Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN 2

PPh PASAL 24

Oleh :

Kelompok 3 :

1. I Gst. Agung Made Nanda M. (08/1702622010261)


2. Ni Kadek Anika Murjani (17/1702622010270)
3. Putu Clara Novianti (38/1702622010291)
4. Putu Risma Yunika (44/1702622010297)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Tahun 2019
3.1 PENDAHULUAN
Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang atas seluruh penghasilan, termasuk
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Untuk meringankan beban pajak
ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh diluar negeri, ketentuan ini mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak
yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
Ketentuan pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak
penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari
luar negeri dengan penghasilan di Indonesia.

3.2 PENGERTIAN DAN PENGGABUNGAN PENGHASILAN


A. Pengertian PPh Pasal 24
Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) mengatur tentang hak wajib pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri. Hal ini bertujuan supaya wajib pajak
tidak terkena pajak ganda seperti uraian di atas. PPH Pasal 24 mengatur tentang nominal
pajak yang dibayarkan di luar negeri yang berfungsi sebagai pengurang nilai pajak terutang
yang dimiliki di Indonesia. Dengan kata lain, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia
dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri. Syarat
utamanya adalah nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi utang pajak yang ingin
dibayar di Indonesia.

B. Penggabungan Penghasilan
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut :
1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut (Accrual Basic).
2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut (Cash Basic).
3. Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (Pasal 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan
dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

Pajak Penghasilan Pasal 24 |1


 Contoh 1 :
PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri dalam
tahun 2009 sebagai berikut :
1. Hasil usaha di negara Indonesia dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 500.000.000,-
2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di “DEF
Corp” sebesar Rp 1000.000.000,-. Saham tersebut tidak diperdagangkan di Bursa Efek.
Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham tahun 2008 yang berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2009.
3. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2009 sebesar Rp 200.000.000,- dari
England Bank di Inggris. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April
2010.
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri
dari dalam negeri dalam tahun pajak 2009 adalah penghasilan pada angka 1 dan 2.
Sedangkan penghasilan pada angka 3 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dalam
tahun pajak 2010.

3.3 BATAS MAKSIMUM KREDIT PAJAK


Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk menghitung batas jumlah
pajak yang boleh dikreditkan adalah sebgai berikut :
1) Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan
saham dan surat berharga lainnya adalah Negara badan yang menerbitkan saham atau
surat berharga tersebut didirikan atau bertempat kedudukan
2) Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-
benda bergerak adalah negra tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalty, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3) Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4) Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
5) Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
6) Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
7) Keuntungan dari pengalihan aset tetap.

Pajak Penghasilan Pasal 24 |2


8) Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap
(BUT).
Jika nilai pajak di luar negeri yang telah Anda gunakan sebagai kredit pajak di Indonesia,
telah berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda kurang untuk
menutup pajak terhutang Anda di sini, maka Anda harus membayar jumlah terhutang
tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia.
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah diantara 3 unsur perhitungan berikut
ini :
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar diluar negeri
2. (Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh Terutang
3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal ini
penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri.

3.4 CARA MENGHITUNG PPh PASAL 24


 Contoh 2 :
PT. Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut :
a. Penghasilan dari luar negeri Rp 5.000.000.000,- dengan asumsi tarif pajak sebesar 40%.
b. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 3.000.000.000,-
Maka jumlah penghasilan nettonya adalah :
Rp 5.000.000.000 + Rp 3.000.000.000 = Rp 8.000.000.000
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah diantara 3 unsur perhitungan berikut
ini :
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar diluar negeri :
40% x Rp 5.000.000.000 = Rp 2.000.000.000
2. PPh terutang (menurut tarif pasal 17) :
25% x Rp 8.000.000.000 = Rp 2.000.000.000
3. PPh maksimum yang dapat dikreditkan :
(Penghasilan Luar Negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh Terutang
Rp 5.000.000.000 : Rp 8.000.000.000 x Rp 2.000.000.000
= Rp 1.250.000.000
Dengan demikian PPh terutang yang sudah dibayarkan diluar negeri adalah sebesar Rp
2.000.000.000,- . Sehingga kredit pajak maksimum yang diperkenankan adalah sebesar Rp
1.250.000.000,-

