Anda di halaman 1dari 4

RANCANGAN DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN

“Al-Quran dan 99”

I. DESKRIPSI INOVASI
Identitas Perancang
Nama : Vionanta Pratama
NIM : 170151602795
Offering : E7 PGSD
Institusi Penanggung Jawab : PGSD FIP UM
Alamat Insitusi : Jl. Raya Ki Ageng Gribig No. 45 Malang
Sasaran Inovasi : SD Negeri 1 Sidorejo
Ruang Lingkup : Sekolah
Alamat Sasaran Institusi Inovasi : Jl. Soekarno-Hatta RT 12 RW 12 Desa
Sidorejo Kec. Pagelaran Kab. Malang

A. Analisis Kondisi Awal


SDN 1 Sidorejo terletak di desa Sidoreo kecamatan Pagelaran kabupaten
Malang, jaraknya sekitar 29 Km dari pusat kota Malang. SD Negeri 1 Sidorejo
mempunyai jumlah murid sekitar 370 siswa. Kelas 1A mempunyai murid 35,
kelas 1B 30 siswa, kelas 2A 33 siswa, kelas 2B 32 siswa, kelas 3A 28 siswa
kelas 3B 27 siswa, kelas 4A 31 siswa, kelas 4B 34 siswa, kelas 5A 35 siswa,
kelas 5B 30 siswa, kelas 6A 28 siswa, kelas 6B 27 siswa. Luas tanah SDN 1
Sidorejo 1000 m2. Di SD tersebut saya menemui bu Riza Santoso guru kelas
2, beliau menceritakan permasalahan tentang moral dan karakter anak.
Karakter anak dan moral anak seharusnya dibentuk sejak usia dini sampai
anak masuk ke jenjang sekolah dasar. Penanaman pendidikan karakter dan
moral tidak hanya dilakukan dalam pelajaran yg dilakukan di dalam kelas,
tetapi harus ada kegiatan lain yang dapat mempengaruhi dan memperbaiki
karakter anak. Selain karakter yang menjadi tujuan utama perlu ditekankan
pendidikan moral untuk anak usia 7-12 tahun. Pada usia tersebut anak akan
lebih menerima hal nyata yang dilakukan sendiri sehingga mereka merasakan
dan menyerap sisi positif dan negatifnya. Guru sebagai orang tua kedua harus
mengarahkan agar siswa tidak salah peneriaan proses tersebut. Penanaman
pendidikan karakter dan moral yg dilakukan dengan bidang keagamaan lebih
bisa diserap dan dipahami oleh siswa karena agamalah yang dapat
mengajarkan semua aspek dalam kehidupan.
Dari cerita bu Riza, beliau tidak mengetahui seperti apakah inovasi yang
dapat diterapkan berhubungan dengan keagamaan. Cerita tersebut
memunculkan inovasi “Al-Quran dan 99” yang bisa diterapkan setiap hari
tanpa mengganggu waktu dan tempat.
B. Jenis Inovasi
Jenis inovasi “Al-Quran dan 99” termasuk inovasi yang mudah dilakukan
asalkan ada kemauan. Al-Quran dan 99 menerapkan proses membaca alquran
pada saat pagi hari yang dilakukan setiap hari, 99 menerapkan hafalan tentang
sifat-sifat allah SWT karena sifat-sifat tersebut baik dan mulia bisa sebagai
contoh dalam kehidupan sehari-hari. Membaca alquran dilakukan pada pagi
hari sebelum memulai pelajaran, membaca jus 30 karena disana terdapat
surat-surat pendek yg ketika dibaca anak terus menerus setiap hari diharapkan
anak hafal dengan sendirinya. Setiap ruang kelas dari kelas 1 sampai kelas 6
harus mempunyai sound yang terhubung ke dalam ruang guru, didalam ruang
guru terdapan microphone yang menjadi pusat suara. Membaca alquran
dipandu dari ruang guru tersebut, setelah membaca alquran dilanjutkan oleh
menghafalkan sifat-sifat Allah SWT yg berjumlah 99. Bagi yang beragama
lain boleh mengikuti didalam kelas atau keluar kelas yang dipandu oleh guru
lainnya.
C. Atribut Inovasi
1. Keuntungan relatif
Inovasi ini mudah diterapkan pada sekolah-sekolah apalagi sekolah dasar
karena pada dasarnya inovasi ini berguna bagi semua siswa dan diharapkan
menumbuhkan sikap-sikap yang baik setelah menerapkannya. Inovasi ini
ini juga bisa sebagai sistem pengenalan sosial kepada masyarakat bahwa
dikehidupan sekolah bukan hanya pendidikan resminya saja yang
diutamakan tetapi pendidikan agama siswa diperhatikan karena pendidikan
agama siswala yang menentukan akhlaq dan moral masing-masing-siswa.
2. Kesepadanan (Compatibility)
Inovasi ini sangat compatibility jika diterapkan pada sekolah-sekolah yang
mempunyai lingkungan masyarakatnya beragama islam. Nilai-nilai yang
berada dimasyarakat berhubungan dengan inovasi yang diterapkan di
sekolah tersebut sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terhadap proses
pendidikan disekolah tersebut, terkadang masyarakat membantu kegiatan
yang ada di sekolah itu karena dianggap menguntungkan semua pihak
3. Kekompleksan (Complexity)
Kesulitan dalam penerapan inovasi ini terletak pada sekolah-sekolah yang
jauh dari perkotaan atau kata lain sekolah yang mempunyai sebutan 3T
(Tertinggal, Terpelosok dan Terjauh) karena sekolah tersebut tidak
mempunyai prasarana dan sarana yang lengkap dan tidak mempunyai biaya
yang cukup untuk pengadaan barang-barangnya, belum lagi letak geografis
dari tersebut harus menjadi timbangan dan agama disekitas sekolah
tersebut.
4. Ujicoba (Triability)
Inovasi ini dapat di uji coba secara berkala, artinya tidak diterapkan dan
langsung dipermanenkan karena inovasi ini dilihat dari bagaimana semua
siswa menangkap dan mendapatkan ilmu dari penerapan inovasi ini.
Ujicoba secara berkala bertujuan untuk adaptasi siswa, jika siswa mampu
menerapkan dengan cepat maka akan segera dipermanenkan.
5. Observasi (Observability)
Inovasi ini dapat diamati oleh seluruh anggota sekolah, orang tua dan
masyarakat disekitar sekolah tersebut. Inovasi ini bersifat umum jadi
siapapun yang ini mengamati proses inovasi ini berlangsung boleh
melihatnya tetapi tidak boleh mengganggu proses berjalannya inovasi.
Penerapan inovasi ini harus bersungguh-sungguh pada masing-masing
siswa agar supaya mendapatkan hasil yang baik.
D. Pengembangan Inovasi
Pengembangan inovasi ini menghubungkan koneksi-koneksi antar kelas
dengan satu sumber yang berada di ruang guru. Berikut ini adalalah alat dan
bahan yang diperlukan dalam pengembangan inovasi ini:
1. Microphone
2. Sound
3. Kabel
4. Panel channel
Di ruang guru terdapat microphone yang dihubungkan dengan kabel ke
masing-masing kelas dan tiap kelas terdapat sound yang menghasilkan suara
dari microphone di ruang guru. Ukuran sound tersebut panjang 1 m x lebar 50
cm x tinggi 50 cm, di soun tersebut terdapat 2 mic berdiameter 30 cm. Dengan
desain seperti itu diharapkan suara yang dihasilkan dapat terdengar dengan
jelas tiap sudut ruangan jadi, sound tersebut diletakkan di dinding sisi bagian
atas depan kelas. Di ruang guru selain terdapat microphone terdapat juga panel
channel yang menentukan aktif atau tidaknya sound-soung di masing-masing
kelas.

Inovasi ini tidak hanya berfungsi untuk membaca alqur-an tetapi juga bisa
difungsikan sebagai alat pemanggilan siswa yang berada di masing-masing
kelas yang ingin dituju. Contoh: guru ingin memanggil siswa kelas 6 berinisial
A, guru tinggal menyalakan panel kelas 6 dan memanggil siswa tersebut tanpa
menyalakan panel kelas lain karena akan menganggu proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai