Anda di halaman 1dari 3

RUANG ABDOMEN

Mukosa pada ruang abdomen domba yang teramati adalah berwarna pucat, licin, dan
mengkilat. Mukosa pucat ini terjadi karena domba yang dinekropsi telah mati beberapa saat
sebelumnya, tidak langsung dilakukan nekropsi pasca kematian. Pasokan oksigen dan hemoglobin
dari aliran darah yang menuju ruang abdomen semakin lama semakin berkurang sehingga mukosa
akan berwarna pucat. Cairan bening dalam jumlah yang sedikit terlihat membasahi ruang abdomen
sehingga ruang abdomen terlihat lembab. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kelainan pada
ruang abdomen domba. Organ-organ pada rongga abdomen dalam keadaan normal atau berada
dalam situs viscerum, tidak ada perubahan atau kelainan posisi dari setiap organ yang termati pada
domba.

DIAFRAGMA
Ketika hewan sedang relaksasi saat melakukan aktivitas bernafas, diafragma pada hewan
akan melengkung atau cembung ke arah rongga thoraks. Hasil pengamatan terhadap domba
tersebut menunjukkan bahwa diafragma masih dalam keadaan melengkung. Ketika dilakukan
pemeriksaan tekanan negatif, diafragma sedikit mendatar karena terjadi inspirasi, kemudian
kembali melengkung karena terjadi ekspirasi dan relaksasi pernafasan saat udara perlahan keluar
melewati celah lubang yang dibuat saat uji tekanan negatif dan saluran pernafasan lainnya.

HATI, EMPEDU, DAN PANKREAS


Saat dilakukan inspeksi, hati pada domba tampak dalam keadaan normal. Hati berwarna
kemerahan-cokelat tua. Tepi-tepi atau margo dari hati masih terlihat lancip atau runcing. Hal ini
menandakan bahwa tidak terjadi pembengkakan pada hati domba. Lobulasi pada hati domba masih
dapat terbedakan dengan jelas. Lemak dalam jumlah yang sedikit menempel pada hati sehingga
terlihat seperti ada bintik-bintik lemak di permukaan hati yang terlihat halus dan mengkilat.
Tekstur dari hati terasa kenyal saat dilakukan palpasi. Hati tidak mengalami pengerasan akibat
adanya pergantian sel-sel hepatosit dengan jaringan ikat. Ketika dilakukan penyayatan sejajar
sepanjang ductus cysticus tidak ditemukan adanya substansi asing.
Kantung empedu pada domba terlihat masih menempel pada hati dan terbungkus oleh suatu
kantung empedu yang tipis. Saat dilakukan inspeksi, kondisi kantung empedu masih utuh dan tidak
mengalami kebocoran. Warna cairan empedu terlihat kehijauan dengan konsistensinya agak encer
dan tidak terlalu pekat. Pankreas pada domba terlihat dalam kondisi normal dengan warna agak
kecokelatan. Permukaan pankreas halus dengan lobulasi yang sangat jelas terbedakan.

LIMPA
Limpa pada domba yang diamati terlihat dalam kondisi yang normal. Warna limpa terlihat
kemerahan-cokelat tua. Tekstur dari limpa masih kenyal karena tidak ada pengerasan akibat
pergantian dengan jaringan ikat pada sel-sel limpa. Tepi-tepi limpa terlihat lancip atau runcing,
menandakan bahwa tidak terjadi kebengkakan pada limpa. Permukaan lapisan pembungkus limpa
terlihat mengkerut, dan masih dalam kondisi yang lembab serta mengkilat. Saat dilakukan uji usap
terhadap limpa domba yang diamati, hasilnya adalah negatif. Hal ini terlihat bahwa tidak ada
substansi apapun baik cairan (darah) maupun struktur dari limpa yang ikut menempel pada pisau
yang digunakan saat uji usap.