Pajak Penghasilan Pasal 24 |3


 Contoh 3 :
Batas Maksimum Kredit Pajak Untuk Setiap Negara (Per Country Limitatin)
Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka perhitungan batas
maksimum kredit pajak yang dilakukan untuk masing-masing negara.
PT. Diaswati memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2018 sebagai berikut :
1. Di Negara Malaysia, memperoleh penghasilan (laba) Rp 200.000.000 dengan tarif
pajak sebesar 35% ( 35% x Rp 200.000.000 = Rp 70.000.000,-)
2. Di Negara Thailand, memperoleh penghasilan (laba) Rp 100.000.000 dengan tarif pajak
sebesar 20% ( 20% x Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000,-)
3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 500.000.000,-
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan luar negeri
a. Laba di negara Malaysia Rp 200.000.000,-
b. Laba di negara Thailand Rp 100.000.000,-
Jumlah Penghasilan luar negeri Rp 300.000.000,-

2. Penghasilan dalam negeri Rp 500.000.000,-

3. Jumlah penghasilan netto atau pengkasilan kena pajaknya adalah :


Rp 300.000.000 + Rp 500.000.000 = Rp 800.000.000,-

4. PPh terutang (menurut tarif pasal 17) = Rp 800.000.000 x 25%


= Rp 200.000.000,-

5. Batas maksimum kredit pajak yang dilakukan untuk masing-masing negara :


a. Untuk negara Malaysia
(Rp 200.000.000 : Rp 800.000.000) x Rp 200.000.000
= Rp 50.000.000,-
Pajak terutang di negara Malaysia sebesar Rp 70.000.000 maka maksimum kredit
pajak yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp 50.000.000,-

b. Untuk negara Thailand


(Rp 100.000.000 : Rp 800.000.000) x Rp 200.000.000
= Rp 25.000.000,-

Pajak Penghasilan Pasal 24 |4


Pajak terutang di negara Malaysia sebesar Rp 20.000.000 maka maksimum kredit
pajak yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp 25.000.000,-

6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar :


Rp 50.000.000 + Rp 25.000.000 = Rp 75.000.000,-

 Contoh 4:
Rugi Usaha Di Luar Negeri
Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, tidak dihitung kerugian yang diderita di Luar
Negeri.
PT Fiskal memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2018 sebagai berikut :
1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000,- dengan tarif pajak
sebesar 35% ( 35% x Rp 1.000.000.000 = Rp 350.000.000,-).
2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp 3.000.000.000,- dengan tarif pajak
sebesar 20% (20% x Rp 3.000.000.000 = Rp 600.000.000,-).
3. Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp 2.000.000.000,-
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 4.000.000.000,-

Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :


1. Penghasilan luar negeri :
a. Laba di negara A Rp 1.000.000.000,-
b. Laba di negara B Rp 3.000.000.000,-
c. Laba di negara C -
Jumlah penghasilan luar negeri Rp 4.000.000.000,-

2. Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000,-

3. Jumlah penghasilan netto atau penghasilan kena pajaknya adalah :


Rp 4.000.000.000 + Rp 4.000.000.000 = Rp 8.000.000.000,-

4. PPh terutang (menurut tarif pasal 17) = Rp 8.000.000.000 x 25%


= Rp 2.000.000.000,-

Pajak Penghasilan Pasal 24 |5


5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah :
a. Untuk negara A :
(Rp 1.000.000.000 : Rp 8.000.000.000) x Rp 2.000.000.000
= Rp 250.000.000,-
Pajak terutang di negara A Rp 350.000.000,-, maka maksimum pajak yang dapat
dikreditkan adalah sebesar Rp 250.000.000,-

b. Untuk negara B :
(Rp 3.000.000.000 : Rp 8.000.000.000) x Rp 2.000.000.000
= Rp 750.000.000
Pajak terutang di negara B Rp 600.000.000,-, maka maksimum pajak yang dapat
dikreditkan adalah sebesar Rp 750.000.000,-

c. Di negara C, PT Fiskal menderita kerugian sebesar Rp 2.000.000.000. Kerugian ini


tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Kerugian ini
juga tidak dapat dikompensasikan sebagai kredit pajak luar negeri.

 Contoh 5 :
Perubahan Besarnya Penghasilan Di Luar Negeri
Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, Wajib
Pajak harus melakukan pembetulan SPT Tahunan untuk tahun pajak yang bersangkutan
dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut. Apabila karena
pembetulan tersebut meyebabkan Pajak Penghasilan kurang dibayar, maka atas kekurangan
tersebut tidak dikenakan sanksi bunga. Apabila karena pembetulan tersebut meyebabkan
Pajak Penghasilan lebih dibayar, maka atas kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada
Wajib Pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.
PT Global Prima di Jakarta memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2018 sebagai
berikut :
a. Penghasilan luar negeri (tarif pajak 20%) Rp 1.000.000.000,-
b. Penghasilan dalam negeri Rp 3.000.000.000,-
c. Penghasilan luar negeri
( setelah dikoreksi di luar negeri) Rp 2.000.000.000,-
d. PPh Pasal 25 Rp 600.000.000,-

Pajak Penghasilan Pasal 24 |6


Terhadap PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp 50.000.000,- tidak ditagih bunga.

3.5 CARA MELAKSANAKAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


Persyaratan dan Mekanisme Pengkreditan Pajak Luar Negeri

Berikut ini poin-poin yang perlu Anda ketahui tentang mekanisme pengkreditan PPh yang
dibayarkan di luar negeri:

1. Pajak Penghasilan yang terutang di luar negeri dapat dikreditkan dengan PPh yang
terutang di Indonesia.

2. Pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun
pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia

3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih
rendah di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang
dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh
Penghasilan Kena Pajak, atau maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh
Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam negeri mengalami kerugian (Penghasilan
dari luar negeri lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena Pajak)

Pajak Penghasilan Pasal 24 |7


4. Apabila penghasilan dari luar negeri dari beberapa negara, maka penghitungan PPh
pasal 24 dilakukan untuk masing-masing Negara

5. Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat 2) dan/atau
penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri tidak dapat digabungkan dengan
penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri

6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayarkan atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal
24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi

7. Seperti yang dikatakan pada poin sebelumnya, wajib pajak yang telah membayarkan
pajaknya di luar negeri, kemudian ingin mengkreditkannya di Indonesia, terlebih
dahulu harus menyampaikan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Permohonan kemudian dilaporkan bersamaan pada saat pelaporan SPT Tahunan
dengan melampirkan sejumlah dokumen yakni:
 Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
 Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang dilaporkan di luar negeri.
 Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Demi meringankan beban pajak penghasilan yang diperoleh di luar negeri, maka
penghasilan yang diterima di luar negeri bisa dikreditkan terhadap pajak terutang atas
seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.
Lalu, apakah PPh Pasal 24 dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia?
Jawabannya, bisa. Akan tetapi pengenaan pajaknya harus dalam tahun yang sama.
Selain itu, besarnya kredit pajak yang dapat dikreditkan sama dengan pajak penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri.

8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran seperti yang disebutkan di atas karena alasan-alasan
yang ada di luar kekuasaan wajib pajak

9. Dalam hal terjadinya perubahan besaran penghasilan yang berasal dari luar negeri,
wajib pajak perlu bahkan wajib melakukan pembetulan SPT Tahunan yang

Pajak Penghasilan Pasal 24 |8


bersangkutan dengan melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
perubahan tersebut

10. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas kekurangan
bayar tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga

11. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut
dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak
lainnya.

Pengkreditan Pajak Penghasilan Yang Telah Dipotong Atas Dividen


Proses pengkreditan pajak penghasilan yang telah dipotong atas dividen yang diterima
dari BULN Non-bursa terkendali langsung pada Tahun pajak dibayarkan/dipotong pajak
penghasilan tersebut.
Hal ini diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.03/2017
tentang Penetapan Saat Diperolehnya Dividen dan Dasar Penghitungannya oleh Wajib
Pajak Dalam Negeri Atas Penyetaraan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri Selain
Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.
Kemudian, wajib pajak dalam negeri yang mengkreditkan pajak penghasilannya harus
menyampaikan penghitungan pengkreditan pajak penghasilan yang telah dibayar atau
dipotong atas dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan beberapa dokumen sebagai berikut:
 Laporan keuangan.
 Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan, dalam hal terdapat kewajiban
untuk menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
 Penghitungan atau rincian laba dalam 5 tahunan terakhir.
 Bukti pembayaran pajak penghasilan atau bukti pemotongan pajak penghasilan atas
dividen yang diterima.
Penyampaian penghitungan tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT
Tahunan PPh.

Pajak Penghasilan Pasal 24 |9


Daftar Pustaka

1. https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-24
2. http://www.pajak.go.id/content/1121524-pph-pasal-24
3. http://www.pajak.go.id/content/221523-pph-pasal-24
4. https://www.cermati.com/artikel/pph-pasal-24-ini-penjelasan-dan-perhitungannya
5. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisis. Andi:Yogyakarta
6. Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Revisis. Andi:Yogyakarta

Pajak Penghasilan Pasal 24 |


10

Anda mungkin juga menyukai