Anda di halaman 1dari 6

SEMIOTIKA STRUKTURALISME SAUSSURE

Fajriannoor Fanani
(carbudit@yahoo.com)
(Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Semarang)

Abstract
Ferdinand de Saussure is widely known as one of the prominent contributor to the
theories of sign and language in semiotic. His theory in semiotic create a mark in the
history of semiology. His semiotic was also known as one of the foundation of
structuralism that growth in France. Structuralism, later become a movement that
widespread not only in the field of linguistic but to the field of humanities and social
sciences in general. How his semiotic works and how his view on structuralism applied
in world of sign and language are interesting object. This writing try to overview all
this in a simple and understandable way.

Kata Kunci : Semiotik, Strukturalisme, tanda

PENDAHULUAN Bayangkan anda memakan sepotong kayu


dan otak anda salah menerka bahwa itu
Ferdinand de Saussure dikenal adalah donut, sehingga sensasi rasa yang
sebagai bapak dari Semiotica/Semiology diberikan bukanlah rasa sepotong kayu,
serta salah satu teoritisi terpenting dalam tetapi malah rasa donut yang manis, gurih,
ilmu linguistik. Selain itu Semiotika dan lezat. Sama dengan kasus donut ini,
Saussure juga menjadi salah satu pencetus anda pastinya juga sering mengalami apa
awal dari gerakan strukturalisme yang yang sering disebut sebagai miss
lahir di Perancis pada awal abad ke 20. understanding. Suatu saat teman anda
Strukturalisme yang berawal dari ilmu meminta anda berkunjung kerumahnya, ia
linguistik ini kemudian dikembangkan mendeskripsikan rumahnya sebagai rumah
juga ke ilmu-ilmu lainnya seperti dengan dua jendela, satu pintu, dan sebuah
Sosiologi, Psikologi, Anthropologi, dll. parabola. Butuh waktu lama untuk
Melihat besarnya pengaruh Semiotik menemukan rumah tersebut karena
Saussure ini maka menarik sekali untuk ternyata deskripsi yang ada dalam benak
membahas Semiotika Saussure dan anda berbeda dengan kenyataannya.
melihat akar strukturalisme dalam
semiotika tersebut. Gambar 1
Perbedaan antara Persepsi dan
Realita Mengenai Gambaran Rumah
A. TANDA YANG ARBITRER

Bayangkan donut yang anda makan


sebenarnya tidaklah manis, gurih, dan
lezat. Bukan karena donut tersebut dibuat
oleh seorang yang tidak ahli, tetapi karena
seluruh rasa manis, gurih, dan lezat
tersebut ternyata hanyalah sensasi di otak
yang distimuli oleh donut tersebut.

THE MESSENGER, Volume V, Nomor 1, Edisi Januari 2013 10


ditulis menggunakan aksara Rusia, Cina,
dan Thai dalam sekejap akan
Bayangan anda mengenai deskripsi membuyarkan makna kata Indonesia.
Makna yang muncul mungkin saja malah
rasa aneh dan bingung karena melihat
aksara yang aneh dan tidak umum kita
gunakan. Ini menunjukkan bahwa antara
komponen fisik dari tanda (gambar atau
suara) dengan makna didalamnya
sebenarnya tidak memiliki kaitan sama
sekali atau bersifat arbitrer. Keduanya
memiliki hubungan karena ada konsensus
Rumah teman anda sebenarnya masyarakat yang menyepakati bahwa
rumah teman anda tanda-tanda tertentu bermakna tertentu
pula.
Hal semacam inilah yang dipikirkan
oleh Ferdinand de Saussure saat melihat
berbagai tanda. Baginya tanda tersebut Tabel 2
hanya bisa merepresentasikan sesuatu Perbedaan Arti dalam Satu Kata di
apabila si pembaca tanda memiliki Beberapa Bahasa
pengalaman atas representasi tersebut.
Arti Arti Arti Arti
Sebuah kata “Indonesia” dapat bermakna
dalam dalam dalam dala
kepulauan tropis, merah putih, beragam
Bahasa Bahas Bahas m
suku bangsa, dll bagi banyak orang-orang Kata
Indone a a Bah
Indonesia. Akan tetapi kata yang sama
sia Sunda Jawa asa
dalam aksara yang berbeda seperti,
Bali
“Индонесиа” dapat tidak berarti apapun
bagi sebagian orang Indonesia yang tidak Amis Bau Rasa Bau -
dapat membaca tulisan tersebut. amis manis amis
ikan ikan
Coko - Menga Mengg -
Tabel 1 t mbil igit
Kata Indonesia Menurut Beberapa Geda - Pepaya Pisang -
Aksara ng
Caca Menghi - Memo -
Aksara Tulisan h tung tong
Alfabet Indonesia Janga Tidak - Sayur -
Cyrillic Индонезия n Boleh
Mandar 印尼 Tiang Tongga Orang Orang Saya
in k
Thai Keny Cukup - - Erek
ang makan si

Contoh-contoh diatas menunjukkan Kata yang sama dapat bermakna


bahwa kata yang sama dalam aksara yang berbeda bagi masyarakat dalam budaya
berbeda dapat menghasilkan makna yang yang berbeda. Ini menunjukkan konsensus
berbeda pula. Kata Indonesia apabila masyarakat yang berperan besar dalam

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Januari 2013 11


memberikan makna sebuah tanda. Konsep yang natural antara signifier dan signified.
tanda yang arbitrer ini kemudian akan Tidak ada alasan intrinsik mengenai
menjadi dasar bagi konsep semiotika mengapa sebuah benda diberi nama sesuai
Saussure paling penting, yaitu pembagian dengan namanya tersebut. (Culler, 1990:
tanda menjadi penanda dan petanda. 19). Setiap kata dapat menggantikan nama
benda tersebut apabila telah diterima oleh
konsensus atau konvensi suatu
B. SEGITIGA TANDA SAUSSURE masyarakat. Bahkan menurut Saussure
pada kenyataannya, setiap ekspresi yang
Saussure meletakkan tanda dalam digunakan dalam masyarakat diperoleh
konteks komunikasi manusia dengan berdasarkan perilaku kolektif atau
melakukan pemilahan antara apa yang kesepakatan (konvensi) (Saussure, 1959:
disebut signifier (penanda) dan signified 68).
(petanda). Secara sederhana signifier
adalah bunyi yang bermakna atau coretan
yang bermakna (aspek material), yakni Gambar 3
apa yang dikatakan dan apa yang ditulis Anak Anjing dalam Penjabaran
atau dibaca. Sementara itu signified Segitiga Tanda Saussure
adalah gambaran mental, yakni pikiran
atau konsep aspek mental dari bahasa.
(Sobur, 2004: 125).

Gambar 2
Keterkaitan tanda menurut Saussure
(Moriarty dalam Smith & friends, 2005:
227) ignifier (word/image.
Sound, gesture):
Tree” (as written,
poken, or depicted)
Sign
Sign (a representasion that
Stands in place of) Sebuah gambar anak anjing yang lucu dan
menggemaskan

Signified(concept/content)
:“Arbor” (or the idea
of “treeness”)

Signified
Signifier mengacu pada tampilan
(Pemaknaan anak
fisik dari sign yang dapat berupa goresan
anjing yang lucu,
gambar, garis, warna, maupun suara atau
menggemaskan,
tanda-tanda lainnya, sedangkan Signified Signifier hangat, ceria, dan
mengacu pada makna yang tersemat pada Gambar atau lincah)
tampilan fisik tanda tersebut. Menurut goresan tinta
Saussure, tanda (Sign) bersifat arbitrari warna hitam yang
dimana kombinasi antara Signifier dan membentuk suatu
signified adalah entitas yang manasuka gambar anak
(Saussure, 1959: 67). Tidak ada hubungan anjing

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Januari 2013 12


Geledek Petir Suara petir yang
(Jawa) menggelegar
Hubungan yang arbitrary antara membelah udara
signifier dan signified juga berarti tidak Sepur Kereta Suara cerobong
ada konsep yang pasti dan universal. (Jawa) Api kereta api kayu
Kedua hal tersebut adalah entitas yang
benar berbeda. (Culler, 1990: 23). Hal
inilah yang menyebabkan mengapa Meskipun banyak contoh kata-kata
sebuah deskripsi mengenai rumah dapat onomatopoeia, Saussure tetap
berbeda dalam pikiran orang lain, dan berpendapat bahwa secara umum sign
mengapa kata-kata dalam aksara yang bersifat arbitrer. Menurutnya kata-kata
berbeda dapat tidak memiliki makna sama onomatopoeic tidak pernah menjadi
sekali. elemen organis dari sistem linguistic dan
jumlahnya jauh lebih kecil dari yang
umumnya diduga (Saussure, 1959: 69).
C. ONOMATOPEIA

Saussure membedakan konsep D. STUDI


symbol dan sign. Baginya symbol tidak SINKRONIK/DIAKRONIK DAN
seluruhnya arbitrer, banyak symbol yang LANGUE/PAROLE
terkait dengan maknanya, contohnya
symbol keadilan yang dilambangkan Terdapat sebuah konsekuensi
sebagai timbangan (Saussure, 1959: 68). penting dari konsep arbitrary dalam sign.
Konsep arbriter dari sign ini sendiri tidak Konsekuensi ini adalah munculnya
berlaku bagi kata-kata yang disebut perbedaan antara studi sinkronik dan
sebagai Onomatopoeia dimana frasa dari diakronik dari bahasa. Sinkronik adalah
sebuah signifier tampak dalam hal tertentu studi mengenai system bahasa pada
serupa atau imitatif (Culler, 1990: 20). kondisi tertentu dengan mengabaikan
Pada kasus ini signifier sangat terkait waktu. Sedangkan diakronik adalah studi
dengan signified dan hubungan diantara mengenai evolusi bahasa dalam setiap
keduanya tidaklah arbriter. Contoh paling waktu. (Culler, 1990: 35). Kajian
terlihat dari jenis kata ini adalah kata-kata sinkronik bahasa dalam pemahaman ini
suara binatang seperti “menggonggong” hanya mencoba untuk melihat sistem dan
atau “mengeong” yang yang mengikuti struktur dari bahasa pada satu waktu
suara anjing dan kucing. Contoh kata-kata tertentu, misalnya meneliti mengapa frasa
onomatopoeia lain adalah: “wanita” memiliki konotasi yang berbeda
dengan “perempuan”. Kajian diakronik
bahasa sementara itu melihat bahasa dan
Tabel 3 makna sebagai suatu entitas yang terus
Kata-kata Onomatopeia dalam Bahasa berubah dan memiliki sejarah, misalnya
Indonesia dan Jawa meneliti mengenai perkembangan makna
Kata Arti Diambil Dari frasa “wanita” dari awal penggunaan kata
Klik Cocok Suara sambungan tersebut hingga sekarang.
dua benda yang Pemahaman mengenai Sinkronik
pas saat dipasang dan Diakronik ini kemudian membawa
kita pada konsep langue dan parole.
Bomb Peledak Suara peledak
Langue adalah system dari bahasa dimana
yang besar dan
individu mengasimilasikan bahasa yang ia
memekakkan

