Anda di halaman 1dari 14

30

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Cianjur Kabupaten Cianjur. Pasar

Induk Cianjur merupakan pasar tradisional dimana pengelolaannya dilakukan

oleh pihak Pemerintah Kabupaten Cianjur. Pasar Induk Cianjur yang luas

lahannya 2,2 Ha dan luas bangunannya 1.931.840 m2 yang berdiri pada tahun

1940. Pasar Induk Cianjur mengalami beberapa kali renovasi, yaitu: 1) pada

tahun 1973, pada waktu itu terjadi kebakaran di Blok Los Mamin sebelah barat

yang berbatasan dengan Gedung Asem kurang lebih 100 kios terbakar; 2) pada

tahun 1976 selesailah pembangunan renovasi Pasar Induk Cianjur secara

keseluruhan, pada waktu itu Kepala Pasarnya adalah Bapak Raden Endang

Kosim dan Kepala UPTD-nya Bapak Dudu Sugama dibawah Dispenda,

Kadispenda-nya Bapak Sudirman; 3) pada tahun 1996 Pasar Induk Cianjur

kembali direnovasi, karena sarana dan prasarana di Pasar tersebut kurang

memadai sedangkan perkembangan pedagang semakin bertambah.

Pada tahun 1996 renovasi Pasar Induk Cianjur diselesaikan dalam jangka

waktu kurang lebih empat tahun, sehingga pada tahun 2000 pembangunan

Pasar Induk Cianjur telah selesai direnovasi, bisa dipakai dan didiami kembali

dengan jumlah kios keseluruhan berjumlah 2.546 kios. Pasar Induk Cianjur

merupakan pasar terbesar di Kabupaten Cianjur yang dalam kegiatannya

melayani permintaan dan penawaran barang atau jasa secara grosir maupun
31

eceran dengan berbagai macam komoditas jenis dagangannya (Dinas

Perdagangan dan Perindustrian Cianjur, 2003).

Pasar Induk Cianjur dan lokasi pelaku pola rantai pemasaran ayam ras

pedaging terdapat di wilayah tengah Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu, wilayah

tengah Kabupaten Cianjur disebut juga sebagai wilayah sektor peternakan ayam

ras pedaging.

4.2 Identitas Responden

4.2.1 Tingkat Pendidikan Responden

Menurut Mosher (1966) pendidikan formal maupun nonformal merupakan

faktor pelancar dalam pembangunan peternakan, karena dengan pendidikan,

pengetahuan maupun cara berpikir manusia akan bertambah luas. Menurut

Mubyarto (1987) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan

dan keterampilan dalam mengelola usahanya akan semakin baik.

Tabel 1. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan (Orang)


Tidak
Responden SD SMP SMU PT
Sekolah
I II I II I II I II I II
Peternak - - - 1 1 - 2 2 - -
Poultry Shop - - - - - - - - - 1
Pedagang
- - - - - 2 1 2 3 1
Perantara
Pedagang Besar - - - 1 - 1 3 1 - -
Pedagang - - - 4 4 2 1 - - -
Pengecer
Jumlah (Orang) - - - 6 5 5 7 5 3 2
Keterangan : I = Pola Rantai Pemasaran I, II = Pola Rantai Pemasaran II.
32

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa tingginya jumlah

responden yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar sampai sekolah

menengah umum membuktikan bahwa untuk menjadi pedagang ayam ras

pedaging tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan formal, dalam meraih

keinginan yang dibutuhkan hanya kerja keras dan ketekunan.

4.2.2 Umur Responden

Tingkat umur sangat mempengaruhi produktivitas seseorang dalam

melakukan suatu usaha. Umur yang produktif dapat menunjang keberhasilan

suatu usaha, sebab pengalaman yang lebih luas. Usia produktif berkisar antara

15—55 tahun, sedangkan usia non produktif adalah 1—14 tahun dan di atas 55

tahun (Mubyarto, 1987).

Kelompok umur yang produktif merupakan sumber tenaga yang produktif,

sehingga lebih mampu untuk mengembangkan usahanya. Kelompok umur

produktif juga akan dapat bekerja dengan baik, sehingga diharapkan dapat

memperoleh keuntungan usaha yang maksimal. Tingkat umur responden pelaku

rantai pemasaran ayam ras pedaging I dan II berkisar 26—82 tahun. Secara rinci

umur responden rantai pemasaran ayam ras pedaging ditunjukkan pada Tabel 2

sebagai berikut:
33

Tabel 2. Umur Responden

Usia Produktif 15—55 Usia Non Produktif ˃ 55


No. Responden Tahun (Orang) Tahun (Orang)
I II I II
1 Peternak 3 2 - 1
2 Poultry Shop - 1 - -
3 Pedagang Perantara 4 4 - 1
4 Pedagang Besar 3 2 - 1
5 Pedagang Pengecer 4 6 1 -
Jumlah 14 15 1 3
Keterangan : I = Pola Rantai Pemasaran I, II = Pola Rantai Pemasaran II.

Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa faktor umur sangat

mempengaruhi produktivitas kerja seorang pedagang dalam menjual ayam ras

pedaging. Peternak yang berumur relatif muda biasanya lebih cekatan dan cepat

dalam melayani konsumen, tetapi peternak yang lebih tua biasanya mempunyai

pengalaman. Pedagang lebih tua pun biasanya menjadi pedagang besar karena

semakin tua seseorang akan yang semakin matang dalam mengambil keputusan

usahanya dan akan mempunyai banyak jaringan untuk memperoleh ayam dari

peternakan langsung, hal tersebut dapat dilihat dari seluruh responden pelaku

pola rantai pemasaran I dan II yang berusia ˃ 55 tahun sebanyak 5,56 persen.

4.2.3 Pengalaman Usaha Responden

Salah satu faktor yang menentukan sukses maupun gagal usahanya

adalah pengalaman, yaitu lamanya seseorang berkecimpung dalam usaha yang

dilakukannya. Pengalaman yang lebih lama diharapkan akan mampu

mengembangkan usaha seseorang, sebab ia akan semakin mengetahui latar

belakang dari usaha yang dijalankannya. Pengalaman yang lebih lama akan

membuat pelaku rantai pemasaran ayam ras pedaging dapat mempelajari


34

kemungkinan yang akan terjadi dan lebih berhati-hati dalam pengambilan

keputusan (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Mosher (1967), bahwa

semakin berpengalaman seseorang, maka akan membantu meningkatkan

keterampilannya. Uraian mengenai tingkat pengalaman dari para responden

disajikan pada Lampiran 4.

Berdasarkan Lampiran 4, pengalaman usaha responden pola rantai

pemasaran II lebih berpengalaman dibandingkan dengan pola rantai pemasaran

ayam ras pedaging I, karena pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II

memiliki lama usaha > 10 tahun sebesar 41,04 persen.

4.3 Keragaan Rantai Pemasaran Ayam Ras Pedaging

Ayam ras pedaging yang dijual sampai ke konsumen melibatkan pelaku-

pelaku rantai pemasaran. Pelaku rantai pemasaran tersebut antara lain peternak,

poultry shop, pedagang perantara, pedagang besar, dan pedagang pengecer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan rantai pemasaran ayam ras

pedaging ke Pasar Induk Cianjur membentuk 2 (dua) pola, sebagai berikut:

1. Pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I

Peternak P.Perantara P.Besar P.Pengecer


2. Pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II

Peternak Poultry Shop P.Perantara P.Besar P.Pengecer

Pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I, peternak mandiri menjual

ayam ras pedaging ke pedagang perantara dalam bentuk ayam hidup. Pedagang

perantara menjual ayamnya ke pedagang besar dalam bentuk ayam hidup.


35

Pedagang besar memotong ayam ras pedaging menjadi karkas yang kemudian

dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk karkas. Pedagang pengecer menjual

ayamnya dalam bentuk karkas ke konsumen akhir. Jika dikaitkan dengan

klasifikasi pemasaran Kotler (1995), maka pola rantai pemasaran I merupakan

pemasaran tingkat 3 (tiga), yang mana dalam aliran produk (ayam ras pedaging)

dari peternak sampai ke konsumen akhir melibatkan 3 (tiga) lembaga pemasaran

(produsen-wholesaler-pemborong-konsumen).

Pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II, peternak kemitraan menjual

ayam ras pedaging ke poultry shop dalam bentuk ayam hidup. Poultry shop

menjual ayamnya ke pedagang perantara dalam bentuk ayam hidup. Pedagang

perantara menjual ayamnya ke pedagang besar dalam bentuk ayam hidup.

Pedagang besar memotong ayam ras pedaging menjadi karkas yang kemudian

dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk karkas. Pedagang pengecer jual

ayamnya dalam bentuk karkas ke konsumen akhir. Jika dikaitkan dengan

klasifikasi pemasaran Kotler (1995), maka pola rantai pemasaran II merupakan

pemasaran tingkat 4 (empat), yang mana dalam aliran produk (ayam ras

pedaging) dari peternak sampai ke konsumen akhir melibatkan lebih dari 3 (tiga)

lembaga pemasaran.

Adapun pelaku-pelaku yang berperan dalam aliran produk (ayam ras

pedaging) ke Pasar Induk Cianjur adalah sebagai berikut:

1) Peternak

Peternak dalam penelitian ini terdapat dua macam, yaitu:

a. Peternak mandiri.
36

Peternak mandiri adalah peternak yang tidak ada ikatan khusus

dengan pelaku rantai pemasaran lainnya. Dalam penelitian ini peternak

mandiri berada di pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I,

berjumlah tiga orang mereka menjual outputnya ke pedagang

perantara sebanyak 150.834,34 kilogram bobot ayam hidup per bulan

dengan harga rata-rata sebesar Rp 12.400,66 per kilogram bobot

ayam hidup.

b. Peternak kemitraan.

Peternak kemitraan adalah peternak yang ada ikatan khusus dengan

poultry shop. Dalam penelitian ini peternak kemitraan berada di pola

rantai pemasaran ayam ras pedaging II, berjumlah tiga orang mereka

menjual outputnya ke pedagang perantara sebanyak 63.728,50

kilogram bobot ayam hidup per bulan dengan harga rata-rata sebesar

Rp 12.100,56 per kilogram bobot ayam hidup.

2) Poultry Shop

Perusahaan Irawan Poultry Shop berdiri tahun 2000, pendirinya yaitu

Bapak Ir. H. Hanwen Irawan. Perusahaan Irawan Poultry Shop

memasarkan produk peternakan ayam ras pedaging berupa hasil produksi,

DOC (Day Old Chick) dan pakan ternak ayam ras pedaging. Dalam

penelitian ini poultry shop berada di pola rantai pemasaran ayam ras

pedaging II, berjumlah satu orang. Poultry shop membeli outputnya dari

peternak sebanyak 63.728,50 kilogram bobot ayam hidup per bulan dan

menjual kembali ke pedagang perantara sebanyak 63.728,50 kilogram


37

bobot ayam hidup per bulan dengan harga rata-rata sebesar Rp 15.100,23

per kilogram bobot ayam hidup.

3) Pedagang Perantara

Pedagang perantara adalah pedagang yang menghubungkan antara

peternak dengan pedagang besar pada pola rantai pemasaran ayam ras

pedaging I; dan antara peternak dengan poultry shop pada pola rantai

pemasaran ayam ras pedaging II. Pedagang perantara pada pola rantai

pemasaran ayam ras pedaging I berjumlah empat orang. Mereka menjual

outputnya ke pedagang besar sebanyak 150.407,48 kilogram bobot ayam

hidup per bulan dengan harga rata-rata sebesar Rp 15.200,05 per kilogram

bobot ayam hidup. Pada pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II,

pedagang perantara berjumlah lima orang. Mereka membeli outputnya dari

poultry shop sebanyak 63.728,50 kilogram bobot ayam hidup per bulan.

Diperjalanan ayam tersebut mengalami mortalitas sebanyak 426,76

kilogram (227 ekor X 1,88 Kg), sehingga pedagang perantara itu menjual

outputnya ke pedagang besar menjadi 63.548,15 kilogram bobot ayam

hidup dengan harga rata-rata sebesar Rp 19.105,23 per kilogram bobot

ayam hidup.

4) Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang menjual ayamnya langsung ke

pedagang pengecer. Pedagang besar pada pola rantai pemasaran ayam

ras pedaging I berjumlah tiga orang. Mereka membeli outputnya dari

pedagang perantara sebanyak 150.407,48 kilogram bobot ayam hidup per

bulan. Diperjalanan ayam itu mengalami penyusutan sebanyak 45.122,24


38

kilogram (0,54 persen), sehingga pedagang besar tersebut mendapatkan

ayamnya menjadi 105.285,24 kilogram ayam hidup. Ayam ras pedaging

tersebut dipotong menjadi ayam potong dengan bobot badan sebesar

73.699,668 kilogram karkas dan dijual ke pedagang pengecer sebesar

73.699,668 kilogram bobot karkas dengan harga rata-rata sebesar

Rp 21.541,45 per kilogram. Pada pola rantai pemasaran ayam ras

pedaging II, pedagang besar berjumlah tiga orang. Mereka membeli

ayamnya dari pedagang perantara sebanyak 63.548,15 kilogram bobot

ayam hidup. Ayam tersebut kemudian dipotong menjadi karkas dengan

bobot badan sebesar 44.483,705 kilogram karkas dan dijual ke pedagang

pengecer sebesar 44.483,705 kilogram bobot karkas dengan harga rata-

rata sebesar Rp 21.354,34 per kilogram.

5) Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual ayamnya langsung ke

konsumen. Pedagang pengecer pada pola rantai pemasaran ayam ras

pedaging I berjumlah lima orang. Mereka menjual ayamnya ke konsumen

sebanyak 73.699,668 kilogram bobot karkas dengan harga rata-rata

sebesar Rp 24.199,76 per kilogram bobot karkas. Pada pola rantai

pemasaran ayam ras pedaging II, pedagang pengecer berjumlah enam

orang. Mereka menjual ayamnya ke konsumen sebanyak 44.483,705

kilogram bobot karkas dengan harga rata-rata sebesar Rp 24.076,64 per

kilogram bobot karkas.


39

4.4 Marjin Pemasaran

Harga pembelian ayam yang diperoleh pedagang merupakan harga yang

ditentukan peternak sesuai dengan harga pasar tetapi poultry shop dan

pedagang perantara yang merupakan langganannya dapat berperan dalam

menentukkan harga, dimana harga yang ditawarkan oleh peternak belum

merupakan harga kesepakatan, poultry shop dan pedagang perantara masih

dapat melakukan tawar menawar. Poultry shop dan pedagang perantara dalam

memasarkan ayam ras pedaging dapat menentukan harga jual yang akan

diberikan ke pedagang besar dimana pedagang besar tidak mempunyai

kekuatan dan hanya sebagai penerima harga.

Marjin merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar

konsumen akhir dengan harga yang diterima peternak. Sebaran marjin pada

setiap pola rantai pemasaran cukup berbeda. Marjin pemasaran diperoleh dari

harga per kilogram ayam ras pedaging dapat dilihat pada Tabel 3.
40

Tabel 3. Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras


Pedaging Pola I dan Pola II

Pola Rantai Pemasaran I Pola Rantai Pemasaran II


Unsur Marjin Pemasaran
Nilai Persentase
Nilai (Rp/Kg) Persentase (%)
(Rp/Kg) (%)
A Peternak
* Harga Jual Ayam Hidup 12.400,66 51,243 12.100,56 50,258

B Poultry Shop
* Harga Beli Ayam Hidup - - 12.100,56 50,258
* Harga Jual Ayam Hidup - - 15.100,23 62,717
* Marjin - - 2.999,67 25,047

C Pedagang Perantara
* Harga Beli Ayam Hidup 12.400,66 51,243 15.100,23 62,717
* Harga Jual Ayam Hidup 15.200,05 62,811 19.105,23 79,352
* Marjin 2.799,39 23,725 4.005,00 33,442

D Pedagang Besar
* Harga Beli Ayam Hidup 15.200,05 62,811 19.105,23 79,352
* Harga Jual Ayam Potong 21.541,45 89,015 21.354,34 88,693
* Marjin 6.341,40 53,745 2.249,11 18,780

E Pedagang Pengecer
* Harga Beli Ayam Potong 21.541,45 53,745 21.354,34 79,352
* Harga Jual Ayam Potong 24.199,76 100,00 24.076,64 100,00
* Marjin 2.658,31 22,530 2.722,30 22,731

F Konsumen Akhir
* Harga Beli Ayam Potong 24.199,76 100,00 24.076,64 100,00

Total Marjin Pemasaran 11.799,10 100,00 11.976,08 100,00

Rata-Rata Marjin Pemasaran (Rp/Kg) 3.933,03 - 2.994,02 -


Keterangan : *Harga jual dan harga beli merupakan harga rata-rata.

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa total marjin pemasaran

pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II lebih besar daripada total marjin

pemasaran pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I, yang mana nilai marjin

pemasaran masing-masing ditujukan sebesar Rp 11.976,08 per kilogram dan

Rp 11.799,10 per kilogram. Sebaran marjin pemasaran pada setiap pelaku pola
41

rantai pemasaran ayam ras pedaging I di atas dapat dilihat, bahwa marjin

pemasaran yang paling besar didapat oleh pedagang besar sebesar Rp 6.341,40

per kilogram dibandingkan dengan marjin pemasaran yang didapat oleh pelaku

pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I lainnya (pedagang perantara =

Rp 2.799,39 per kilogram; dan pedagang pengecer = Rp 2.658,31 per kilogram).

Sedangkan pada pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II dapat

dilihat juga, bahwa marjin pemasaran yang paling besar didapat oleh pedagang

perantara sebesar Rp 4.005,00 per kilogram dibandingkan dengan marjin

pemasaran yang didapat oleh pelaku pola rantai pemasaran ayam ras pedaging

II lainnya (poultry shop = Rp 2.999,67 per kilogram; pedagang besar =

Rp 2.249,11 per kilogram; dan pedagang pengecer = Rp 2.722,30 per kilogram).

Dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan pada pola rantai

pemasaran ayam ras pedaging I dan II dipengaruhi oleh faktor biaya pemasaran

yang dikeluarkan oleh tiap-tiap pelaku pola rantai pemasaran ayam ras pedaging

tersebut.

4.5 Farmer’s Share Pemasaran

Farmer’s share atau bagian harga yang diterima peternak ayam ras

pedaging dihitung secara kuantitatif pada rantai pemasaran ayam ras pedaging I

dan II. Farmer’s share atau bagian harga yang diterima peternak ayam ras

pedaging dari harga yang dibayar pedagang pengecer, dihitung dalam satuan

persen.

Dasar perhitungannya adalah dengan menghitung harga di tingkat

peternak dibagi dengan harga di tingkat pedagang pengecer ayam ras pedaging
42

rantai pemasaran dikali 100%. Farmer’s share yang dihasilkan oleh pola rantai

pemasaran ayam ras pedaging I dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Farmer’s Share yang Diterima oleh Peternak Pola Rantai


Pemasaran Ayam Ras Pedaging I dan II

Harga jual (Rp/Kg) Farmer’s Share (%)


No Pelaku
I II I II
1 Peternak 12.400,66 12.100,56
51,46 50,05
2 Pedagang Pengecer 24.099,76 24.176,64
Keterangan : I = Pola Rantai Pemasaran I, II = Pola Rantai Pemasaran II.

Dari Tabel 4 di atas, dapat dikatakan bagian harga yang diterima oleh

peternak ayam ras pedaging (farmer’s share) pada pola rantai pemasaran ayam

ras pedaging I sebesar 51,46 persen lebih besar dari pola rantai pemasaran

ayam ras pedaging II sebesar 50,05 persen. Hal ini dikarenakan, pada pola rantai

pemasaran ayam ras pedaging I rantainya lebih pendek dibandingkan dengan

pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II. Dari data tersebut dapat

disimpulkan, bahwa pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I dan II dikatakan

efisien karena nilai farmer’s share di atas 50 persen.

4.6 Profit Pemasaran

Suatu usaha yang dilakukan pada akhirnya akan dinilai dari besarnya

biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas pemasaran tersebut dan besarnya

penerimaan yang diperoleh. Penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan

ayam ras pedaging, setelah dikurangi dengan biaya usaha yang dikeluarkan

akan menghasilkan besarnya keuntungan yang diterima dari pelaku pola rantai
43

pemasaran ayam ras pedaging I dan II di Pasar Induk Cianjur. Profit pemasaran

yang didapat pada pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I dan II di Pasar

Induk Cianjur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Profit Pemasaran pada Pola Rantai Pemasaran Ayam Ras
Pedaging I dan II di Pasar Induk Cianjur

Marjin Biaya Profit Persentase


Unsur Profit Pemasaran I II I II I II I II
…………………………….Rp/Kg……………………………… ………...%............
A. Poultry Shop
Jumlah - 2.999,67 - 216,372 - 2.783,30 - 28,12

B. Pedagang Perantara
Jumlah 2.799,39 4.005,00 676,665 687,267 2.122,73 3.317,73 22,42 33,52

C. Pedagang Besar
Jumlah 6.341,40 2.249,11 979,79 940,000 5.361,61 1.309,11 56,64 13,23

D. Pedagang Pengecer
Jumlah 2.658,31 2.722,30 676,647 643,299 1.981,663 2.486,938 20,93 25,13
Total Profit Pemasaran 9.466,003 9.897,078 100,00 100,00
Persentase Profit Total
(No.1/No.2X100%)
1. Keuntungan total 9.466,003 9.897,078

2. Marjin total 11.799,10 11.976,08

Persentase Profit Total 80,23 82,64


Keterangan : I = Pola Rantai Pemasaran I, II = Pola Rantai Pemasaran II.

Berdasarkan Tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa total profit pemasaran

pola rantai pemasaran ayam ras pedaging II lebih besar daripada total profit

pemasaran pola rantai pemasaran ayam ras pedaging I, yang mana nilai total

profit pemasaran masing-masing ditujukan sebesar Rp 9.897,078 per kilogram

dan Rp 9.466,003 per kilogram. Dari data tersebut dapat disimpulkan, bahwa

semakin rendah biaya yang harus dibayar maka semakin tinggi keuntungan yang

diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai