Anda di halaman 1dari 6

27

Buana Sains Vol 12 No 1: 99-104, 2012

PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI SUMBER


ENERGI ALTERNATIF DAN PUPUK ORGANIK

R. Amaranti, M. Satori dan Y.S. Rejeki


PS Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung

Abstract
Enviromental problems due to activities of exploration and exploitation of natural
resources for energy and utilization of energy as source of fuel become importance issue in
Indonesia. Therefore an alternative for utilization of natural resources as energy is
desperately needed. One of the potential resources is utilization of manure as energy
alternative and fertilizer. Society of Sindangbarang village, Sub district Jalaksana of
Kuningan District generally is farmer and husbandary with main activities on goat cattle.
Social guidance was conducted to utilize manure as sources for energy and liquid fertilizer.
The social guidance activieties were divided into three steps, i.e. identification,
implementation and evaluation. Implemention was main step to install digester for
processing goat manure to make biogas. The results indicated that goat manure as biogas
could be made as fuel energy for cooking and organic fertilizer as alternative for agriculture
activities. It is concluded that a large positive affect will be gained if all goat farmers do the
same way and this avtivities is also to support government policy for alternative energy,
organic agriculture and improving environmental life condition.

Key words: manure, biogas, organic fertilizer, environmental life condition

Pendahuluan biaya produksi. Masalah inilah yang


menyebabkan usaha pertanian di desa tidak
Kultur pertanian yang dikembangkan oleh
mengalami kemajuan yang signifikan.
masyarakat Desa Sindangbarang saat ini
Masalah lain yang terjadi adalah kondisi
adalah kultur tani tradisional dengan
lahan pertanian yang kesuburannya
mengikuti pola dan musim tanam.
cenderung menurun dan permasalahan
Komoditas utama pertanian yang
berbagai jenis hama yang sering menyerang
dikembangkan adalah tanaman padi dan
tanaman pertanian.
berbagai jenis palawija yang ditanam secara
Kelompok petani di Desa
bergantian dengan tanaman padi.
Sindangbarang juga mengembangkan
Permasalahan yang sering terjadi saat ini
usaha peternakan, khususnya peternakan
adalah ketersediaan pupuk, selain harganya
kambing. Hampir semua anggota
yang cenderung naik juga mengalami
kelompok tani memiliki kandang kambing.
kesulitan untuk mendapatkan pupuk pada
Potensi peternakan kambing di desa
saat masa tanam. Karena para petani
tersebut sebenarnya cukup baik karena
sangat tergantung pada pupuk kimia maka
didukung ketersediaan rumput untuk
biaya produksi menjadi tinggi, sementara
makanan kambing yang cukup, kecuali
ketika panen harga jual komoditas
pada saat kemarau harus ke desa tetangga
pertanian sering tidak seimbang dengan
yang lokasinya tidak terlalu jauh dari desa
28

R.Amaranti, M.Satori dan S.Y. Rejeki/ Buana Sains Vol 12 No 1: 99-104, 2012

tersebut. Permasalahannya adalah mereka 0,5 L minyak diesel; 0,8 L bensin; 1,4 kg
tidak memiliki modal yang cukup untuk batubara; 0,48 kg bahan bakar gas LPG;
mengembangkan peternakan tersebut 5,5 kg kayu bakar dan 1,64 kg arang
sehingga seorang petani hanya memiliki 2- (Kosmann, 1997). Biogas tersebut
3 ekor kambing saja. Saat ini peternakan dihasilkan dari berbagai limbah organik
kambing yang sudah berjalan adalah sekitar seperti sampah biomassa, kotoran ternak,
100 ekor kambing yang dikelola hampir 30 dan kotoran manusia, melalui proses
peternak. Dari kegiatan peternakan digestion. Selain dapat dijadikan sebagai
tersebut tentunya juga menghasilkan energi alternatif bagi masyarakat
kotoran yang akan menyebabkan masalah pemnafaatan biogas dari kotoran ternak
lain apabila tidak dikelola dengan baik. tersebut adalah sebagai berikut: (1) pola
Selama ini, kotoran kambing hanya pemeliharaan ternak/budi daya ternak
dijadikan pupuk tanpa pengolahan terlebih menjadi lebih baik, (2) mengurangi polusi
dahulu dan sebagian lagi dibuang sehingga udara akibat bau kotoran/limbah ternak,
menimbulkan bau dan mencemari saluran (3) mendukung kelestarian usaha
air terutama ketika hujan. Sebenarnya peternakan, (4) meningkatkan penyediaan
kotoran ternak terutama kambing pupuk organik asal ternak, sehingga
berpotensi untuk diolah menjadi biogas. ketergantungan terhadap pupuk kimia
Biogas tersebut dapat dijadikan energi berkurang, (5) mengurangi ketergantungan
alternatif bagi masyarakat yang ramah pada minyak tanah, (6) mengurangi beban
lingkungan dan sisa pemanfaatan biogas keuangan negara terhadap subsidi bahan
juga akan dihasilkan pupuk organik cair bakar minyak tanah dan pupuk, serta upaya
yang berkualitas. Namun demikian, baik penghematan listrik di pedesaan.
para peternak maupun para petani belum Pencanangan Program Go Organik
memiliki pengetahuan yang cukup 2010 oleh Departemen Pertanian sudah
mengenai cara memanfaatkan kotoran dilakukan sejak tahun 2001 dengan visi
kambing untuk biogas dan pupuk organik. mewujudkan Indonesia sebagai salah satu
Biogas merupakan gas yang dihasilkan produsen pangan organik terbesar di dunia.
oleh bakteri metanogenik anaerobik Pensuksesan program tersebut
(bakteri penghasil gas metan yang hanya memerlukan keterpaduan peran dan
dapat hidup dalam kondisi bebas oksigen) tanggungjawab seluruh stakeholder terkait
dari proses perombakan bahan–bahan (IRRI, 2006)
organik seperti limbah kotoran sapi, babi, Prinsip pertanian organik pada
bahkan manusia. Secara alami, biogas adasarnya meliputi banyak aspek, mulai
banyak terdapat di sawah atau rawa. Biogas dari aspek bibit, lahan, pupuk, teknik
terutama tersusun dari gas metan (55-75%) produksi, pasca panen, dan bahkan harga.
dan karbondioksida (25-45%). Karena sifat Berkaitan dengan aspek pupuk yang
gas metan yang mudah terbakar, maka digunakan harus mengikuti standarisasi
biogas dapat dipakai sebagai sumber energi sebagai berikut (Sudaryanto, 2009): (1)
alternatif bagi masyarakat (Prataya, 2010). melarang penggunaan bahan kimia sintetis
Penelitian aplikatif terbaru yang dilakukan dan pabrikan, (2) mendorong penggunaan
oleh German Agency for Technical Cooperation pupuk hasil komposisasi, (3)
membuktikan bahwa biogas dapat mengutamakan pupuk kandang dari ternak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor sendiri, (4) pupuk cair dari bahan alami dan
gas dan lampu gas. Apabila dikonversi (5) mendorong penggunaan
dengan bahan bakar fosil, maka 1 m3 mikroorganisme lokal.
biogas setara dengan: 0,62 L minyak tanah;
29

R.Amaranti, M.Satori dan S.Y. Rejeki/ Buana Sains Vol 12 No 1: 99-104, 2012

Salah satu bahan yang dapat dijadikan Ada beberapa jenis digester dan
pupuk organik adalah kotoran ternak, kelengkapannya yang dapat digunakan
termasuk kotoran kambing. Kotoran untuk pemanfaatan biogas dari kotoran
kambing mengandung berbagai unsur hara ternak:
yang dibutuhkan berbagai tanaman a. Digester, yaitu komponen utama
termasuk pertanian. Sebagaimana diketahui instalasi biogas sebagai alat penghasil
bahwa unsur hara penting yang dibutuhkan biogas yang dilengkapi lubang
tanaman adalah unsur N, P dan K. pemasukan (inlet) dan lubang
Kandungan unsur tersebut dalam kotoran pengeluaran (outlet), penampung gas
ternak kambing adalah N = 50,6 kg/t, P = dan penampung sisa buangan (sludge).
6,7 kg/t, dan K = 39,7 kg/t (Sudomo, Terdapat beberapa model digester
2007). Disamping menghasilkan unsur hara dalam pembuatan biogas, yaitu: model
tersebut, pupuk kandang juga fixed dome (model kubah), model
menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, silinder/terapung, dan model kantong
seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. plastik (Gambar 1).
Umumnya pemanfaatan kotoran b. Material/bahan digester: dari pasangan
kambing sebagai pupuk organik oleh para bata dan semen, drum, serat fiber dan
petani dilakukan secara langsung setelah bahan dari kantong plastik.
temperaturnya normal (tidak mengeluarkan c. Pipa paralon (PVC) Ø ½”, slang
gas metan), sebagai campuran kompos, plastik, kran, kompor, genset dan lain-
atau residu dari proses digester setelah lain.
biogas kotoran tersebut dimanfaatkan.

Gambar 1. Contoh konstruksi digester bentuk kubah dan kantong plastik

Metode adalah melakukan identifikasi pada lokasi


dampingan. Identifikasi awal tersebut
Bimbingan dan pendampingan kepada
antara lain meliputi karakteristik dan
masyarakat dalam pemanfaatan ilmu
budaya masyarakat setempat, kondisi
pengetahuan dan teknologi pemanfaatan
pertanian dan peternakan masyarakat
kotoran ternak ini, terdiri atas beberapa
tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan baik
tahapan. Tahapan tersebut adalah
melalui survei langsung maupun diskusi
identifikasi awal, persiapan lokasi, dan
dengan tokoh masyarakat setempat,
pelaksanaan dampingan. Tahapan paling
maupun dengan para petani.
awal dalam pelaksanaan dampingan ini
30

R.Amaranti, M.Satori dan S.Y. Rejeki/ Buana Sains Vol 12 No 1: 99-104, 2012

Sebelum pelaksanaan dampingan disampaikan dalam pelatihan teori dalam


dimulai perlu dilakukan penyiapan lokasi ruangan adalah isu lingkungan dan
terlebih dahulu. Kriteria penetapan lokasi perubahan iklim global, pertanian organik,
tersebut adalah sebagai berikut: teknik pembuatan pupuk organik, dan
a. lokasi reaktor sedekat mungkin dengan teknik pembuatan biogas. Pelaksanaan
kandang kambing. dampingan di lapangan meliputi kegiatan-
b. tempat drum umpan sebaiknya didekat kegiatan sebagai berikut:
penimbunan kotoran hewan. Dampingan praktek perakitan instalasi biogas
c. tidak dibangun dibawa pohon kelapa plastik
atau pohon yang buahnya bisa
memecahkan reaktor. Instalasi Biogas Plastik terdiri atas
d. setelah lokasi ditetapkan, dibuat galian beberapa tahapan, yaitu pemasangan
tanah dengan ukuran: panjang = 4 m, reaktor, pemasangan drum umpan dan
lebar = 1 m, tinggi = 80 cm tempat pengeluaran “Sludge”, pemasangan
e. fungsi galian ini adalah untuk wadah penampung gas dan regulator, dan
reaktor plastik. pemasangan kompor (Gambar 2).
f. agar plastiknya tidak bocor, permukaan
galian harus bebas benda runcing dan Dampingan praktek pengoperasian instalasi
dan akar pohon. biogas plastik

Setelah ditetapkan lokasi yang akan Dampingan terhadap pengoperasian


dijadikan uji coba instalasi biogas maka instalasi biogas dilakukan pada penyiapan
selanjutnya dilakukan penataan terhadap bahan umpan, pengisian awal, masa
lokasi yang telah ditetapkan tersebut. pembentukan gasbio, menghidupkan
Pelaksanaan dampingan dilakukan dengan kompor, pengisian rutin, dan pupuk
dua cara, yaitu penyampaian secara teoritis organik (Gambar 3).
yang dilaksanakan dalam ruangan (class room
training) dan praktek lapangan. Materi yang

Gambar 2. Perakitan dan instalasi reaktor biogas plastik


31

R.Amaranti, M.Satori dan S.Y. Rejeki/ Buana Sains Vol 12 No 1: 99-104, 2012

Gambar 3. Pengoperasian
Dampingan praktek perawatan instalasi biogas terbaharukan (renewable energy)
plastik sebagaimana program pemerintah dan
dunia. Bila program tersebut diterapkan
Setelah instalasi biogas plastik berhasil
untuk seluruh populasi kambing yang ada
dilakukan, selanjutnya biogas plastik
di Desa tersebut maka program tersebut
tersebut harus dirawat agar
dapat memberikan manfaat yang cukup
penggunaannya optimal. Perawatan
signifikan dalam pengembangan energi
tersebut terdiri atas perawatan reaktor,
alternatif.
perawatan penampung gas, dan
Berdasarkan pengamatan di lapangan
perawatan kompor.
bahwa saat ini ada sekitar 200 peternak
yang ada di Desa Sindangbarang. Bila
Hasil dan Pembahasan setiap peternak rata-rata memiliki 5 ekor
Mengamati hasil uji coba pemanfaatan kambing maka populasi ternak kambing
kotoran ternak dalam kegiatan di desa tersebut sekitar 1000 ekor.
dampingan masyarakat petani dan Produksi kotoran dari setiap ekor
peternak, ternyata instalasi digester telah kambing dewasa rata-rata sebanyak 1,4
menghasilkan biogas yang cukup baik dan kg/hari, sehingga total kotoran yang
dapat dimanfaatkan untuk menyalakan dihasilkan dari seluruh populasi kanbing
kompor di dapur. Dalam uji coba selama diperkirakan 1400 kg/hari. Menurut
sebulan peternak yang dijadikan lokasi uji Ridwan (2006) setiap 1 kg kotoran
coba dapat mengurangi belanja energi kambing dapat menghasilkan 0,016 m3
untuk rumah tangga, yang selama ini biogas, dengan demikian potensi biogas
menggunakan gas elpiji, hingga 50%. dari seluruh kotoran kambing adalah 22,4
Berdasarkan pengamatan tersebut maka m3/hari. Setiap 1 m3 biogas setara
kotoran ternak khususnya kambing dengan: 0,62 L minyak tanah; 0,48 kg
berpotensi untuk dijadikan energi bahan bakar gas LPG; 5,5 kg kayu bakar
alternatif bagi masyarakat dan dan 1,64 kg arang (Kosmann, 1997). Bila
mengembangkan energi baru dan masyarakat selama ini menggunakan
32

R.Amaranti, M.Satori dan S.Y. Rejeki/ Buana Sains Vol 12 No 1: 99-104, 2012

minyak tanah sebagai bahan bakar maka limbah kotoran hewan yang selama ini
dengan memanfaatkan biogas dari tidak tertangani dengan baik maupun
kotoran ternak yang ada dapat karena dihasilkannya alternatif energi
menghemat konsumsi minyak tanah ramah lingkungan dan pupuk organik
sebesar 13,9 L/hari, dan apabila yang baik untuk lingkungan.
masyarakat selama ini menggunakan gas Rekomendasi pertama yang
LPG sebagai bahan bakar maka dapat diusulkan untuk dilakukan di masa yang
menghemat gas sebanyak 10,8 kg/hari. akan datang adalah menerapkan kegiatan
Selain menghasilkan biogas instalasi pemanfaatan kotoran ternak sebagai
digester juga telah menghasilkan pupuk sumber energi pada semua pemilik
organik. Pupuk organik tersebut langsung kandang yang ada di Desa Sindangbarang
diujicobakan pada berbagai jenis tanaman yakni sebanyak 200 kandang. Para
yang ada. Berdasarkan pengamatan peternak dapat dilatih dan didampingi
bahwa tanaman dengan menggunakan untuk mengembangkan teknologi digester
pupuk organik jauh lebih subur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
dibandingkan dengan tanaman yang tidak masyarakat tersebut. Rekomendasi kedua
menggunakan pupuk organik. Ini berarti yaitu mengembangkan pupuk alternatif
bahwa pupuk organik yang dihasilkan organik yang berasal dari kotoran ternak
dapat menggantikan pupuk kimia yang untuk mewujudkan kemandirian petani
selama ini digunakan para petanik. Secara dan mengurangi ketergantungan dalam
teoritis dari setiap 1 kg kotoran hewan penggunaan pupuk kimia.
yang belum diolah dan dimanfaatkan
biogas akan menghasilkan residu berupa Daftar Pustaka
pupuk organik curah seberat 0,6 kg.
Dengan demikian dari 1400 kotoran Pratava, A. 2010. Potensi Biogas untuk
hewan dari seluruh populasi kambing Masyarakat. http://majalahenergi.com/
Sudomo, A. 2007. Pertumbuhan Semai
diperkirakan akan menghasilkan pupuk
Gmelina Arborea Linn dengan Pemberian
organik curah sekitar 860 kg/hari. Mikoriza, Pupuk Organik Diperkaya dan
Cuka Kayu. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Kesimpulan Hutan Vol. 1 No. 2. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Kotoran ternak dari kegiatan ternak Tanaman Hutan.
kambing dapat menghasilkan biogas yang IRRI, 2006. IRRI Rice Knowledge Bank.
dapat menggantikan kebutuhan bahan Bahan Oranik dan Pupuk Kandang.
bakar rumah tangga hingga 50%. Selain Kerjasama Badan Litbang Pertanian dan
itu, residu dari instalasi biogas IRRI. www. knowledgebank.irri.org.
menghasilkan pupuk organik yang Jakarta.
berkualitas dengan unsur hara yang Ridwan. 2006. Kotoran Ternak Sebagai
terkandung di dalamnya sehingga dapat Pupuk dan Sumber Energi.
dijadikan pupuk alternatif selain pupuk www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/
Sudaryanto. 2009. Prinsip Pertanian Organik.
kimia dan dapat mewujudkan pertanian Jaringan Kerja Pertanian Organik
organik Indonesia. Yogyakarta.
Dalam kaitannya dengan kualitas Kosmann, W. 1997. Biogas Digest (Volume
lingkungan, pengolahan atau IV), Biogas-Country Report, ISAT &
pemanfaatan kotoran ternak menjadi GTZ.
sumber gas dapat mengurangi persoalan
lingkungan baik yang disebabkan karena

Anda mungkin juga menyukai