PPH Pasal 24
PPH Pasal 24
PPh PASAL 24
Oleh :
Kelompok 3 :
B. Penggabungan Penghasilan
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut :
1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut (Accrual Basic).
2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut (Cash Basic).
3. Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (Pasal 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan
dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Contoh 4:
Rugi Usaha Di Luar Negeri
Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, tidak dihitung kerugian yang diderita di Luar
Negeri.
PT Fiskal memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2018 sebagai berikut :
1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000,- dengan tarif pajak
sebesar 35% ( 35% x Rp 1.000.000.000 = Rp 350.000.000,-).
2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp 3.000.000.000,- dengan tarif pajak
sebesar 20% (20% x Rp 3.000.000.000 = Rp 600.000.000,-).
3. Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp 2.000.000.000,-
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 4.000.000.000,-
b. Untuk negara B :
(Rp 3.000.000.000 : Rp 8.000.000.000) x Rp 2.000.000.000
= Rp 750.000.000
Pajak terutang di negara B Rp 600.000.000,-, maka maksimum pajak yang dapat
dikreditkan adalah sebesar Rp 750.000.000,-
Contoh 5 :
Perubahan Besarnya Penghasilan Di Luar Negeri
Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, Wajib
Pajak harus melakukan pembetulan SPT Tahunan untuk tahun pajak yang bersangkutan
dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut. Apabila karena
pembetulan tersebut meyebabkan Pajak Penghasilan kurang dibayar, maka atas kekurangan
tersebut tidak dikenakan sanksi bunga. Apabila karena pembetulan tersebut meyebabkan
Pajak Penghasilan lebih dibayar, maka atas kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada
Wajib Pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.
PT Global Prima di Jakarta memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2018 sebagai
berikut :
a. Penghasilan luar negeri (tarif pajak 20%) Rp 1.000.000.000,-
b. Penghasilan dalam negeri Rp 3.000.000.000,-
c. Penghasilan luar negeri
( setelah dikoreksi di luar negeri) Rp 2.000.000.000,-
d. PPh Pasal 25 Rp 600.000.000,-
Berikut ini poin-poin yang perlu Anda ketahui tentang mekanisme pengkreditan PPh yang
dibayarkan di luar negeri:
1. Pajak Penghasilan yang terutang di luar negeri dapat dikreditkan dengan PPh yang
terutang di Indonesia.
2. Pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun
pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia
3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih
rendah di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang
dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh
Penghasilan Kena Pajak, atau maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh
Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam negeri mengalami kerugian (Penghasilan
dari luar negeri lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena Pajak)
5. Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat 2) dan/atau
penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri tidak dapat digabungkan dengan
penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri
6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayarkan atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal
24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi
7. Seperti yang dikatakan pada poin sebelumnya, wajib pajak yang telah membayarkan
pajaknya di luar negeri, kemudian ingin mengkreditkannya di Indonesia, terlebih
dahulu harus menyampaikan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Permohonan kemudian dilaporkan bersamaan pada saat pelaporan SPT Tahunan
dengan melampirkan sejumlah dokumen yakni:
Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang dilaporkan di luar negeri.
Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Demi meringankan beban pajak penghasilan yang diperoleh di luar negeri, maka
penghasilan yang diterima di luar negeri bisa dikreditkan terhadap pajak terutang atas
seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.
Lalu, apakah PPh Pasal 24 dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia?
Jawabannya, bisa. Akan tetapi pengenaan pajaknya harus dalam tahun yang sama.
Selain itu, besarnya kredit pajak yang dapat dikreditkan sama dengan pajak penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri.
8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran seperti yang disebutkan di atas karena alasan-alasan
yang ada di luar kekuasaan wajib pajak
9. Dalam hal terjadinya perubahan besaran penghasilan yang berasal dari luar negeri,
wajib pajak perlu bahkan wajib melakukan pembetulan SPT Tahunan yang
10. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas kekurangan
bayar tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga
11. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut
dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak
lainnya.
1. https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-24
2. http://www.pajak.go.id/content/1121524-pph-pasal-24
3. http://www.pajak.go.id/content/221523-pph-pasal-24
4. https://www.cermati.com/artikel/pph-pasal-24-ini-penjelasan-dan-perhitungannya
5. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisis. Andi:Yogyakarta
6. Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Revisis. Andi:Yogyakarta