Anda di halaman 1dari 12

SAWERIGADING

Volume 15 Edisi Khusus, Oktober 2009 Halaman 61—71

BENTUK DAN REFERENSI KATA MAKIAN


DALAM BAHASA BUGIS
(Form and Reference Abusive Word in Buginese)

Nurlina Arisnawati
Balai Bahasa Ujung Pandang
Jalan Sultan Alauddin Km 7/Talasalapang Makassar 90221
Telp: 0411882401, Fax. 0411882403
Diterima: 3 Desember2009; Disetujui: 2 Maret 2010

Abstract
This writing explorer the form and reference abusive word in buginese. Abusive word
in Buginese well known as rodda (makkarodda) is emotional language used to express
annoying, angry or dislike feeling toward something. Form of abusive word is
identified based on what is expressed by Buginese speaker when he or she is angry,
annoying, and so on. Beside that, listening attentively technique using. Dictionary of
Buginese-Indonesia is also applied, especially entry naming rough or taboo words.
The conclusion os abusive word in Buginese are: (1) abusive in word form, (2) abusive
in pharase form, and (3) abusive in clause form. While based on the reference, abusive
word in Buginese have several kinds of reference, that is: condition, animal,
supernatural creatures, things, part or body, kinship, and profession.

Key words: abusive word in Buginese

Abstrak
Tulisan ini mendeskripsikan tentang bagaimana bentuk dan referensi kata makian
dalam bahasa Bugis. Makian yang dalam bahasa Bugis dikenal dengan istilah rodda
(makkarodda) merupakan bahasa yang paling emosional yang digunakan untuk
mengekspresikan rasa jengkel, marah, atau ketidaksenangan terhadap sesuatu yang
tidak mengenakkan perasaan. Bentuk makian dalam bahasa Bugis ini diidentifikasi
berdasarkan makian-makian yang dilontarkan oleh masyarakat/penutur bahasa Bugis
ketika sedang marah, jengkel, dan sebagainya. Selain itu, juga digunakan tekhnik
penyimakan melalui Kamus Bahasa Bugis-Indonesia, terutama kata-kata yang berlabel
kasar atau tabu. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk makian
dalam bahasa Bugis meliputi: (1) makian berbentuk kata, (2) makian berbentuk frase,
dan (3) makian berbentuk klausa. Sedangkan berdasarkan referensinya, kata makian
dalam bahasa Bugis memiliki beberapa jenis referensi, di antaranya: keadaan, binatang,
makhluk halus, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, dan profesi.

Kata kunci: kata makian dalam bahasa Bugis

61
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 61—71

1. Pendahuluan pertengkaran, pertikaian, adu mulut dan


Manusia tidak pernah lepas semacamnya. Dalam situasi atau kondisi
memakai bahasa karena bahasa adalah alat yang demikian, biasanya setiap individu
yang dipakainya untuk membentuk akan melampiaskan rasa kesal, jengkel,
pikiran, perasaan keinginan dan perbuatan- dan amarahnya melalui berbagai macam
perbuatannya, serta sebagai alat untuk bentuk kata cacian, umpatan, atau kata-
memengaruhi dan dipengaruhi (Samsuri, kata kasar yang tidak pantas
1991:4). Hal ini sejalan dengan pendapat diperdengarkan kepada orang lain.
kentjono (dalam Wijana dan Rohmadi, Padahal, sebagai warga negara Indonesia
2006:164) bahwa pada dasarnya fungsi yang terkenal ramah dan penuh dengan
bahasa yang paling mendasar adalah sopan santun seharusnya kita dapat
sebagai alat komunikasi. Bahasa mempu- menjaga tuturan sesantun mungkin. Tetapi
nyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat secara sadar atau tidak, kita selalu
kerja sama, berkomunikasi, dan mengiden- menemui sebuah ungkapan yang
tifikasi diri. Manusia sebagai makhluk menandakan kekerasan, berontak,
individu dan sosial selalu memenuhi ketidaknyamanan atau penyerangan. Hal
keinginannya dengan menggunakan ini karena dalam berinteraksi, penutur
bahasa, karena bahasa sebagai medium kadang-kadang melibatkan emosi secara
yang sangat ampuh dan mudah untuk verbal dengan cara yang berlebihan dalam
berkomunikasi dan bekerja sama dalam bentuk sebuah makian, yaitu ungkapan
memenuhi segala keinginannya. spontan yang bermakna kurang baik dan
Bahasa juga dipakai untuk mempunyai tekanan lebih keras (lisan)
melibatkan sikap individu dan hubungan sebagai ekspresi emosional yang kuat dari
sosial. Fungsi bahasa yang melibatkan diri seseorang yang berupa makian,
sikap individu dan hubungan sosial disebut umpatan, hujatan, sumpah, kutukan,
fungsi interaksional. Fungsi interaksional kecarutan, serta lontaran/seruan cabul.
dipakai oleh pengguna bahasa untuk Kata umpatan atau makian
mentransmisikan pesan secara faktual dan menyelinap pada budaya, seolah itu
proporsional. Bahasa yang dipentingkan sebuah sambal terasi dalam pergaulan.
dalam peristiwa tutur digunakan untuk Kata umpatan atau makian yang sering
membentuk dan membina hubungan kita temui sangat banyak, mulai dari
sosial. Hal ini karena sebagian besar khazanah nasional sampai khazana daerah.
interaksi manusia diwarnai oleh hubungan Masyarakat Bugis pun tidak luput
antar individu. menggunakan kata makian sebagai bentuk
Sekaitan dengan hal di atas, ekspresi atau luapan emosinya terhadap
Nababan (1993:1) menambahkan bahwa sesuatu yang tidak mengenakkan. Pada
bahasa berfungsi untuk komunikasi, yaitu dasarnya memaki merupakan jalan untuk
sebagai alat pergaulan dan perhubungan melepaskan frustasi dan kemarahan
sesama manusia sehingga terbentuk suatu dengan cara tidak menyerang fisik.
sistem sosial. Namun, tidak dapat Padahal, dulu kata makian ini lebih banyak
disangkal bahwa tidak selamanya dipakai oleh anak jalanan dan kadang kata
komunikasi yang terjalin itu akan berjalan ini dipakai sebagai tanda pergaulan bagi
dengan baik. Dalam sistem berkomunikasi, anak-anak muda.
adakalanya terjadi ketidakcocokan, beda Berdasarkan uraian latar belakang
pendapat, kesalahpahaman, yang pada di atas, dapat dirumuskan sebuah masalah,
akhirnya memicu terjadinya konflik, yaitu bagaimana bentuk dan referensi kata

