip dengan menggunakan notasi: ?f(x)dx untuk pertama kalinya. Tahun
1676, menemukan notasi: d(xn) = nxn?¹ dx untuk integral dan pangkat n, dimana sejak tahun
ini pula dia menghabiskan sisa hidupnya di Hanover, kecuali pergi untuk kunjungan-
kunjungan ilmiah.
Karir Leibniz
Pengabdian Leibniz kepada keluarga Brunswick hampir sepanjang 40 tahun dari
kehidupannya. Leibniz mengabdikan dirinya ke dalam tiga profesi utama: pustakawan, ahli
sejarah dan orang pintar yang menjadi penasihat. Kiprah Leibniz sebagai ahli sejarah adalah
melakukan riset sejarah. Pekerjaan ini membuat dia sering berkeliling Jerman, Austria bahkan
sampai Italia pada kurun waktu 1687 – 1690. Saat mengunjungi Vatican, Leibniz ditawari
Paus untuk menjadi pustakawan Vatican. Tawaran ini ditolak karena mengharuskan Leibniz
memeluk agama Katholik, sehingga harus “mengingkari” karakteristik universal yang
diyakininya. Keinginannya untuk menyatukan kembali Protestan dan Katholik adalah sebuah
proyek besar baginya. Rekonsiliasi kedua agama yang ditempatkan pada konferensi di
Hanover tahun 1683 gagal karena keinginan masing-masing agama untuk menguasai satu
atas lainnya.
Catatan kompetensi utama Leibniz sulit dipahami orang. Ilmu ekonomi, philology (ilmu
tentang sejarah bahasa atau studi perpustakaan), hukum internasional (Liebniz adalah perintis
bidang ini), menentukan pertambangan sebagai industri penggerak perekonomian Jerman,
membangun pusat-pusat pendidikan, semuanya adalah minat-minat Leibniz.
Sumbangsih
Kalkulus tidak akan sempurna apabila tidak ada kiprah Leibniz. Minat Leibniz yang sangat
beragam ternyata membuka cakrawala baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau
memunculkan disiplin ilmu baru. Hukum internasional, sistim bilangan berbasis dua (binary)
dan geologi adalah disiplin ilmu hasil cetusan dari Leibniz. Belum lagi karya mesin hitung
yang merupakan penyempurnaan buatan Blaise Pascal mampu membuat orang jaman itu
berdecak kagum.