LAMBUNG
Perbedaan utama antara hewan ruminansia dengan non ruminansia adalah adanya empat
bagian lambung pada hewan ruminansia (Mocherla et al. 2017). Lambung ruminansia terdiri atas
empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi
sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen sekitar 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk otot sphincter saat bagian
lambung tersebut berkontraksi (Campbell et al. 2002).
Saat dilakukan inspeksi pada setiap bagian lambung domba, tidak ditemukan adanya
kelainan pada lambung-lambung tersebut. Warna lambung terlihat kuning kecokelatan dan ada
yang terlihat abu-abu kehitaman dengan mukosa yang juga kuning kecokelatan. Permukaan
mukosa lambung sesuai dengan keadaan anatomi lambung ruminansia. Permukaan atau mukosa
rumen terdapat papillae-papillae yang membuat rumen disebut juga dengan lambung handuk.
Permukaan atau mukosa retikulum berbentuk seperti jala dengan susunan yang teratur sehingga
disebut juga dengan lambung jala. Permukaan atau mukosa omasum terdapat banyak lipatan-
lipatan seperti buku sehingga sering disebut juga sebagai lambung berbuku. Abomasum memiliki
permukaan atau mukosa yang halus dan berfungsi seperti kerja lambung pada monogastrik
sehingga disebut juga dengan lambung sebenarnya. Sejumlah endoparasit ditemukan pada
abomasum domba dengan jumlah yang sedikit dengan ukuran yang cukup kecil. Endoparasit
tersebut belum diketahui pasti namanya, namun berbentuk seperti cacing pendek dan kecil
berwarna putih.
Menurut literatur, cacing dewasa yang biasa hidup di abomasum ternak ruminansia
termasuk domba adalah Haemonchus contortus. Haemonchus contortus adalah cacing dari kelas
Nematoda, Ordo Strongylida dan super famili Trichostrongyloidea. Cacing dewasa hidup di dalam
abomasum ruminansia kecil termasuk domba dan kambing. Cacing jantan panjangnya 10-20 mm
dan betina 18-30 mm. Cacing jantan dan betina dapat dibedakan melalui pengamatan morfologi
organ reproduksi (Urquhart et al. 1987). Cacing betina berwarna merah, mempunyai pola spiral
merah dan ukurannya lebih besar dari pada cacing jantan. Sedangkan cacing jantan tidak
mempunyai pola spiral merah dan ukurannya kecil (Rangkuti 2014).
Penyakit parasitik ini seringkali disebut haemonchosis. Hemonchosis disebabkan oleh
cacing Haemonchus contortus yang mempunyai kebiasaan menghisap darah. Kebiasaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya anemia yang ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit dan
Packed Cell Volume (PCV). Infeksi kronis yang disertai dengan rendahnya asupan nutrisi ternak
dapat berakibat terjadi penurunan protein dan penurunan berat badan. Patogenesis dari
haemonchosis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur domba, ukuran dan berat badan,
lama infeksi dan status nutrisi (Rangkuti 2014). Patogenitas terhadap domba yang diamati tidak
terlalu besar karena jumlah cacing yang menginfeksi sangat sedikit sehingga belum mencapai fase
infektif yang cukup parah.

GINJAL & VESICA URINARIA


Ginjal yang diamati berwarna merah kecokelatan dengan bagian korteks dan medulla yang
sangat jelas dapat dibedakan. Bagian medulla memiliki warna yang lebih cerah dari bagian korteks.
Kapsula pembungkus pada ginjal sangat mudah dilepaskan. Ukuran ginjal antara ginjal kanan dan
kiri simetris, dan tidak terjadi pembengkakan. Permukaan ginjal halus menandakan ginjal dalam
keadaan yang normal. Vesica urinaria atau kantung kemih pada domba terlihat berukuran sangat
kecil karena tidak terisi oleh urin. Warna dari vesica urinaria adalah cokelat muda dengan
permukaan yang halus.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta (ID): Erlangga.

Rangkuti SH. 2014. Derajat Haemonchosis Berdasarkan Jumlah Cacing dan Telur Tiap Gram
Tinja (TTGT) pada Domba Ekor Tipis. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Uruqhart, Armour GMJ, Duncan JL, Dunn AM, Jennings FW. 1987. Veterinary Parasitology.
London (UK): Longman.
Mocherla, Suryanarayana VAN, Kavitha P. 2017. Role of exogenous fibrolytic enzymes in
ruminant digestion - a review. International Journal of Current Microbiology and Applied
Sciences. 6(11): 1400-1408.

Anda mungkin juga menyukai