Manajemen K3, RPL RKL PDF
Manajemen K3, RPL RKL PDF
PELATIHAN
AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI
JARINGAN IRIGASI
KATA PENGANTAR
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi merupakan salah satu jabatan kerja yang
diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat
mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi
bidang sumber daya air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi ini
terdiri dari 12 (duabelas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang
diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi Konstruksi
Jaringan Irigasi.
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Sistem Manajemen K3, Pedoman Teknis K3, RPL dan RKL
pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Tim Penyusun
i
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu mengkoordinasi, mengarahkan pelaksanaan konstruksi jaringan irigasi
oleh kontraktor dan melakukan pengawasan sesuai dengan gambar
pelaksanaan, spesifikasi teknik, metode pelaksanaan, jangka waktu pelaksanaan
yang tercantum dalam kontrak kontraktor dan jasa konsultan supervisi.
ii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
iii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
DAFTAR ISI
BAB 3 K3 KONSTRUKSI
3.1 Peraturan Per Undang-Undangan ...................................................... 3–1
3.2 Permasalahan ...................................................................................... 3–2
iv
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Konstruksi
Jaringan Irigasi(Irrigation Construction Supervisor Engineer) dibakukan dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga
dalam Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi.
vi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
DAFTAR MODUL
2. ICSE. 02 Sistem Manajemen K3, Pedoman Teknis K3, RKL dan RPL
vii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
PANDUAN PEMBELAJARAN
e. Sistem manajemen K3
f. Komitmen dan kebijaksanaan manajemen proyek
g. Administrasi dan pelaporan
b. Ketentuan pelaksanaan.
viii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
1. CERAMAH : PEMBUKAAN
Menjelaskan Tujuan Mengikuti penjelasan OHT No
Instruksional (TIU & TIK) TIU dan TIK dengan
Memotivasi peserta bertanya tekun dan aktif
atau menyampaikan pendapat Mengajukan pertanyaan
atas pengalamannya dalam apabila kurang jelas
Sistem Manajemen K3, RPL
dan RKL
Waktu : 5 menit
Bahan : Lembar tujuan
BAGIAN I
Mengikuti penjelasan OHT No
2. CERAMAH : PENDAHULUAN
instruktur dengan tekun
dan aktif
Waktu : 5 menit Mencatat hal-hal yang
Bahan : Materi serahan perlu
(Bab 1 ) Mengajukan pertanyaan
bila perlu
ix
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
x
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 6 )
BAGIAN II
1. CERAMAH : PROSEDUR
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 1 )
xi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
9. CERAMAH : KETENTUAN
PELAKSANAAN
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 2 )
xii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
MATERI
SERAHAN
xiii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia sebagai unsur tenaga kerja adalah memegang peranan penting dan merupakan
aset dalam pelaksanaan konstruksi, khususnya untuk pekerjaan sumber daya air yang
melibatkan cukup banyak tenaga kerja diberbagai bidang.
Berdasarkan dari pengumpulan data-data lapangan pekerjaan konstruksi sumber daya
air, studi pustaka dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan
konstruksi sumber daya air, maka dalam K3 faktor manusia sebagai tenaga kerja sangat
dominan. Kecelakaan kerja yang terjadi banyak disebabkan oleh faktor manusia. Maka
perlu dibina dan dijamin keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja, untuk
tercapainya kelancaran pekerjaan dengan tingkat produktifitas yang tinggi tanpa
terjadinya kecelakaan tenaga kerja.
Ada hubungan langsung antara pencegahan kecelakaan kerja dan biaya konstruksi.
Dengan pengendalian dan pencegahan kecelakaan kerja akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan efisiensi kerja, yang berarti akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar dari segi keuangan maupun waktu pelaksanaan konstruksi. Jika terjadi
kecelakaan yang berakibat luka, cacat atau sampai meniggalnya tenaga kerja dan dapat
pula berakibat kerusakan alat-alat konstruksi, ini berarti ada kehilangan biaya langsung.
Alat-alat konstruksi sekarang banyak yang berteknologi tinggi, sehingga cukup mahal jika
harus memperbaiki atau mengganti. Disamping itu ada yang paling nyata adalah
kerugian tidak langsung akibat kecelakaan yaitu kehilangan tenaga kerja trampil yang
berkontribusi pada suksesnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dengan sifat
kompleksitas dan kekhususan dalam pekerjaan sumber daya air, membutuhkan biaya
tinggi untuk mentraining untuk mendapatkan tenaga terampil.
Disamping hal-hal diatas, terjadinya kecelakaan kerja akan berakibat kehilangan waktu
kerja. Dengan demikian secara jelas terlihat ada hubungan langsung antara pencegahan
1-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
kecelakaan kerja dan biaya konstruksi. Namun, pada umumnya kenyataannya Kontraktor
masih belum menganggap bahwa program K3 adalah merupakan kebutuhan.
Menyadari hal tersebut diatas, maka betapa pentingnya membina dan usaha pencegahan
kecelakaan kerja. Faktor pencegahan kecelakaan kerja harus merupakan bagian dari
manejemen dan organisasi dari Proyek Sumber Daya Air.
Sistem manejemen K3 yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05 /
Men /1996, belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, terutama unsur Pengawas Ahli
K3 dan Ahli K3, yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03 / Men
/1978, Pasal 5, ayat (2) ( kewajiban Ahli K3 ).
1-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
BAB 2
DASAR HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sebagai dasar hukum untuk pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang
pekerjaan sungai adalah :
1) UUD 45 pasal 27 ayat (2), menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pekerjaan dinyatakan memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaannya dapat dijamin oleh
penyelenggara pekerjaan.
2) Undang-undang No.1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per 03/Men/1978, tentang Penunjukan dan
Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Ahli Keselamatan Kerja.
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per..05 / Men / 1996, tentang sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja.
5) Undang-undang No.18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi.
Dalam pasal 23 ayat 2) menyatakan bahwa Penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan
kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
6) Peraturan Pemerintah No.29 tahun 2000, pasal 30 ayat (1) tentang keselamatan
umum konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja.
7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.1 tahun 1980, tentang Pedoman Teknis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan.
8) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.174/MEN/1986 dan No.104/KPS/1986, tentang Pedoman Pelaksanaan K3 pada
tempat kegiatan konstruksi.
9) Undang-undang yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) yang
paling akhir diterbitkan Pemerintah adalah Undang-undang Republik Indonesia no 13
tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Pada paragraf 5 Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, pasal 86 ayat 1 menyatakan dengan tegas bahwa setiap pekerja mempunyai
hak atas perlindungan atas K3, sedangkan ayat 3 menyatakan bahwa
2-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
Pemerintah dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan Peraturan Menteri No
05/MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) sedangkan
lampirannya mengatur penerapan dengan bentuk pedoman penerapan sistem
manajemen K3.
2-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
K3 Konstruksi
Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 2 meng-
amanatkan terlaksananya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yakni
pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat,
keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan
keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 30
ayat (1) menjabarkan pasal tersebut dengan menegaskan perhatian pada
keselamatan umum konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk melaksanakan K3 bidang konstruksi dikeluarkanlah 'Pedoman Teknis K3
Konstruksi Bangunan' dalam KEPMENNAKER No. 1 Tahun 1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan, dan Pedoman
Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi dalam 8KB Menteri Tenaga Kerja
dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan 1 04/KPTS/1 986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
2-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
BAB 3
K3 KONSTRUKSI
Berdasarka hasil evaluasi atas kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat
disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah
menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka sebagai berikut :
3- 1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
3.2 Permasalahan
Secara umum, dari studi literatur dan peraturan perundang-undangan yang ada dan
pengamatan langsung dan pengumpulan data praktek K3 di lapangan dapat diambil
kesimpulan sebagai antara lain :
3- 2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
3- 3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
3- 4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
3- 5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
BAB 4
ANALISA POTENSI BAHAYA K3
4.1 Umum
Pembangunan konstruksi Sumber Daya Air pada umumnya meliputi beberapa lingkup
pekerjaan dengan masing-masing meliputi satu atau beberapa jenis pekerjaan.
Masing masing jenis pekerjaan akan melibatkan kondisi lingkungan, bahan dan
material, mesin dan alat, orang atau pekerja sebagai pelaku, dan proses serta
dampak sampingan dari kegiatan tersebut.
Dalam pelaksanaannya ada potensi timbulnya masalah kecelakaan akibat kerja dan
penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja, yang secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
a. kecelakaan akibat faktor manusia, dan
b. kecelakaan akibat faktor bukan manusia.
Faktor - faktor penyebab kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja tersebut
harus dapat diantisipasi melalui Analisis Potensi Bahaya Pekerjaan pada setiap
kegiatan. Berdasarkan hasil analisis potensi bahaya tersebut disusunlah program
K3 agar kasus kecelakaan tidak terjadi.
Berikut ini merupakan identifikasi awal potensi bahaya kecelakaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat timbul, berdasarkan studi dan pengalaman
pelaksanaan pekerjaan bendungan yang telah dilaksanakan.
4- 1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Pekerjaan pembuatan jalan, baik jalan hantar (access road) maupun jalan
kerja terdiri dari galian tanah, timbunan dan pemadatan, perataan dan
perkerasan jalan, yang menggunakan alat bulldozer, motor grader dan road
roler/road compactor. Potensi bahaya kecelakaan mungkin timbul dari
peralatan (kelaikan), cara dan prosedur/pengoperasian alat, dan dari
kebisingan dan getaran mesin. Dari segi pengoperasian jalan, potensi K3-nya
adalah kebisingan, dan polusi udara berupa debu dan gas buang kendaraan.
4- 2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
4- 3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Pekerjaan ini terdiri dari kegiatan penyediaan bahan timbunan tanah dan batu
ditempat lokasi penutupan aliran sungai, penggusuran dan pemadatan
timbunan tanggul penutup sungai dan alirannya dipindahkan ke saluran
pengelak. Alat yang digunakan berupa bulldozer dan diperlukan penerangan
listrik untuk bekerja pada malam hari. Potensi bahaya yang ada yaitu berupa
datangnya banjir yang mengakibatkan overtopping pada timbunan tanah
(tanggul) yang belum mencapai elevasi yang aman, sehingga timbunan yang
telah dilaksanakan akan longsor dan hanyut, yang dapat mengancam
keselamatan pekerja dan peralatan yang berada di sungai.
Kemungkinan adanya air tanah perlu diperhatikan atau dikontrol, karena dapat
menyebabkan terjadinya longsor pada kemiringan tanah yang telah digali atau
pergerakan tanah lainnya.
4- 4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Potensi bahaya timbul pada 'ruang kerja' excavator / alat berat sehingga
daerah kerja harus diamankan dengan rambu, dan orang dilarang memasuki
daerah bahaya tersebut.
Peralatan yang digunakan mesin bor, pompa grouting (tipe piston) dan
kompresor. Tekanan pompa tidak boleh melebihi tekanan yang diijinkan.
Pengeboran kadang-kadang memerlukan perancah yang harus memenuhi
syarat-syarat keamanan. Potensi bahaya dari debu yang dihasilkan dari kerja
boring dan pemompaan material grouting (akibat tekanan) bisa mengenai
mata, dan penanganan semen.
Alat yang digunakan terdiri mesin bor, mesin peledak dan tongkat kayu.
Potensi bahaya yang ada berupa debu dan suara bising dari mesin bor
penanganan bahan peledak, persiapan dan pengisian, peledakan, terjadi
ledakan diluar kontrol atau karena salah prosedur kerja, lemparan batu yang
dapat melesat ke segala arah yang ditimbulkan dari peledakan dan bahan
peledak yang sensitif terhadap percikan api.
4- 5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Alat yang digunakan berupa dozer shovel untuk pengisian (loading), dan
dump truck sebagai alat pengangkutan.
Potensi bahaya yang ada disamping cara dan prosedur/ pengoperasian alat
terutama pada kegiatan pengangkutan, berupa terjadinya kecelakaan dump
truck karena sistim rem yang rusak, kemiringan jalan kerja yang curam dan
belokan yang tajam, kelebihan muatan, dan kecelakaan akibat jalan kerja
dengan dua arah tanpa pembatas median, dan potensi tertimbun saat truck
membongkar muatan. Di samping bising suara mesin, maka polusi udara
berupa debu dan gas buang mesin merupakan potensi bahaya yang perlu
diwaspadai.
Alat yang digunakan berupa bulldozer atau / dan excavator atau loader.
Potensi bahaya yang ada yaitu keberadaan orang / pekerja atau kendaraan
kecil di areal galian tanah, cara dan prosedur/ pengoperasian alat, keadaan
cuaca dan tiupan angin kencang, dan setelah selesainya galian tanah
pada umumnya membentuk kolam yang berbahaya jika ada hujan, yang perlu
pengamanan.
Pengambilan tanah dari borrow area terdiri dari kegiatan pemuatan tanah ke
dump truck dan pengangkutan ke tempat timbunan main dam atau coffer dam,
dan membongkar muatan. Alat yang digunakan berupa excavator atau dozer
shovel / loader dan dump truck.
Timbunan/pemadatan main dam untuk tipe Rock fill dam, terdiri dari 3 bagian :
a. Core
b. Filter
c. Rock dan transisi.
Timbunan, pemadatan main dam terdiri dari kegiatan perataan bahan timbun
lapis demi lapis setebal tertentu dan pemadatan bahan timbun yang telah
4- 6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
diratakan. Alat yang digunakan terdiri dari bulldozer dan soil compactor /
vibrator roller I stamper.
ii) Bekisting
Pembuatan bekisting menggunakan material kayu atau plat baja sesuai
dengan spesifikasi teknik yang ditetapkan. Bekisting harus ditopang oleh
batang-batang kayu atau perancah baja yang kokoh, yang tidak boleh
ada pergerakan atau perubahan bentuk pada waktu penuangan beton
atau setelah selesai penuangan beton. Untuk menjamin kekokohan
diperlukan batang-batang penguat datar atau diagonal sesuai gambar
disain. Potensi bahaya yang ada jika pemasangan bekisting dilakukan di
tempat yang tinggi (potensi jatuh).
iv) Pembetonan
Pekerjaan pembetonan terdiri dari kegiatan pekerjaan :
- Pekerjaan persiapan.
- Pemasangan alat / perlengkapan bantu untuk penuangan beton
berupa talang atau pipa concrete pump.
4- 7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
- Penuangan beton.
Pekerjaan persiapan berupa penyiapan alat dan mesin yang akan
digunakan untuk penuangan (pengecoran) beton. Penuangan beton
dilaksanakan dengan beberapa cara, harus tidak terjadi segregation
(pemisahan material beton) dimana beton telah selesai dituang di
tempatnya. Peralatan dan perlengkapan untuk penuangan beton
tergantung dari jarak, elevasi yang akan dituang dan kondisi lapangan
yang membatasi atau kendala yang ada.
Cara penuangan beton dapat dengan bucket, corong tuang, talang belt
conveyor dan concrete pump. Potensi bahaya dapat timbul dari
peralatan yang digunakan, seperti pipa concrete pump, cara dan
prosedur / pengoperasian alat serta sistim komando dari tim pengecoran
beton, dan bahan (semen) yang mengenai kulit pekerja.
Lingkup pekerjaan konstruksi jaringan irigasi tersebut di atas dapat dirinci lagi
menjadi bagian jenis pekerjaan yang meliputi : Pembersihan Tapak/ persiapan dan
pembersihan lahan, Galian Tanah / Batu, Timbunan, Drilling, Borring, Grouting,
shotcrete, Blasting, Muat material, Pengangkutan dan Bongkar Material, Penyaringan
Batu dan Pasir, Pencampuran Tanah - pasir - dan gravel, Penimbunan dan
Pemadatan, Pembuatan Cetakan (bekisting), Pembesian dan pemasangannya,
Pembetonan, Konstruksi baja, Hidromekanikal, Pengelasan, Pengecatan, mekanikal
dan elektrikal, Pengunaan Peralatan Konstruksi ringan dan berat, dan Pembuatan
sarana dan Prasarana Bengkel.
Suatu lingkup pekerjaan harus dianalisa lebih lanjut jenis kegiatan apa saja yang
terlibat di dalamnya untuk kemudian disusun pedoman teknis K3-nya. Misalnya
pengambilan material dari quarry akan melibatkan kegiatan peledakan penggalian,
penimbunan material (pengoperasian bulldozer, shovel), pemuatan (pengoperasian
loader) dan pembongkaran, pengangkutan (dump truck) sehingga Pedoman Teknis
K3-nya akan meliputi antara lain K3 peledakan, penggalian penimbunan material,
pengoperasian alat berat, pengangkutan, dan pengamanan daerah kerja.
4- 8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
4.4 Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan Akibat Kerja
dan Pola Konsep K3
Berikut ini merupakan identifikasi bahaya K3 yang disusun berdasarkan material dan
sumbernya, dan konsep pedoman teknis K3-nya, antara lain :
b. Perbedaan Suhu antara siang dan malam cukup tinggi pada medan yan terbuka,
sehingga temperatur udara pada siang hari sangat panas ditambah lagi
hembusan angin yang sangat kencang dan pada malam hari sangat dingin,
Pola konsep K3 :
• Tingkatkan daya tahan dan tingkat kesehatan pekerja : ekstra food,
• kurangi paparan pekerja terhadap perbedaan suhu tinggi, dan kurangi waktu
terpapar.