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Januari 2013 13


dengar. System gramatikal yang lahir dari
lingkungan social individu tersebut.
Sementara itu parole adalah kombinasi Gambar 4
darimana individu menggunakan kode Aksis Sintagmatik dan Paradigmatik
dari system bahasa untuk (Piliang, 2003: 260).
mengekspresikan pemikiranya.
Mekanisme psiko-sosial yang
membuatnya memperlihatkan kombinasi Sintagma
tersebut. (Culler, 1990: 29, 30).
Saussure mengeksplorasi aturan dan
konvensi yang mengatur bahasa (langue)
ketimbang pemakaian dan ujaran secara
spesifik yang dipakai individu dalam Paradigma
kehidupan sehari-hari (parole). Saussure
dan strukturalisme secara umum, lebih Pada gambar tersetbut diperlihatkan
banyak menaruh perhatian kepada struktur bahwa setiap kalimat dapat dilihat dari
bahasa daripada pemakaian sebenarnya. dua poros, Sintagma dan Paradigma.
(Barker, 2000: 70). Apa yang disebut Poros paradigm tidak memiliki hubungan
pendekatan strukturalisme dalam bahasa langsung dengan sintagma, akan tetapi
adalah pendekatan yang melihat hanya perubahan-perubahan pada poros
struktur atau sistem bahasa (sinkronik) paradigma akan turut mengubah poros
dengan mengabaikan konteks waktu, sintagma dari kalimat tersebut.
perubahan, dan sejarahnya (diakronik).
(Piliang, 2003: 256).
Tabel 4
Alur Sintagmatis dan Paradigmatis
E. ANALISIS PARADIGMATIK dalam sebuah Kalimat
DAN SINTAGMATIK
(Paradigmatis)
Tentara
Menurut Saussure, makna Pejuang kebebasan
dihasilkan melalui proses seleksi dan Teroris
- - - - - - - - - - - - - - Hari ini diserang -------- (Sintagmatis)
kombinasi tanda di sepanjang poros Sukarelawan Dibebaskan
(aksis) sintagmatis dan paradigmatis. Pria bersenjata
Poros sintagmatis dibangun oleh
kombinasi linear antar tanda yang (Barker, 2005: 70)
membentuk kalimat. Poros paradigmatik
mengacu kepada arena tanda (misalnya
sinonim) yang darinya segala tanda yang Pada tabel tersebut terlihat bahwa
ada diseleksi. Makna diakumulasikan di pemilihan frasa-frasa tertentu dalam
sepanjang poros sintagmatik, sementara sebuah kalimat (paradigmatis) dapat
seleksi dari arena paradigmatik mengubah mempengaruhi arti sintagmatis dalam
makna pada poin tertentu dalam kalimat. kalimat tersebut. Kalimat ”teroris hari ini
(Barker, 2005: 70). diserang” tentunya memiliki konotasi
yang lebih negatif ketimbang kalimat
”pejuang kebebasan hari ini dibebaskan.”

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Januari 2013 14


DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
De Saussure, Ferdinand edited by Charles
Berdasarkan pembahasan singkat Bally and Albert Sechehaye. (1959).
mengenai berbagai buah pikiran Course in General Linguistics 3rd ed. New
Semiotika Saussure maka dapat dilihat York: Philosophical Library
bahwa Saussure mempercayai adanya Barthes, Roland translated by Annette
struktur dalam bahasa. Ia lebih meyakini Lavers. (1972). Mythologies.
studi bahasa sebagai studi sinkronik yang New York: The Noonday Press
meneliti mengenai struktur yang ada Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media:
dalam bahasa, dan tidak melihat bahasa Suatu Pengantar untuk Analisis
sebagai proses evolusioner yang terus Wacana, Analisis Semiotik, dan
berubah-ubah sepanjang sejarah. Saussure Analisis Framing. Bandung:
juga meyakini bahwa Parole atau bahasa Remaja Rosdakarya
tuturan manusia hanya dapat muncul Piliang, Yasraf Amir. (2003).
karena ada Langue atau kemampuan Hipersemiotika: Tafsir Cultural
bahasa yang bersifat kolektif. Ia meyakini Studies Atas Matinya Makna.
bahwa ada keteraturan dalam bahasa yang Bandung: Jalasutra
dimiliki oleh setiap masyarakat. Barker, Chris. (2005). Cultural Studies.
Penggunaan bahasa ini mungkin nampak Yogyakarta: Kreasi Wacana
berantakan dipermukaan, akan tetapi ada Culler, Jonathan. (1990). Saussure.
keteraturan yang baku didalamnya. London: Fontana Press
Semiotika Strukturalisme Saussure inilah Ken Smith and friends. (2005). Handbook
yang kemudian digunakan untuk of Visual Communication:
menemukan keteraturan tersebut. Theory, Methods, and Media.
New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associa

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Januari 2013 15

Anda mungkin juga menyukai