Anda di halaman 1dari 92

ICSE – 02 : SISTEM MANAJEMEN K3,

PEDOMAN TEKNIS K3, RKL DAN RPL

PELATIHAN
AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI
JARINGAN IRIGASI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

KATA PENGANTAR

Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.

Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi merupakan salah satu jabatan kerja yang
diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat
mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi
bidang sumber daya air.

Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi ini
terdiri dari 12 (duabelas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang
diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi Konstruksi
Jaringan Irigasi.

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Sistem Manajemen K3, Pedoman Teknis K3, RPL dan RKL
pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Desember 2005

Tim Penyusun

i
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu mengkoordinasi, mengarahkan pelaksanaan konstruksi jaringan irigasi
oleh kontraktor dan melakukan pengawasan sesuai dengan gambar
pelaksanaan, spesifikasi teknik, metode pelaksanaan, jangka waktu pelaksanaan
yang tercantum dalam kontrak kontraktor dan jasa konsultan supervisi.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan mampu:
1. Menguasai dokumen kontrak kontraktor dan kontrak konsultan supervisi.
2. Melakukan pertemuan awal pelaksanaan dengan kontraktor dan direksi
pekerjaan.
3. Melakukan kunjungan lapangan diareal lokasi proyek, mengidentifikasi
permasalahan teknis maupun non teknis.
4. Mengecek kesiapan kontraktor untuk mulai pelaksanaan pekerjaan, sesuai
yang tercantum dalam RMK.
5. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan konstruksi sesuai spesifikasi teknis,
gambar pelaksanaan, metode pelaksanaan, K3 serta pencemaran
lingkungan.
6 . Mengadakan pertemuan periodik dan khusus dengan kontraktor dan direksi
pekerjaan.
7. Memberikan petunjuk, saran pelaksanaan, teguran langsung kepada
kontraktor atau melalui direksi pekerajan, tergantung sistem kontraknya.
8. Mengecek laporan-laporan dari kontraktor dan usulan perubahan desain.
9. Melakukan opname hasil kemajuan pekerjaan bersama kontraktor dan atau
direksi pekerjaan sesuai penugasan.
10. Mengawasi uji coba fungsi jarinan irigasi yang selesai dilaksanakan oleh
kontraktor.
11. Membantu direksi dalam mengevaluasi kinerja kontraktor.

ii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

NOMOR MODUL : ICSE. 02


JUDUL MODUL : SISTEM MANAJEMEN K3 DAN PEDOMAN TEKNIS K3

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah selesai mempelajari modul ini, peserta mampu menjelaskan dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan mengenai sistem manajemen K3 pada pelaksanaan konstruksi
sumber daya air.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu :
1. Menjelaskan dasar hukum dan peundang-undangan pelaksanaan K3 konstruksi
2. Menjelaskan K3 konstruksi
3. Menjelaskan analisa potensi bahaya K3
4. Menjelaskan sistem manajemen K3
5. Menjelaskan komitmen dan kebijaksanaan manajemen K3
6. Menjelaskan administrasi dan pelaporan pelaksanaan K3.

iii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT ................................................................................................. vi
DAFTAR MODUL ........................................................................................................ vii
PANDUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... viii

BAGIAN I : SISTEM MANAJEMEN K3 DAN PEDOMAN TEKNIS K3

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................. 1–1

BAB 2 DASAR HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN ...................................... 2–1

BAB 3 K3 KONSTRUKSI
3.1 Peraturan Per Undang-Undangan ...................................................... 3–1
3.2 Permasalahan ...................................................................................... 3–2

BAB 4 ANALISA POTENSI BAHAYA K3


4.1 Umum ................................................................................................... 4–1
4.2 Identifikasi Potensi Bahaya K3 ............................................................ 4–1
4.3 Jenis Pekerjaan ................................................................................... 4–8
4.4 Identifikasi Potensi Bahya Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan Akibat
Kerja dan Pola Konsep K3 .................................................................. 4–9
4.5 Pedoman Teknis dan Pelaksanaannya ............................................... 4 – 13

BAB 5 SISTEM MANAJEMEN K3


5.1 Perncanaan .......................................................................................... 5–2
5.2 Penerapan ........................................................................................... 5–2
5.3 Tanggung Jawab ................................................................................. 5–3
5.4 Pengukuran dan Evaluasi .................................................................... 5–4
5.5 Organisasi ............................................................................................ 5–4

iv
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

BAB 6 KOMITMEN DAN KEBIJAKSANAAN MANAJEMEN PROYEK .................... 6–1

BAB 7 ADMINISTRASI DAN PELAPORAN K3


7.1 Administrasi K3 ..................................................................................... 7–1
7.2 Pelaporan K3 ........................................................................................ 7–5

BAGIAN II : RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) DAN RENCANA


PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) K3

BAB 1 UMUM............................................................................................................. 8–1

BAB 2 PROSEDUR .................................................................................................. 9–1

BAB 3 KETENTUAN PELAKSANAAN


3.1 Aliran Dokumen dan Batas Waktu ...................................................... 10 – 1
3.2 Lingkup Penilaian Amdal Oleh Komisi ................................................ 10 – 2
3.3 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan, Pemantauan Lingkungan dan
Pengawasan Lingkungan .................................................................... 10 – 3
3.4 Fungsi Pemrakarsa .............................................................................. 10 – 3
3.5 Studi AMDAL Pada Tahap Studi Kelayakan ...................................... 10 – 4
3.6 Penjabaran RKL dan RPL Pada Tahap Pelaksanaan Teknis ............ 10 – 5
3.7 Pelaksanaan RKL dan RPL ................................................................ 10 – 5
3.8 Evaluasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pada Tahap
Pasca Proyek ...................................................................................... 10 – 6

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA

v
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Konstruksi
Jaringan Irigasi(Irrigation Construction Supervisor Engineer) dibakukan dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah
ditetapkan unit-unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga
dalam Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi unit-unit tersebut menjadi
Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan
pengajaran dalam pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi.

vi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

DAFTAR MODUL

MODUL NOMOR : ICSE. 02


JUDUL : SISTEM MANAJEMEN K3 DAN PEDOMAN TEKNIS K3

Merupakan salah satu modul dari :

NO. KODE JUDUL

1. ICSE. 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UU Jasa Konstruksi Dan UU SDA

2. ICSE. 02 Sistem Manajemen K3, Pedoman Teknis K3, RKL dan RPL

3. ICSE. 03 Pengenalan Survai Dan Investigasi

4. ICSE. 04 Pengenalan Dokumen Tender Dan Dokumen Kontrak

5. ICSE. 05 Pengenalan Manual O & P

6. ICSE. 06 Kriteria Desain Irigasi

7. ICSE. 07 Perhitungan Desain Irigasi

8. ICSE. 08 Pengetahuan Gambar Konstruksi/Pelaksanaan

9. ICSE. 09 Manajemen Konstruksi

10. ICSE. 10 Manejemen Mutu

Metode Pelaksanaan ( Construction Method ) dan


11. ICSE. 11
Perhitungan Biaya Konstruksi

12. ICSE.12 Admnistrasi Teknik

vii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

PANDUAN PEMBELAJARAN

PELATIHAN : AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

JUDUL MODUL : SISTEM MANAJEMEN K3, RPL DAN RKL


KETERANGAN
KODE MODUL : ICSE. 02

DESKRIPSI : Materi ini terutama membahas berbagai


macam materi :
BAGIAN I SISTEM MANAJEMEN K3
a. Pendahuluan

b. Dasar hukum dan perundang-undangan


c. K3 Konstruksi
d. Analisa potensi bahaya K3

e. Sistem manajemen K3
f. Komitmen dan kebijaksanaan manajemen proyek
g. Administrasi dan pelaporan

BAGIAN II RENCANA PEMANTUAN LINGKUNGAN (RPL) DAN


RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)
a. Prosedur

b. Ketentuan pelaksanaan.

TEMPAT KEGIATAN : Dalam ruang kelas lengkap dengan


fasilitasnya
WAKTU KEGIATAN : 2 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)

viii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. CERAMAH : PEMBUKAAN
 Menjelaskan Tujuan  Mengikuti penjelasan OHT No
Instruksional (TIU & TIK) TIU dan TIK dengan
 Memotivasi peserta bertanya tekun dan aktif
atau menyampaikan pendapat  Mengajukan pertanyaan
atas pengalamannya dalam apabila kurang jelas
Sistem Manajemen K3, RPL
dan RKL

Waktu : 5 menit
Bahan : Lembar tujuan

BAGIAN I
 Mengikuti penjelasan OHT No
2. CERAMAH : PENDAHULUAN
instruktur dengan tekun
dan aktif
Waktu : 5 menit  Mencatat hal-hal yang
Bahan : Materi serahan perlu
(Bab 1 )  Mengajukan pertanyaan
bila perlu

3. CERAMAH : DASAR HUKUM DAN  Mengikuti penjelasan OHT No


PERUNDANG - instruktur dengan tekun
UNDANGAN. dan aktif
 Mencatat hal-hal yang
Waktu : 10 menit perlu
Bahan : Materi serahan  Mengajukan pertanyaan
(Bab 2) bila perlu

4. CERAMAH : K3 KONSTRUKSI  Mengikuti penjelasan OHT No


instruktur dengan tekun
 Peraturan perundang-undangan dan aktif
 Permasalahan  Mencatat hal-hal yang
perlu
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
Bahan : Materi serahan bila perlu
(Bab 3 )

ix
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

5. CERAMAH : ANALISA POTENSI


BAHAYA K3
 Identifikasi potensi bahaya K3  Mengikuti penjelasan OHT No
instruktur dengan tekun
 Jenis pekerjaan dan aktif
 Pedoman teknis dan  Mencatat hal-hal yang
pelaksanaannya perlu
 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit bila perlu
Bahan : Materi serahan
(Bab 4 )

6. CERAMAH : SISTEM MANAJEMEN


K3

 Perencanaan  Mengikuti penjelasan OHT No


 Penerapan instruktur dengan tekun
dan aktif
 Tanggung jawab
 Mencatat hal-hal yang
 Pengukuran dan evaluasi perlu
 Organisasi  Mengajukan pertanyaan
bila perlu
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 5 )

7. CERAMAH : KOMITMEN DAN


 Mengikuti penjelasan OHT No
KEBIJAKSANAAN instruktur dengan tekun
MANAJEMEN dan aktif
 Mencatat hal-hal yang
PROYEK perlu
 Mengajukan pertanyaan
bila perlu
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 5 )

x
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

8. CERAMAH : ADMINISTRASI DAN


PELAPORAN K3

 Administrasi K3  Mengikuti penjelasan OHT No


▪ Internal instruktur dengan tekun
dan aktif
▪ Eksternal
 Mencatat hal-hal yang
 Pelaporan K3 perlu
 Mengajukan pertanyaan
bila perlu

Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 6 )

BAGIAN II

1. CERAMAH : PROSEDUR

 Prosedur Amdal  Mengikuti penjelasan OHT No


 RKL dan RPL instruktur dengan tekun
dan aktif
 KA Andal dan KA SEL
 Mencatat hal-hal yang
 Andal dan SEL perlu
 RKL dan RPL  Mengajukan pertanyaan
bila perlu

Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 1 )

xi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

9. CERAMAH : KETENTUAN
PELAKSANAAN

 Aliran dokumen dan batas waktu  Mengikuti penjelasan OHT No


instruktur dengan tekun
 Lingkup penilaian Amdal oleh
dan aktif
komisi
 Mencatat hal-hal yang
 Pelaksanaan Pengelolaan perlu
lingkungan, pemantuan  Mengajukan pertanyaan
lingkungan , pengawasan bila perlu
lingkungan
 Fungsi pemrakarsa
 Penjabaran RKL dan RPL pada
Tahap Pelaksanaan Teknis
 Pelaksanaan RKL dan RPL
 Evaluasi pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan pada
tahap Pasca Proyek.

Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 2 )

xii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

MATERI

SERAHAN

xiii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

BAGIAN I SISTEM MANAJEMEN K3


DAN PEDOMAN TEKNIS K3

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia sebagai unsur tenaga kerja adalah memegang peranan penting dan merupakan
aset dalam pelaksanaan konstruksi, khususnya untuk pekerjaan sumber daya air yang
melibatkan cukup banyak tenaga kerja diberbagai bidang.
Berdasarkan dari pengumpulan data-data lapangan pekerjaan konstruksi sumber daya
air, studi pustaka dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan
konstruksi sumber daya air, maka dalam K3 faktor manusia sebagai tenaga kerja sangat
dominan. Kecelakaan kerja yang terjadi banyak disebabkan oleh faktor manusia. Maka
perlu dibina dan dijamin keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja, untuk
tercapainya kelancaran pekerjaan dengan tingkat produktifitas yang tinggi tanpa
terjadinya kecelakaan tenaga kerja.

Ada hubungan langsung antara pencegahan kecelakaan kerja dan biaya konstruksi.
Dengan pengendalian dan pencegahan kecelakaan kerja akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan efisiensi kerja, yang berarti akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar dari segi keuangan maupun waktu pelaksanaan konstruksi. Jika terjadi
kecelakaan yang berakibat luka, cacat atau sampai meniggalnya tenaga kerja dan dapat
pula berakibat kerusakan alat-alat konstruksi, ini berarti ada kehilangan biaya langsung.

Alat-alat konstruksi sekarang banyak yang berteknologi tinggi, sehingga cukup mahal jika
harus memperbaiki atau mengganti. Disamping itu ada yang paling nyata adalah
kerugian tidak langsung akibat kecelakaan yaitu kehilangan tenaga kerja trampil yang
berkontribusi pada suksesnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Dengan sifat
kompleksitas dan kekhususan dalam pekerjaan sumber daya air, membutuhkan biaya
tinggi untuk mentraining untuk mendapatkan tenaga terampil.

Disamping hal-hal diatas, terjadinya kecelakaan kerja akan berakibat kehilangan waktu
kerja. Dengan demikian secara jelas terlihat ada hubungan langsung antara pencegahan

1-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

kecelakaan kerja dan biaya konstruksi. Namun, pada umumnya kenyataannya Kontraktor
masih belum menganggap bahwa program K3 adalah merupakan kebutuhan.

Menyadari hal tersebut diatas, maka betapa pentingnya membina dan usaha pencegahan
kecelakaan kerja. Faktor pencegahan kecelakaan kerja harus merupakan bagian dari
manejemen dan organisasi dari Proyek Sumber Daya Air.

Sistem manejemen K3 yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.05 /
Men /1996, belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, terutama unsur Pengawas Ahli
K3 dan Ahli K3, yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03 / Men
/1978, Pasal 5, ayat (2) ( kewajiban Ahli K3 ).

Penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan keteknikan, keamanan,


keselamatan dan kesehatan kerja serta tata lingkungan setempat untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, sebagaimana ditetapkan dalam
undang-undang No.18 tahaun 1999, tentang Jasa Konstruksi, Pasal 23, ayat
(2).Penunjukan Pengawas Ahli K3 dan Ahli K3 dilakukan oleh Menteri Tenaga
Kerja,seperti diatur dalam UU No,1 th.1970 tentang K3.

Terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi akan terwujud pula jaminan


sosial tenaga kerja, disamping keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk mewujudkan
tercapainya hal tersebut diatas, Pemerintah perlu menerbitkan peraturan-peraturan dan
standard teknis, menumbuh kembangkan akan hak, kewajiban dan peran tenaga kerja
dalam pelaksanaan jasa konstruksi dan melakukan pengawasan aktualisasinya.

1-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

BAB 2
DASAR HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sebagai dasar hukum untuk pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di bidang
pekerjaan sungai adalah :

1) UUD 45 pasal 27 ayat (2), menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pekerjaan dinyatakan memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaannya dapat dijamin oleh
penyelenggara pekerjaan.
2) Undang-undang No.1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per 03/Men/1978, tentang Penunjukan dan
Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Ahli Keselamatan Kerja.
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per..05 / Men / 1996, tentang sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja.
5) Undang-undang No.18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi.
Dalam pasal 23 ayat 2) menyatakan bahwa Penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan
kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
6) Peraturan Pemerintah No.29 tahun 2000, pasal 30 ayat (1) tentang keselamatan
umum konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja.
7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.1 tahun 1980, tentang Pedoman Teknis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan.
8) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.174/MEN/1986 dan No.104/KPS/1986, tentang Pedoman Pelaksanaan K3 pada
tempat kegiatan konstruksi.
9) Undang-undang yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) yang
paling akhir diterbitkan Pemerintah adalah Undang-undang Republik Indonesia no 13
tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Pada paragraf 5 Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, pasal 86 ayat 1 menyatakan dengan tegas bahwa setiap pekerja mempunyai
hak atas perlindungan atas K3, sedangkan ayat 3 menyatakan bahwa

2-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

penyelenggaraannya diatur dengan perundang-undangan. Kutipan ayat selengkapnya


sebagai berikut :
(1) Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan kesusilaan, dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya pasal 87 ayat (1) dan (2) menyatakan:


(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 87 di atas menyatakan bahwa setiap perusahaan, termasuk perusahaan jasa


konstruksi, mempunyai kewajiban menyelenggarakan sistem manajemen K3 yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahan. Sedangkan penerapan sistem
manajemen K3 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pemerintah dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan Peraturan Menteri No
05/MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) sedangkan
lampirannya mengatur penerapan dengan bentuk pedoman penerapan sistem
manajemen K3.

Undang-undang atau Peraturan tentang keselamatan kerja , berdasarkan sasarannya


dapat dikelompokan menjadi 2:

1) Kelompok yang mempunyai sasaran pencegahan kecelakaan akibat kerja.


2) Kelompok yang mempunyai sasaran memberi kompensasi atas kecelakaan yang
terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan.

2-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

K3 Konstruksi
Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 2 meng-
amanatkan terlaksananya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yakni
pengaturan jasa konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat,
keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan
keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pasal 30
ayat (1) menjabarkan pasal tersebut dengan menegaskan perhatian pada
keselamatan umum konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk melaksanakan K3 bidang konstruksi dikeluarkanlah 'Pedoman Teknis K3
Konstruksi Bangunan' dalam KEPMENNAKER No. 1 Tahun 1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan, dan Pedoman
Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi dalam 8KB Menteri Tenaga Kerja
dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan 1 04/KPTS/1 986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

2-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

BAB 3
K3 KONSTRUKSI

3.1 Peraturan Per Undang-Undangan

Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal 2 mengamanatkan


terlaksananya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yakni pengaturan jasa
konstruksi berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian,
keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan
demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk melaksanakan K3 bidang konstruksi dikeluarkan Pedoman Teknis K3


Konstruksi Bangunan dalam KEPMENNAKER no 1 tahun 1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada konstruksi bangunan, dan pedoman Pelaksanaan K3
pada tempat kegiatan konstruksi dalam SKB menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum No 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi.

Terakhir sudah dikeluarkan keputusan Menteri Kimpraswil (PU) No.


384/KPTS/M/2004, tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada tempat kegiatan Konstriksi Bendungan. Dan petunjuk teknis berupa surat
edaran Menteri PU No. 03/SE/M/2005.

Pedoman teknis keselamatan dan kesehatan kerja mencakup aturan-aturan alat


pelindung diri tenaga kerja, cara dan sikap yang aman dalam mengoperasikan alat
kerja atau dalam melaksanakan pekerjaan, kondisi dan bahaya yang dapat timbul
dalam tempat kerja dan cara penyimpanan barang/bahan yang aman. Pekerjaan
bendungan merupakan pekerjaan yang besar, lingkup dan jenis pekerjaannya
kompleks di bidang sumber daya air, sehingga dapat dipakai sebagai panduan untuk
pekerjaan lain di bidang sumber daya air.

Berdasarka hasil evaluasi atas kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat
disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah
menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka sebagai berikut :

3- 1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

1) Terjadinya kegagalan konstruksi yang antara lain disebabkan tidak dilibatkannya


ahli teknik konstruksi, penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat,
lemahnya pengawasan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

2) Belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan atau peraturan-


peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan
penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas maupun kuantitas
ketersediaan alat pelindung diri (APD).

3) Kurang disiplinya para tenaga kerja didalam mematuhi ketentuan mengenai K3


yang anatara lain alat pelindung diri dan kecelakaan kerja.

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menunjukkan bahwa


kecelakaan kerja terjadi umumnya lebih disebabkan kesalahan manusia (human
error), baik dari aspek kompetensi para pelaksanan kondtruksi maupun pemahaman
arti pentingnya penyelenggaraan K3.

3.2 Permasalahan

Secara umum, dari studi literatur dan peraturan perundang-undangan yang ada dan
pengamatan langsung dan pengumpulan data praktek K3 di lapangan dapat diambil
kesimpulan sebagai antara lain :

3.2.1 Permasalahan Terkait Pelaksanaan dan Perundang-Undangan K3

a. Pada umumnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi di bidang sumber daya


air telah melaksanakan program K3 meskipun bersifat lokal, berbeda dari
satu proyek ke proyek lainnya :
Ada proyek pembangunan sumber daya air yang belum secara khusus
melaksanakan dan tidak memiliki dokumen program K3. Program K3
diasosiasikan dengan program jaminan asuransi tenaga kerja yang bersifat
wajib dan dicantumkan dalam Kerangka Acuan Kerja yang harus
dilsaksanakan, sebaliknya pelaksanaan program K3 belum dimasukkan
dalam KAK.
● Telah memiliki dokumen program K3 dan melaksanakan program K3
sesuai dengan penafsiran dan keperluan pelaksana, dan masih bersifat
umum dan terbatas. Program disusun dengan sumber yang diketahui
oleh Perusahaan penyelenggara sehingga cakupan dan kedalamannya
dapat berbeda-beda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain;

3- 2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

b. Pelaksanaan program K3 belum disyaratkan dan didukung dengan


penyediaan anggaran, yang semestinya dapat dimasukkan dalam
dokumen tender. Tidak ada peraturan yang mewajibkan Kontraktor
melaksanakan program K3 yang tegas dan dilengkapi dengan petunjuk
teknis pelaksanaannya. Sebaliknya, Kontraktor sudah mengikutsertakan
karyawannya pada Asuransi Tenaga Kerja berupa Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Jaminan kecelakaan, perawatan rumah sakit, dan asuransi
kematian) sebagaimana diamanatkan UU No. 3 Tahun 1997 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Oleh karena itu, belum diterapkan sanksi
bagi yang melanggar pelaksanaan program K3.
c. Pada umumnya Kontraktor belum menganggap program K3 sebagai
kebutuhan yang penting, dimana secara nyata sebetulnya dapat
mengurangi biaya operasional proyek, jika semua pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pekerjaan mendukung penerapan program K3 secara
penuh dan bertanggung jawab.
d. Penerapan Peraturan Perundang-undangan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja belum sepenuhnya dilakukan dan ditaati. Disisi lain juga
belum ditetapkan secara tegas siapa yang ditugaskan harus mengawasi
pelaksanaannya di lapangan.

3.2.2 Permasalahan Terkait Aspek Umum dan Administrasi

a. Dijumpai di lapangan, Organisasi dan pengelolaan program K3 berbeda -


beda yang pada umumnya bersifat melekat pada jabatan struktural
pelaksanaan pekerjaan konstruksi setempat, tidak merupakan unit khusus
Tugas dan tanggung jawab pelaksanaan K3 diserahkan kepada setiap
pejabat di wilayah wewenang kerjanya masing-masing. Organisasi
demikian berbeda dengan organisasi P2K3 (Panitia Pembina K3) yang
memasukkan unsur Tenaga Ahli K3 sebagai Sekretaris.
b. Sistem Administrasi, Pencatatan dan dokumentasi data, dan sistem
pelaporan pada umumnya buruk : tidak semua dilakukan. Pada umumnya
laporan resmi dilakukan apabila ada kasus K3 yang menimbulkan korban
(meninggal, atau luka berat) dengan tujuan untuk melakukan klaim
pertanggungan asuransi tenaga kerja.

3- 3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

c. Sistem Manajemen K3 yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,


evaluasi dan pelaporan belum dilaksanakan secara menyeluruh.
d. Sumber Daya Manusia yang melaksanakan program K3 pada setiap
kegiatan konstruksi belum ditunjuk khusus dengan kualifikasi tertentu,
namun lebih merujuk pada organisasi dan jabatan pelaksana pekerjaan
fisik. Tugas K3 merupakan tambahan uraian tugas (job description) bagi
seorang pejabat pelaksana fisik;
e. Rencana Tanggap Darurat (Emergency Plan) yang berupa rencana
tindakan penanganan kasus kecelakaan dan pemulihan (lingkungan dan
pekerja) serta prosedur pelaporannya, pada umumnya belum disiapkan.
Permasalahan Terkait Teknis K3, antara lain.

3.2.3 Permasalahan Terkait Aspek Umum dan Administrasi

(1) Kecelakaan terkait blasting :


a. Terjadi Kecelakaan Ledakan bahan peledak pada Proyek Bendungan
Pelaparado yang menimbulkan korban jiwa, dan luka-luka, serta
kebakaran ruangan kantor di Kantor Lapangan PT Adhi Karya d
Kecamatan Moya, Bima, NTB (Bendungan Pelaparado) yang
mengakibatkan korban meninggal 6 orang, luka berat 15 orang, dan
luka ringan 5 orang. Kasus ini diduga adanya salah prosedur
penanganan dan penyimpanan bahan peledak.
b. Kecelakaan yang mengakibatkan pekerja meninggal dunia akibat
terkena 'hujan batu dan material' yang terhambur akibat ledakan/
blasting di Proyek Wonogiri. (APD, Rambu, Kornunikasi peledakan,
Pengamanan Lokasi Peledakan)
(2) Terjadinya Kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 13
orang pekerja di dalam terowongan akibat robohnya steel form work yang
digunakan dalam pekerjaan terowongan pada proyek Bendungan
Batutegi, Lampung.
(3) Kecelakaan Kendaraan :
a. Motor grader terguling dan masuk jurang bersama operatornya yang
meyebabkan korban meninggal dunia;
b. Pekerja meninggal terhimpit truk pengangkut kayu;

3- 4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

(4) Gangguan Kesehatan Akibat Kerja


a. Pekerja menderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas akibat menghirup
udara terpolusi debu
b. Pekerja terganggu pendengarannya akibat terpapar kebisingan,
khususnya operator alat berat, pekerja perbengkelan, dan pekerja
peledakan (blasting)
c. Pekerja menderita diare yang diduga diakibatkan oleh bakteri E. coli
yang banyak dijumpai di dalam faeces manusia (limbah domestik)
d. Pekerja las menderita gangguan penglihatan berupa rabun
(sementara maupun permanen) akibat terpapar cahaya menyilaukan;
e. Keluhan sakit otot pinggang, tengkuk, dan dada yang diderita oleh
para operator alat berat yang diduga akibat terpapar getaran mesin;
f. Keluhan sesak nafas dari pekerja yang bekerja di dalam terowongan;
g. Keluhan 'gangguan kulit’ dari pekerja yang menangani semen dan
beton, dan bahan bakar minyak dan pelumas,
h. Gangguan 'sesak nafas' yang diderita pekerja yang bertugas
melakukan pengecatan dan sistem semprot.

3- 5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

BAB 4
ANALISA POTENSI BAHAYA K3

4.1 Umum

Pembangunan konstruksi Sumber Daya Air pada umumnya meliputi beberapa lingkup
pekerjaan dengan masing-masing meliputi satu atau beberapa jenis pekerjaan.
Masing masing jenis pekerjaan akan melibatkan kondisi lingkungan, bahan dan
material, mesin dan alat, orang atau pekerja sebagai pelaku, dan proses serta
dampak sampingan dari kegiatan tersebut.
Dalam pelaksanaannya ada potensi timbulnya masalah kecelakaan akibat kerja dan
penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja, yang secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
a. kecelakaan akibat faktor manusia, dan
b. kecelakaan akibat faktor bukan manusia.

Faktor - faktor penyebab kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja tersebut
harus dapat diantisipasi melalui Analisis Potensi Bahaya Pekerjaan pada setiap
kegiatan. Berdasarkan hasil analisis potensi bahaya tersebut disusunlah program
K3 agar kasus kecelakaan tidak terjadi.

4.2 Identifikasi Potensi Bahaya K3

Berikut ini merupakan identifikasi awal potensi bahaya kecelakaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat timbul, berdasarkan studi dan pengalaman
pelaksanaan pekerjaan bendungan yang telah dilaksanakan.

4.2.1 Penyiapan Bangunan Perkantoran, Motor- pool, Bengkel dan Gudang.

Kegiatan konstruksi bangunan-bangunan tersebut yang berpotensi bahaya


kecelakaan kerja adalah kegiatan konstruksi kayu dan konstruksi baja berupa
pemasangan kuda-kuda kayu dan kerangka baja.

Pemasangan kerangka baja dilakukan bagian demi bagian, sebelum kabel


pengangkat dilepas dari bagian baja yang diangkat, harus dipastikan bahwa
bagian baja tersebut telah terletak tepat di tempatnya. Keadaan angin yang
kencang atau hujan, mempengaruhi keamanan pekerja yang bekerja di atas
kerangka baja terbuka (potensi jatuh). Untuk memasang kerangka baja
kadang kadang memakai perancah yang menggantung atau baja terbuka

4- 1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

yang rawan terhadap kecelakaan, maka diperlukan alat pengaman. Adanya


kabel listrik di areal kerja dapat membahayakan keselamatan pekerja atau
peralatan yang digunakan akan adanya bahaya 'sengatan’ arus listrik, dan
bahaya kebakaran akibat hubungan pendek arus listrik.

4.2.2 Jaringan dan Instalasi Listrik

Pekerjaan jaringan listrik berupa penyambungan listrik dari PLN ke daerah


bast camp yang memerlukan tenaga listrik cukup besar, bisa mencapai lebih
dari 1000 KVA. Sistim jaringan distribusinya cukup komplek dan
menggunakan tegangan dari 220 V sampai 22 KVA yang mempunyai potensi
bahaya seperti kabel listrik yang dapat tertabrak oleh peralatan berat, dari alat
transformator dan perlengkapan switch yard dan bahaya bocornya aliran listrik
karena banyaknya genangan air di daerah proyek. Potensi bahaya : bahaya
'sengatan' arus listrik dan bahaya kebakaran akibat hubungan pendek arus
listrik.

4.2.3 Jalan Hantar dan Jalan Kerja

Pekerjaan pembuatan jalan, baik jalan hantar (access road) maupun jalan
kerja terdiri dari galian tanah, timbunan dan pemadatan, perataan dan
perkerasan jalan, yang menggunakan alat bulldozer, motor grader dan road
roler/road compactor. Potensi bahaya kecelakaan mungkin timbul dari
peralatan (kelaikan), cara dan prosedur/pengoperasian alat, dan dari
kebisingan dan getaran mesin. Dari segi pengoperasian jalan, potensi K3-nya
adalah kebisingan, dan polusi udara berupa debu dan gas buang kendaraan.

4.2.4 Terowongan / Saluran Pengelak

Pekerjaan terowongan untuk mengalihkan aliran sungai sehingga


pekerjaan bendungan utama dapat dilaksanakan, ini akan meliputi pembuatan
terowongan (pekerjaan di bawah tanah) yang melibatkan mesin bor tanah
yang besar ata peledakan, pengangkutan tanah ke luar terowongan. Kondisi
bekerja di bawah tanah akan memerlukan penerangan, penguatan dinding
(samping dan atas terowongan, pengoperasian mesin-mesin, dan pergantian
udara segar untuk kepentingan pernafasan pekerja.