4- 9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
• kurangi sumber pencemar gas beracun : rekayasa teknik (alat yang baik
sehingga tidak banyak menghasilkan gas beracun, pergantian udara (sedot
udara tercemar dan masukkan udara bersih), batas penggunaan mesin yang
menghasilkan gas beracun
• kurangi paparan pekerja terhadap gas beracun kadar tinggi (pakai Alat
Pelindung Diri: masker respirasi), kurangi waktu terpapar
• Rencana tindakan darurat penanganan korban
4 - 10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
i. Polutan baik domestik maupun material bangunan : limbah domestik yang tidak
dikelola dengan baik dapat mengundang mikroba penyebab penyaki yang dapat
menyerang manusia.
Pola konsep K3 :
• Penyediaan sarana dan penyelenggaraan sanitasi dan pengelolaan limbah
yang baik
• Penyediaan air bersih yang cukup
4 - 11
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
n. Bahaya yang mungkin timbul akibat longsoran tebing, dan atau timbunan
material
Pola konsep K3 :
• Kurang atau hilangkan potensi terjadi longsoran, kurangi tingkat
kelerengan tebing atau timbunan
• Hindarkan orang atau pekerja mendekati daerah rawan longsor (rambu
o. Kecelakaan yang mungkin timbul pada penanganan bahan kimia, dan limbah.
Pola konsep K3 :
• Syarat dan prosedur penanganan bahan kimia dan limbah
p. keluhan sakit otot pinggang, tengkuk, dan dada dapat disebabkan karena
pengaruh angin malam, pengaruh getaran mesin yang merambat pada anggota
badan sendiri, sepertinya banyak diderita oleh operator dan drive Heavy Duty
Truck karena duduk terlalu lama
Pola konsep K3 :
• rekayasa teknis : turunkan tingkat getaran
• hindari paparan pekerja terhadap getaran yang berlebih, kurangi waktu
terpapar (jam kerja terputus)
• pemeriksaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan
4 - 12
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Agar program K3 dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, maka harus
dibangun sikap bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pekerjaan
bahwa K3 adalah sangat penting dan dijaga agar mendapat penuh dukungan dari
semua pihak yang terlibat. Sebagai awal pembinaan sikap adalah memberi contoh
keteladanan dalam aktualisasinya, Pihak Manajemen dan Pengawas harus mentaati
aturan keselamatan kerja tanpa kecuali, dan menciptakan daerah kerja yang bersih,
dan kebiasaan yang teratur adalah merupakan insentif yang mendasar dalam
membina sikap mental.
Dalam hal pelaksanaan K3 di lapangan Undang - undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja mencantumkan kewajiban dan hak tenaga kerja (yang dilindungi)
dan pengurus atau penyelenggara pekerjaan antara lain :
Bab VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 menyatakan bahwa tenaga kerja
mempunyai kewajiban dan atau hak untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau tenaga ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat - syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
4 - 13
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Dalam rangka melaksanakan Pasal 14 ayat (c) tersebut tidak dijelaskan secara
eksplisi sumberdana yang dapat digunakan apakah harus dimasukkan dalam biaya
konstruksi secara terpisah, atau harus dimasukkan dalam biaya penawaran (implisit).
Di dalam kontrak konstruksi bendungan selama ini belum dijumpai item biaya
penyelenggaraan K3 secara eksplisit.
Boleh jadi inilah yang salah satu hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan
pelaksanaan K3 di lapangan : ada yang cukup lengkap ada pula yang sekedarnya.
Sebagai perbandingan Undang - undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang mewajibkan Kontraktor mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam
program (asuransi) jaminan sosial tenaga kerja (yang didalamnya terdapat asuransi
kecelakaan kerja, dan asuransi kematian), dan dijabarkan dalam peraturan
pemeintah No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja sudah dimasukkan dalam kontrak konstruksi.
4 - 14
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Oleh karena itu, pelaksanaan K3 bidang konstruksi sumber daya air memerlukan
usaha aktif semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konstruksi sumber
daya air dan memerlukan pijakan peraturan yang jelas dan tegas, termasuk pedoman
penyelenggaraannya antara lain Kepment. PU No. 384/KPTS/M/2004, Pedoman
Teknis K3 Konstruksi Bendungan. Disamping itu, tersedianya sarana dan prasarana
penunjang, dan tenaga pelaksana yang mempunyai kualifikasi yang disyaratkan
merupakan hal yang penting guna pelaksanaan program K3 bidang konstruksi
sumber daya air.
4 - 15
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
BAB 5
SISTEM MANAJEMEN K3
Menteri Tenaga Kerja telah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
mengatur bagaimana K3 seharusnya dilaksanakan. Unsur-unsur dalam manajemen
khususnya proyek konstruksi adalah Pengurus (Pemimpin Proyek), Pegawai Pengawas
Ketenaga kerjaan yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen dan tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisen dan produktif.
5-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
yang ditimbulkan oleh karakteristik tempat kerja, bahan bangunan atau peralatan yang
digunakan, wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam lampiran
Peraturan Menteri Tenaga Kerja no 05/Men/1996 tentang sistem Manajemen dan
Keselamatan Kerja (SMK3)
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan manajemen proyek konstruksi yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, personel yang dibutuhkan, penerapan serta
pengukuran dan evaluasi .
5.1 Perencanaan
Pemimpin Proyek yang didukung dengan kontrak pekerjaan konstruksi sumber daya
air, melalui kontraktor yang ditunjuk harus menyiapkan perencanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif.
