Anda di halaman 1dari 11

BAB VIII

PEMECAHAN MASALAH DAN KONTROL KUALITAS

8.1. PENGANTAR

Pada pengelolaan sistem manajemen, termasuk di dalamnya manajemen


tambang, kita dihadapkan kepada adanya tuntutan perbaikan secara terus
menerus, yang salah satu di antaranya berkaitan dengan perumusan
masalah dan proses mengatasinya. Dalam uraian ini akan dibahas suatu
pendekatan yang dikembangkan dalam Total Quality Management, yaitu 8
(delapan) langkah pemecahan masalah dan 7 (tujuh) alat kontrol kualitas.

8.2. 8 (DELAPAN) LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Dalam manajemen tambang, seperti halnya pada manajemen umumnya,


perumusan akar masalah menjadi titik awal dari pencarian solusi. Maka
dalam teknik 8 (delapan) langkah pemecahan masalah dikembangkan tiga
bentuk tahapan besar dari proses pengambilan keputusan yang meliputi:
1. Identifikasi masalah, meneliti apa dan bagaimana masalah yang timbul.
2. Pengembangan alternatif-alternatif perbaikan/pemecahan masalah,
yang mungkin dapat dilakukan untuk memecahkan masalah.
3. Pemilihan alternatif yang terbaik, yang dilakukan berdasarkan kriteria
yang dipergunakan.

Kemudian ditambah dengan langkah evaluasi atas keputusan, yaitu


sejauh mana hasil perbaikan dapat memecahkan masalah, setelah
diimplementasikan.

VIII-1
Jika dihubungkan dengan fungsi organisasi dan tahapan proses
pengambilan keputusan maka 8 (delapan) langkah pemecahan masalah
itu dapat diuraikan seperti dalam Tabel 8.1.

Tabel 8.1. Hubungan Antara Fungsi Organisasi, Proses Pengambilan Keputusan dan
Delapan Langkah Pemecahan Masalah.

Fungsi Proses Pengambilan 8 Langkah Pemecahan Masalah


Organisasi Keputusan
Perenca- 1. Identifikasi masalah 1. Menentukan prioritas masalah.
naan 2. Mencari sebab-sebab yang.
(Plan) mengakibatkan masalah.
3. Meneliti sebab-sebab yang paling
berpengaruh.
2. Pengembangan 4. Menyusun langkah-langkah
alternatif perbaikan.
Melakukan 3. Pemilihan Alternatif 5. Melaksanakan langkah-langkah
(Do) 4. Implementasi perbaikan.
Memeriksa 5. Evaluasi 6. Periksa hasil perbaikan.
(Check)
Aksi 7. Mencegah terulangnya masalah.
(Action) 8. Menggarap masalah selanjutnya.

Sementara itu, hasil analisis dari 8 (delapan) langkah di atas harus


didasari oleh fakta dan logika yang jelas. Hal ini dikembangkan dalam
konsep 7 (tujuh) alat kontrol kualitas.

8.3. 7 (TUJUH) ALAT KONTROL KUALITAS

Kendala lain yang kemudian timbul adalah tentang alat bantu yang dapat
dipergunakan secara tepat untuk menganalisis masalah dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu diciptakan alat-alat bantu berikut ini yang dapat
dipergunakan secara mudah namun tepat untuk membantu pelaksanaan

VIII-2
kedelapan langkah pemecahan masalah. Alat bantu yang pertama
dikembangkan ialah 7 (tujuh) alat pengendali kualitas (7 QC tools), yaitu :
1. Lembar periksa (Checksheet).
2. Diagram Batang (Histogram).
3. Diagram Pareto.
4. Diagram sebab-akibat.
5. Pengelompokan (stratifikasi).
6. Diagram tebar (scatter diagram).
7. Grafik dan peta kendali.

8.3.1. Lembar Periksa (Check Sheet)

Alat ini berupa lembar pencatatan data secara mudah dan sederhana
sehingga menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam
pengumpulan data tersebut. Umumnya lembar periksa ini berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga pencatat
cukup memberikan tanda pada kolom yang telah tersedia dan/atau
memberikan keterangan seperlunya.

Suatu contoh penggunaan lembar periksa dalam melakukan identifikasi


permasalahan adalah seperti yang akan diperlihatkan berikut ini. Bentuk
lembar periksa yang dibuat bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan
data yang diperlukan. Tinjauan permasalahan antara lain dapat
memperhatikan faktor pekerja, peralatan, lingkungan kerja, dan
sebagainya.

Contoh lembar periksa :


Daftar pertanyaan untuk kondisi umum suatu tambang
Faktor Keterangan
Nama perusahaan / lokasi …………………………………………./
tambang ………………………………………….

VIII-3
Tambang Terbuka atau Tambang TT TBT
Bawah Tanah
Mekanik atau Manual ME MA
Bahan galian yang ditambang
Jarak tambang ke stock pile .........................km
Dll.

Daftar pertanyaan untuk lingkungan kerja :


Faktor :
Cahaya cukup kurang berlebihan
Suhu cukup dingin panas
Kelembaban cukup lembab kering

Daftar pertanyaan untuk kualitas batubara :

Lokasi Nilai kalor Kadar abu Kadar sulfur Dll.


A
B
C
D

8.3.2 Diagram Batang (Histogram)

Merupakan diagram batang yang berfungsi untuk menggambarkan bentuk


distribusi sekumpulan data yang biasanya berupa karasteristik mutu.

Diagram histrogram ini dapat dibuat dengan cara membentuk terlebih


dahulu tabel frekuensinya, kemudian diikuti dengan perhitungan statistis,
baru kemudian memplot data ke dalam diagram histogram. Hasil plot data
akan memudahkan dalam menganalisis kecenderungan sekelompok data.

Pada contoh berikut ditampilkan diagram histogram yang menggambarkan


kadar (%) abu dari setiap sampel batubara. Sumbu x menunjukkan selang

VIII-4
kadar abu dalam sampel dan sumbu y menunjukkan frekuensi (banyaknya
sampel) yang mempunyai kadar abu tertentu.

20

15
Frekuensi

10

> 20
18-0
8-10

10-12

12-14

14-16

16-18
6-8
<6

Kadar Abu (%)

Gambar 8.1. Contoh Diagram Batang.

8.3.3. Diagram Pareto

Suatu diagram/grafik yang menjelaskan hirarki dari masalah-masalah


yang timbul, sehingga berfungsi untuk menentukan prioritas penyelesaian
masalah.

Urutan-urutan prioritas perbaikan untuk mengatasi permasalahan dapat


dilakukan dengan memulai pada masalah dominan yang diperoleh dari
diagram pareto ini. Setelah diadakannya perbaikan dapat dibuat diagram
pareto baru untuk membandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berikut ini adalah contoh penggunaan diagram pareto dalam


mengidentifikasi masalah tidak tercapainya target waktu edar (circle time)
dari truk pengangkut batubara pada sebuah tambang.

Dari hasil pengumpulan data diperoleh hasil seperti pada Tabel 8.2.

VIII-5
Tabel 8.2. Hasil Pengumpulan Data Penyebab Tidak Tercapainya Target Waktu
Edar dari 26 Unit Truk Pengangkut Batubara
No. Penyebab Jumlah %
A. Ban pecah 6 23,1%
B. Tergelincir karena hujan 12 46,2%
C. Operator tidak mahir 5 19,2%
D. Kondisi truk tidak mengizinkan untuk 3 11,5%
mencapai kecepatan optimum

26 100 %
88.5 %

69.2 %
Keterangan :
A Ban pecah
B Tergelincir karena hujan
C Operator tidak mahir
D Kondisi truk tidak
mengizinkan untuk mencapai
kecepatan optimum
12 46.2 %

6
5

Gambar 8.2. Contoh Diagram Pareto.

A B C D
8.3.4. Diagram Sebab-Akibat (Cause-effect diagram)

VIII-6
Diagram ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari
semua unsur penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah
tersebut.

Diagram ini sering juga disebut dengan diagram tulang ikan karena
menyerupai bentuk susunan tulang ikan. Bagian kanan dari diagram
biasanya menggambarkan akibat atau permasalahan, sedangkan cabang-
cabang tulang ikannya menggambarkan penyebab-penyebabnya. Pada
umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah
kualitas. Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor-
faktor manusia, material, mesin, metode dan lingkungan.
Gambar 8.3. menunjukan contoh diagram sebab-akibat untuk masalah
terjadinya antrian truk menunggu alat muat di permuka kerja (front).

8.3.5. Pengelompokan (Stratifikasi)

Merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan kumpulan data (data


kerusakan, fenomena, sebab-sebab, dan lain sebagainya) ke dalam
kelompok-kelompok yang mempunyai karakteristik sama.

Dasar pengelompokkan sangat tergantung pada tujuan pengelompokkan,


sehingga dasar pengelompokkan dapat berbeda-beda tergantung pada
permasalahan.

Dua aspek pokok pembuatan pengelompokan adalah berdasarkan ;


1. Sumber.
2. Hasil.
Di dalam pengendalian kualitas, pengelompokan terutama ditujukan untuk
a. Mencari faktor penyebab utama kualitas secara mudah.

VIII-7
Alat angkut (truk) Alat muat Jalan angkut

- jumlah tidak sesuai - jumlah tidak sesuai - lebar jalan kurang


- kapasitas tidak - kapasitas tidak - kemiringan terlalu
sesuai sesuai terjal
- jenis tidak sesuai - jenis tidak sesuai - permukaan tidak mulus

Antrian truk di
permuka kerja

- hujan - motivasi rendah - metode penggalian


- lengket tidak sesuai
- debu - keterampilan kurang
- lepas (loose) - metode pengangkutan
- panas - ketelitian kurang tidak sesuai

Material Lingkungan Operator Metode

Gambar 8.3. Contoh Diagram Sebab-Akibat untuk Masalah Antrian Truk Menunggu Alat Muat di Permuka Kerja (Front)

VIII-8
b. Membentuk pembuatan diagram tebar.
c. Mempermudah pengambilan kesimpulan di dalam penggunaan peta
kontrol.
d. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi.

Harga batubara

C  A

 G  F

 B Nilai Kalor
E  I
(Kkal/Kg)

 J
 D
 H

Gambar 8.4. Contoh Pengelompokan

8.3.6. Diagram Tebar (Scatter Diagram)

Suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara dua fakor dengan


memplot data dari kedua faktor tersebut pada suatu grafik. Dengan
diagram ini kita dapat menentukan korelasi antara suatu sebab dengan
akibatnya.

Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan regresi atau


dengan metode nilai tengah.
Ada beberapa jenis korelasi yang dapat terlihat dari digram tebar ini, yaitu:
1. Korelasi positif (positive correlation), jika nilai faktor penyebab
bertambah besar, nilai faktor akibat juga bertambah besar (nilai
koefisien korelasi mendekati positif 1).

VIII-9
2. Mungkin korelasi positif (positive correlation may be present), jika
terdapat kecenderungan korelasi positif tetapi memiliki sebaran data
yang besar (nilai koefisien korelasi kecil tetapi masih positif).
3. Korelasi negatif (negative correlation), jika terdapat kecenderungan
korelasi negatif tetapi memiliki sebaran data yang besar (nilai koefisien
korelasi kecil dan negatif).
4. Tak berkorelasi (no correlation), jika sebaran data sangat besar (nilai
koefisien korelasi mendekati 0).

Berikut ini diberikan contoh diagram tebar antara waktu edar truk dan
perubahan jarak angkut. Dari hasil plot data terlihat kecenderungan
adanya korelasi positif antara waktu edar dengan berubahnya jarak
angkut.
Waktu edar (jam)

Jarak angkut (Km)

Gambar 8.5. Contoh Diagram Scatter.

8.3.7. Grafik dan Peta Kendali (Graph and control chart)

VIII-10
Grafik adalah suatu bentuk yang terdiri dari garis-garis yang
menghubungkan dua besaran tertentu.
Grafik terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Garis (line graph).
2. Batang (bar graph).
3. Lingkaran (circle graph).

Peta kendali adalah suatu bentuk grafik dengan batasan-batasan yang


berguna dalam menetapkan pengambilan keputusan dalam pengendalian
mutu secara statistik.

Dalam peta kendali batasan-batasan diperoleh dari perhitungan statistik


dengan perhitungan simpangan dan rata-rata dari data yang dikumpulkan.

60 %
Kadar (%) Al2O3

55 %

50 %

Sample Bijih Bauksit

Gambar 8.6. Contoh Peta Kendali.

8.4. DAFTAR PUSTAKA

1. Fujimoto Toyoharu, Management Challenge : The Japanese


Management System in An international Environment”,1990.

VIII-11

Anda mungkin juga menyukai