Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN KEJANG DEMAM

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IDAMAN BANJARBARU

OLEH :

APRILINA JUWITA PUTRI, S. Kep 113063J119003


CHANDRA NUGRAHA PONGKA’PE, S. Kep 113063J119006
EVANGELIS CLAUDIA TETALA, S. Kep 113063J119011
MARIA AVILA KASINEM, S. Kep 113063J119025
MARIA SEPNI, S. Kep 113063J119027
NORSAIDAH, S. Kep 113063J119032
PETRI ENTY KYT, S. Kep 113063J119035

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Satuan acara penyuluhan Kejang Demam di Di Rumah Sakit Umum Daerah Idaman
Banjarbaru ini telah disetujui pada tanggal Februari 2020

Menyetujui,

Preceptor Akademik

(Sr. Margaretha Martini, BSN, MSN)

Preceptor Klinik Preceptor Klinik

(Inda Sulistina, S.Kep., Ns) (Hj. Dewi Yulianti, S.Kep., Ns)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan tugas dalam stase
Pediatrik yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan Kejang Demam di Rumah Sakit
Umum Daerah Idaman Banjarbaru” dapat selesai dengan tepat waktu.
Penyusun menyadari, bahwa laporan yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan
Kejang Demam di Rumah Sakit Umum Daerah Idaman Banjarbaru” ini, sangat jauh dari
sempurna. Maka dari itu, penyusun membutuhkan segala kritik dan saran yang
membangun, agar dapat memperbaiki makalah ini sehingga dapat menghasilkan makalah
yang lebih baik dikemudian hari.

Banjarmasin Februari 2020

Tim penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kejang Demam

Sub pokok bahasan : Pencegahan Kejang Demam

Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Februari 2020

Waktu : 10.00 – 11.00 WITA

Tempat : Di Ruang Poli Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Idaman Banjarbaru

Penyuluh : Mahasiswa Keperawatan STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Sasaran : Orang tua/keluarga

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media : Leaflet

A. Latar Belakang

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45-60 menit tentang Kejang Demam diharapkan orang
tua dan keluarga pasien mengetahui tentang cara penanganan Kejang Demam.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir pertemuan pasien dapat:
a. Menjelaskan pengertian Kejang Demam
b. Mengetahui penyebab Kejang Demam
c. Menyebutkan tanda dan gejala Kejang Demam
d. Mengetahui cara pencegahan Kejang Demam
e. Mengetahui apa yang perlu diperhatikan saat Kejang Demam

C. Metode Pelaksanaan
Ceramah dan tanya jawab
D. Sasaran dan Target
Orang tua/keluarga

E. Tahap Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan


Penyuluh Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan

3. Menggali pengetahuan
keluarga/orang tua pasien
tentang Kejang Demam
4. Menjelaskan tujuan
Penyuluhan
5. Membuat kontrak waktu
2. Proses 35 menit Isi Materi Penyuluhan:
1. Pengertian Kejang Demam
2. Penyebab Kejang Demam 1. Memperhatikan
3. Tanda dan gejala Kejang penjelasan
Demam 2. Mencatat hal-hal
4. Cara Pencegahan Kejang yang penting
Demam
3 Evaluasi 15 menit 1. Memberikan kesempatan 1. Menjelaskan tanda
kepada pasien untuk dan bahaya dalam
bertanya
kehamilan
2. Memberikan pertanyaan
secara lisan kepada pasien 2. Menyebutkan cara
mencegah atau
mengantisipasi
3. Penutup 5 menit 1. Mahasiswa memberikan 1. Menjawab
leaflet ke pasien ucapan terima
2. Mahasiswa mengucapkan kasih
terimakasih atas segala 2. Menjawab salam
perhatian pasien
3. Mengucapkan salam
penutup
F. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Maria Avilla Kasinem, S. Kep
2. Presentator : Maria Sepni, S. Kep
3. Observer : Aprilina Juwita Putri, S. Kep
4. Fasilitator : Chandra Nugraha Pongka’pe, S.Kep
Evangelis Claudia Tetala, S. Kep
Norsaidah, S. Kep
Petri Enty KYT, S. Kep

G. Deskripsi Peran
1) Moderator :
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelalaskan tujuan dari penyuluhan.
d. Menyampaikan kontrak waktu.
e. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
f. Memimpin jalannya penyuluhan.
g. Menuliskan pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
h. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
i. Mengatur waktu penyuluhan.
j. Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan
2) Presentator
a. Menggali pengetahuan peserta penyuluhan tentang pengertian alat kontrasepsi.
b. Menjelaskan materi mengenai penggunaan alat kontrasepsi.
c. Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan.
3) Fasilitator
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai.
b. Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan.
c. Memotivasi orang tua dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya.
d. Meminta peserta untuk mengisi absensi diawal penyuluhan.
e. Membagikan leaflet kepada peserta diakhir penyuluhan.
f. Membagikan souvenir kepada peserta penyuluhan yang bertanya dan dapat menjawab
pertanyaan.
4) Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan sebagai bahan evaluasi
b. Mencatat jalannya kegiatan penyuluhan.
c. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil penyuluhan.
d. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta.