5.2 Penerapan
Untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yang secara nyata
mengurangi biaya operasional pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus
merealisasikan rencana program K3 tersebut dengan cara:
a. Menunjuk dan menetapkan personel yang ditugaskan melaksanakan program K3
dan pengawas ahli keselamatan kerja
5-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Proyek harus mendorong kepada semua pihak untuk berperan serta dalam penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja antara lain dengan
mengadakan:
a. Pelatihan-pelatihan bagi personel yang terlibat
b. Menetapkan prosedur pelaporan
Prosedur pelaporan perlu ditetapkan untuk menangani:
▪ Pelaporan terjadinya insiden
▪ Pelaporan ketidaksesuaian dari pelaksanaan K3 di lapangan
▪ Pelaporan identifikasi sumber bahaya di tempat kerja
▪ Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
c. Menerapkan prosedur menghadapi keadaan darurat
d. Proyek harus mereview prosedur yang telah ditetapkan pada saat kejadian yang
sebenarnya.
e. Menetapkan prosedur menghadapi insiden yang meliputi
▪ Menyediakan fasilitas Pertolongan pertama Pada Kecelakan (P3K) dengan
jumlah yang cukup memadai, sampai mendapat pertolongan medik
▪ Proses perawatan selanjutnya
f. Menetapkan prosedur pemulihan keadaan darurat
g. Proyek harus mempunyai prosedur pemulihan keadaan darurat untuk secara
cepat mengembalikan keadaan seperti semula dan membantu tenaga kerja yang
mengalami trauma pemulihan.
h. Pendokumentasian.
Proyek harus membuat dokumentasi pelaksanaan program K3 dengan sistematis
sesuai kebutuhan, mengatur dan memelihara kumpulan dokumentasi tersebut.
5-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
5.5 Organisasi
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah hak bagi tenaga kerja (UU RI No 13 Tahun
2003 Pasal 86 ayat (1). dalam usaha untuk mencapai tujuan pencegahan kecelakaan
kerja, maka harus didukung oleh penugasan personel-personel yang bertanggung
jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja dan pengawas Ahli keselamatan kerja
5-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Pada proyek yang memperkerjakan lebih dari 25 orang setiap hari harus mempunyai
pelaksana keselamatan kerja (safety officer) yang bersertifikat tenaga ahli K3.
Dan bila jumlah pekerja lebih dari 250 pekerja maka petugas ahli keselamatan kerja
(safety officer) bekerja secara full timer.
Organisasi K3 Kontraktor (Penyedia Jasa) terdiri dari satu orang atau lebih tenaga
ahli K3 bidang konstruksi. Hal ini tergantung dari besar dan rumitnya pekerjaan
sumber daya air. Ahli K3 Konstruksi yang ditugaskan oleh Kontraktor (penyedia jasa)
disebut Pelaksana K3 ( Construction safety engineer )
Ahli K3 Konstruksi yang ditugaskan oleh Proyek Sumber Daya Air (pengguna jasa)
disebut Pengawas K3 (Construction safety officer)
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dibentuk pada proyek
tersebut apabila :
a. Pada proyek yang karena lingkungannya dan sifat pekerjaannya memerlukan
P2K3;
b. Proyek bendungan yang memperkerjakan lebih dari 100 orang.
Tugas P2K3 adalah membuat evaluasi berkala (mingguan, bulanan) hasil kegiatan
K3 dan memberikan saran-saran pelaksanaan K3 Konstruksi sumber daya air.
Susunan organisasi Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari
:
a. Wakil Departemen atau Wakil Dinas Kimpraswil / Dinas Prasarana Sumber Daya
Air setempat.
b. Pemimpin Proyek Sumber Daya Air
c. Pengawas K3
d. Pelaksana K3
Pemimpin Proyek Sumber Daya Air selaku Ketua Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sedangkan Pelaksana K3 selaku Sekretaris.
5-5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Apabila pada lokasi pembangunan Sumber Daya Air terdapat lebih dari satu penyedia
jasa / kontraktor maka masing-masing penyedia jasa / kontraktor mempunyai
pelaksana K3 sendiri untuk wilayah kerjanya.
Dalam hal terjadi kecelakaan kerja di lokasi pembangunan sumber daya air maka
penyidikan perkara dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja yang bekerja sama dengan
Kepolisian setempat.
Unit K3 atau P2K3 tersebut merupakan unit pelaksana dari manajemen proyek
pelaksanaan sumber daya air. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus
bekerja secara penuh waktu (full time) untuk mengurus dan menyelenggarakan
program keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan;
5-6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Jika dua atau lebih Kontraktor (Penyedia Jasa) bergabung dalam suatu proyek
konstruksi sumber daya air maka para Kontraktor (Penyedia Jasa) tersebut harus
bekerja sama membentuk program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersama;
Ketua P2K3 akibat penggabungan program K3 bersama tersebut pada ayat (2.2.12) di
atas menjadi tanggung jawab bersama di bawah Pemimpin Proyek.
ii. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan
jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai
melakukan kegiatannya;
5-7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
ii. Keadaan mesin – mesin, pesawat, alat – alat kerja, instalasi, serta peralatan
lainnya;
iii. Penanganan bahan – bahan;
iv. Proses pelaksanaan pekerjaan / produksi;
v. Sifat pekerjaan;
vi. Cara kerja; dan
vii. Lingkungan kerja.
5-8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
BAB 6
KOMITMEN DAN KEBIJAKSANAAN
MANAJEMEN PROYEK
Dengan pandangan seperti itu, maka pada proyek tersebut program K3 dilaksanakan
bersifat preventif, kuratif dan promotif (sosialisasi program K3, penyuluhan peningkatan
kesehatan dan pengertian tentang kesehatan), mulai yang bersifat umum, teknis, maupun
sistem manajemen K3 (perencanaan, pelaksanaan, organisasi, sistem pendataan dan
pelaporan, sistem tanggap darurat, dan evaluasi).
6-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
BAB 7
ADMINISTRASI DAN PELAPORAN K3
7.1 Administrasi K3
1. Internal
b. Manual K3
c. Prosedur-prosedur K3
7-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
2) Struktur organisasi,
3) Spesifikasi-spesifikasi yang merupakan dokumen yang menyatakan
persyaratan-persyaratan,
4) Hasil pengujian,
5) Hasil komunikasi internal,
6) Jadwal produksi,
e. Catatan-catatan, berupa :
2. Eksternal
Pihak-pihak luar yang harus dihubungi oleh suatu perusahaan, bila perusahaan
tersebut mengerjakan pe kerjaan konstruksi di suatu tempat tertentu adalah :
Keberadaan Kantor Wilayah Dinas Tenaga Kerja ini berada di tingkat Propinsi,
dalam kaitan ini keterkaiatan kerja bipartit antara pusat perusahaan dan Kantor
Wilayah Dinas Tenaga Kerja harus selalu dijalin pembinaan dan pengawasan
berjalannya K3, semua ini bertujuan untuk membangun manajemen K3
sebagaimana yang diharapkan oleh undang – undang.
Pada kondisi ini sistem administrasi yang harus selalu dapat dipantau ke
efektifannya, dan dilaporkan secara rutin semua kegiatan penyelenggaraan
kegiatan K3 kepada DINAS TEBAGA KERJA KANTOR WILAYAH oleh pusat
7-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
Laporan ini berisi tentang data perusahaan secara umum, keberadaan dan
kegiatan P2K3 di perusahaan. Dengan cara ini, maka instansi pemerintah
terkait mempunyai data tentang K3 yang ada di wilayah kerjanya, serta dapat
memantau semua aktifitas K3.
Bentuk –bentuk pelaporan diberikan contoh pada bagian 6.2. Pelaporan K3,
berikutnya.
c. Astek
d. Asuransi Lain
7-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
e. Kimpraswil
f. Laik Pakai
Hal ini ditujukan terhadap pesawat angkat dan pesawat angkut meliputi
perencanaan, pembuatan, pemasangan, peredaran, pemakaian, perubahan
dan/atau perbaikan teknisnya seperti pemeliharaan. Keterangan laik pakai
untuk pesawat angkat dan pesawat angkut memerlukan rekomendasi dari
DEPNAKER. Sebagai bukti pelaksanaannya adalah adanya surat keterangan
laik pakai dari instansi berwenang (DEP- NAKER).
Hal ini ditujukan terhadap operator pesawat angkat, pesawat angkut dan
peralatan konstruksi lainnya. SIO atau Sertifikat Keterampilan untuk operator
pesawat angkat , pesawat angkut dan peralatan konstruksi lainnya
memerlukan pengesahan atas dari DEPNAKER atau institusi yang diberi
kewenangan untuk menerbitkan SIO atau Sertifikat Keterampilan tersebut.
7-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
7.2 Pelaporan K3
Khusus bagi daerah – daerah yang tidak memiliki pengawas dari SUKU DINAS
TENAGA KERJA setempat, atau DINAS TENAGA KERJA KANTOR WILAYAH maka
pengesahan laporan untuk sementara dapat dilakukan oleh Ahli K3 Konstruksi yang
berada di perusahaan dimana kegiatan K3 sedang dijalankan.
Untuk perusahaan yang mempunyai proyek – proyek dengan didukung oleh sub
kontraktor kelas menegah / kecil, maka Kegiatan pelaporan ini dapat dilakukan
secara berjenjang melalui sub kontraktornya, dan harus mendapat pengesahan Ahli
K3 Konstruksi yang berada di kontraktor induk dimana kegiatan K3 sedang
dijalankan, dengan catatan tanggung jawab kegiatan K3 di tempat berlangsungnya
kegiatan konstruksi secara keseluruhan menjadi tanggung jawab kontraktor induknya
(main contractor), bentuk – bentuk pelaporan diberikan sebagai berikut ini.
7-5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
MEMBANGUN
MANUSIA KARYA
Nama Projek :
Lokasi :
Kodya/Kabupaten :
Propinsi :
7-6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
DATA PROYEK
1. Nama Proyek :
2. Lokasi :
3. Pemberi Tugas :
4. Perencana Konstruksi :
5. Pengawas Konstruksi :
6. Pelaksana Konstruksi :
7. Luas Lahan :
8. Luas Bangunan :
9. Subkontraktor :
(dapat ditambah pada lembar tersendiri)
10. Mulai Pekerjaan :
7-7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
1 Nama Poyek :
2 Lokasi/alamat :
3 Pelaksana Konstruksi (kontraktor) :
4 Item yang diperiksa/diamati sbb :
7-8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
a. Safety talk
b. Rapat-rapat K3
- Harian
- Mingguan
- Bulanan
c. Prosedur kerja setiap tahapan pekerjaan
d. Supervisi dan inspeksi
e. Tersedia cheklist/safety patrol
f. Petugas piket
g. Kegiatan kampanye K3: lomba K3,
kebersihan, disiplin dll
h. Tindakan sanksi
7-9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
7-10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
a. Jumlah : orang
b. Nama : Klas:
Nama : Klas:
Nama : Klas:
7 Lain-lain
7-11
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
WAJIB LAPOR
PEKERJAAN/PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN
- Alamat Kantor
- Pimpinan/Penanggung jawab
7 Bagian pekerjaan/proyek yang dikerjakan oleh Subkontraktor
(Data lengkap dapat diuraikan dalam lembar
tersendiri)
Nama Sub
Jenis Pekerjaan Sub Kontraktor Kontraktor
7.1 Persiapan dan pondasi Ya/Tidak
7.2 Gedung/Strukture Ya/Tidak
7-12
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
12 Fasilitas alat, pesawat, mesin dan perlengkapan kerja yang tersedia atau
dipergunakan dalam pekerjaan konstruksi/proyek (Data lengkap dapat
diuraikan dalam lembar tersendiri)
Sertifikat
Jenis Alat/Perlengkapan Jumlah Kondisi
Nomor
- Kantor Proyek
- Pembangkit tata udara/ventilasi
- Instalasi Penerangan
- Mobil Crane
- Tower Crane
- Hoisting Lift
- Mesin Pancang/alat pneumatic
- Power Shovel/Excavator
- Perancah
7-13
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
Pelaksana Konstruksi
(Kontraktor Utama)
Site Manager
7-14
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
7-15
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