62
Nurlina Arisnawati: Bentuk Referensi Kata Makian dalam Bahasa Bugis

makian dalam bahasa Bugis? Orang yang tidak ingin dianggap


Tulisan ini bertujuan untuk “tidak sopan” akan menghindarkan
mendeskripsikan bagaimana bentuk dan penggunaan kata-kata tertentu. Dalam
referensi kata makian dalam bahasa Bugis. masyarakat Indonesia, terutama dalam
Hasil tulisan ini diharapkan dapat bahasa daerah (Bugis), sering dikatakan
bermanfaat, baik secara teoritis maupun bahwa wanita lebih banyak menghindari
secara praktis. Secara teoritis, tulisan ini penggunaan kata-kata yang berhubungan
diharapkan dapat melengkapi dan dengan alat kelamin atau kata-kata “kotor”
memberikan informasi yang lebih spesifik yang lain. Kata-kata ini seolah-olah
tentang bentuk dan referensi kata makian ditabukan oleh wanita, atau seolah-olah
dalam bahasa Bugis. Secara praktis, hasil menjadi monopoli pria. Padahal, makian
penelitian ini diharapkan akan berguna (kata tabu) merupakan bahasa yang paling
bagi pengembangan dan pengelolaan emosional yang dialami oleh seluruh
pengajaran di bidang linguistik. manusia di dunia. Hal ini karena makian
atau kata tabu telah menjadi bahasa umum
2. Kerangka Teori di seluruh dunia, dan makian ini terjadi
Dalam Kamus Bahasa Bugis, dengan didasari oleh alasan tertentu.
makian lebih dikenal dengan istilah rodda Artinya, setiap individu tentu memiliki
(makkarodda) yaitu mengatakan yang alasan mengapa ia mengeluarkan kata
tidak senonoh (Kamus Bahasa Bugis- makian.
Indonesia). Sedangkan dalam Kamus Kata-kata makian, selain berupa
Besar Bahasa Indonesia (2005:702) kata-kata kasar, juga dapat berupa sindiran
dikatakan bahwa makian adalah kata keji -sindiran secara halus. Bagi orang yang
yang diucapkan karena marah dan terkena, ucapan-ucapan itu mungkin
sebagainya. Hal ini sejalan dengan dirasakan menyerang, tetapi bagi orang
pendapat Kurniawan (2009) bahwa ung- yang mengucapkannya, ekspresi dengan
kapan makian biasanya digunakan dalam makian merupakan alat pembebasan dari
keadaan marah. Jika seseorang sedang segala bentuk dan situasi yang tidak
marah, akal sehatnya tidak berfungsi lagi mengenakkan walaupun dengan tidak
sehingga ia akan berbicara dengan meng- menolak adanya fakta pemakaian makian-
gunakan ungkapan atau kata-kata kasar. makian yang secara pragmatis
Ullmann (dalam Wijana dan mengungkapkan pujian, keheranan, dan
Rohmadi, 2006:110-111) mengatakan menciptakan suasana pembicaraan yang
bahwa dalam ilmu makna, makian erat akrab (Allan dalam Wijana dan Rohmadi,
berkaitan dengan kata tabu (taboo) yang 2006:109-110).
memiliki makna yang sangat luas, tetapi Kata-kata makian mempunyai
umumnya berarti ‘sesuatu yang dilarang’. kedudukan yang sentral dalam aktivitas
Lebih lanjut dikatakan bahwa berdasarkan berkomunikasi secara verbal sebagai salah
motivasi psikologis yang melatarbela- satu sarana untuk menjalankan fungsi
kanginya, kata-kata tabu muncul sekurang- emotif bahasa. Fungsi emotif (untuk
kurangnya karena tiga hal, yakni: adanya menyatakan perasaan) merupakan salah
sesuatu yang menakutkan (taboo of fear), satu fungsi bahasa yang terpenting,
sesuatu yang tidak mengenakkan perasaan disamping lima fungsi lainnya, seperti
(taboo of delicacy), dan sesuatu yang tidak fungsi konatif, referensial, metalingual,
santun dan tidak pantas (taboo of poetik, dan fatis (Jakobson dalam Wijana
propriety). dan Rohmadi, 2006110). Sedangkan Leech

63
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 61—71

(1983) mengungkapkan bahwa pada 2) Asu ‘anjing’


dasarnya fungsi bahasa ada lima, yakni: Asu, barak muaseng ammai mitauka.
fungsi informasional, ekspresif, direktif, ‘anjing, barangkali kau pikir takut saya’
estetik, dan fatis, dan penggunaan makian (Anjing, barangkali kau pikir saya takut.)
merupakan realisasi dari fungsi yang 3) Balala ‘rakus’
kedua, yaitu fungsi ekspresif. Paccappu manengngi akkanreangnge,
balala.
‘habiskan semua dia lauk, rakus’
3. Metode (Habiskan semua lauk, rakus.)
Dalam tulisan ini digunakan 4) Beleng ‘bodoh’
metode deskriptif kualitatif untuk Namo appakkaro dek to muisseng
menjelaskan bagaimana bentuk dan jamai beleng.
referensi kata makian dalam bahasa Bugis. ‘biar begitu tidak juga kamu tahu kerja
Bentuk makian dalam tuturan bahasa bodoh’
Bugis ini diidentifikasi berdasarkan (Begitupun tidak tahu kamu kerjakan
makian-makian yang dilontarkan atau bodoh.)
dituturkan oleh penutur bahasa Bugis 5) Tai ‘tahi’
ketika sedang marah, jengkel, kesal, dan Magi nappako engka, tai.
sebagainya. Selain itu, penulis juga ‘mengapa baru kamu datang, tahi’
melakukan penyimakan melalui Kamus (Mengapa kamu baru datang, tahi.)
Bahasa Bugis-Indonesia tahun 1977 Ter- Secara sintaksis, bentuk-bentuk
bitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan makian dalam bahasa Bugis menduduki
Bahasa, Departemen Pendidikan dan klausa bukan inti yang berdistribusi
Kebudayaan, terutama kata-kata yang mendahului klausa intinya. Hal ini seperti
berlabel kasar atau tabu. yang terlihat pada contoh (1) dan (2).
Meskipun demikian, tidak menutup
4. Pembahasan kemungkinan ditemukan distribusi yang
4.1 Bentuk Kata Makian dalam mengikuti klausa inti, seperti contoh (3—
Tuturan Bahasa Bugis 5).
Gambaran mengenai bentuk b. Makian Bentuk Jadian
makian dalam tuturan bahasa Bugis dapat Makian bentuk jadian adalah
diuraikan sebagai berikut. makian yang berupa kata-kata
4.1.1 Makian Berbentuk Kata polimorfemik. Makian yang berbentuk
Makian yang berbentuk kata dapat polimorfemik ini terdiri atas: makian
dibedakan menjadi dua, yaitu makian ben- berafiks, makian bentuk ulang, dan makian
tuk dasar dan makian bentuk kata jadian. bentuk majemuk.
a. Makian Bentuk Dasar b.1 Makian berafiks
Makian bentuk dasar adalah Makian berafiks adalah makian
makian yang berwujud kata-kata yang terbentuk dari proses afiksasi.
monomorfemik, seperti contoh berikut ini. Makian berafiks ini dapat dilihat pada
1) Ettu ‘kentut’ contoh berikut.
Ettu, niga bassa maelo malettuttuko 6) Mangngurek ‘besar nafsu syahwatnya/
doi. getek’
‘kentut, siapa juga mau memberimu terus Mangngurek, aga bettuanna
uang’ mulellungngi anak darana taue.
(Kentut, siapa juga yang mau memberimu ‘getek, apa maksudnya kamu mengejar
uang terus.) anak gadis orang’

64
Nurlina Arisnawati: Bentuk Referensi Kata Makian dalam Bahasa Bugis

(Getek, apa maksud kamu mengejar anak 11) Maccoa-coa ‘sombong, dakar’
gadis orang.) Moccoa-coa laddekmako mengngaui
7) Pellolang ‘pencuri’ agagakku.
We…pellolang, mualasi doikku ‘sombong/dakar sekali kamu mengakui
toh. harta bendaku.
‘hei…pencuri, kamu ambil lagi uangku (Kamu sombong sekali mengakui harta
ya’ bendaku.)
(Hei…pencuri, kamu ambil lagi uangku 12) Pattua-tuai ‘ memandang enteng’
ya.) Pattua-tuaiko, upeddiriko.
8) Passolle ‘tukang jalan’ ‘pandang entenglah kamu, saya pukul
Magi ciako renreng akki kamu’
bolae waseng, passolle. (Kamu memandang enteng, saya pukul
‘mengapa tidak mau kamu tinggal di kamu.)
rumah saya bilang, tukang jalan’ Kata makian pada contoh (9—12)
(Mengapa kamu tidak mau tinggal di masing-masing dibentuk dari kata dasar
rumah, tukang jalan.) kindik ‘tingkah’ (9), doko ‘sakit/
kurus’ (10), coa ‘sombong,dakar’ (11),
Kata makian pada contoh (6), yaitu dan tua ‘tua’ (12).
mangngurek berasal dari kata dasar ngurek b.3 Makian bentuk majemuk
‘besar nafsu syahwatnya/getek’ kemudian Makian bentuk majemuk adalah
ditambah dengan prefiks ma- (ma- + makian yang terbentuk dari proses
ngurek ‘ mangngurek). Kata makian pemajemukan. Makian bentuk majemuk
pellolang (7) dibentuk dari kata dasar ini dapat dilihat pada contoh berikut.
lolang ‘bebas’ yang mendapat awalan pe- 13) Mellek perru ‘tidak mempunyai rasa
(pe- + lolang ‘ pellolang), sedangkan kata belas kasihan’
makian passolle (8) dibentuk dari kata Mellek perru, malasai tomatoanna dek
dasar solle ‘jalan’ yang kemudian naengka cellengi.
dibubuhkan dengan prefiks pa- (pa- + ‘tidak punya rasa belas kasihan, sakit
solle ‘ passolle). orang tuanya tidak pernah melihatnya’
b.2 Makian bentuk ulang (Tidak punya rasa belas kasihan, orang
Makian bentuk ulang adalah tuanya sakit tidak pernah dibesuknya.)
makian yang terbentuk dari proses 14) Makeccak jari ‘suka mencuri’
reduplikasi. Makian bentuk ulang dapat Makeccak jari silaongmu, ajak
dilihat pada contoh berikut ini. mupattamai ri kamarak e.
9) Cakindik-kindik ‘banyak tingkah’ ‘suka mencuri teman kamu, jangan kamu
masukkan dia di kamar’
Manengka makkunrai cakindik-kindik
(Temanmu suka mencuri, jangan kamu
laddek.
masukkan di kamar.)
‘mengapa ada perempuan banyak tingkah
sekali’ Makian bentuk majemuk seperti
(Mengapa ada perempuan bertingkah pada contoh (13) yaitu mellek perru
sekali.) terbentuk dari kata mellek ‘sampai/tega’
10) Paddoko-rokong ‘ sakit-sakitan’ dan perru ‘isi perut’, sedangkan pada
Niga maelo tungkako? ikotona paddoko- kalimat (14) makeccak jari terbentuk dari
rokong , ikotona masareak. kata makeccak ‘tidak bisa diam(bergerak)’
‘siapa yang mau merawat kamu? Kamu dan jari ‘jari’.
sudah sakit-sakitan, kamu sudah kasar’
(Siapa yang mau merawatmu? sudah sakit
-sakitan, kamu juga kasar.)

65
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 61—71

4.1.2 Makian Berbentuk Frase nassumpajang.


Ada tiga cara yang digunakan ‘pantas kafir tidak pernah dia sembahyang’
untuk membentuk frase makian dalam (Dasar kafir dia tidak pernah sembahyang.)
bahasa Bugis, yakni: b. Makian + mu
a. Tanranna + Makian (tandanya/pantas/ Contoh:
dasar + makian) 20) Lasek + mu lasekmu
Contoh: ‘kemaluanmu (lk)’
Lasekmu, sianna walai balukmu
15) Tanranna + sundalak ‘dasar + sundal’
namusingekkak.
Tanranna sundalak ‘tandanya
‘kemaluanmu, kapan saya ambil jualan
sundal’ (dasar sundal)
kamu sehingga kamu menagih saya’
Tanranna sundalak, lakkainna aga taue
(Kemaluanmu, kapan saya ambil jualanmu
naewa siliureng.
sehingga kau menagihku.)
‘tandanya sundal, suaminya juga orang dia
21) Mata + mu matammu ‘matamu’
temani tidur bersama’
Matammu, dek muakkitaga makkeda engka
(Dasar sundal, suami orang pun dia temani
ujama.
tidur.)
‘matamu, tidak kamu lihatkah kalau ada
16) Tanranna + dongok ‘dasar + bodoh
saya kerja’
Tanranna dongok ‘tandanya
(Matamu, apa kamu tidak melihat kalau
bodoh’ (dasar bodoh)
saya lagi kerja.)
Tanranna dongok, uissenni burane kuttu
22) Indok + mu indokmu ‘ibumu’
agasi wala tangkek i.
Indokmu, magai iya muakkada-kadai
‘tandanya bodoh, saya sudah tahu dia laki-
natania iya mappissengekko.
laki pemalas, mengapa lagi saya ambil
‘ibumu, mengapa saya yang kamu kata-
lamarannya’
katai padahal bukan saya yang
(Dasar bodoh, saya sudah tahu dia laki-laki
mengadukanmu’
pemalas, mengapa saya terima
(Ibumu, Mengapa saya yang kau hina
lamarannya.)
padahal bukan saya yang mengadukanmu.)
17) Tanranna + ujangeng ‘dasar +
23) nene + mu nenemu ‘nenekmu’
gilaTanranna ujangeng ‘tandanya
nenemu, mukiraga iko punna iyae sikolae.
gila’ (dasar gila)
‘nenekmu, kamu pikir apa kamu punya ini
Tanranna ujangeng, naboloi ulunna susu
sekolah’
nappa macawa.
(Nenekmu, apa kamu pikir ini sekolah
‘tandanya gila, dia siram kepalanya susu
milikmu.)
baru tertawa’
(Dasar gila, dia menyiram kepalanya c. Nanre + Makian ‘dimakan/menjadi’
dengan susu lalu tertawa.) + makian
18) Tanranna + sekkek ‘dasar + pelit’ Contoh:
Tanranna sekkek ‘tandanya pelit‘ (dasar 24) Nanre + setang nanre setang
pelit) ‘dimakan setan’
Tanranna sekkek, nasubbui paona ri Nanre setang ananak iyyae jokka dek
kamarak e narang bennyak. nappau-pau.
‘tanda pelit, dia sembunyikan dia ‘dimakan setan anak ini pergi tidak dia
mangganya di kamar hingga busuk’ berkata-kata.’
(Dasar pelit, dia menyembunyikan (Dimakan setan anak ini pergi tidak pamit-
mangganya di kamar hingga busuk.) pamit.)
19) Tanranna + kaperek ‘dasar + kafir’ 24) Nanre + sai nanre sai ‘dimakan penyakit
Tanranna kaperek ‘tandanya menular’
kafir’ (dasar kafir) Nanre sai tomatoa lappung palek
Sakjakkai kaperek dek naengka mupulakkai.