Berdasarkan kondisi geologinya dan besarnya penampang terowongan,


pekerjaan penggalian terowongan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
dengan blasting atau dengan drilling.

4- 2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

a. Pembuatan Terowongan dengan Cara Drilling


Jika terowongan cukup panjang, pekerjaan penggalian dilaksanakan dari
dua arah, dimana diperlukan pengukuran yang teliti sehingga dapat
dihindarkan sejauh mungkin penyimpangan as terowongan dari kedua
arah.

b. Pembuatan Terowongan dengan Cara Blasting


Jika penggalian dilakukan dengan cara blasting, kegiatan operasional
berupa :
▪ Pemboran lubang peledakan.
▪ Pemasangan bahan peledak dan peledakan.
▪ Pemasangan ventilasi dan pembersihan debu setelah peledakan.
▪ Pengangkutan material batu / tanah yang telah tergali di terowongan.
▪ Pengeringan air tanah bila ada.
▪ Pemasangan batang-batang penyokong dibagian atas atau
samping bilamana diperlukan untuk mencegah runtuhnya dinding
terowongan
▪ Pemasangan besi beton.
▪ Pembetonan.

Potensi K3 antara lain : penyimpanan dan penanganan bahan peledak,


persiapan dan pengisian bahan peledak, peledakan, pengamanan
lokasi sekitar titik peledakan, debu, suara keras / kebisingan, hamburan
material yang diledakkan, kurang cahaya, kurang oksigen (O 2), keracunan gas
(nitrogen, NO 2; CO, dan CO 2), terpapar tekanan dan suhu udara yang
lebih tinggi, potensi bahaya terkait pekerjaan las (besi), dan penanganan
dan penyimpanan bahan dan material (bahan bakar peralatan, asitilin, bahan
peledak, dan lain-lain). Akibat digunakan bahan peledak, di dalam terowongan
terjadi pencemaran udara

Untuk mengambil material hasil galian di dalam terowongan dengan


menggunaka dozer shovel yang menyebabkan pencemaran udara (debu) dan
kebisingan akumulasi gas buang pembakaran mesin, menurunnya kadar
oksigen (O 2) dai meningkatnya kadar karbon dioksida (CO 2), bahkan karbon
mono-oksida (CO). Pekerja yang bekerja di dalam terowongan dapat
mengalami tekanan udara yang lebih besar dari pada di luar terowongan.
Pekerja yang bekerja di bawah tekanan udara akan dapat mendapat
pengaruh kejiwaan.

4- 3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

Di dalam terowongan diperlukan penerangan listrik yang dapat menimbulkan


bahaya jika di dalam terowongan terdapat rembesan air/air tanah.
Penggunaan cara blasting yang menggunakan listrik sebagai memerlukan
pengaturan agar tidak menimbulkan 'salah ledak' akibat arus listrik
penerangan yang mempengaruhi arus listrik untuk peledakan.

4.2.5 Penutupan Sungai Dilanjutkan Dengan Pembuatan Coffer Dam

Pekerjaan ini terdiri dari kegiatan penyediaan bahan timbunan tanah dan batu
ditempat lokasi penutupan aliran sungai, penggusuran dan pemadatan
timbunan tanggul penutup sungai dan alirannya dipindahkan ke saluran
pengelak. Alat yang digunakan berupa bulldozer dan diperlukan penerangan
listrik untuk bekerja pada malam hari. Potensi bahaya yang ada yaitu berupa
datangnya banjir yang mengakibatkan overtopping pada timbunan tanah
(tanggul) yang belum mencapai elevasi yang aman, sehingga timbunan yang
telah dilaksanakan akan longsor dan hanyut, yang dapat mengancam
keselamatan pekerja dan peralatan yang berada di sungai.

4.2.6 Galian Tanah Pondasi Main Dam

Pekerjaan galian tanah dilakukan dengan menggunakan bulldozer, excavator


untuk mendapatkan lapisan tanah pondasi yang memenuhi syarat seperti
yang ditetapkan dalam desain. Hasil galian diangkut dan dibuang ke spoil
bank yang telah ditetapkan dengan menggunakan loader dan dump truck. Di
beberapa tempat dilakukan peledakan untuk membantu memudahkan
penggalian tanah. Potensi bahaya yang ada, di samping dari peledakan jika
ada, yaitu yang berkaitan dengan keberadaan pekerja atau orang dan
kendaraan kecil di areal galian tanah, debu, cara dan prosedur/
pengoperasian alat, keadaan cuaca dan tiupan angina yang kencang.

Pekerjaan galian kemungkinan mengenai daerah pemukiman, dekat dengan


jalan raya atau bangunan / fasilitas utilitas lain. Hal ini dapat mengganggu
stabilitas bangunan milik orang / penduduk di dekat galian, pipa air minum,
pipa gas, kabel listrik dan kabel telepon. Jika galian cukup dalam,
kemungkinan dapat terjadi longsor jika kemiringan galian terlalu curam atau
lebih besar dari sudut lereng alan yang aman.

Kemungkinan adanya air tanah perlu diperhatikan atau dikontrol, karena dapat
menyebabkan terjadinya longsor pada kemiringan tanah yang telah digali atau
pergerakan tanah lainnya.

4- 4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

Potensi bahaya timbul pada 'ruang kerja' excavator / alat berat sehingga
daerah kerja harus diamankan dengan rambu, dan orang dilarang memasuki
daerah bahaya tersebut.

4.2.7 Boring dan Grouting Pondasi

Pekerjaan ini untuk memperbaiki kondisi lapisan pondasi, berupa pembuatan


lubang di dasar pondasi dan untuk memasang pipa grouting diameter 1,5-2
inch panjang 18-36 inch, kemudian dilakukan injeksi / pemompaan air semen
atau campuran material lainnya lewat pipa grouting ke dalam formasi lapisan
pondasi. Pada umumnya pekerjaan grouting menggunakan material air
semen.

Peralatan yang digunakan mesin bor, pompa grouting (tipe piston) dan
kompresor. Tekanan pompa tidak boleh melebihi tekanan yang diijinkan.
Pengeboran kadang-kadang memerlukan perancah yang harus memenuhi
syarat-syarat keamanan. Potensi bahaya dari debu yang dihasilkan dari kerja
boring dan pemompaan material grouting (akibat tekanan) bisa mengenai
mata, dan penanganan semen.

4.2.8 Peledakan Tempat Pengambilan Batu (Quarry)

Peledakan bertujuan untuk mendapat material batu bahan timbunan dan


Kegiatan terdiri dari :
▪ Pembuatan lubang untuk memasang bahan peledak
▪ Memasang bahan peledak.
▪ Peledakan.

Alat yang digunakan terdiri mesin bor, mesin peledak dan tongkat kayu.
Potensi bahaya yang ada berupa debu dan suara bising dari mesin bor
penanganan bahan peledak, persiapan dan pengisian, peledakan, terjadi
ledakan diluar kontrol atau karena salah prosedur kerja, lemparan batu yang
dapat melesat ke segala arah yang ditimbulkan dari peledakan dan bahan
peledak yang sensitif terhadap percikan api.

4.2.9 Pengambilan Material Batu Untuk Bahan Timbunan

Pengambilan material batu terdiri dari kegiatan pemuatan (loading) material


batu ke dump truck di quarry dan pengangkutan ke tempat timbunan (main
dam atai coffer dam).

4- 5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

Alat yang digunakan berupa dozer shovel untuk pengisian (loading), dan
dump truck sebagai alat pengangkutan.

Potensi bahaya yang ada disamping cara dan prosedur/ pengoperasian alat
terutama pada kegiatan pengangkutan, berupa terjadinya kecelakaan dump
truck karena sistim rem yang rusak, kemiringan jalan kerja yang curam dan
belokan yang tajam, kelebihan muatan, dan kecelakaan akibat jalan kerja
dengan dua arah tanpa pembatas median, dan potensi tertimbun saat truck
membongkar muatan. Di samping bising suara mesin, maka polusi udara
berupa debu dan gas buang mesin merupakan potensi bahaya yang perlu
diwaspadai.

4.2.10 Galian Tanah di Borrow Area

Galian tanah di borrow area bertujuan untuk mendapatkan material tanah


bahan timbunan di main dam atau coffer dam.

Alat yang digunakan berupa bulldozer atau / dan excavator atau loader.
Potensi bahaya yang ada yaitu keberadaan orang / pekerja atau kendaraan
kecil di areal galian tanah, cara dan prosedur/ pengoperasian alat, keadaan
cuaca dan tiupan angin kencang, dan setelah selesainya galian tanah
pada umumnya membentuk kolam yang berbahaya jika ada hujan, yang perlu
pengamanan.

4.2.11 Pengambilan Tanah Untuk Bahan Timbunan

Pengambilan tanah dari borrow area terdiri dari kegiatan pemuatan tanah ke
dump truck dan pengangkutan ke tempat timbunan main dam atau coffer dam,
dan membongkar muatan. Alat yang digunakan berupa excavator atau dozer
shovel / loader dan dump truck.

Potensi bahaya yang ada seperti pada butir (4.2.9).

4.2.12 Timbunan / Pemadatan

Timbunan/pemadatan main dam untuk tipe Rock fill dam, terdiri dari 3 bagian :
a. Core
b. Filter
c. Rock dan transisi.

Timbunan, pemadatan main dam terdiri dari kegiatan perataan bahan timbun
lapis demi lapis setebal tertentu dan pemadatan bahan timbun yang telah

4- 6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

diratakan. Alat yang digunakan terdiri dari bulldozer dan soil compactor /
vibrator roller I stamper.

Potensi bahaya yaitu keberadaan orang / pekerja atau kendaraan kecil di


areal pemadatan, adanya polusi debu di udara, cara dan prosedur/
pengoperasian alat keadaan cuaca dan tiupan angin yang kencang.

4.2.13 Bangunan di Jaringan Irigasi

Pembuatan bangunan di jaringan irigasi pada umumnya terdiri dari kegiatan


pekerjaan Galian tanah terbuka, Bekisting, Pemasangan besi beton,
Pembetonan.
i) Galian Tanah Terbuka
Pekerjaan galian tanah terbuka uraian kegiatan, peralatan yang
digunakan dan potensi bahaya yang ada seperti diuraikan pada butir
4.2.9.

ii) Bekisting
Pembuatan bekisting menggunakan material kayu atau plat baja sesuai
dengan spesifikasi teknik yang ditetapkan. Bekisting harus ditopang oleh
batang-batang kayu atau perancah baja yang kokoh, yang tidak boleh
ada pergerakan atau perubahan bentuk pada waktu penuangan beton
atau setelah selesai penuangan beton. Untuk menjamin kekokohan
diperlukan batang-batang penguat datar atau diagonal sesuai gambar
disain. Potensi bahaya yang ada jika pemasangan bekisting dilakukan di
tempat yang tinggi (potensi jatuh).

iii) Pemasangan Besi Beton.


Pemasangan besi beton memerlukan ketelitian meliputi jumlah, bentuk
dan letal besi harus sesuai dengan gambar disain. Potensi bahaya yaitu
jika ada ujung-ujung besi yang sudah tertanam dalam beton dan
pemasangan di tempat yang tinggi.

iv) Pembetonan
Pekerjaan pembetonan terdiri dari kegiatan pekerjaan :
- Pekerjaan persiapan.
- Pemasangan alat / perlengkapan bantu untuk penuangan beton
berupa talang atau pipa concrete pump.

4- 7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

- Penuangan beton.
Pekerjaan persiapan berupa penyiapan alat dan mesin yang akan
digunakan untuk penuangan (pengecoran) beton. Penuangan beton
dilaksanakan dengan beberapa cara, harus tidak terjadi segregation
(pemisahan material beton) dimana beton telah selesai dituang di
tempatnya. Peralatan dan perlengkapan untuk penuangan beton
tergantung dari jarak, elevasi yang akan dituang dan kondisi lapangan
yang membatasi atau kendala yang ada.
Cara penuangan beton dapat dengan bucket, corong tuang, talang belt
conveyor dan concrete pump. Potensi bahaya dapat timbul dari
peralatan yang digunakan, seperti pipa concrete pump, cara dan
prosedur / pengoperasian alat serta sistim komando dari tim pengecoran
beton, dan bahan (semen) yang mengenai kulit pekerja.

4.3 Jenis Pekerjaan

Lingkup pekerjaan konstruksi jaringan irigasi tersebut di atas dapat dirinci lagi
menjadi bagian jenis pekerjaan yang meliputi : Pembersihan Tapak/ persiapan dan
pembersihan lahan, Galian Tanah / Batu, Timbunan, Drilling, Borring, Grouting,
shotcrete, Blasting, Muat material, Pengangkutan dan Bongkar Material, Penyaringan
Batu dan Pasir, Pencampuran Tanah - pasir - dan gravel, Penimbunan dan
Pemadatan, Pembuatan Cetakan (bekisting), Pembesian dan pemasangannya,
Pembetonan, Konstruksi baja, Hidromekanikal, Pengelasan, Pengecatan, mekanikal
dan elektrikal, Pengunaan Peralatan Konstruksi ringan dan berat, dan Pembuatan
sarana dan Prasarana Bengkel.

Suatu lingkup pekerjaan harus dianalisa lebih lanjut jenis kegiatan apa saja yang
terlibat di dalamnya untuk kemudian disusun pedoman teknis K3-nya. Misalnya
pengambilan material dari quarry akan melibatkan kegiatan peledakan penggalian,
penimbunan material (pengoperasian bulldozer, shovel), pemuatan (pengoperasian
loader) dan pembongkaran, pengangkutan (dump truck) sehingga Pedoman Teknis
K3-nya akan meliputi antara lain K3 peledakan, penggalian penimbunan material,
pengoperasian alat berat, pengangkutan, dan pengamanan daerah kerja.

4- 8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

4.4 Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan Akibat Kerja
dan Pola Konsep K3

Berdasarkan lingkup pekerjaan pelaksanaan konstruksi di bidang sumber daya air


dan kegiatan jenis pekerjaan tersebut di atas, dapat diidentifikasi resiko bahaya dan
berbagai kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, dan kemudian disusun pola konsep
pedoman K3.

Berikut ini merupakan identifikasi bahaya K3 yang disusun berdasarkan material dan
sumbernya, dan konsep pedoman teknis K3-nya, antara lain :

a. Debu : Banyak dijumpai pada jenis pekerjaan pembuatan terowongan (tunnel),


peledakan pasir (sandblasting), daerah pengambilan batu (Quarry) menggerinda
(grinding), pengoperasian galian tanah / pasir / gravel (shoveling [loading /
unloading], dan penyaringan pasir dan gravel kering), pengangkutan material
(tanah / pasir), pengangkutan, pemotongan batu dan bata, pemecahan batu
(rock crushing), refractory brick cutting, dan pembersihan (cleaning) debu
(kendaraan, dan perumahan / kantor);
Pola konsep K3 :
• kurangi sumber pencemar debu teknik : rekayasa (alat yang baik sehingga
tidak banyak menghasilkan debu, dilengkapi dust collector, penghisap debu,
pembasahan, penutupan
• kurangi paparan pekerja terhadap debu (pakai Alat Pelindung Diri masker
respirasi yang sesuai), kurangi waktu terpapar.

b. Perbedaan Suhu antara siang dan malam cukup tinggi pada medan yan terbuka,
sehingga temperatur udara pada siang hari sangat panas ditambah lagi
hembusan angin yang sangat kencang dan pada malam hari sangat dingin,
Pola konsep K3 :
• Tingkatkan daya tahan dan tingkat kesehatan pekerja : ekstra food,
• kurangi paparan pekerja terhadap perbedaan suhu tinggi, dan kurangi waktu
terpapar.

c. Karbon Mono-oksida (CO) : bahaya gas beracun dapat mengenai pekerja di


garasi (bengkel di ruang tertutup), terowongan, dan caissons, pekerja bagian
limbah [sewer], kebakaran, peledakan, pembakaran bertekanan & temperatur
tinggi / internal combustion engine (motor bakar, mesin-mesin, dll.)
Pola konsep K3 :
• Pengecekan kondisi udara di ruang kerja, pengaturan ruang kerja

4- 9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

• kurangi sumber pencemar gas beracun : rekayasa teknik (alat yang baik
sehingga tidak banyak menghasilkan gas beracun, pergantian udara (sedot
udara tercemar dan masukkan udara bersih), batas penggunaan mesin yang
menghasilkan gas beracun
• kurangi paparan pekerja terhadap gas beracun kadar tinggi (pakai Alat
Pelindung Diri: masker respirasi), kurangi waktu terpapar
• Rencana tindakan darurat penanganan korban

d. Dekompresi : penurunan tekanan udara (dekompresi) yang mendadak dapat


menyebabkan caissons disease pada pekerja di bagian pembuatan caissons .
Pola konsep K3 :
• kurangi waktu terpapar

e. Uap Logam Berat (Racun) : pengecatan (spary painting), pemipaan, glazinc


penanganan 'lead' / timbal, cadmium, zinc (seng), copper (tembaga), shee lead
burning, mengamplas cat, mengelas besi yang dicat.
Pola konsep K3 :
• hindari paparan pekerja terhadap uap logam beracun (pakai Alat Pelindung
Diri: masker respirasi), kurangi waktu terpapar
• pasokan udara segar (ventilasi) yang cukup gantikan udara tercemar ruang
kerja terbuka

f. Dermatitis : penanganan minyak pelumas pemotong (cutting oils), creosok


emulsi, lime (kapur), asam, semen (portland), concrete (campuran beton), cair
dan pengencernya
Pola konsep K3:
• hindari paparan pekerja terhadap bahan kimia tersebut (pakai Alat Pelindung
Diri : sarung tangan, sepatu / safety shoes, pakaian kerja pelindung badan
yang sesuai), kurangi waktu terpapar

g. Cahaya Yang menyilaukan : pekerjaan pengelasan (las listrik, las karbit]


percikan logam panas / bercahaya
Pola konsep K3 :
• hindarkan paparan pekerja langsung terhadap cahaya menyilaukan (pakai
Alat Pelindung Diri : kacamata las yang sesuai), kurangi waktu terpapar
• hindarkan terpapar percikan logam panas (APD masker pelindung|
muka, pakaian pelindung badan dan kaki)

4 - 10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

h. Kebisingan : Operasi alat-alat berat, generator set, dan bengkel, Pemecahan


(chiping), penggerindaan (grinding), alat pemboran (drilling equipment)
blasting.
Pola konsep K3 :
• Pengecekan tingkat kebisingan alat, rekayasa penurunan tingkat kebisingan
• hindarkan paparan pekerja terhadap kebisingan di atas Nilai Ambang Batas
(pakai Alat Pelindung Diri : penutup telinga), kurangi waktu terpapar
• hindarkan orang / pekerja yang tanpa menggunakan APD terpapa kebisingan
: rambu daerah wajib pakai penutup telinga, rambu larangan masuk
• pemeriksaan berkala terhadap pekerja yang terpapar kebisingan

i. Polutan baik domestik maupun material bangunan : limbah domestik yang tidak
dikelola dengan baik dapat mengundang mikroba penyebab penyaki yang dapat
menyerang manusia.
Pola konsep K3 :
• Penyediaan sarana dan penyelenggaraan sanitasi dan pengelolaan limbah
yang baik
• Penyediaan air bersih yang cukup

j. Kecelakaan lalulintas yang mungkin timbul dan yang berkaitan dengan


pengoperasian kendaraan dan alat berat;
Pola konsep K3 :
• Pemeriksaan kelaikan operasi bagi semua kendaraan
• Pemenuhan persyaratan operator dan sopir
• Pengaturan lalulintas, jalur dan arus lintasan, kecepatan, lama bekerja
secara menerus
• Pengamanan daerah kerja (rambu)
• Pemakaian Alat Pelindung Diri

k. Kecelakaan yang mungkin timbul akibat peledakan dan efek samping


peledakan;
Pola konsep K3 :
• Petugas yang kompeten (bersertifikat dan berpengalaman)
• Prosedur penyimpanan, pengangkutan, perakitan, pemasangan, dan
peledakan
• Pengamanan sebelum peledakan, saat peledakan, dan sesuda peledakan

4 - 11
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

• Penyimpanan bahan peledak, lokasi dan disain gudang, pengamanan sisa


bahan peledak, pengamanan gudang bahan peledak

l. Kecelakaan yang dapat timbul pada penggunaan perancah, pekerjaan di


tempat tinggi lainnya;
Pola konsep K3 :
• Penentuan kapasitas perancah, syarat dan prosedur pemasangan
• Penggunaan APD (sabuk pengaman, jaring pengaman)
• Pengamanan daerah pengaruh operasi alat

m. Gangguan kesehatan yang mungkin timbul pada pekerjaan pembetonan


penanganan semen, dan peralatannya
Pola konsep K3 :
• hindarkan paparan pekerja terhadap campuran beton, semen (paka Alat
Pelindung Diri : sarung tangan, sepatu / safety shoes), kurangi waktu
terpapar
• pemeriksanaan kelaikan alat, syarat dan prosedur pengoperasian
• pengamanan daerah pengaruh operasi alat

n. Bahaya yang mungkin timbul akibat longsoran tebing, dan atau timbunan
material
Pola konsep K3 :
• Kurang atau hilangkan potensi terjadi longsoran, kurangi tingkat
kelerengan tebing atau timbunan
• Hindarkan orang atau pekerja mendekati daerah rawan longsor (rambu

o. Kecelakaan yang mungkin timbul pada penanganan bahan kimia, dan limbah.
Pola konsep K3 :
• Syarat dan prosedur penanganan bahan kimia dan limbah

p. keluhan sakit otot pinggang, tengkuk, dan dada dapat disebabkan karena
pengaruh angin malam, pengaruh getaran mesin yang merambat pada anggota
badan sendiri, sepertinya banyak diderita oleh operator dan drive Heavy Duty
Truck karena duduk terlalu lama
Pola konsep K3 :
• rekayasa teknis : turunkan tingkat getaran
• hindari paparan pekerja terhadap getaran yang berlebih, kurangi waktu
terpapar (jam kerja terputus)
• pemeriksaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan

4 - 12
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

Potensi K3 lain dapat bersumber pada keadaan alam maupun kondisi


lingkungan kerja atau sumber lainnya, antara lain :
a. Kegagalan menyelesaikan pekerjaan untuk sebagian atau untuk sementara waktu
sehingga terjadi hal-hal di luar rencana : belum selesainya bendungan penutupan
sungai datang banjir yang melebihi tingkat ketinggian bendungan yang
diselesaikan;
b. Kebakaran,
c. Badai, dan bencana alam lainnya.

Konsep Pedoman Teknis K3 harus mencakup semua usaha guna mengantisipasi


semua potensi masalah kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja, baik yang
bersifat preventif, penanggulangan dan pemulihan (kuratif), maupun promotif.
Termasu di dalamnya penyediaan pertolongan pertama pada kecelakaan, dan
rencana penanganan keadaan darurat.

4.5 Pedoman Teknis dan Pelaksanaannya

Agar program K3 dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, maka harus
dibangun sikap bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pekerjaan
bahwa K3 adalah sangat penting dan dijaga agar mendapat penuh dukungan dari
semua pihak yang terlibat. Sebagai awal pembinaan sikap adalah memberi contoh
keteladanan dalam aktualisasinya, Pihak Manajemen dan Pengawas harus mentaati
aturan keselamatan kerja tanpa kecuali, dan menciptakan daerah kerja yang bersih,
dan kebiasaan yang teratur adalah merupakan insentif yang mendasar dalam
membina sikap mental.

Dalam hal pelaksanaan K3 di lapangan Undang - undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja mencantumkan kewajiban dan hak tenaga kerja (yang dilindungi)
dan pengurus atau penyelenggara pekerjaan antara lain :

Bab VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 menyatakan bahwa tenaga kerja
mempunyai kewajiban dan atau hak untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau tenaga ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat - syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;

4 - 13
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan


kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal - hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
K3 dalam batas - batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan Bab X Kewajiban Pengurus Pasal 14 mengatur kewajiban penguru


sebagai berikut:
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang - undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang berangkutan,
pada tempat - tempat yang mudah dibaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat - tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;
c. Menyediakan secara cuma - cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai petunjuk-petunjuk
yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja;

Dalam rangka melaksanakan Pasal 14 ayat (c) tersebut tidak dijelaskan secara
eksplisi sumberdana yang dapat digunakan apakah harus dimasukkan dalam biaya
konstruksi secara terpisah, atau harus dimasukkan dalam biaya penawaran (implisit).
Di dalam kontrak konstruksi bendungan selama ini belum dijumpai item biaya
penyelenggaraan K3 secara eksplisit.

Boleh jadi inilah yang salah satu hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan
pelaksanaan K3 di lapangan : ada yang cukup lengkap ada pula yang sekedarnya.
Sebagai perbandingan Undang - undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang mewajibkan Kontraktor mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam
program (asuransi) jaminan sosial tenaga kerja (yang didalamnya terdapat asuransi
kecelakaan kerja, dan asuransi kematian), dan dijabarkan dalam peraturan
pemeintah No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja sudah dimasukkan dalam kontrak konstruksi.

4 - 14
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

Oleh karena itu, pelaksanaan K3 bidang konstruksi sumber daya air memerlukan
usaha aktif semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan konstruksi sumber
daya air dan memerlukan pijakan peraturan yang jelas dan tegas, termasuk pedoman
penyelenggaraannya antara lain Kepment. PU No. 384/KPTS/M/2004, Pedoman
Teknis K3 Konstruksi Bendungan. Disamping itu, tersedianya sarana dan prasarana
penunjang, dan tenaga pelaksana yang mempunyai kualifikasi yang disyaratkan
merupakan hal yang penting guna pelaksanaan program K3 bidang konstruksi
sumber daya air.

4 - 15
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

BAB 5
SISTEM MANAJEMEN K3

Pelaksanaan K3 akan melibatkan penyelengara pekerjaan konstruksi, pelaksana


lapangan (kontraktor dan pengawas teknik), ahli K3 dan tenaga kerja sebagai pelaksana
pekerjaan di lapangan.

Untuk mewujudkan K3 yang baik mutlak diperlukan :


a. Adanya perhatian yang seksama dari semua unsur pimpinan , baik dipusat
maupun di tingkat yang lebih rendah atau unit kerja sehingga segala sarana yang
diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan K3 dilingkungannya masing-masing
mudah didapat
b. Adanya Badan Organisasi dengan petugas pelaksana yang dibebani tugas serta
kewajiban menangani tugas-tugas keselamatan kerja disetiap unit kerja
c. Adanya peraturan-peraturan keselamatan kerja di setiap unit kerja dalam bentuk
buku-buku, poster dan lain-lain sebagai pedoman dan petunjuk pelaksanan
sehingga pembinaan K3 dapat berjalan dengan lancar, dan
d. Adanya alat pengaman kerja dan perlindungan diri yang lengkap dengan jumlah
dan spesifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi disetiap unit kerja.

Menteri Tenaga Kerja telah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
mengatur bagaimana K3 seharusnya dilaksanakan. Unsur-unsur dalam manajemen
khususnya proyek konstruksi adalah Pengurus (Pemimpin Proyek), Pegawai Pengawas
Ketenaga kerjaan yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen dan tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisen dan produktif.

Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan sumber daya air yang


memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau mengandung potensial bahaya

5-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

yang ditimbulkan oleh karakteristik tempat kerja, bahan bangunan atau peralatan yang
digunakan, wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam lampiran
Peraturan Menteri Tenaga Kerja no 05/Men/1996 tentang sistem Manajemen dan
Keselamatan Kerja (SMK3)

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan manajemen proyek konstruksi yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, personel yang dibutuhkan, penerapan serta
pengukuran dan evaluasi .

5.1 Perencanaan

Pemimpin Proyek yang didukung dengan kontrak pekerjaan konstruksi sumber daya
air, melalui kontraktor yang ditunjuk harus menyiapkan perencanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif.

Perencanaan meliputi penyediaan personil-personil sesuai kualifikasi yang ditugaskan


melaksanakan program K3 dan pengawas ahli, mempersiapkan keperluan alat-alat
keselamatan kerja dan pengadaannya, menyiapkan brosur-brosur prosedur dan
aturan-aturan manual keselamatan kerja, mempersiapkan pertemuan awal untuk
personel-personel kunci sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, mengadakan training/
pelatihan dan menyediakan keperluan anggarannya untuk melaksanakan program K3
tersebut.

Keperluan anggaran untuk melaksanakan program K3 semestinya harus disediakan


secara eksplisit oleh kontraktor yang termasuk dan disyaratkan di dalam kontrak
pekerjaan konstruksi sumber daya air.

5.2 Penerapan

Untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yang secara nyata
mengurangi biaya operasional pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus
merealisasikan rencana program K3 tersebut dengan cara:
a. Menunjuk dan menetapkan personel yang ditugaskan melaksanakan program K3
dan pengawas ahli keselamatan kerja

5-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

b. Mengadakan pertemuan awal sebelum mulai melaksanakan pekerjaan untuk


personel-personel kunci, membicarakan usaha pencegahan kecelakaan kerja,
program, kebutuhan alat-alat keselamatan kerja dan pengadaannya, serta
gangguan terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan properti milik umum
disekitar proyek akibat pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
c. Mengadakan pertemuan periodik untuk mengevaluasi kinerja pelaksanaan
program K3 dan laporan-laporan dari lapangan.
d. Proyek dapat megintegrasikan sistem manajemen K3 ke dalam manajemen
proyek.

5.3 Tanggung jawab

Proyek harus mendorong kepada semua pihak untuk berperan serta dalam penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja antara lain dengan
mengadakan:
a. Pelatihan-pelatihan bagi personel yang terlibat
b. Menetapkan prosedur pelaporan
Prosedur pelaporan perlu ditetapkan untuk menangani:
▪ Pelaporan terjadinya insiden
▪ Pelaporan ketidaksesuaian dari pelaksanaan K3 di lapangan
▪ Pelaporan identifikasi sumber bahaya di tempat kerja
▪ Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
c. Menerapkan prosedur menghadapi keadaan darurat
d. Proyek harus mereview prosedur yang telah ditetapkan pada saat kejadian yang
sebenarnya.
e. Menetapkan prosedur menghadapi insiden yang meliputi
▪ Menyediakan fasilitas Pertolongan pertama Pada Kecelakan (P3K) dengan
jumlah yang cukup memadai, sampai mendapat pertolongan medik
▪ Proses perawatan selanjutnya
f. Menetapkan prosedur pemulihan keadaan darurat
g. Proyek harus mempunyai prosedur pemulihan keadaan darurat untuk secara
cepat mengembalikan keadaan seperti semula dan membantu tenaga kerja yang
mengalami trauma pemulihan.
h. Pendokumentasian.
Proyek harus membuat dokumentasi pelaksanaan program K3 dengan sistematis
sesuai kebutuhan, mengatur dan memelihara kumpulan dokumentasi tersebut.

5-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

5.4 Pengukuran dan Evaluasi

Proyek harus mempunyai sistem pemantau kinerja sistem manajemen keselamatan


dan kesehatan kerja dan analisa hasilnya, untuk menentukan keberhasilan atau
bilamana perlu untuk perbaikan seperti :
▪ Adanya perkembangan teknologi terutama peralatan kerja termasuk epidemiologi
▪ Pengalaman dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja yang telah terjadi.
▪ Sistem pelaporan.
▪ Umpan balik terutama khususnya dari tenaga kerja.
▪ Pemantauan dilakukan secara berkala
▪ Tindakan perbaikan dari hasil pemantauan sistem manajemen K3.

5.5 Organisasi

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah hak bagi tenaga kerja (UU RI No 13 Tahun
2003 Pasal 86 ayat (1). dalam usaha untuk mencapai tujuan pencegahan kecelakaan
kerja, maka harus didukung oleh penugasan personel-personel yang bertanggung
jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja dan pengawas Ahli keselamatan kerja

Menurut Peraturan Menteri tenaga Kerja No PER/03/MEN/1978 Pasal 5 ayat (2)


adalah:
▪ Mengadakan pemeriksaan di semua tempat kerja
▪ Menelaah dan meneliti segala perlengkapan K3
▪ Memberi petunjuk segala persyaratan K3, dan
▪ Membuat laporan kepada Pemimpin perusahaan.

Pemimpin proyek adalah penanggung jawab tertinggi atas keselamatan dan


kesehatan kerja dalam organisasi dan manajemen konstruksi. Pejabat Superintendant
dan mandor bertugas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan program
keselamatan dan kesehatan kerja disamping tugas pokoknya.

Sebagai Koordinator dalam melaksanakan kegiatan program keselamatan dan


kesehatan kerja, perlu ada penugasan kepada seorang ahli keselamatan kerja (Safety
Engineer). Untuk mengatasi dan memberikan pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan kerja atau ada yang sakit serius yang mendadak diperlukan tim kesehatan
yang dilengkapi dengan fasilitas pengobatan yang memadai dan mobil ambulance.

5-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Pada proyek yang memperkerjakan lebih dari 25 orang setiap hari harus mempunyai
pelaksana keselamatan kerja (safety officer) yang bersertifikat tenaga ahli K3.
Dan bila jumlah pekerja lebih dari 250 pekerja maka petugas ahli keselamatan kerja
(safety officer) bekerja secara full timer.

Organisasi K3 Kontraktor (Penyedia Jasa) terdiri dari satu orang atau lebih tenaga
ahli K3 bidang konstruksi. Hal ini tergantung dari besar dan rumitnya pekerjaan
sumber daya air. Ahli K3 Konstruksi yang ditugaskan oleh Kontraktor (penyedia jasa)
disebut Pelaksana K3 ( Construction safety engineer )
Ahli K3 Konstruksi yang ditugaskan oleh Proyek Sumber Daya Air (pengguna jasa)
disebut Pengawas K3 (Construction safety officer)

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dibentuk pada proyek
tersebut apabila :
a. Pada proyek yang karena lingkungannya dan sifat pekerjaannya memerlukan
P2K3;
b. Proyek bendungan yang memperkerjakan lebih dari 100 orang.
Tugas P2K3 adalah membuat evaluasi berkala (mingguan, bulanan) hasil kegiatan
K3 dan memberikan saran-saran pelaksanaan K3 Konstruksi sumber daya air.

Pengguna Jasa/Pemilik Pekerjaan menugaskan stafnya selaku Pengawas K3


konstruksi sumber daya air dan bertugas mengawasi pelaksanaan K3 di proyek
tersebut.

Susunan organisasi Panitya Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari
:
a. Wakil Departemen atau Wakil Dinas Kimpraswil / Dinas Prasarana Sumber Daya
Air setempat.
b. Pemimpin Proyek Sumber Daya Air
c. Pengawas K3
d. Pelaksana K3

Pemimpin Proyek Sumber Daya Air selaku Ketua Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sedangkan Pelaksana K3 selaku Sekretaris.

5-5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Pelaksana K3 dan Pengawas K3 adalah petugas yang bersertifikat K3 Konstruksi.

Apabila pada lokasi pembangunan Sumber Daya Air terdapat lebih dari satu penyedia
jasa / kontraktor maka masing-masing penyedia jasa / kontraktor mempunyai
pelaksana K3 sendiri untuk wilayah kerjanya.

Dalam hal terjadi kecelakaan kerja di lokasi pembangunan sumber daya air maka
penyidikan perkara dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja yang bekerja sama dengan
Kepolisian setempat.

Ahli K3 Konstruksi Sumber Daya Air terdiri dari :

a. Inspektur K3 Konstruksi (Construction Safety Inspector) adalah Ahli K-3 Konstruksi


yang ditempatkan pada jajaran wilayah daerah kabupaten / kota pada institusi
yang menerbitkan Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), dan ini merupakan
kewenangan pemerintah untuk menjaga berjalannya ketentuan K-3.

b. Pengawas K3 Konstruksi (Construction Safety Officer) adalah Ahli K-3 Konstruksi


yang berada pada proyek-proyek konstruksi yang mewakili pihak Pengguna Jasa,
baik itu milik pemerintah maupun milik swasta, ini merupakan pihak yang
mengawasi berjalannya pedoman atau aturan-aturan pada tempat
penyelenggaraan konstruksi.

c. Petugas K3 Konstruksi (Construction Safety Engineer) adalah Ahli K3 Konstruksi


Bendungan yang bernaung di bawah perusahaan pelaksana konstruksi yang
berkewajiban menjalankan norma yang ditetapkan sebagai acuan kerja di bidang
K-3.

Unit K3 atau P2K3 tersebut merupakan unit pelaksana dari manajemen proyek
pelaksanaan sumber daya air. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus
bekerja secara penuh waktu (full time) untuk mengurus dan menyelenggarakan
program keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan;

Semua kegiatan penyelenggaraan K3 di tempat kegiatan kerja menjadi tanggung


jawab Pemimpin Proyek Pembangunan Sumber Daya Air.

5-6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Pemimpin Proyek Sumber Daya Air harus :

a. Memberikan kepada P2K3 (Safety Committee) fasilitas – fasilitas dalam


melaksanakan tugas mereka.

b. Mengambil langkah – langkah praktis untuk efektivitas realisasi tindakan perbaikan


yang direkomendasikan oleh P2K3.

Jika dua atau lebih Kontraktor (Penyedia Jasa) bergabung dalam suatu proyek
konstruksi sumber daya air maka para Kontraktor (Penyedia Jasa) tersebut harus
bekerja sama membentuk program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersama;

Ketua P2K3 akibat penggabungan program K3 bersama tersebut pada ayat (2.2.12) di
atas menjadi tanggung jawab bersama di bawah Pemimpin Proyek.

Kewajiban Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja :

a. Mengawasi/ atau pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan


kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya;

b. Membuat laporan kepada Pembina K3 Konstruksi di daerah yaitu Dinas Kimpraswil


dan Dinas Tenaga Kerja setempat dengan ketentuan sebagai berikut :

i. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja konstruksi


bendungan 1 (satu) kali dalam 3 ( tiga ) bulan, kecuali ditentukan lain;

ii. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan
jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai
melakukan kegiatannya;

c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan / instansi yang


didapat berhubungan dengan jabatannya.

Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja :

a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;

b. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat – syarat


keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukannya ;

c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan


persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang meliputi :

i. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja;

5-7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

ii. Keadaan mesin – mesin, pesawat, alat – alat kerja, instalasi, serta peralatan
lainnya;
iii. Penanganan bahan – bahan;
iv. Proses pelaksanaan pekerjaan / produksi;
v. Sifat pekerjaan;
vi. Cara kerja; dan
vii. Lingkungan kerja.

Struktur organisasi K3 dapat diintregrasikan kedalam sistem manajemen proyek, seperti


gambar berikut.

5-8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

BAB 6
KOMITMEN DAN KEBIJAKSANAAN
MANAJEMEN PROYEK

Bagaimanapun pada masyarakat Indonesia yang masih bersifat paternalistik, komitmen


Pemimpin, dalam hal ini Pemimpin Proyek dan Pemimpin Perusahaan konstruksi
terhadap tenaga kerja sangat menentukan kebijakan tentang K3.

Misalnya referensi di proyek Bendungan Wonogiri, pemimpin proyek bendungan Wonogiri


mempunyai pandangan :
1. Sasaran pembangunan adalah kepentingan manusia sehingga manusia (tenaga
kerja pembangunan) jangan sampai dikorbankan.
2. Ekonomi tenaga kerja : tenaga kerja terlatih dan berpengalaman adalah aset dan
modal pembangunan yang bernilai tinggi sehingga kesehatannya harus dijaga
agar tenaga kerja tetap produktif,

Dengan pandangan seperti itu, maka pada proyek tersebut program K3 dilaksanakan
bersifat preventif, kuratif dan promotif (sosialisasi program K3, penyuluhan peningkatan
kesehatan dan pengertian tentang kesehatan), mulai yang bersifat umum, teknis, maupun
sistem manajemen K3 (perencanaan, pelaksanaan, organisasi, sistem pendataan dan
pelaporan, sistem tanggap darurat, dan evaluasi).

6-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

BAB 7
ADMINISTRASI DAN PELAPORAN K3

7.1 Administrasi K3

Pekerjaan administrasi K3 terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu administrasi internal


dan administrasi eksternal. Administrasi internal adalah administrasi yang digunakan
oleh organ-organ perusahaan dalam mengatur interaksi antar organ dalam
perusahaan, sedangkan administrasi eksternal adalah administrasi yang mengatur
hubungan perusahaan dengan pihak luar terkait. Kedua jenis administrasi tersebut
meru pakan dua hal yang saling terkait dengan erat.

1. Internal

Terdapat manfaat utama dari administrasi / dokumentasi sistem manajemen K3 ,


antara lain :

a. Komunikasi informasi. Dokumentasi merupakan suatu alat untuk menyalurkan


dan mengkomunikasikan informasi. Jenis dan pengembangan dokumentasi
akan tergantung pada keadaan produk dan proses perusahaan, derajat
formalitas dari sistem komunikasi, tingkat keterampilan komunikasi dalam
perusahaan dan kultur perusahaan,

b. Bukti dari kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan, bahwa hal-hal yang


direncanakan telah secara aktual dilaksanakan,

c. Sumbangan pengetahuan, agar menyebarluaskan dan memelihara


pengalaman perusahaan. Contoh : spesifikasi teknik dan gambar teknik yang
terdokumentasi dengan baik, akan dapat digunakan sebagai landasan untuk
design dan pengembangan inovasi baru.

Dokumentasi dalam sistem K3, sebaiknya mencakup :

a. Pernyataan kebijakan K3 perusahaan

b. Manual K3

c. Prosedur-prosedur K3

d. Dokumen-dokumen lainnya, misalnya :

1) Peta proses, diagram alir proses dan/atau deskripsi proses,

7-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

2) Struktur organisasi,
3) Spesifikasi-spesifikasi yang merupakan dokumen yang menyatakan
persyaratan-persyaratan,
4) Hasil pengujian,
5) Hasil komunikasi internal,
6) Jadwal produksi,

e. Catatan-catatan, berupa :

1) Hasil peninjauan ulang,


2) Hasil pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman, kompetensi
personil,
3) Hasil audit dan tindak lanjutnya, internal maupun eksternal,
4) Hasil-hasil dari tindakan korektif,
5) Hasil-hasil dari tindakan pencegahan
6) Risalah rapat dan laporan-laporan

2. Eksternal

Dalam membangun manajemen K3, suatu perusahaan akan berinteraksi dengan


pihak-pihak luar perusahaan. Untuk mendukung aktifitas ini, perusahaan
diharuskan menggunakan administrasi yang sistematis, sehingga kegiatan di
lapangan bisa dijalankan dengan lancar dan mempunyai kemampuan telusur yang
memadai.

Pihak-pihak luar yang harus dihubungi oleh suatu perusahaan, bila perusahaan
tersebut mengerjakan pe kerjaan konstruksi di suatu tempat tertentu adalah :

a. Dinas Tenaga Kerja Kantor Wilayah

Keberadaan Kantor Wilayah Dinas Tenaga Kerja ini berada di tingkat Propinsi,
dalam kaitan ini keterkaiatan kerja bipartit antara pusat perusahaan dan Kantor
Wilayah Dinas Tenaga Kerja harus selalu dijalin pembinaan dan pengawasan
berjalannya K3, semua ini bertujuan untuk membangun manajemen K3
sebagaimana yang diharapkan oleh undang – undang.

Sebagai tindak lanjut pembinaan agar pelaksanaan K3 berjalan dengan baik


diperlukan pengawasan yang baik dan terpadu.

Pada kondisi ini sistem administrasi yang harus selalu dapat dipantau ke
efektifannya, dan dilaporkan secara rutin semua kegiatan penyelenggaraan
kegiatan K3 kepada DINAS TEBAGA KERJA KANTOR WILAYAH oleh pusat

7-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

perusahaan. Pelaporan yang dilakasanakan setiap periode tertentu (tiap tiga


bulan).

Laporan ini berisi tentang data perusahaan secara umum, keberadaan dan
kegiatan P2K3 di perusahaan. Dengan cara ini, maka instansi pemerintah
terkait mempunyai data tentang K3 yang ada di wilayah kerjanya, serta dapat
memantau semua aktifitas K3.

Bentuk –bentuk pelaporan diberikan contoh pada bagian 6.2. Pelaporan K3,
berikutnya.

b. Suku Dinas Tenaga Kerja (Sudinnaker)/ setempat

Sebelum melakukan aktifitas pekerjaan di lapangan, pihak proyek wajib


melapor dan mendaftar ke SUKU DINAS TENAGA KERJA setempat, karena
SUKU DINAS TENAGA KERJA adalah instansi pemerintah yang berwenang
dan bertanggung jawab menangani masalah K3. Sebagai bukti dari kegiatan
ini adalah diserahkannya Surat Pendaftaran proyek ke SUKU DINAS TENAGA
KERJA setempat dan diterimanya surat penerimaan/konfirmasi dari SUKU
DINAS TENAGA KERJA setempat..

c. Astek

Sesuai dengan ketentuan pemerintah, suatu perusahaan atau proyek yang


mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang wajib melindungi tenaga
kerjanya melalui suatu program asuransi tenaga kerja (ASTEK). Sebagai bukti
dari pelaksanaannya adalah diterimanya polis asuransi berikut kuitansi
pembayaran preminya.

d. Asuransi Lain

Ada proyek-proyek tertentu, didalam dokumen kontraknya mewajibkan


kontraktor untuk membayar polis asuransi construction all risk (CAR) atau
personal accident (PA). Yang dimaksud dengan CAR adalah ditujukan untuk
bangunan/phisik proyek dan peralatan kerjanya, sedangkan PA ditujukan pada
petugas/ orang yang melaksanakan pekerjaan.

Kadang-kadang PA juga ditujukan kepada petugas dari manajemen konstruksi


(MK). Sebagai bukti dari pelaksanaannya adalah diterimanya polis asurans i
berikut kuitansi pembayaran preminya.

7-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

e. Kimpraswil

Untuk proyek-proyek tertentu, seperti proyek-proyek sipil perlu mendatangkan


alat-alat berat. Apabila kondisi jalan dan keadaan jembatan yang akan dilalui
oleh transportasi alat berat tersebut relatif kecil, maka diperlukan ijin dari
pemerintah setempat, dalam hal ini instansi yang berwenang adalah DLLAJR
setempat. Dinas ini adalah instansi yang paling mengetahui spesifikasi teknis
jalan dan jembatan yang berada di wilayah kerjanya.

f. Laik Pakai

Hal ini ditujukan terhadap pesawat angkat dan pesawat angkut meliputi
perencanaan, pembuatan, pemasangan, peredaran, pemakaian, perubahan
dan/atau perbaikan teknisnya seperti pemeliharaan. Keterangan laik pakai
untuk pesawat angkat dan pesawat angkut memerlukan rekomendasi dari
DEPNAKER. Sebagai bukti pelaksanaannya adalah adanya surat keterangan
laik pakai dari instansi berwenang (DEP- NAKER).

g. Surat Ijin Operasi (SIO) dan Sertifikat Keterampilan Kerja

Hal ini ditujukan terhadap operator pesawat angkat, pesawat angkut dan
peralatan konstruksi lainnya. SIO atau Sertifikat Keterampilan untuk operator
pesawat angkat , pesawat angkut dan peralatan konstruksi lainnya
memerlukan pengesahan atas dari DEPNAKER atau institusi yang diberi
kewenangan untuk menerbitkan SIO atau Sertifikat Keterampilan tersebut.

h. Pemerintah / Lingkungan setempat

Pemerintah setempat (MUSPIDA) yang dimaksud, terdiri dari unsur


Departemen Dalam Negeri (lurah, camat, bupati, walikota), Kepolisian (polsek,
polwil, polda), dan TNI (babinsa, koramil, kodim). Ketiga unsur diatas adalah
instansi-instansi aparat negara yang mengendalikan mekanisme pemerintahan
dan keamanan/ketertiban umum.

Pemerintah/lingkungan setempat harus diberi laporan tentang


keberadaan/adanya kegiatan proyek, karena akan menyangkut banyak tenaga
kerja yang umumnya para pendatang, banyaknya kendaraan keluar/masuk
membawa material, adanya kegiatan-kegiatan di luar kegiatan rutin yang
terkadang dapat mengganggu kelancaran/ketenangan kegiatan rutin yang
sudah ada.

7-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

Sebagai bukti pelaksanaannya adalah adanya surat pemberitahuan ke


pemerintah lingkungan setempat dan sudah ada konfirmasinya.

7.2 Pelaporan K3

Pelaporan K3 baik ke tingkat SUKU DINAS TENAGA KERJA setempat,maupun ke


DINAS TENAGA KERJA KANTOR WILAYAH dilakukan secara berkala dan rutin
dengan menggunakan sarana formulir yang telah disiapkan, pelaporan
penyelenggaran kegiatan K3 ini harus disahkan oleh pengawas ketenagakerjaan
bidang K3 Konstruksi di SUKU DINAS TENAGA KERJA setempat, atau DINAS
TENAGA KERJA KANTOR WILAYAH.

Khusus bagi daerah – daerah yang tidak memiliki pengawas dari SUKU DINAS
TENAGA KERJA setempat, atau DINAS TENAGA KERJA KANTOR WILAYAH maka
pengesahan laporan untuk sementara dapat dilakukan oleh Ahli K3 Konstruksi yang
berada di perusahaan dimana kegiatan K3 sedang dijalankan.

Untuk perusahaan yang mempunyai proyek – proyek dengan didukung oleh sub
kontraktor kelas menegah / kecil, maka Kegiatan pelaporan ini dapat dilakukan
secara berjenjang melalui sub kontraktornya, dan harus mendapat pengesahan Ahli
K3 Konstruksi yang berada di kontraktor induk dimana kegiatan K3 sedang
dijalankan, dengan catatan tanggung jawab kegiatan K3 di tempat berlangsungnya
kegiatan konstruksi secara keseluruhan menjadi tanggung jawab kontraktor induknya
(main contractor), bentuk – bentuk pelaporan diberikan sebagai berikut ini.

7-5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

LAMPIRAN : BENTUK LAPORAN ADMINISTRASI K3 KONSTRUKSI

DAFTAR ISIAN K-3


PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
K3
PROYEK KEGIATAN
KONSTRUKSI BANGUNAN

MEMBANGUN
MANUSIA KARYA

Nama Projek :

Lokasi :

Kodya/Kabupaten :

Propinsi :

7-6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

DATA PROYEK

1. Nama Proyek :

2. Lokasi :

3. Pemberi Tugas :

4. Perencana Konstruksi :

5. Pengawas Konstruksi :

6. Pelaksana Konstruksi :

7. Luas Lahan :

8. Luas Bangunan :

9. Subkontraktor :
(dapat ditambah pada lembar tersendiri)
10. Mulai Pekerjaan :

11. Jumlah Tenaga Kerja :


a. Tetap : WNA Orang
: WNI Orang

b. Borongan/harian lepas : Orang

12. Selesai Pekerjaan :

13. Wajib Lapor Per 01/08: ada/tidak ada


Dibuat
oleh:

7-7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

CHEKLIST UNTUK PENGAWASAN


TEMPAT KERJA KEGIATAN KONSTRUKSI BANGUNAN

1 Nama Poyek :
2 Lokasi/alamat :
3 Pelaksana Konstruksi (kontraktor) :
4 Item yang diperiksa/diamati sbb :

No. ITEM YANG DIPERIKSA/DIAMATI YA TIDAK KETERANGAN


1 2 3 4 5
A. Umum
1 Apakah kontraktor telah melapor kepada
Depnaker sesuai pasal 2 Per.01/Men/80

2 Apakah kontraktor telah memiliki Wajib Lapor


sesuai UU No.7/1981

3 Apakah semua pekerja harian lepas dan atau


borongan dari subkon telah mendapat
perlindungan Jamsostek

4 Apakah kontraktor/subkon mempunyai ijin


penyimpangan waktu kerja

5 Apakah memiliki Poliklinik dilokasi proyek, bila


ada beberapa petugas kesehatan yang aktif

6 Apakah Proyek mempunyai petugas K3/


Construction Safety Officer yang telah
bersetifikat

7-8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

7 Apakah Proyek memiliki organisasi K3 (Unit


K3/P2K3) atau Safety Comitee
8 Apakah Safety Officer atau Safety Comitee
memiliki program K3 untuk pelaksanaan
proyek
9 Apakah Safety Officer atau Safety Comitee
memiliki kegiatan-kegiatan antara lain:

a. Safety talk
b. Rapat-rapat K3
- Harian
- Mingguan
- Bulanan
c. Prosedur kerja setiap tahapan pekerjaan
d. Supervisi dan inspeksi
e. Tersedia cheklist/safety patrol
f. Petugas piket
g. Kegiatan kampanye K3: lomba K3,
kebersihan, disiplin dll
h. Tindakan sanksi

10 Apakah cukup disiapkan alat-alat


perlengkapan dan alat pelindung diri (PPE)
serta jumlahnya:
a. Helm
b. Sepatu kerja
c. Tali Pengaman
d. Masker las
e. Penutup mulut
f. Sarung tangan
g. Pakaian kerja
h. Kaca mata las
i. Jaring pengaman
j. Terali pengaman

7-9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

11 Apakah ada dipasang rambu-rambu dan


poster:
a. Papan pengumuman untuk tata tertib
b. Poster-poster K3
c. Rambu-rambu atau papan-papan
peringatan seperti tanda : awas bahaya,
tanda bahan mudah terbakar
d. Tanda Kode petunjuk arah
- MCK
- Tandu
- Mushola
- Kantin
- Bak sampah induk
- Kotak P3K
- Tempat istirahat
- Air minum
- Klinik
- Ruang Safety Comitte

12 Adakah kesiapan kontraktor dalam


pencegahan dan penanggulangan bila terjadi
kebakaran dan sarana penanggulangan
kebakaran antara lain APAR apakah sudah
dipasang pada tempat/lokasi yang rawan
kebakaran?

B. Tempat Kerja dan Tata Ruang


1 Apakah lokasi/tempat kerja kegiatan
konstruksi telah dilengkapi dengan pagar
pengaman dengan keadaan baik

2 Lokasi proyek konstruksi:


- Luas tanah : m2
- Bangunan : m2
- Jumlah lantai : lantai
- Jumlah basemen : lantai

7-10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

3 Apakah penempatan peralatan dan bahan


cukup teratur

4 Apakah keadaan lingkungan kerja cukup


baik/rapi:
a. Penerangan
b. Ventilasi
c. Kebersihan
5 Apakah semua struktur bangunan dan
peralatan kerja, mesin-mesin, pesawat dan
peralatan kerja telah mendapat ijin pemakaian
dari Depnaker:
a. Motor diesel genset
b. Tower Crane
c. Mobil Crane
d. Fork lift
e. Passangerhoist
f. dll
6 Apakah operator-operator alat-alat/pesawat
angkat telah memiliki sertifikat atau SIO sesuai
Per.01/Men/1989:

a. Jumlah : orang
b. Nama : Klas:
Nama : Klas:
Nama : Klas:
7 Lain-lain

8 Diperiksa pada tanggal:

Diterima oleh : ………………….. Diperiksa tgl, ……………………


Pihak kontraktor : Diperiksa Oleh :

Nama : ………………… Nama : ……………….

7-11
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

DEPARTEMEN TENAGA KERJA R.I.


DIRETORAT JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. No. 51 - JAKARTA
Kotak Pos 4872 Jak. 12048 Telp. 5255733 Pes. 600 - Fax (021) 5253913

01 Laporan No.: Form : KONT - 001

WAJIB LAPOR
PEKERJAAN/PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN

Sebagaimana dimaksud Pasal 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI. No.


Per. 01/Men/1980 tentang K pada Konstruksi Bangunan sebagai
pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

1 Nama Proyek bangunan


2 Lokasi Proyek
3 Jenis Proyek
4 - Pelaksana Konstruksi/Kontraktor Utama (Main
Kontraktor)
- Nama Pemimpin Proyek
- Jabatan
- Alamat Kantor
- Wajib Lapor Ketenagakerjaan
- Perlindungan Jamsostek
- SIUJK
5 - Pemberi Tugas/Kerja
- Alamat
6 - Pengawas Konstruksi (Konsultan Pengawas)

- Alamat Kantor
- Pimpinan/Penanggung jawab
7 Bagian pekerjaan/proyek yang dikerjakan oleh Subkontraktor
(Data lengkap dapat diuraikan dalam lembar
tersendiri)
Nama Sub
Jenis Pekerjaan Sub Kontraktor Kontraktor
7.1 Persiapan dan pondasi Ya/Tidak
7.2 Gedung/Strukture Ya/Tidak

7.3 Mekanikal dan Elektrikal (M&E), Ya/Tidak


meliputi:

- Power Plant/genset Ya/Tidak


- Instalasi pipa air (plumbing) Ya/Tidak

7-12
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

- Instalasi tata udara Ya/Tidak


- Instalasi proteksi kebakaran Ya/Tidak
- Instalasi penyalur petir Ya/Tidak
- Instalasi lift Ya/Tidak
7.4 Pekerjaan Finishing Ya/Tidak
8 Jumlah pekerja yang akan dipekerjakan selama pekerjaan
konstruksi/proyek berlangsung (Data lengkap dapat diuraikan dalam
lembar tersendiri)

Jumlah Pekerja: ( ) orang WNI Org. WNA Org.


L Org. L Org.
P Org. P Org.
9 Lama Proyek: Tahun ( bulan)
10 Pekerjaan proyek dimulai pada:
11 Tahapan Pekerjaan/Schedule Waktu Pelaksanaan
- Persiapan dan pondasi
- Gedung/Structure
- Instalasi Listrik
- Gedung/Structure
- Mekanikal dan elektrikal (M & E)
- Power palnt/genset
- Instalasi pipa air (plumbing)
- Instalasi lift
- Instalasi tata udara
- Instalasi proteksi kebakaran
- Instalasi penyalur petir
- Sipil
- Finishing
- Hand out/penyerahan

12 Fasilitas alat, pesawat, mesin dan perlengkapan kerja yang tersedia atau
dipergunakan dalam pekerjaan konstruksi/proyek (Data lengkap dapat
diuraikan dalam lembar tersendiri)

Sertifikat
Jenis Alat/Perlengkapan Jumlah Kondisi
Nomor
- Kantor Proyek
- Pembangkit tata udara/ventilasi
- Instalasi Penerangan
- Mobil Crane
- Tower Crane
- Hoisting Lift
- Mesin Pancang/alat pneumatic
- Power Shovel/Excavator
- Perancah

7-13
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

13 Bahan-bahan berbahaya yang


terdapat pada lingkungan tempat
kerja/proyek

14 Fasilitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tersedia:


Sertifikat
Jenis Fasilitas K3 Jumlah Kondisi
Nomor
- Safety helmet
- Safety shoe
- Sarung tangan
- Safety belt
- Safety Net (jaring pengaman)
- Ear plug/ear muff
- Masker
- Geogles
- Poliklinik/Rumah Sakit Rujukan

15 Unit K3 (P2K3/Safety Committee):


- Nama
- Jabatan
- Anggota-anggota
16 Usaha-usaha K3 yang akan dilakukan: (Prosedur lengkap dapat diuraikan dalam
lembar tersendiri)

14.1. Panduan K3 Ada/Tidak


14.2. Program K3 Ada/Tidak
14.3. Penyuluhan K3 Ada/Tidak

Jakarta, …………………….., 1997

Pelaksana Konstruksi
(Kontraktor Utama)

Site Manager

1 Lembar warna putih dikirim ke Kantor Departemen Tenaga Kerja.


2 Lembar warna biru Arsip Kontraktor/Pelaksana Konstruksi.
Lembar warna merah dikirim ke Depnaker Pusat Cq. Direktorat Pengawasan
3 Norma K.
4 Lembar warna hijau dikirim ke Kanwil Departemen Tenaga Kerja.
5 Lembar warna kuning dikirim ke kacab. PT. Jamsostek (Persero).

7-14
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

DATA LENGKAP SUB KONTRAKTOR


MASING-MASING JENIS PEKERJAAN

1 Nama Sub Kontraktor


Jenis Pekerjaan
Nama Penanggung Jawab
Nama Sub Kontraktor
2 Data Tenaga Kerja/Pekerja WNI WNA Jumlah Kualifikasi
L P L P
- Management dan Staf
- Supervisor/Pengawas
- Foreman/Mandor
- Petugas K3/Safety Officer
- Operator Crane/Forklift
- Juru Las
- Pekerja/tenaga kerja
Data Pesawat, alat, mesin-mesin
3 Jumlah Sertifikat Nomor Kondisi
perlengkapan kerja
- Genset
- Mobil Crane
- Tower Crane
- Hoisting Lift
- Power Shovel
- Excavator
- Mesin Pancang
- Perancah/Scaffolding
Catatan:

Dapat diisi sesuai jenis pekerjaan

4 Unit K3/Safety Commite:


- Nama
- Jabatan
- Anggota-anggota
5 Fasilitas K (K3) yang tersedia:
Jenis Fasilitas K3 Jumlah Sertifikat Nomor Kondisi
- Safety helmet
- Safety shoe
- Safety belt
- Safety Net

7-15
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

- Ear Plug/Ear Muff


- Geogles

Mengetahui: …………………200
Kontraktor Utama Sub Kontraktor
(Main Kontraktor)

7-16
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

DEPARTEMEN TENAGA KERJA R.I.


DIRETORAT JENDERAL PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
DAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. No. 51 - JAKARTA
Kotak Pos 4872 Jak. 12048 Telp. 5255733 Pes. 600 - Fax (021) 5253913

Lanjutan
CHEKLIST UNTUK PENGAWASAN
TEMPAT KERJA KEGIATAN KONSTRUKSI BANGUNAN
1 Nama Poyek :
2 Lokasi/alamat :
3 Pelaksana Konstruksi (kontraktor) :

No. ITEM YANG DIPERIKSA/DIAMATI YA TIDAK KETERANGAN


1 2 3 4 5
I Layout / tata ruang lokasi:
- Kantor proyek
- Gudang bahan material
- Kantor proyek
- Pos keamanan
- Poliklinik
- Kantin
- Kamar MCK
- Rute lalu lintas kendaraan
- Tempat parkir
- Rute jalan orang keluar/masuk

II Tempat dan lingkungan kerja:


- Penerangan
- Ventilasi
- Corong peluncur
- Penyanggah
- Tempat penyimpangan bahan

Lokasi dan keadaan peralatan/


III mesin-mesin
- Pesawat-pesawat angkat:
a. Perizinan
b. Keadaan
c. Pemeriksaan terakhir
d. Data teknik (jenis, Nomor seri,
pabrik pembuatan, kapasitas)

7-17
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

e. Pemilik
- Pesawat-pesawat tenaga/genset:
a. Perizinan
b. Keadaan
c. Pemeriksaan terakhir
d. Data teknik (jenis, Nomor seri,
pabrik pembuatan, kapasitas)
e. Pemilikan
- Mesin-mesin perkakas yang ada

IV Fasilitas K (K3):
- Peralatan perlindungan dari (PPE)
- Kotak P& K
- Peralatan evaluasi/ penyelamat
- Peralatan pemadam kebakaran
- Jala pengaman (Safety net)
- Tempat perlindungan di atas kepala

V Prosedur K (K3):
- Peraturan-peraturan, pedoman
teknik petunjuk pelaksana
- Jadwal meeting K3/Unit
K3/P2K3/Pemimpin Proyek
- Jadwal supervisi
- Program pembinaan K3
- Prosedur pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja
- Pelatihan K3 bagi
mandor/operator, anggota
pengurus unit K3/P2K3/petugas
K3
VI Upaya-upaya perlindungan K3:
- Terhadap bahaya jatuh /
penadah/palang
pengaman/Safety belt
- Terhadap kejatuhan benda/ jala
pengaman/ Safety net/ pagar
sementara
- Terhadap robohnya bagian
bangunan
- Terhadap kebakaran (regu balakar)
- Terhadap kebisingan
- Dan lain-lain
VII Prosedur pelaporan kepada
instansi terkait:

7-18
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL &RKL

- Daftar identifikasi sumber bahaya


yang dapat diduga dari tiap tahap
pekerjaan
- Wajib lapor pekerjaan
- Perlindungan norma kerja (upah,
jam kerja, lembur dan jamsostek)

VIII Lain-lain:

IX Syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh kontraktor (syarat-syarat yang


diberikan oleh Pengawas K3)

X Tanggal pemeriksaan: 1998


Diperiksa oleh :
Nama/Nip :
Jabatan :
Tanda tangan :

7-19
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

BAGIAN II RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) DAN


RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

BAB 1
UMUM

1.1 Permasalahan Lingkungan

Di Indonesia, permasalah Lingkungan Hidup telah mendapat perhatian sejak


Pelita II, hal tersebut terus berlanjut sampai sekarang, dengan usaha-usaha yang
mengikat untuk menegakkan rambu-rambu pengaman untuk mencegah kegiatan
pembangunan yang merusak Lingkungan Hidup, serta melakukan tindakan
represif terhadap kegiatan pembangunan yang telah menimbulkan kerusakan
lingkungan. Hal tersebut dilakukan mengingat makin tingginya taraf hidup manusia
sehingga akan makin komplek lingkungan binaan yang diperlukan, serta makin
besar potensi SDA yang dimanfaatkan.

Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut diatas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam peraturan perundangan yang berlaku, kegiatan tersebut di atas wajib
dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
pelaksanaannya mengacu pada berbagai pedoman dan petunjuk teknis AMDAL
yang relevan, dengan memperhatikan sasaran dan ciri-ciri atau karakteristik
kegiatan proyek yang bersangkutan.

Dokumen AMDAL tersebut diatas terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-
turut sebagai berikut :
a. KA - ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan hasil
pelingkupan atau proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan
dengan dampak penting.
b. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah secara
cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan.

8 -1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

c. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung


upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan oleh rencana kegiatan.
d. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting
akibat rencana kegiatan.

8 -2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

BAB 2
PROSEDUR

Prosedur Amdal
1) Rencana Kegiatan (yang akan dilaksanakan)
AMDAL merupakan komponen studi kelayakan dan sesuai dengan tahapan proyek
maka dokumen AMDAL yang disiapkan adalah seperti berikut :
Pra-studi kelayakan : PIL
Studi kelayakan : ANDAL, dan arahan RKL & RPL
Perencanaan Teknis : RKL dan RPL
Konstruksi dan operasi : KL dan PL
Untuk masa peralihan dimana terdapat studi kelayakan yang sudah selesai, bahkan
mungkin perencanaan teknisnya pun kadang-kadang sudah selesai, namun belum
mencakup studi lingkungan (PIL ataupun ANDAL), maka rencana kegiatan yang
bersangkutan perlu segera dilengkapi dengan PIL atau ANDAL sesuai dengan
kebutuhannya
Gambar 1 Diagram : memperlihatkan bagan alir AMDAL dalam tahapan proyek.

2) Kegiatan yang sedang berjalan dan sudah selesai


Kegiatan yang sedang berjalan dan sudah selesai ditandai dengan sudah adanya
paling sedikit pembebasan lahan, yang kemudian dilanjutkan dengan konstruksi dan
operasi. Kegiatan yang sudah selesai adalah kegiatan yang telah mencapai akhir
masa manfaatnya. Bagi kegiatan-kegiatan seperti ini disiapkan PEL atau SEL
sesuai dengan kebutuhan, sesegera mungkin sehubungan dengan batas waktu
penyusunan PEL dan SEL.
Gambar 2 Diagram : memperlihatkan bagan alir Studi Evaluasi Mengenai Dampak
Lingkungan (SEMDAL) dalam tahapan proyek.

9 -1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Gb. I : Diagram
BAGAN ALIR AMDAL RENCANA KEGIATAN
Tahapan AMDAL bagi rencana kegiatan ditentukan sebagaimana ditunjukkan oleh bagan
alir berikut :

RENCANA
KEGIATAN
Survei /
Reconnaissance Penyaringan

BEBAS AMDAL PERLU PIL PERLU ANDAL

PIL

Bila Perlu
Pra – Studi
Kelayakan
Ya
PERLU KA
ANDAL ANDAL

Tidak ANDAL
Studi
Kelayakan

Final Disain
Engineering Berwawasan RKL dan RPL
Design Lingkungan

Konstruksi LAK
Operasi Pemeliharaan KL dan PL

9 -2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Gb. 2 : Diagram
BAGAN ALIR SEMDAL KEGIATAN SEDANG BERJALAN
Tahapan SEMDAL bagi kegiatan sedang berjalan ditentukan sebagaimana ditunjukkan
oleh bagan alir berikut :

Kegiatan sedang
berjalan / sudah
selesai
Penyaringan

BEBAS PERLU PERLU


SEMDAL PEL SEL

PEL

Ya
PERLU KA
SEL SEL

Tidak SEL

Disain
Berwawasan RKL dan RPL
Lingkungan

LAK
KL dan PL

9 -3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Gb. 3 : Diagram
Bagan Alir Proses Penilaian Amdal

1. PIL dan PEL

1) PEMRAKARSA

2) TIM KERJA

Keputusan

3) KOMISI PUSAT

4) TIM TEKNIS

5) PEJABAT ESELON I

1) Menyiapkan PIL / PEL

2) - Menilai dan mengevaluasi PIL / PEL


- Memberikan rekomendasi bagi persetujuan PIL / PEL
- Menyusun ringkasan
- Melaporkan rekomendasi persetujuan dan ringkasan berikut dokumen PIL /
PEL
- Menyusun konsep nota penjelasan

9 -4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

3) - Menerima laporan timja


 Meneruskan rekomendasi ke pejabat Eselon I yang mewakili menteri berikut
nota penjelasan
4) - Membantu penyusunan konsep nota penjelasan
5) - Menetapkan keputusan PIL / PEL atas nama menteri

Keterangan :

= Tidak Menilai

2. RKL dan RPL


Hasil PIL atau PEL

1) PEMRAKARSA

2) TIM KERJA

Keputusan

3) KOMISI PUSAT

4) TIM TEKNIS

5) PEJABAT ESELON I

9 -5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

1) - Menyiapkan RKL dan RPL


2) - Menilai dan mengevaluasi RKL dan RPL
 Memberikan rekomendasi bagi persetujuan RKL dan RPL
 Menyusun ringkasan
 Melaporkan rekomendasi persetujuan dan ringkasan berikut dokumen RKL dan
RPL
 Menyusun konsep nota penjelasan
3) - Menerima laporan timja
- Meneruskan rekomendasi ke pejabat Eselon I yang mewakili menteri berikut
nota penjelasan
4) - Membantu penyusunan konsep nota penjelasan
5) - Menetapkan keputusan RKL dan RPL atas nama menteri
Keterangan :

= Tidak Menilai

3. KA ANDAL dan KA SEL

1) PEMRAKARSA

2) TIM KERJA

Keputusan

3) KOMISI PUSAT

4) TIM TEKNIS

5) MENTERI PU

9 -6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

1) Menyiapkan KA
2) - Menilai dan mengevaluasi KA
 Menyusun ringkasan KA
 Presentasi di komisi pusat
3) - Menilai dan mengevaluasi ringkasan KA
 Menetapkan keputusan atas KA berikut dengan berita acara penilaian kompus
4) - Membantu komisi pusat dalam menilai dan mengevaluasi KA dan ringkasannya
 Menyusun konsep berita acara
5) Menerima tembusan keputusan komisi sebagai laporan tidak menetapkan

4. ANDAL dan SEL

1) PEMRAKARSA

2) TIM KERJA

Keputusan
3) KOMISI PUSAT

4) TIM TEKNIS

5) MENTERI PU

9 -7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

1) Menyiapkan ANDAL / SEL


2) - Menilai dan mengevaluasi ANDAL / SEL
 Menyusun ringkasan ANDAL / SEL
 Presentasi di komisi
3) - Menilai dan mengevaluasi ringkasan ANDAL / SEL
 Mengajukan rekomendasi konsep keputusan menteri disertai nota penjelasan
4) - Membantu komisi Pusat dan memberikan penjelasan mengenai ANDAL / SEL
 Menyusun konsep nota-nota penjelasan
5) Menetapkan keputusan ANDAL / SEL

5. RKL dan RPL

Hasil ANDAL atau SEL

1) PEMRAKARSA

2) TIM KERJA

Keputusan
3) KOMISI PUSAT

4) TIM TEKNIS

5) MENTERI PU

9 -8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

1) Menyiapkan RKL dan RPL


2) - Menilai dan mengevaluasi RKL dan RPL
 Menyusun ringkasan RKL dan RPL
 Presentasi di komisi
3) - Menilai dan mengevaluasi ringkasan RKL dan RPL
 Mengajukan rekomendasi dan konsep keputusan menteri disertai nota
penjelasan
4) - Membantu komisi pusat dan memberikan pendapat mengenai RKL dan RPL
 Menyusun konsep nota penjelasan
5) Menetapkan keputusan RKL dan RPL

Catatan :
a. Pada waktu pengajuan PIL atau PEL yang diperkirakan tidak memerlukan ANDAL
atau SEL, pemrakarsa sekaligus mengajukan konsep RKL dan RPL, yang
ditetapkan oleh pejabat eselon I atas nama menteri
b. Pada waktu pengajuan ANDAL atau SEL, pemrakarsa sekaligus mengajukan
konsep RKL dan RPL, yang ditetapkan oleh menteri.

9 -9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

BAB 3
KETENTUAN PELAKSANAAN

3.1 Aliran Dokumen dan Batas Waktu

a. Pemrakarsa mengajukan dokumen AMDAL kepada Tim kerja, sekretariat


Tim kerja memberikan tanda terima. Dokumen AMDAL yang diajukan ini
berupa konsep sedangkan dokumen final diselesaikan oleh pemrakarsa
setelah penetapan oleh menteri atau komisi (untuk kerangka acuan).
Sebelum dokumen AMDAL diajukan disarankan agar dengan koordinasi
DINAS dan komisi daerah setempat, dokumen dikonsultasikan terlebih
dahulu ditingkat daerah dengan melibatkan unsur-unsur instansi teknis
tingkat daerah terkait, pemerintah daerah, masyarakat yang terkena dampak
(kalau mungkin) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
menangani bidang lingkungan.
b. Setiap minggu tim kerja bersidang membahas dokumen yang masuk.
Apabila tim kerja memandang perlu adanya perbaikan maka dokumen
segera dikembalikan kepada pemrakarsa untuk diperbaiki. Dalam sidangnya
tim kerja dapat mengundang pemrakarsa sedangkan pemrakarsa dapat
meminta konsultan (jika ada) untuk menghadiri sidang tim kerja guna
memberikan penjelasan teknis yang bersifat rinci.
c. Apabila dokumen dianggap tidak memerlukan perbaikan lagi sekretaris tim
kerja segera menyiapkan ringkasan dokumen dan mengajukannya ke komisi
bersama dengan dokumen lengkap sebanyak dua exemplar selambat-
lambatnya lima hari setelah sidang tim kerja tersebut, sekretaris komisi
memberikan tanda terima dan segera meneruskan satu rekaman ringkasan
dokumen berikut dokumen lengkap kepada tim teknis.
Khusus bagi PIL dan PEL tim kerja langsung mengajukan rekomendasi
diterimanya PIL dan PEL kepada komisi yang akan langsung
mengajukannya kepada Pejabat Eselon I yang bertanggung jawab atas
bidang kegiatan yang bersangkutan untuk penetapannya atas nama menteri
dengan melampirkan nota penjelasan yang disiapkan oleh tim kerja dengan
dibantu oleh tim teknis berdasarkan ringkasan yang diajukan.
d. Tim teknis bersidang pada hari selasa, setelah dokumen diajukan oleh tim
kerja untuk menyaring masalah-masalah atau butir-butir penting yang perlu

10 -1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

diajukan dalam sidang komisi berikut rekomendasi terhadap dokumen


AMDAL. Dalam sidang tim teknis Tim Kerja dapat diundang untuk konsultasi.
Jika dianggap perlu ringkasan dapat disesuaikan dengan keperluan sidang
komisi. Sekretariat membantu pengiriman undangan dan penggandaan
ringkasan dokumen.

3.2 Lingkup Penilaian Amdal Oleh Komisi

Pengaturan lingkup penilaian dokumen AMDAL oleh komisi adalah seperti


berikut :
a. Dalam pelaksanaan penilaian AMDAL, komisi bertanggung jawab atas
penilaian dokumen AMDAL kegiatan / proyek bidang pekerjaan umum,
dengan syarat-syarat seperti berikut :
 Kegiatan / proyek dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN)
 Kegiatan / proyek diprakarsai oleh swasta, yang izin usahanya
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
 Kegiatan / proyek yang dibiayai bersama dari APBN dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) dengan porsi APBN lebih besar
dari 50% biaya kegiatan / proyek keseluruhan.
b. Bagi kegiatan / proyek yang dibiayai bersama dari sumber APBN dan
swadaya masyarakat penilaian AMDAL nya dilakukan oleh komisi pusat bila
porsi APBN lebih besar dari swadaya masyarakat.
Bila porsi swadaya masyarakat lebih besar dari APBN penilaian AMDAL nya
dilakukan oleh komisi daerah.
Bila komisi daerah menghadapi beberapa kendala teknis keuangan dan
institusi, komisi daerah dapat meminta bantuan komisi pusat untuk menilai
kegiatan / proyek bidang pekerjaan umum yang seharusnya menjadi
tanggung jawab komisi daerah.
c. Pelaksanaan AMDAL bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan oleh Komisi
daerah harus mengikuti peraturan penyaringan serta pedoman – pedoman
teknis AMDAL bidang pekerjaan umum yang telah ditetapkan oleh menteri
pekerjaan umum yang dalam pelaksanaannya akan dibantu oleh kanwil PU.

10 -2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

3.3 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan, Pemantauan Lingkungan


Pengawasan Lingkungan

a. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan (KL) dan Pemantauan Lingkungan


(PL) sesuai dengan RKL dan RPL yang bersangkutan pada tahap
pembebasan lahan dan konstruksi berada dibawah tanggung jawab
pemrakarsa.

b. Pelaksanaan KL dan PL sesuai dengan RKL dan RPL yang bersangkutan


pada tahap operasi berada dibawah tanggung jawab pemrakarsa atau dalam
hal keiatan / proyek telah diserahkan kepada pemerintah daerah atau
pengelola tertentu (misalnya badan otorita) dibawah tanggung jawab
pemerintah daerah atau pengelola tertentu tersebut.
c. Pengawasan lingkungan dan pelaksanaan KL dan PL oleh pemrakarsa atau
pemerintah daerah / pengelola kegiatan berada dibawah DINAS cq. Bidang
Pengujian.
d. Apabila terdapat penyimpangan pelaksanaan KL atau PL berdasarkan
laporan dari pemrakarsa, pemerintah daerah atau pengelola kegiatan atau
bahkan berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh DINAS sendiri, maka
DINAS wajib mengkoordinasikan dan melakukan pembinaan teknis bagi
upaya-upaya penanggulangannya.
e. Apabila setelah dilakukannya upaya-upaya tersebut butir (4),
penanggulangan penyimpangan pelaksanaan KL dan PL tidak terselesaikan
akibat kendala-kendala tertentu (teknis maupun keuangan), maka DINAS
melaporkan kasus yang bersangkutan kepada komisi melalui tim kerja yang
bersangkutan dengan tembusan kepada Gubernur / Kepala Daerah yang
bersangkutan agar komisi dapat membantu daerah dalam menyelesaikan
penanganannya.
f. Apabila dipandang perlu untuk kasus-kasus lingkungan tertentu komisi atau
aparatnya dapat melakukan pengawasan pelaksanaan KL dan PL secara uji
petik.

3.4 Fungsi Pemrakarsa

Dalam menyelenggarakan AMDAL bagi rencana kegiatan atau kegiatan yang


sedang berjalan, pemrakarsa perlu memperhatikan hal-hal berikut :

10 -3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

a. Dalam menyusun PIL atau PEL pemrakarsa dapat meminta bantuan jasa
dari penasehat atau konsultan perorangan bidang AMDAL setempat kalau
ada, dan bila perlu bantuan dari anggota tim kerja dan tim teknis
b. Bagi ANDAL yang menjadi bagian dari studi kelayakan, ANDAL menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka acuan studi kelayakan,
sehingga oleh karenanya kerangka acuan studi kelayakan seutuhnya harus
diajukan ke komisi melalui tim kerja, walaupun komisi harus menilai aspek
lingkungannya.
c. Pemrakarsa perlu menyertakan aparat komisi pusat (anggota tim kerja atau
tim teknis) dalam tim penilai konsultan dan negosiasi pekerjaan yang
memerlukan AMD.
d. Dalam pelaksanaan pembebasan lahan dan konstruksi oleh kontraktor
pemrakarsa wajib mengawasi secara cermat pelaksanaan KL dan PL yang
rencananya dituangkan dari perencanaan teknis (disain) yang bila perlu
dengan menggunakan jasa konsultan penyelia (supervisi) yang bertanggung
jawab penuh kepada pemrakarsa.
e. Apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan KL dan PL pemrakarsa wajib
melaporkannya kepada DINAS setempat.
f. Dalam hal terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan KL dan PL sedapat
mungkin pemrakarsa harus berusaha untuk menanggulanginya dengan
pembinaan teknis dari DINAS setempat, sebelum tindak turun tangan dari
komisi diperlukan.

3.5 Studi ANDAL Pada Tahap Studi Kelayakan


Sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan studi
kelayakan harus mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis dan lingkungan, akan
menghasilkan suatu dokumen bagi para pengambil keputusan apakah proyek
tersebut layak untuk dilaksanakan. Studi ANDAL yang dilakukan pada tahap ini
merupakan penelaahan dampak penting yang timbul akibat rencana kegiatan
proyek secara cermat dan mendalam, dan hasilnya merupakan acuan untuk
merumuskan penanganan dampak yang timbul tersebut dalam bentuk Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Studi ini juga merupakan dokumen proyek yang penting, karena dipakai oleh
para pengambil keputusan apakah proyek tersebut layak ditinjau dari segi
lingkungan, sehingga dapat diimplementasikan.

10 -4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

3.6 Penjabaran RKL dan RPL pada Tahap Perencanaan Teknis


Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar teknis,
syarat dan spesifikasi teknis kegiatan, sehingga dapat menggambarkan produk
yang akan dihasilkan, didasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam
studi kelayakan.

Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan lingkungan,


maka perumusan RKL dan RPL harus dijabarkan dalam gambar-gambar teknis
dan spesifikasi teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen kontrak,
sehingga mengikat pelaksana proyek.

3.7 Pelaksana RKL dan RPL


1. Pada tahap pra konstruksi
Kegiatan pra konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan
penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang
lokasi, luas, jenis peruntukan serta kondisi penduduk yang memiliki atau
menempati tanah yang dibebaskan tersebut.
Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang masalah pembebasan tanah dalam
RKL dan RPL harus dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai acuan
dalam pelaksanaan pembebasan tanah dan pembebasan tanah tersebut.

2. Pada tahap konstruksi.


Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai
dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam
kegiatan perencanaan teknis.

Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap ini meliputi


penerapan:
• Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas dan kuantitas
pekerjaan yang terkait dengan penanganan dampak penting.
• Penerapan SOP yang mengacu dampak lingkungan.
• Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan tindak
lanjutnya.

Sedangkan penerapan RPL pada tahap ini mencakup :

10 -5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

• Pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar dan


spesifikasi teknis yang telah mengikuti Kaidah lingkungan.
• Penerapan dan pelaksanaan uji coba operasional.
• Penilaian hasil pelaksanaan pengelolahan lingkungan dan pemantauan
lingkungan untuk masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL dan
RPL.

3.8 Evaluasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pada Tahap Pasca


Proyek
Evaluasi pasca proyek ditujukan untuk menilai dan pengupayaan peningkatan
daya guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan dioperasikan.
Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk
memantapkan SOP dengan mengacu pada pengalaman yang didapat di
lapangan selama kegiatan proyek berlangsung.

3.8.1 Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak

Komponen pekerjaan konstruksi dapat menimbulkan dampatk terhadap


lingkungan hidup, sangat dipengaruhi oleh jenis besaran dan volume pekerjaan
tersebut serta kondisi lingkungan yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
Pada umumnya komponen pekerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan
dampak antara lain :
1) Persiapan Pelaksanaan Konstruksi.
a. Mobilitas peralatan berat, terutama untuk jenis kegiatan konstruksi
yang memerlukan banyak alat-alat berat, dan terletak atau melintas
areal permukiman, serta kondisi prasarana jalan yang kurang
memadai.
b. Pembuatan dan pengoperasian bengkel, basecamp dan barak kerja
yang besar dan terletak di areal pemukiman.
c. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk lokasi kegiatan yang cukup
luas dan dekat areal pemukiman.
2) Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi.
a. Pekerjaan tanah, mencakup penggalian dan penimbunan tanah.
b. Pengangkutan tanah dan material bangunan.
c. Pembuatan pondasi, terutama pondasi tiang pancang.
d. Pekerjaan struktur bangunan, berupa beton, baja dan kayu.
e. Pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan.

10 -6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

f. Pekerjaan pengairan seperti saluran dan tanggul irigasi/banjir, sudetan


sungai, bendung serta bendungan.

Disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada disekitar lokasi kegiatan,


kegiatan konstruksi tersebut diatas akan dapat menimbulkan dampak
terhadap komponen fisik kimia dan bahkan bila tidak ditanggulangi dengan
baik akan dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan lain seperti komponen biologi maupun komponen sosial
ekonomi dan sosial budaya.

Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi Dan Upaya


Menanganinya

Pada suatu pekerjaan konstruksi perlu dipertimbangkan adanya dampak-


dampak yang timbul akibat pekerjaan tersebut serta upaya untuk
menanganinya. Disesuaikan dengan jenis dan besaran pekerjaan
konstruksi serta kondisi lingkungan di sekitar lokasi kegiatan, penentuan
jenis dampak lingkungan yang cermat dan teliti, atau melakukan analisis
secara sederhana dengan memakai data sekunder.

Berdasarkan pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan yang dapat


timbul pada pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan cara penanganannya
adalah sebagai berikut :

1) Meningkatnya Pencemaran Udara dan Debu.


Dampak ini timbul karena pengoperasian alat-alat berat untuk pekerjaan
konstruksi seperti saat pembersihan dan pematangan lahan pekerjaan tanah,
pengangkutan tanah dan material bangunan, pekerjaan pondasi khususnya
tiang pancang, pekerjaan badan jalan dan perkerasan jalan, serta pekerjaan
struktur bangunan.
Indikator dampak yang timbul dapat mengacu pada ketentuan baku mutu udara
atau adanya tanggapan dan keluhan masyarakat akan timbulnya dampak
tersebut.
Upaya penanganan dampak dapat dilakukan langsung pada sumber dampak itu
sendiri atau pengelolaan terhadap lingkungan yang terkena dampak seperti :

10 -7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

a. Pengaturan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan kondisi


setempat, seperti penempatan base camp yang jauh dari lokasi pemukiman,
pengangkutan material dan pelaksanaan pekerjaan pada siang hari.
b. Memakai metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti
memakai pondasi bore pile untuk lokasi disekitar permukiman.
c. Penyiraman secara berkala untuk pekerjaan tanah yang banyak
menimbulkan debu.

2) Terjadinya erosi dan longsoran tanah serta genangan air.


Dampak ini dapat timbul akibat kegiatan pembersihan dan pematangan lahan
serta pekerjaan tanah termasuk pengelolaan quary, yang menyebabkan
permukaan lapisan atas tanah terbuka dan rawan erosi, serta timbulnya
longsoran tanah yang dapat mengganggu sistem drainase yang ada, serta
mengganggu estetika lingkungan disekitar lokasi kegiatan.
Indikator dampak dapat secara visual dilapangan, dan penanganannya dapat
dilakukan antara lain :
a. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai sehingga tidak merusak
atau menyumbat saluran-saluran yang ada.
b. Perkuat tebing yang timbul akibat perkerjaan konstruksi.
c. Pembuatan saluran drainase dengan dimensi yang memadai.

3) Percemaran kualitas air.


Dampak ini timbul akibat pekerjaan tanah dapat yang menyebabkan erosi tanah
atau pekerjaan konstruksi lainnya yang membuang atau mengalirkan limbah ke
badan air sehingga kadar pencemaran di air tesebut meningkat.
Indikator dampak dapat dilihat dari warna dan bau air di bagian hilir kegiatan
serta hasil analisis kegiatan air/mutu air serta adanya keluhan masyarakat.
Upaya penanganan dampak ini dapat dilakukan antara lain :
a. Pembuatan kolam pengendap sementara, sebelum air dari lokasi kegiatan
dialirkan ke badan air.
b. Metode pelaksanaan konstruksi yang memadai.
c. Mengelola limbah yang baik dari kegiatan base camp dan bengkel.

10 -8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

4) Kerusakan prasarana jalan dan fasilitas umum.


Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan
yang melalui jalan umum, serta pembersihan dan pematangan lahan serta
pekerjaan tanah yang berada disekitar prasarana dan utilitas umum tersebut.

Indikator dampak dapat dilihat dari kerusakan prasarana jalan dan utilitas umum
yang dapat mengganggu berfungsinya utilitas umum tersebut, serta keluhan
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

Upaya penanganan dampak yang timbul tersebut antara lain dengan cara :
a. Memperbaiki dengan segera prasarana jalan dan utilitas umum yang rusak.
b. Memindahkan labih dahulu utilitas umum yang terdapat dilokasi kegiatan
ketempat yang aman.

5) Gangguan Lalu Lintas.


Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan
serta pelaksanaan pekerjaan yang terletak disekitar/berada di tepi prasarana
jalan umum, yang lalu lintasnya tidak boleh terhenti oleh pekerjaan konstruksi.
Indikator dampak dapat dilihat dari adanya kemacetan lalulintas di sekitar lokasi
kegiatan dan tanggapan negatif dari masyarakat disekitarnya.

Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :


a. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan memberi prioritas
pada kelancaran arus lalulintas.
b. Pengaturan waktu pengangkutan tanah dan material bangunan pada saat
tidak jam sibuk.
c. Pembuatan rambu lalulintas dan pengaturan lalulintas di sekitar lokasi
kegiatan.
d. Menggunakan metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi lingkungan
setempat.

6) Berkurangnya keaneka-ragaman flora dan fauna.


Dampak ini timbul akibat pekerjaan pembersihan dan pematangan lahan serta
pekerjaan tanah terutama pada lokasi-lokasi yang mempunyai kondisi biologi
yang masih alami, seperti hutan.

10 -9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

Indikator dampak dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditebang,
khususnya jenis-jenis tanaman langka dan dilindungi serta adanya reaksi
masyarakat.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
a. Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai.
b. Penanaman kembali jenis-jenis pohon yang ditebang disekitar lokasi
kegiatan.

Selain dampak primer tersebut diatas masih dampak-dampak sekunder akibat


pekerjaan konstruksi yang perlu mendapat perhatian bagi pelaksana proyek,
seperti :
1. Terjadinya interaksi sosial (positif/negatif) antara penduduk setempat dengan
para pekerja pendatang dari luar daerah.
2. Dapat meningkatkan peluang kerja dan kesempatan berusaha pada
masyarakat setempat, serta meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.

10 -10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

RANGKUMAN

BAGIAN I Sistem Manajemen K3 dan Pedoman Teknis K3

Rangkuman materi pelatihan ini sebagai berikut :


Bab 1
Manusia sebagai unsur tenaga kerja merupakan aset dalam pelaksanaan
konstruksi, perlu dibina dan dijamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Faktor
pencegahan kecelakaan kerja harus merupakan bagian dari manajemen dan
organisasi proyek.

Bab 2
Dasar hukum dan perundang – undangan
UUD 45 Pasal 27 ayat (2) bahwa tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan peraturan serta UU
ketenagakerjaan yang lain (ada 8).

Bab 3
K3 Konstruksi
Pelaksanaan K3 Konstruksi mencakup aturan – aturan alat pelindung diri, cara
dan sikap yang aman dalam mengoperasikan alat kerja atau dalam melaksankan
pekerjaan, kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja dan cara
penyimpanan barang/bahan yang aman.

Bab 4
Analisa potensi bahaya K3
Meliputi semua kegiatan pekerjaan lapangan, yang pada umumnya untuk kegiatan
Konstruksi Sumber Daya Air (ada 12 kegiatan).

Bab 5
Sistem manajemen K3 berpedoman pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1996 tentang Sistem manajemen K3 yang mengatur bagaimana K3
seharusnya diatur, yang melibatkan unsur manajemen dan tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL

Bab 6
Komitmen dan kebijaksanaan manajemen proyek terhadap tenaga kerja sangat
menentukan keberhasilan penerapan K3.
Bab 7
Administrasi dan pelaporan K3 meliputi administrasi internal dan eksternal.
Sedang pelaporan dilakukan ketingkat Suku Dinas Tenaga Kerja maupun ke
Dinas Tenaga Kerja Kantor Wilayah dilakukan dengan cara berkala dan rutin.

BAGIAN II Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan


Lingkungan (RKL) K3

Bab 1
Prosedur Amdal
( 1 ) Rencana kegiatan ( yang akan dilaksanakan)
Dokumen AMDAL terdiri :
Pada tahap perencanaan teknis : RKL dan RPL.
Pada tahap konstruksi dan operasi : RKL dan PL.
( 2 ) Kegiatan yang sedang berjalan dan sudah selesai.

Bab 2
Ketentuan pelaksanaan
1. Aliran dokumen dan batas waktu.
2. Lingkup penilaian AMDAL oleh Komisi.
3. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan, pengawasan
lingkungan.
4. Fungsi pemrakarsa.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL& RKL
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Sistem Manajemen K3, RPL & RKL

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pada Konstruksi Bangunan

4. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut

5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi

6. PERMENAKER No.: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja

7. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series

8. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999

9. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management


Systems

10. Kep Men Kimpraswil No.171 / KPTS / M / 2003 Tentang Penetapan Usaha /
Kegiatan Bidang Kimpraswil Wajib Melengkap Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Pemantauan Lingkungan.

11. Kep Men Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004, Tentang Pedoman Teknis


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan.

Anda mungkin juga menyukai