Mengetahui: …………………200
Kontraktor Utama Sub Kontraktor
(Main Kontraktor)
7-16
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
Lanjutan
CHEKLIST UNTUK PENGAWASAN
TEMPAT KERJA KEGIATAN KONSTRUKSI BANGUNAN
1 Nama Poyek :
2 Lokasi/alamat :
3 Pelaksana Konstruksi (kontraktor) :
7-17
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
e. Pemilik
- Pesawat-pesawat tenaga/genset:
a. Perizinan
b. Keadaan
c. Pemeriksaan terakhir
d. Data teknik (jenis, Nomor seri,
pabrik pembuatan, kapasitas)
e. Pemilikan
- Mesin-mesin perkakas yang ada
IV Fasilitas K (K3):
- Peralatan perlindungan dari (PPE)
- Kotak P& K
- Peralatan evaluasi/ penyelamat
- Peralatan pemadam kebakaran
- Jala pengaman (Safety net)
- Tempat perlindungan di atas kepala
V Prosedur K (K3):
- Peraturan-peraturan, pedoman
teknik petunjuk pelaksana
- Jadwal meeting K3/Unit
K3/P2K3/Pemimpin Proyek
- Jadwal supervisi
- Program pembinaan K3
- Prosedur pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja
- Pelatihan K3 bagi
mandor/operator, anggota
pengurus unit K3/P2K3/petugas
K3
VI Upaya-upaya perlindungan K3:
- Terhadap bahaya jatuh /
penadah/palang
pengaman/Safety belt
- Terhadap kejatuhan benda/ jala
pengaman/ Safety net/ pagar
sementara
- Terhadap robohnya bagian
bangunan
- Terhadap kebakaran (regu balakar)
- Terhadap kebisingan
- Dan lain-lain
VII Prosedur pelaporan kepada
instansi terkait:
7-18
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL
VIII Lain-lain:
7-19
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
BAB 1
UMUM
Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut diatas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam peraturan perundangan yang berlaku, kegiatan tersebut di atas wajib
dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
pelaksanaannya mengacu pada berbagai pedoman dan petunjuk teknis AMDAL
yang relevan, dengan memperhatikan sasaran dan ciri-ciri atau karakteristik
kegiatan proyek yang bersangkutan.
Dokumen AMDAL tersebut diatas terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-
turut sebagai berikut :
a. KA - ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan hasil
pelingkupan atau proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan
dengan dampak penting.
b. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan.
8 -1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
8 -2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
BAB 2
PROSEDUR
Prosedur Amdal
1) Rencana Kegiatan (yang akan dilaksanakan)
AMDAL merupakan komponen studi kelayakan dan sesuai dengan tahapan proyek
maka dokumen AMDAL yang disiapkan adalah seperti berikut :
Pra-studi kelayakan : PIL
Studi kelayakan : ANDAL, dan arahan RKL & RPL
Perencanaan Teknis : RKL dan RPL
Konstruksi dan operasi : KL dan PL
Untuk masa peralihan dimana terdapat studi kelayakan yang sudah selesai, bahkan
mungkin perencanaan teknisnya pun kadang-kadang sudah selesai, namun belum
mencakup studi lingkungan (PIL ataupun ANDAL), maka rencana kegiatan yang
bersangkutan perlu segera dilengkapi dengan PIL atau ANDAL sesuai dengan
kebutuhannya
Gambar 1 Diagram : memperlihatkan bagan alir AMDAL dalam tahapan proyek.
9 -1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Gb. I : Diagram
BAGAN ALIR AMDAL RENCANA KEGIATAN
Tahapan AMDAL bagi rencana kegiatan ditentukan sebagaimana ditunjukkan oleh bagan
alir berikut :
RENCANA
KEGIATAN
Survei /
Reconnaissance Penyaringan
PIL
Bila Perlu
Pra – Studi
Kelayakan
Ya
PERLU KA
ANDAL ANDAL
Tidak ANDAL
Studi
Kelayakan
Final Disain
Engineering Berwawasan RKL dan RPL
Design Lingkungan
Konstruksi LAK
Operasi Pemeliharaan KL dan PL
9 -2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Gb. 2 : Diagram
BAGAN ALIR SEMDAL KEGIATAN SEDANG BERJALAN
Tahapan SEMDAL bagi kegiatan sedang berjalan ditentukan sebagaimana ditunjukkan
oleh bagan alir berikut :
Kegiatan sedang
berjalan / sudah
selesai
Penyaringan
PEL
Ya
PERLU KA
SEL SEL
Tidak SEL
Disain
Berwawasan RKL dan RPL
Lingkungan
LAK
KL dan PL
9 -3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Gb. 3 : Diagram
Bagan Alir Proses Penilaian Amdal
1) PEMRAKARSA
2) TIM KERJA
Keputusan
3) KOMISI PUSAT
4) TIM TEKNIS
5) PEJABAT ESELON I
9 -4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Keterangan :
= Tidak Menilai
1) PEMRAKARSA
2) TIM KERJA
Keputusan
3) KOMISI PUSAT
4) TIM TEKNIS
5) PEJABAT ESELON I
9 -5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
= Tidak Menilai
1) PEMRAKARSA
2) TIM KERJA
Keputusan
3) KOMISI PUSAT
4) TIM TEKNIS
5) MENTERI PU
9 -6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
1) Menyiapkan KA
2) - Menilai dan mengevaluasi KA
Menyusun ringkasan KA
Presentasi di komisi pusat
3) - Menilai dan mengevaluasi ringkasan KA
Menetapkan keputusan atas KA berikut dengan berita acara penilaian kompus
4) - Membantu komisi pusat dalam menilai dan mengevaluasi KA dan ringkasannya
Menyusun konsep berita acara
5) Menerima tembusan keputusan komisi sebagai laporan tidak menetapkan
1) PEMRAKARSA
2) TIM KERJA
Keputusan
3) KOMISI PUSAT
4) TIM TEKNIS
5) MENTERI PU
9 -7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
1) PEMRAKARSA
2) TIM KERJA
Keputusan
3) KOMISI PUSAT
4) TIM TEKNIS
5) MENTERI PU
9 -8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Catatan :
a. Pada waktu pengajuan PIL atau PEL yang diperkirakan tidak memerlukan ANDAL
atau SEL, pemrakarsa sekaligus mengajukan konsep RKL dan RPL, yang
ditetapkan oleh pejabat eselon I atas nama menteri
b. Pada waktu pengajuan ANDAL atau SEL, pemrakarsa sekaligus mengajukan
konsep RKL dan RPL, yang ditetapkan oleh menteri.
9 -9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
BAB 3
KETENTUAN PELAKSANAAN
10 -1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
10 -2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
10 -3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
a. Dalam menyusun PIL atau PEL pemrakarsa dapat meminta bantuan jasa
dari penasehat atau konsultan perorangan bidang AMDAL setempat kalau
ada, dan bila perlu bantuan dari anggota tim kerja dan tim teknis
b. Bagi ANDAL yang menjadi bagian dari studi kelayakan, ANDAL menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka acuan studi kelayakan,
sehingga oleh karenanya kerangka acuan studi kelayakan seutuhnya harus
diajukan ke komisi melalui tim kerja, walaupun komisi harus menilai aspek
lingkungannya.
c. Pemrakarsa perlu menyertakan aparat komisi pusat (anggota tim kerja atau
tim teknis) dalam tim penilai konsultan dan negosiasi pekerjaan yang
memerlukan AMD.
d. Dalam pelaksanaan pembebasan lahan dan konstruksi oleh kontraktor
pemrakarsa wajib mengawasi secara cermat pelaksanaan KL dan PL yang
rencananya dituangkan dari perencanaan teknis (disain) yang bila perlu
dengan menggunakan jasa konsultan penyelia (supervisi) yang bertanggung
jawab penuh kepada pemrakarsa.
e. Apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan KL dan PL pemrakarsa wajib
melaporkannya kepada DINAS setempat.
f. Dalam hal terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan KL dan PL sedapat
mungkin pemrakarsa harus berusaha untuk menanggulanginya dengan
pembinaan teknis dari DINAS setempat, sebelum tindak turun tangan dari
komisi diperlukan.
10 -4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
10 -5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
10 -6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
10 -7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
10 -8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Indikator dampak dapat dilihat dari kerusakan prasarana jalan dan utilitas umum
yang dapat mengganggu berfungsinya utilitas umum tersebut, serta keluhan
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.
Upaya penanganan dampak yang timbul tersebut antara lain dengan cara :
a. Memperbaiki dengan segera prasarana jalan dan utilitas umum yang rusak.
b. Memindahkan labih dahulu utilitas umum yang terdapat dilokasi kegiatan
ketempat yang aman.
10 -9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
Indikator dampak dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditebang,
khususnya jenis-jenis tanaman langka dan dilindungi serta adanya reaksi
masyarakat.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
a. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai.
b. Penanaman kembali jenis-jenis pohon yang ditebang disekitar lokasi
kegiatan.
10 -10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
RANGKUMAN
Bab 2
Dasar hukum dan perundang – undangan
UUD 45 Pasal 27 ayat (2) bahwa tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan peraturan serta UU
ketenagakerjaan yang lain (ada 8).
Bab 3
K3 Konstruksi
Pelaksanaan K3 Konstruksi mencakup aturan – aturan alat pelindung diri, cara
dan sikap yang aman dalam mengoperasikan alat kerja atau dalam melaksankan
pekerjaan, kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja dan cara
penyimpanan barang/bahan yang aman.
Bab 4
Analisa potensi bahaya K3
Meliputi semua kegiatan pekerjaan lapangan, yang pada umumnya untuk kegiatan
Konstruksi Sumber Daya Air (ada 12 kegiatan).
Bab 5
Sistem manajemen K3 berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1996 tentang Sistem manajemen K3 yang mengatur bagaimana K3
seharusnya diatur, yang melibatkan unsur manajemen dan tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Bab 6
Komitmen dan kebijaksanaan manajemen proyek terhadap tenaga kerja sangat
menentukan keberhasilan penerapan K3.
Bab 7
Administrasi dan pelaporan K3 meliputi administrasi internal dan eksternal.
Sedang pelaporan dilakukan ketingkat Suku Dinas Tenaga Kerja maupun ke
Dinas Tenaga Kerja Kantor Wilayah dilakukan dengan cara berkala dan rutin.
Bab 1
Prosedur Amdal
( 1 ) Rencana kegiatan ( yang akan dilaksanakan)
Dokumen AMDAL terdiri :
Pada tahap perencanaan teknis : RKL dan RPL.
Pada tahap konstruksi dan operasi : RKL dan PL.
( 2 ) Kegiatan yang sedang berjalan dan sudah selesai.
Bab 2
Ketentuan pelaksanaan
1. Aliran dokumen dan batas waktu.
2. Lingkup penilaian AMDAL oleh Komisi.
3. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan, pengawasan
lingkungan.
4. Fungsi pemrakarsa.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL
DAFTAR PUSTAKA
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi
10. Kep Men Kimpraswil No.171 / KPTS / M / 2003 Tentang Penetapan Usaha /
Kegiatan Bidang Kimpraswil Wajib Melengkap Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Pemantauan Lingkungan.