66
Nurlina Arisnawati: Bentuk Referensi Kata Makian dalam Bahasa Bugis

‘dimakan penyakit menular, orang tua 4.2 Referensi Kata Makian dalam
sekali ternyata kamu persuamikan’ Tuturan Bahasa Bugis
(Dimakan penyakit menular, ternyata Kata-kata dalam bahasa dapat
kakek-kakek yang kamu persuamikan.) digolongkan menjadi dua, yaitu kata
25) Nanre + sojok nanre sojok referensial dan kata non referensial. Kata
‘menjadi kaku/lurus (mati)’
referensial adalah kata-kata yang memiliki
Nanre sojok, napaddongok-dongokkak
iyaero pabbaluk e denre. referen dan berpotensi untuk mengisi
‘menjadi kaku (mati), dia kasi bodoh- fungsi-fungsi sintaktik kalimat, seperti
bodoh saya itu penjual tadi’ nomina, adjektiva, adverbal, dan
(menjadi kaku (mati), penjual itu sebagainya. Sedangkan kata nonreferensial
menipuku tadi.) adalah kata-kata yang semata-mata
4.1.3 Makian Berbentuk Klausa membantu kata-kata lain menjalankan
Makian yang berbentuk klausa tugasnya atau dikenal dengan istilah kata
dalam tuturan bahasa Bugis dapat dibentuk tugas, seperti preposisi, konjungsi, dan
dengan menambahkan pronominal di bela- interjeksi. Dalam kaitannya dengan hal
kang kata makian dari berbagai referensi. tersebut, dapatlah dikatakan bahwa pada
Makian yang berbentuk klausa ini dapat dasarnya hampir semua bentuk-bentuk
dilihat pada contoh berikut. makian memiliki referensinya atau bersifat
27) Munapek + ko munapekko ‘munafik referensial. Berdasarkan referensinya,
kamu’ sistem makian dalam bahasa Bugis dapat
Munapekko, dek nawedding itepperiko. diuraikan sebagai berikut.
‘munafik kamu, tidak bisa dipercaya 4.2.1 Keadaan
kamu’
Kata-kata yang menunjuk keadaan
(Munafik kamu, kamu tidak bisa
yang tidak menyenangkan agaknya
dipercaya.)
28) Ciddak + ko ciddakko ‘rasakan kamu’ merupakan satuan lingual yang paling
Ciddakko, niga memeng suroko? umum dimanfaatkan untuk
‘rasakan kamu, siapa memang suruh mengungkapkan makian. Secara garis
kamu?’ besar ada tiga hal yang dapat atau mungkin
(Rasakan kamu, siapa memang yang dihubungkan dengan keadaan yang tidak
menyuruhmu?) menyenangkan yakni keadaan mental,
29) Macapila laddek + ko macapila laddekko keadaan yang tidak direstui Tuhan atau
‘cerewet sekali kamu’ agama, dan keadaan yang berhubungan
Macapila laddekko, mucerita maneng dengan peristiwa yang tidak
jakna tau e.
menyenangkan, atau lebih jelasnya
‘cerewet sekali kamu, kamu cerita semua
perhatikan contoh di bawah ini.
kejelekannya orang’
(Cerewet sekali kamu, kamu cerita semua a. Keadaan mental
kejelekan orang.) Contoh:
30) Mangoa sennak + ko Mangoa 31) Mingkik ‘sombong’
sennakko ‘rakus benar kamu’ Nappa mua engka otomu, mingkikno
Mangoa sennakko, muala maneng palek ‘barusan juga ada mobilmu, sombong
tawana anrikmu. sudah kamu’
‘rakus benar kamu, kamu ambil semua (Barusan punya mobil, kamu sudah
ternyata jatahnya adikmu’ sombong.)
(Rakus benar kamu, ternyata kamu 32) Borro ‘congkak’
mengambil semua jatah adikmu.) Borro, samanna toh magello-gello akkoro.
‘congkak, sepertinyya juga bagus-bagus
disitu’

67
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 61—71

(Congkak, seperti cantik saja disitu.) Selain kata-kata di atas, ada


33) betta ‘ nakal’ beberapa kata makian yang berhubungan
Bettapa burane iyyae, najakguru manengi dengan peristiwa yang tidak
silaongna. menyenangkan, seperti: Lia ‘liar’, Pokko
‘nakal sekali laki-laki ini, dia tinju semua ‘lengan puntung’, dan sebagainya.
temannya’
(Nakal sekali laki-laki ini, dia tinju semua
4.2.2 Binatang
temannya.) Satuan-satuan lingual yang
Selain kata-kata di atas, ada referensinya binatang, pemakaiannya
beberapa kata makian yang berhubungan bersifat metaforis. Artinya, hanya sifat-
dengan keadaan mental, seperti: keddik sifat tertentu dari binatang yang memiliki
‘pelit/kikir’, kikkirik ‘kikir’, ngoa kemiripan atau kesamaan dengan individu
‘serakah’, sentimeng ‘sentimen’, dan atau keadaan yang dijadikan sasaran
sebagainya. makian. Hal ini juga berarti bahwa tidak
b. Keadaan yang tidak direstui Tuhan/ semua nama binatang dapat digunakan
agama untuk sarana memaki dalam penggunaan
contoh: bahasa. Dalam bahasa Bugis, ada beberapa
34) murettak ‘murtad’ nama binatang yang sering terlontar ketika
Murettak, nessuri agamana. masyarakat Bugis berselisih paham,
‘murtad, dia keluari agamanya’ marah, atau memaki, seperti:
(Murtad, dia keluar dari agamanya.) 38) Buaja ‘buaya’
35) takkabborok ‘takabbur’ Anre manengngi, buaja.
Takkabborok, nabbiangngi nanre ‘makan semua dia, buaya’
cekkekna. (Makan semuanya, buaya.)
‘takabbur, dia membuang dia nasi 39) Lanceng ‘monyet’
dinginnya’ Esukko akkotu lanceng.
(Takabbur, dia membuang nasi ‘pindah kamu di situ monyet’
dinginnya.) (Kamu pindah dari situ monyet.)
Selain kata-kata di atas, ada Berdasarkan kalimat di atas, nama
beberapa kata makian lain yang binatang yang digunakan untuk memaki
berhubungan dengan keadaan yang tidak adalah binatang-binatang yang memiliki
direstui oleh Tuhan atau agama, seperti: sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat itu adalah
munapek ‘munafik’, dosa/madosa ‘dosa’, sebagai berikut:
haram ‘haram’, jahannang ‘jahannam’ dan Buaja ‘identik dengan sesuatu yang
sebagainya. rakus, baik dalam hal makanan,
c. Keadaan yang berhubungan dengan pasangan dan sebagainya’.
peristiwa yang tidak menyenangkan Lanceng ‘identik dengan orang yang
Contoh: bermuka jelek’
36) Cilaka ‘celaka’ Selain kata-kata di atas, ada
Magi muonro ri bolana, cilaka? beberapa kata makian lain yang
‘Mengapa kamu tinggal di rumahnya, referensinya binatang, seperti: asu
celaka.’ ‘anjing’ (yang identik dengan hal yang
(Celaka, mengapa kamu tinggal di menjijikkan dan dihambakan), bangsak
rumahnya?)
‘bangsat’ (yang identik dengan orang yang
37) Mate ‘mati’
suka mengganggu), bawi ‘babi’ (yang
Mateni, dek utiwi STNKku.
‘mati sudah, tidak saya bawa STNKku’ identik dengan hal yang menjijikkan dan
(Mati, saya tidak bawa STNKku.) dihambakan).

68
Nurlina Arisnawati: Bentuk Referensi Kata Makian dalam Bahasa Bugis

4.2.3 Makhluk Halus 4.2.5 bagian tubuh


Ada beberapa nama makhluk halus Penyebutan bagian tubuh juga
yang sering dijadikan kata makian ketika sering dilontarkan oleh masyarakat Bugis
masyarakat Bugis sedang berselisih untuk mengekspresikan makiannya.
paham. Adapun kata-kata itu sebagai Bagian tubuh yang sering diucapkan
berikut: adalah anggota tubuh yang erat kaitannya
40) Ibelisik ‘iblis’makhluk halus yang dengan aktifitas seksual yang bersifat
berupaya menyesatkan manusia personal dan pada dasarnya tabu untuk
dari petunjuk tuhan’ dibicarakan atau diperdengarkan kepada
Ibelisik, dekna namaelo mareng-kalinga orang lain, kecuali dalam forum atau
ada.
situasi tertentu. Ada beberapa kata makian
‘iblis, tidak sudah dia mau mendengar
yang berasal dari anggota/bagian tubuh
nasihat’
(Iblis, dia sudah tidak mau mendengar seperti:
nasihat.) 45) urimu ‘pantatmu’
41) parakang ‘hantu yang ditakuti (menurut Urimu, jamani jamammu magatti.
kepercayaan orang Bugis ‘pantat kamu, kerjakan dia pekerjaan
Makassar)’ kamu secepatnya’
Parakang, namo anakna naiso to pellona. (Pantatmu, kerjakan pekerjaanmu
‘parakang, biar anaknya dia isap juga isi secepatnya.)
perutnya’ 46) lessimu ‘kemaluanmu (pr)’
(Parakang, anaknya sendiri juga dia isap Lessimu, magi murusaki goncinna tangek
perutnya.) e?
‘kemaluanmu (pr), mengapa kamu rusaki
Selain kata-kata di atas, ada
kuncinya pintu?’
beberapa kata makian lain yang
(Kemaluanmu (pr), mengapa kamu
referensinya makhluk halus, seperti: merusaki kunci pintu?)
setang ‘setan’ (roh jahat yang selalu Selain kata-kata di atas, ada
menggoda manusia untuk berbuat jahat), beberapa kata makian lain yang
peppok ‘kuntilanak’, hantu ‘hantu’. referensinya bagian tubuh, seperti:
4.2.4 Benda-benda combikmu ‘kemaluanmu (pr)’, lasomu
Nama-nama benda yang lazim ‘alat kelaminmu (lk)’, lasekmu
digunakan oleh masyarakat Bugis untuk ‘kemaluanmu (lk)’, timummu ‘mulutmu’,
memaki adalah sebagai berikut: matammu ‘matamu’, isimmu ‘gigimu’, dan
42) tai ‘tahi’
sebagainya.
Tai, muasengnnga mateppek.
‘tahi, kamu pikir saya percaya’
4.2.6 Kekerabatan
(Tahi, kamu pikir saya percaya.) Ketika manusia berslisih paham,
43) tai asu ‘tahi anjing’ ternyata kata-kata kekerabatan tidak luput
Tai asu, nalangngak inreng. untuk mereka lontarkan kepada lawan
‘tahi anjing, dia ambilkan saya hutang’ bicaranya. Padahal kata-kata kekerabatan
(Tahi anjing, dia ambilkan saya hutang.) identik dengan pribadi atau individu yang
44) tai laso ‘tahi kemaluan (lk)’ dihormati, dan banyak mengajarkan hal-
Tai laso, nasalaikak akki lalengnge. hal yang baik. Dalam hal ini kata-kata
‘tahi kemaluan (lk), dia tinggalkan saya di kekerabatan dianggap sebagai kata-kata
jalan’ yang tabu dan tidak pantas diucapkan.
(Tahi kemaluan (lk), dia meninggalkanku
Penutur masyarakat Bugis sering
di jalan
menggunakan kata-kata kekerabatan untuk
mengumpat atau melampiaskan rasa

69
Sawerigading, Vol. 16, No. 1, April 2010: 61—71

marah, jengkel dengan menambahkan makian berbentuk klausa. Bentuk kata


klitika –mu dibelakangnya. Hal ini dapat makian dalam bahasa Bugis ini, pada
dilihat pada contoh berikut ini. dasarnya bersifat referensial. Berdasarkan
47) simbokmu ‘bapakmu’ referensinya, kata makian dalam bahasa
simbokmu, ciako pajaiwi terri. Bugis memiliki beberapa jenis referensi,
‘bapakmu, tidak mau kamu berhenti yakni: keadaan (keadaan mental, keadaan
menangis’ yang tidak direstui Tuhan/agama, keadaan
(Bapakmu, kamu tidak mau berhenti
yang berhubungan dengan peristiwa yang
menangis.)
tidak menyenangkan), binatang, makhluk
Selain kata-kata di atas, ada
halus, benda-benda, bagian tubuh,
beberapa kata makian lain yang
kekerabatan, dan profesi.
referensinya adalah hubungan
Kajian atau penelitian tentang
kekerabatan, seperti: sindokmu ‘dasar
makian masih sangat terbatas. Oleh karena
ibumu’, nenemu ‘nenekmu’.
itu, penulis menyarankan bahwa untuk
4.2.7 Profesi
kedepannya ada penelitian lanjutan tentang
Profesi yang sering digunakan
makian dengan objek atau aspek kajian
sebagai makian adalah profesi yang rendah
yang berbeda.
dan diharamkan oleh agama. Contohnya
sebagai berikut.
48) Panga ‘maling’ DAFTAR PUSTAKA
Nigasi sepatu muala, panga.
‘siapa lagi sepatu kamu ambil, maling’ Alwi, Hasan, et al. 2005. Kamus Besar Bahasa
(Sepatu siapa lagi yang kamu ambil,
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
maling.)
49) Paboto ‘penjudi’ Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995.
Cappu manenni ulawekku mubaluki, Sosiolinguistik, Perkenalan Awal.
paboto. Jakarta: Rineka Cipta.
‘habis semua sudah emas saya kamu Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus
menjualnya, penjudi’ Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
(Emasku sudah habis semua kamu jual,
penjudi.) Kurniawan, Candra. 2009. Karakteristik
Selain kata-kata di atas, ada Bahasa Makian Mahasiswa Sastra
beberapa kata makian lain yang Indonesia Universitas Negeri Malang.
referensinya adalah profesi yang rendah www. karya_ilmiah.um.ac.id
dan diharamkan oleh agama, seperti: Leech, G.N. 1983. Prinsip-prinsip Pragmatik.
parampok ‘perampok’, lonte ‘pelacur’, Dialibahasakan oleh M.D.D. Oka.
sundalak ‘pelacur’. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nababan. 1993. Sosiolinguistik (Suatu
5. Penutup Pengantar). Jakarta: PT Gramedia
Makian adalah kata-kata keji atau Pustaka Utama.
perkataan yang tidak senonoh yang Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik.
diucapkan ketika sedang marah, jengkel, Bandung: Angkasa.
dan sebagainya. Bentuk kata makian
dalam tuturan bahasa Bugis meliputi: (1) Said, M. Ide. 1997. Kamus Bahasa: Bugis-
Indonesia. Ujung Pandang: Pusat
makian berbentuk kata, yang terdiri atas:
Pembinaan dan Pengembangan
makian bentuk dasar dan makian bentuk Bahasa, Departemen Pendidikan dan
jadian, (2) makian berbentuk frase, dan (3) Kebudayaan.

70
Nurlina Arisnawati: Bentuk Referensi Kata Makian dalam Bahasa Bugis

Sumarsono dan Partana, Paina. 2004.


Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi,
Muhammad. 2006. Sosiolinguistik:
Kajian Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zetya I. 2008. Kata Umpatan adalah Sambal
Terasi Budaya Kita. www. forum.
Detik.com. Diakses 5 September 2009

71
���������������������������������������������������������������������������
���������������������������������������������������������������������������������
�����������������������������������������������������

Anda mungkin juga menyukai