Anda di halaman 1dari 3

Vitruvius berpendapat bahwa arsitektur yang baik harus memenuhi 3

syarat: Firmitas (Soliditas), Utilitas (Fungsi) dan Venustas (Keindahan).

Apabila kita melihat proses terjadinya arsitektur yang sudah dijelaskan di atas, maka kita bisa melihat
bahwa pertama yang harus diselesaikan arsitek adalah “Utilitas”. Bagaimana arsitek dapat menjawab
kebutuhan dan permasalahan klien dengan baik. Memenuhi aspek “Utilitas” dengan baik artinya desain
yang dihasilkan harus dapat berfungsi sesuai kebutuhan penggunanya.

Hal kedua yang terkandung dalam penjelasan di atas adalah aspek “Firmitas” atau Soliditas. Firmitas
berhubungan dengan ketahanan bangunan ketika sudah difungsikan. Bangunan yang baik harus mampu
bertahan terhadap iklim ataupun gangguan alam. Misalnya, bangunan-bangunan di Jepang yang sering
terkena gempa dibangun menggunakan sistem yang dapat membuatnya tahan menghadapi gempa
tersebut. Mungkin saja struktur yang dipakai diusahakan lebih ringan, seperti misalnya menggunakan
bahan baja dan bukannya beton. Dapat dilihat bahwa aspek firmitas dijaga oleh arsitek dan pembangun
(kontraktor) dengan pemilihan material yang bijak, serta desain sistem struktur yang tepat.

Ketika kedua aspek “Firmitas” dan “Utilitas” sudah terpenuhi, maka satu hal yang juga perlu diterapkan
dalam sebuah karya arsitektur adalah “Venustas”, atau Keindahan. Vitruvius sendiri berpendapat bahwa
keindahan universal dapat dipelajari dari alam. Ia tertarik dengan bagaimana tubuh manusia yang “ideal”
mempunyai proporsi tertentu sehingga dapat memenuhi geometri persegi dan lingkaran, dua geometri
yang dianggap “sempurna”. Ia kemudian menarik kesimpulan bahwa proporsi tubuh manusia dapat
dijadikan suatu titik tolak yang baik untuk membuat sesuatu yang “indah”. Namun, di antara ketiga aspek
yang disebutkan Vitruvius, “Venustas” adalah yang paling rumit untuk dibahas. Hal ini dikarenakan
selain Vitruvius, masih banyak teori-teori lain mengenai apa yang membuat suatu bangunan dikatakan
“indah” dan juga ‘keindahan’ itu erat kaitannya dengan subjektifitas. Bagaimanapun, aspek ini lah yang
membedakan seorang arsitek dengan kontraktor atau konsultan struktur.

Melalui Vitruvius kita dapat belajar bahwa menilai baik-buruknya arsitektur bukan sesuatu yang selalu
subjektif. Penilaian baik-buruknya arsitektur tidak hanya berdasarkan tampilan atau yang terlihat saja.
Namun, ada aspek fungsi dan soliditas yang tidak dapat dihiraukan dan sifatnya lebih objektif. Tentunya,
juga ada aspek keindahan yang merupakan porsi subjektifitas arsitek dan klien.

Marcus Vitruvius Pollio (lahir 80-70 SM, meninggal setelah 15 SM), umumnya dikenal
sebagai Vitruvius atau Vitruvi atau Vitruvio, seorang penulis, arsitek, insinyur sipil dan insinyur
militer Romawi selama abad ke-1 SM, yang dikenal karena naskah multi-volumenya yang
berjudul De architectura.
Overpass tersebut untuk menunjang pengguna Jalan M Hasibuan menuju DKI Jakarta yang
melalui Jalan KH Noer Ali Sisi Barat-Kalimalang.
Suara.com - Imbas proyek pembangunan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu
(Becakayu), Jalan Ahmad Yani yang berada di Kota Bekasi akan dibangun overpass.
Overpass tersebut untuk menunjang pengguna Jalan M Hasibuan menuju DKI
Jakarta yang melalui Jalan KH Noer Ali Sisi Barat-Kalimalang.

Sebab, selama proyek pembangunan Tol Becakayu berlangsung, sepanjang Jalan


KH Noer Ali arah Jakarta sampai Jalan M Hasibuan arah Timur ditutup.

"Akhirnya kami meminta solusi, dan pihak proyek yang membangun Tol Becakayu
akan membantu buat overpass," kata Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Day a
Air Kota Bekasi Arief Maulana kepada Suara.com, Jumat (30/8/2019).

Ia menjelaskan pelaksana proyek tersebut, PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (PT


KKDM), sampai saat ini masih sampai pada tahap kesepakatan.

"Belum dieksekusi sampai sekarang. Kami juga sudah usulkan kepada yang
bersangkutan untuk memberikan kompensasi tidak sekedar jembatan saja," ungkap
Arief.

Lantaran, jalan yang telah diputus proyek Tol Becakayu salah satunya yaitu, Jalan
Ahmad Yani merupakan jalan pusat kota atau protokol. Sehingga dalam desain
pembangunan nanti harus ada nilai lebih.
"Bukan membangun hanya sekedar jembatan saja, harus utamakan estetikanya.
Jangan hanya sekedar fungsi jalan, tapi utamakan juga keindahan, estetik a dan
kenyamanan," kata Arief.

Tujuan pembangunan overpass dengan estetika itu untuk melaraskan program


revitalisasi Kalimalang oleh Gubernur Jawa Barat.

Rencananya, Gubenur Jawa Barat Ridwan kamil bakal menyulap Kalimalang seperti
Sungai Cheyonggyecheon di Seoul, Korea Selatan.

Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono, mengatakan ada empat zona yang
akan dibangun terkait penataan Kalimalang sepanjang lima kilometer yakni, zona
edukatif, ekologi, selebrasi, dan komersil.

Zona yang dibangun terlebih dahulu adalah zona selebrasi yang dibangun
Pemerintah Pusat di sekitar Giant Mega Bekasi dan zona edukatif yang dibangun
Pemprov Jawa Barat di sekitar Kampus Unisma dengan biaya pembangunan masing -
masing zona sekitar Rp 40 miliar.

"Revitalisasi Kalimalang ini akan di kerjakan setelah proyek pembangunan Tol


Becakayu rampung. Untuk overpass kami harapkan pihak KKDM segera melakukan
tekhnis pekerjaan," kata Tri.

Kontributor : Mochamad Yacub Ardiansyah

Rem Koolhaas, kerap mengusung tema geometris dalam karya-karya kontemporernya. Karya spektakulernya
untuk China Central Television di Beijing mengedepankan teknologi desain struktur baja dengan detail kantilever
horizontal sejauh 75 meter dan setinggi 162 meter. Tampilan geometri gedung yang asimetrikal dan penggunaan
material modern sangat mencirikan arsitektur kontemporer.

Anda mungkin juga menyukai