H. Setting Tempat

Keterangan
: Pasien
: CI Akademik atau CI Lahan
Moderator
: Presetator
: Observer
: Fasilitator

I. Analisis Lingkungan
1. Kondisi Ruangan :

2. Peserta :

3. Media :
J. Evaluasi
1. Prosedur :

2. Jenis test :

3. Butir soal :

4. Audience sudah mampu menjawab dan menjelaskan tentang :


MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian (Definisi)
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu
rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono, 2009).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Suhu
mencapai > 38oC). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun
ekstrakranial. kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan
5 tahun. paling sering pada anak usia 17 bulan sampai 23 bulan (Nurarif & Kusuma, NANDA
NIC-NOC, 2015).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam merupakan bangkitan
kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh sebagai akibat proses ekstrakranium
(pajanan dari suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi dimana suhunya berkisar
antara 38,9o − 40,0oC) namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab
yang jelas.
Kejang demam ini lebih sering terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun, dengan lama
kejang kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya
demam. Kejang demam juga berarti kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan
fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

2. Penyebab (Etiologi)
Menurut Nurarif dan Kusuma, 2012. Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan
ekstrakranial.
Intrakranial meliputi :
a. Trauma (Perdarahan) : Perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler
b. Infeksi : Bakteri, Virus, Parasit misalnya meningitis.
c. Kongenital : Disgenesis, Kelainan serebi.

Ekstrakranial meliputi:
a. Gangguan Metabolik: Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na
dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
b. Toksik: Intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat
c. Kongenital: Gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan
piridoksin.
Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang, semakin tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.
d. Lamanya demam sebelum kejang, semakin pendek jarak antara mulainya demam dengan
kejang, maka semakin besar resiko kejang demam berulang.

3. Tanda dan gejala Kejang Demam


a. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-tiba).
b. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak
yang mengalami kejang demam).
c. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama
10-20 detik).
d. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung
selama 1-2 menit).
e. Lidah atau pipinya tergigit dan gigi atau rahangnya terkatup rapat
f. Inkontinensia (mengompol)
g. Gangguan pernafasan: Apneu (henti nafas).
h. Kulitnya kebiruan

Setelah mengalami kejang, biasanya:


a. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
b. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
c. Mengantuk
d. Linglung (sementara dan sifatnya ringan)

4. Klasifikasi Kejang Demam


a. Kejang Parsial (Fokal, Lokal)
1) Kejang Parsial Sederhana:
Kesadaran tidak terganggu, dapat meliputi satu atau kombinasi dari hal-hal berikut :
a) Tanda motorik – kedutan pada wajah, tangan, atau suatu bagian tubuh, biasanya
gerakan yang sama terjadi pada setiap kejang, dan dapat menjadi merata.
b) Tanda dan gejala otomatis – muntah, berkeringat, wajah merah, dilatasi pupil.
c) Gejala-gejala somatosensori atau sensori khusus – mendengar suara musaik, merasa
jatuh dalam suatu ruang, parestesia.
d) Gejala-gejala fisik – déjă vu (sepertiga siaga), ketakutan, penglihatan panoramik.
2) Kejang Parsial Kompleks
a) Gangguan kesadaran, walaupun kejang dapat dimulai sebagai suatu kejang parsial
sederhana.
b) Dapat melibatkan gerakan otomatisme atau otomatis – bibir mengecap, mengunyah,
mengorek berulang, atau gerakan tangan lainnya.
c) Dapat tanpa otomatisme – tatapan terpaku.

b. Kejang Menyeluruh (Konvulsif atau Nonkonvulsif)


1) Kejang Lena : Gangguan kesadaran dan keresponsifan.
a) Dicirikan dengan tatapan terpaku yang biasanya berakhir kurang dari 15 detik.
b) Awitan dan akhir yang mendadak, setelah anak sadar dan mempunyai perhatian
penuh.
c) Biasanya dimulai antara usia 4 dan 14 tahun dan sering hilang pada usia 18 tahun.
2) Kejang Mioklonik
a) Hentakan otot atau kelompok otot yang mendadak dan involunter.
b) Sering terlihat pada orang sehat saat mulai tidur, tetapi bila patologis melibatkan
hentakan leher, bahu, lengan atas, dan tungkai secara sinkron.
c) Biasanya berakhir kurang dari 5 detik dan terjadi berkelompok.
d) Biasanya tidak ada atau hanya terjadi perubahan tingkat kesadaran singkat.
3) Kejang Tonik-klonik (grand mal)
a) Dimulai dengan kehilangan kesadaran dan bagian tonik, kaku otot ekstremitas,
tubuh, dan wajah secara keseluruhan yang berakhir kurang dari satu menit.
b) Kemungkinan kehilangan kendali kandung kemih dan usus.
c) Tidak ada respirasi dan sianosis.
d) Bagian tonik yang diikuti dengan gerakan klonik ekstremitas atas dan bawah.
e) Letargi, konfusi, dan tidur pada fase postictal.
4) Kejang Atonik
a) Kehilangan tonus tiba-tiba yang dapat mengakibatkan turunnya kelopak mata, kepala
terkulai, atau orang tersebut jatuh ke tanah.
b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
5) Status Epileptikus
a) Biasanya kejang tonik-klonik, menyeluruh yang berulang.
b) Kesadaran antara kejang tidak didapat.
c) Potensial depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia.
d) Memerlukan penanganan medis darurat segera

5. Bahaya Kejang Demam :


a) Kejang berulang
b) Retardasi mental (keterbelakangan mental/kecerdasan di bawah rata-rata)
c) Palsi cerebralis (gangguan saraf disebabkan oleh kerusakan/perkembangan yang tidak
normal pada bagian otak/ terjadi cacat motorik)
d) Epilepsi (gangguan system saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal)
e) Hemiparesis (bagian tubuh yang mengalami kelemahan namun tidak sepenuhnya lumpuh)

6. Cara pencegahan Kejang Demam


a) Memberi anak banyak minum
b) Memberikan kompres pada anak dengan air hangat pada (dahi/ketiak/lipatan siku)
selama 10-15 menit.
c) Memberikan pakaian atau selimut yang tipis dan longgar
d) Memberikan obat penurun panas (antipiretik), seperti: Paracetamol atau ibuprofen
e) Memberikan obat anti kejang (antikonvulsan), seperti: diazepam (>38°C)

7. Cara penanganan Kejang Demam di Rumah Sakit


Kejang *Berikan diazepam rectal: 5 mg untuk BB < 10 kg

10 mg untuk BB > 10 kg atau iv: 0,3-0,5 mg/kgBB/kali

tunggu 5 menit, berikan oksigen.

Masih kejang * berikan diazepam rectal / iv, dosis sama, tunggu 5 menit

* oksigenasi adekuat 1 lt/menit

*berikan cairan intravena (D5, ¼ S; D5, ½ S atau RL)


Masih kejang

 Berikan fenitoin/difenilhidramin loading, iv dosis 10-15


mg/kgBB maksimal 200mg, tunggu sampai 20 menit.

Masih kejang: Kejang berhenti, rumatan:

 Masuk ICU-aneatesi umum. Fenitoin 5 – 8 mg/Kg


 Dormikum iv dosis Fenobalbital 4-5 mg/kgBB
 Fenitoin drip dengan dosis 15 mg/kgBB/24 jam.

a) Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya


b) Menurunkan panas bila demam atau hipereaksi dengan kompres seluruh tubuh dan
bila telah menunjukkan dapat diberikan paracetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi
diazepam oral 0,3 mg/kgBB.
c) Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit)
dengan intravena D5 1/4S, D5 1/2S, RL.

8. Yang perlu diperhatikan


a) Tetap tenang dan tidak panik
b) Kendorkan pakaian yang ketat, terutama sekitar leher
c) Miringkan posisi anak
d) Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut anak
e) Bersihkan muntahan/lendir di mulut/hidung anak
f) Berikan diazepam rektal (ke anus), 5 mg untuk anak dengan berat badan 10 kg. Tetapi
jangan diberikan apabila kejang telah berhenti
g) Ukur suhu, awasi dan catat lama serta bentuk kejang. Tetap bersama anak selama
kejang
h) Bawa ke dokter/rumah sakit/instansi kesehatan terdekat/tenaga kesehatan terdekat
apabila kejang berlansung lebih dari 5 menit.
9. Daftar Pustaka:
Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Penyakit Dalam Keperawatan Medikal Bedah, volume
2, Jilid I, Edisi ke 3. Jakarta: EGC
Masriadi, (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Penerbit PT Rajagrafindo Persada
Ariani, Tutu April. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik Ed. 5. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sitem Persarafan. Jakarta
: Salemba Medika
Ramdhani, Aris N, dkk. 2018. Buku Saku Praktek Klinik Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Riyadi dan Sujono, 2009. Buku Saku Pediatrik. Jakarta: EGC
Nurarif, H.N & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Publishing : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai